Uji Skoring
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penilaian Sensori Pangan
dengan dosen pengampu Dewi Cakrawati, S.TP., M.Si
Oleh :
2014
I. TEORI
A. TINJAUAN BAHAN
B. TINJAUAN TEORI
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-
benar tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering
digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya
kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi
pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi
alat). (Kartika dkk., 1988).
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu
persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Kegiatan dalam langkah-langkah persiapan antara lain, mengecek nama dan
kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi
instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen
barangkali ada yang terlepas atau sobek), mengecek macam isian data.
(Arikunto,1993)
Proses perhitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing
kategori disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil perhitungan demikian hampir
selalu disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi sering diartikan sebagai
proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi (dalam arti menyusun
data ke dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses
analisa data. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan
tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca degan mudah dan
maknanya akan mudah dipahami. (Sumarsono, 2004)
Uji duncan atau juga dikenal sengan istilah Duncan Multipel Range Test
(DMRT) memiliki nilai kritis yang tidak tunggal tetapi mengikutri urutan rata-rata
yang dibandingkan. Nilai kritis uji duncan dinyatakan dalam nilai least significant
range. Uji duncan digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan
perlakuan yang ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat mempertahankan
tingkat signifikasi yang ditetapkan. (Santoso, 2005)
V. HASIL PENGAMATAN
1. Atribut Warna
+ 0,5
Data transformasi
(jumlah (X))2
=
70,024482
= 4 10
= 122,5857
((X)2 ) (Y2 )
JK Panelis = (
) JK Sampel = ( )
492,86948 1227,548
=( 4
) 122,5857 =( ) 122,5857
10
= 0,631672 = 0,172722
= 3,414301 = 2,609907
JK Panelis 0,631672
Jk Sampel 0,172722
JK Total 3,414301
JK Galat 2,609907
= 10 1 =41
=9 =3
= (10 x 4) 1 = 39 (9 + 3)
= 39 = 27
db panelis 9
db sampel 3
db total 39
db galat 27
KT panelis = KT sampel =
0,631672 0,172722
= = 3
9
= 0,070186 = 0,057574
KT total = KT galat =
3,414301 2,609907
= =
39 27
= 0,087546 = 0,096663
KT panelis 0,070186
KT sampel 0,057574
KT total 0,087546
KT galat 0,096663
F hitung =
0,057574
= 0,096663
= 0,595616
2. Atribut Rasa
+ 0,5
Data transformasi
+ 0,5
Data transformasi
4. Atribut Kerenyahan
+ 0,5
Data transformasi
Uji skoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar tahu
mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu
bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain
itu,digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam rangka
pengukuran obyektif (presisi alat). (Kartika dkk., 1988).
1. Atribut Warna
Data transformasi
2
=
60,671982
FK =
48
FK = 115,034
JK Panelis 0,477598
Jk Sampel 1,008844
JK Total 1,965954
JK Galat 0,479512
Nilai F hitung yang didapat dari analisis sidik ragam (anova) dibandingkan
dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih besar sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan. Dengan kata
lain panelis tidak mampu membedakan warna pada sampel yang diujikan. Oleh
karena itu dilakukan analisis lebih lanjut untuk dengan menggunakan uji Duncan.
0,022834
SX= = = 0,087243
3
Jumlah sampel
Jumlah Galat
2 3 4
20 2,95 3,1 3,18
SSR 21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,256494 0,26958 0,276996
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,276996= 3,723004
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,723004 dan
didapat hasil sebagai berikut :
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
Perbandingan antara sampel 247 dengan sampel berkode 586 yaitu
berselisih 0,75 yang jika dibandingkan dengan rata-rata LSR yang kedua yaitu
0,256494 maka selisih antara kedua sampel lebih besar dari pada rata-rata LSR.
Dengan begitu sampel dengan kode 247 dan sampel dengan kode 586 berbeda
nyata dari segi warna.
0,022834
SX= = = 0,057114
7
Jumlah sampel
Jumlah Galat
2 3 4
20 2,95 3,1 3,18
SSR
21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,167914 0,176482 0,181336
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,181336 = 3,818664
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,818664 dan
didapat hasil sebagai berikut :
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
2. Atribut Rasa
Data Transformasi
FK = 94,77046
Jk Panelis 0,061462
Jk Sampel 2,060347
Jk Total 3,229542
Jk Galat 1,107733
Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova)
dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih
kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan rasa pada sampel yang
diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut uji Duncan.
0,052749
SX= = = 0,132601
3
Jumlah sampel
Jumlah Galat
2 3 4
20 2,95 3,1 3,18
SSR 21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,389847 0,409738 0,421009
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,421009 = 3,578991
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,578991 dan
didapat hasil sebagai berikut :
2
=
57,007282
FK = 48
FK = 101,5572
Jk Panelis 0,199926
Jk Sampel 2,227519
Jk Total 3,442798
Jk Galat 1,015353
Nilai F hitung panelis yang didapat dari analisis sidik ragam (anova)
dibandingkan dengan nilai F yang terdapat di Tabel menunjukan nilai yang lebih
kecil sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Dengan kata lain panelis tidak mampu membedakan mutu keseragaman pori pada
sampel yang diujikan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut
uji Duncan.
0,04835
SX= = = 0,126952
3
Jumlah sampel
Jumlah Galat
2 3 4
20 2,95 3,1 3,18
SSR 21 2,94 3,09 3,175
22 2,93 3,08 3,17
LSR 0,373238 0,39228 0,403071
Nilai rata-rata dari setiap kode roti diurutkan dari yang terkecil ke yang
terbesar, namun rata-rata sampel yang digunakan bukan menggunakan data dari
transformasi namun dari data yang asli. Kemudian nilai rata-rata yang paling
besar dikurangi oleh nilai LSR yang paling tinggi juga.
Nilai rata-rata yang telah diurutkan:
Nilai rata-rata yang paling besar dikurangi dengan nilai LSR yang paling
besar juga yaitu 4-0,403071 = 3,596929
Dari nilai rata-rata yang terlah diurutkan maka ditarik garis dari yang lebih
besar dari nilai rata-rata yang telah dikurangi oleh nilai LSR yaitu 3,596929 dan
didapat hasil sebagai berikut :
Dari penarikan garis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji duncan dari
ketiga sampel yaitu sampel dengan kode 336 terdapat beda nyata dari
keseragaman pada sampel yang diujikan.
VII. KESIMPULAN
1. Uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor
yang dihubungkan dengandeskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Pada
sistem skoring, angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan
susunan meningkat atau menurun.
2. Pada pengujian atribut warna panelis tdak dapat membedakan mutu dari
sampel terhadap atribut warna secra signifikan sehingga harus dilakuka
Uji dauncen, dan dari hasil perhitungan yang didapat dapat disimpulkan
penilaian panelis terhadap atribut warna keempat sampel memiliki mutu
warna yang berbeda-beda pada semua kode.
3. Pada pengujian atribut rasa panelis dapat membedakan mutu dari rasa
secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen. Namun
sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada mutu roti
yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang didapatkan
penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586 dengan 471
tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya berbeda
nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda nyata
dengan sampel berkode 336.
4. Pada pengujian atribut keseragaman pori juga panelis dapat membedakan
mutu dari rasa secara signifikan sehingga tidak perlu dilakukan uji duncen.
Namun sampel roti sendiri belum dapat dibedakan mutunya karena ada
mutu roti yang panelis bisa nilai tidak berbeda nyata. Dan hasil yang
didapatkan penilaian panelis menyatakan bahwa sampel dengan kode 586
dengan 471 tidak memiliki perbedaan mutu yang signifikan, dan keduanya
berbeda nyata mutunya dengan sampel dengan kode 247 juga berbeda
nyata dengan sampel berkode 336.
DAFTAR PUSTAKA