TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom Koroner Akut atau Acute Coronary Syndrome merupakan suatu kumpulan gejala
klinis iskemik miokard (angina tidak stabil, non ST-segment elevation myocardial infarction).
Sindrom Koroner Akut adalah pembentukan plak aterosklerosis di dalam ateri coroner
sehingga menyebabkan penghambatan aliran darah yang seterusnya menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke jantung.8
Faktor resiko Sindrom Koroner Akut dapat dibagi kepada dua, yaitu :
Tabel 2.1 Faktor Resiko Sindrom Koroner Akut10
Sebagian besar Sindrom Koroner Akut adalah manifestasi akut dari plak atheroma
pembuluh darah coroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah thrombus
yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah
coroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat zat vasoaktif yang menyebabkan
vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah coroner. Berkurangnya aliran
darah coroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama
kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner.
Obstruksi subtotal tang disertail vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya
iskemia dan nekrosis jaringan otot jantunng (miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis,
adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang),distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi
ventrikel). Sebagian besar Sindrom Koroner Akut tidak mengalami koyak plak seperti
diterangkan di atas. Mereka mengalami Sindrom Koroner Akut karena obstruksi dinamis
akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri
koronaria, tanpa spasme maupun thrombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau
restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya
Sindrom Koroner Akut pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.11
2.1.5. Klasifikasi Sindrom Koroner Akut
2.2.1. Definisi
ST-Elevated Myocardial Infaraction (STEMI) adalah suatu sindroma klinis yang ditandai
dengan gejala iskemik miokard berhubungan dengan elevasi segmen ST yang menetap pada
EKG dan pelepasan biomarker karena adanya nekrosis di miokardium.13
2.2.2. Diagnosis
2.2.2.1. Anamnesis
Melakukan anamnesis sementara EKG dilakukan dan terapi awal diberikan. Antara
pertanyaan yang harus diajukan adalah :
a. Apakah pasien mengalami nyeri dada?
b. Kapan nyeri dadanya mulai?
c. Bagaimana rasa nyeri dadanya? Apakah seperti tertusuk, tertumpas atau ada tekanan?
d. Apakah nyeri menyebar ke bagian tubuh lain?
e. Apakah ada nyeri di rahang, bahu, leher atau lengan?
f. Apakah ada rasa pusing?
g. Apakah ada rasa mual?
h. Apakah ada rasa sesak?
i. Apakah sebelum ini pasien pernah mengalami hal yang sama?
j. Jika pernah mengalami hal yang sama, apakah nyeri yang dialami dulu sama seperti
yang dialami sekarang?
k. Apakah pasien pernah melakukan sesuatu yang mengurangi atau menambah nyerinya
pada saat mengalami nyeri?
l. Apakah pasien pernah melakukan sesuatu ketika di rumah untuk mengurangkan
nyerinya?
m. Riwayat penyakit pasien
n. Riwayat pengobatan pasien
o. Riwayat tindakan medis
p. Riwayat alergi
q. Faktor resiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, jenis kelamin, riwayat miokard infark
atau riwayat kematian dalam keluarga (laki-laki <45 tahun dan wanita < 55 tahun)
karena penyakit jantung
Pemeriksaan fisik sangat membantu dalam mengidentifikasi sebab dan faktor resiko
dari miokard infark. Antara pemeriksaan fisik yang harus diperhatikan adalah :
a. Tanda vital
b. Murmur baru
c. Elevasi pulsasi vena jugular
d. Capillary refill time / Nadi lemah
e. Crackles atau suara mengi / Penurunan suara napas
f. Hemiparesis / Denyut nadi yang berbeda antara extremitas atas dan bawah atau
antara extremitas kiri dan kanan
g. Ruptur muscularis papilari atau insufisiensi katub akut
h. Gagal jantung kanan
i. Syok kardiogenik
j. Gagal jantung kongestif
k. Diseksi aorta
a. Elektrokardiogram (EKG)
i. Elevasi segmen ST 1mm sekurang-kurangnya pada 2 lead extremitas
(aVL hingga III, termasuk aVR)
ii. Elevasi segmen ST 1mm pada lead pericordial V4 hingga V6
iii. Elevasi segmen ST 2mm pada V1 hingga V3
iv. Left Bundle Branch Block (LBBB)14
b. Pemeriksaan Laboratorium
i. Kadar Troponin
ii. Kadar CK-MB14
2.2.3. Diagnosa Banding
2.2.4. Penatalaksanaan
7. Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis, diindikasikan
untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen
ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang (terduga) baru.Terapi
reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan apabilaterdapat bukti
klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang berlangsung,bahkan bila gejala telah
ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri danperubahan EKG tampak tersendat.
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan
adarumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsungpilih
terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian (baik rumah
sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang ataulebih dari (2 jam). Jika
membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Setelah
fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkanpasien dapat dikirim ke pusat dengan
fasilitas IKP.16
2.2.5. Komplikasi
a. Komplikasi Awal
Sering timbul dalam jangka waktu satu minggu. Antara komplikasi awal adalah
i. Aritmia jantung
Aritmia adalah gangguan listirk irama jantung sehingga jantung mungkin
mendetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Dalam kebanyakan
kasus, aritmia bersifat ringan dan sementara. Namun, terdapat juga aritmia
yang mengancam nyawa, dimana aritmia terjadi 24 jam pertama setelah
serangan miokard infark dan aritmia ini merupakan penyebab utama kematian.
Aritmia yang terbentuk dalam STEMI adalah fibrilasi ventrikel, takikardi
ventrikel, ventrikel ektopik, irama idioventrikular yang dipercepat, fibrilasi
atrium, takikardi atrium, blok atrioventrikular dan sinus bradikardi.
ii. Gagal jantung akut
Terjadi akibat disfugsi vertrikel kiri.
iii. Syok kardiogenik
Terjadi akibat kerusakan verntrikel kiri yang meluas.
iv. Perikarditis
Sering terjadi dua hingga tiga hari setelah serangan. Pasien akan mengeluh
nyeri dada yang berbeda dari sebelumnnya. Nyeri dada itu cenderung lebih
buruk atau kadang-kadang hanya dirasakan pada saat inspirasi.
v. Emboli
Permukaan endocardium yang tampak kasar akibat infark oto jantung akan
memicu aggregasi platelet dan sering membentuk thrombus. Trombus ini akan
mengikut aliran darah dan menghambat ateri lain sehingga menyebabkan strok
atau iskemik pada extremitas.
b. Komplikasi Mekanik
Disebabkan adanya rupture atau robekan pada ptot jantung yang infark.
i. Regurgitasi Mitral Kronik
Disebabkan rupture musculus papilaris
ii. Tamponade jantung
Disebabkan rupture ventrikel
iii. Gagal jantung kanan
Disebabkan rupture septum interventrikel
c. Komplikasi Lanjut
Sering timbul satu minggu setelah serangan. Antara komplikasnya adalah :
a. Sindroma Pasca Miokard Infark (Sindroma Dressler)
Sering timbul satu hingga tiga minggu setelah STEMI dan ditandai dengan
demam, pericarditis, pleuritis dan ini disebabkan oleh pelepasan antigen dari
miokarium setelah infark. Untuk penatalaksanaannya, diberikan NSAIDs,
aspirin atau kortikosteroid dengan dosis tinggi.
b. Aneurisma Ventrikel Lambat
Pada kasus STEMI, aneurisma boleh terbentuk di dinding ventrikel kiri karena
luas otot jantung yang infark mungkin melebar dan bergerak secara parado k
selama systole. Aneurisma verntikel kiri dapat diminimalkan dengan
menggunakan ACE inhibitors dan beta-blockers pada awal penanganan.
c. Gagal jantung kronik
Berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu setelah serangan di mana
oto jantung tidak dapat memompa darah yang adekuat untuk memenuhi
permintaan tubuh.17
2.2.6. Prognosis
a. Klasifikasi Killip11
b. Skor TIMI11
Parameter Skor
Usia > 65 tahun 1
Lebih dari 3 faktor resiko 1
Angiogram coroner sebelumnya menunjukkan stenosis >50% 1
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
Deviasi ST > 1mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1