Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1. Tinjauan Medis


1.1.1. Pengertian
Kejang demam atau febris convulsion adalah bangkitan kejang yang terjkadi
pada saat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang disebabkan oleh proses
ektra kranium (Ngastiyah, 229)
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu
badan tinggi ini karena kelainan ektrakranial (Lumbantobing , I)

1.1.2. Etiologi
Belum diketahui, faktor pencetus antara lain :
1) Kenaikan suhu tubuh mendadak
2) Diduga ada faktor keturunan
3) Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit

1
1.1.3. Patofisiologi
Virus, bakteri

Masuk ke dalam tubuh (port dentry)

Reaksi antigen antibody

Infeksi dalam tubuh

Metabolisme tubuh meningkat

Demam

Hipertermi / Peningkatan suhu tubuh

Kehilangan cairan abnormal Pelepasan muatan neuron otak yang mendadak



Dehidrasi Perubahan fungsi otak

Kekurangan volume cairan Kebutuhan oksigen otak kurang

Proses informasi tentang Kejang
penatalaksanaan di rumah
- Hipoksemia berat
- Hipoglikemia
- Asidemia
Defisit pengetahuan tentang - Alkalemia
penatalaksanaan di rumah
Gangguan PK Hipoglikemi
Resti pertukaran
cedera gas

1.1.4. Klasifikasi
Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
(1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga yang menderita epilepsy
(2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
(3) Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan 6 tahun
(4) Lama kejang 15 menit
(5) Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
(6) Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
(7) Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2
2) Kejang demam kompleks
Cirri :
(1) Kejang fokal
(2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang
(Lumbantobing , 4)

1.1.5. Menifestasi Klinis


Menurut liringstone kejang demam dibagi :
1) Kejang demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2) Epilipsi yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of Fever)
Diagnosa kejang demam sederhana (Liringstone) menurut FKUI RSCM
1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun
2) Kejang berlangsung sebentar, (< 15 menit)
3) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
4) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4x
5) Kejang stabil setelah 16 jam setelah timbulnya demam
6) Kejang bersifat umum
(Ngastiyah, 231)

1.1.6. Pemeriksaan Penunjang


1) Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas
kejang
2) Sel darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari
terapi obat
3) Fungsi lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal dari cairan secara
brospinal, tanda-tanda infeksi, perdarahan
4) Foto ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya fraktur
5) EEG (Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak berfungsi
6) MRI : Neulokalisasi
7) CT scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak, hematom, tumor,
abses, dll
(Dongoes, Marilyn E, Hal 262)

3
1.1.7. Penatalaksanaan
Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan
1) Memberantas kejang secepatnya mungkin
(1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
(2) Diare paru : dosis :
- BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv
- BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
- Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam Supp :
- BB 10 kg : 5 mg
- BB 10 kg : 10 mg
(4) Pengobatan penunjang
Perawatan
- Semua pakaian dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
- Bebaskan jalan nafas
- Penghisap lender teratur dan beri O2
(5) Pengobatan rumatan
Propilaksis Intermitas
- Mencegah terulangnya kejang demam
a. Diazepam paroid atau rectal
b. Campuran anti piretik dan konvulean
- Profilaksi jangka panjang
- Obat yang sering digunakan :
a. Fenobarbital
b. Sodium valpoat atau asam valpoat
c. Femition
(6)Mencari dan mengobati penyebab

1.2. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1. Pengkajian

4
1.2.1.1. Anamnesa
1) Aktivitas atau Istirahat
(1) Keletihan, kelemahan umum
(2) Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
(1) Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
(2) Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3) Intergritas Ego
(1) Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
(2) Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
(1) Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
(1) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
6) Neurosensori
(1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
(2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
(1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresi mulus
(2) Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat terjatuh
(2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial

5
(1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
(2) Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas Ego
(1) Pelebaran rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
(2) Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
4) Makanan atau cairan
(1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
(2) Hyperplasia ginginal
5) Neurosensori (karakteristik kejang)
(1) Fase prodomal :
- Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang
tidak menentu yang mengarah pada fase area.
(2) Kejang umum
- Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
- Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
- Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
(3) Kejang parsial
- Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15
menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
(4) Kenyamanan
- Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
- Perubahan pada tonus ott
- Tingkah laku distraksi atau gelisah
(5) Keamanan
- Trauma pada jaringan lunak

6
- Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

1.2.2. Rencana Asuhan Keperawatan


1.2.2.1 Risiko tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Suhu dalam batas normal (36 37 o C)
(2) RR : < 40 x/mnt
(3) N : 60-120 x/mnt
3) Intervensi :
(1) Observasi adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermia
R: Mencegah terjadinya risiko peningkatan tubuh
(2) Observasi TTV
R: Peningkatan suhu tubuh diawasi
(3) Pendidikan kesehatan kompres dingin
R: Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas tubuh dan
memberikan rasa nyaman
(4) Menganjurkan memakai pakaian yang tipis
R: Dapat membantu menyerap keringat
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hari
R: Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas

1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada
otak
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi kejang
(2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi :
(1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasien
R: Mencegah terjadinya cidera saat kejang

7
(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
R: Mencegah terjadinya aspirasi
(3) Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit
saat kejang
R: Mencegah tergigitnya lidah saat kejang
(4) Menganjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejang
R: Mengantisipasi penanganan kejang
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken tab
R: Efek obat diharapkan dapat mencegah kejang

1.2.2.3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh


1) Tujuan : Pasien dapat menunjukkan volume cairan stabil
2) Kriteria hasil :
Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, BB stabil, TTV dalam rentang
normal. Tidak ada peningkatan suhu tubuh.
3) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R: Untuk mengetahui perkembangan pasien
(2) Monitor tanda-tanda kekurangan cairan
R: Memantau terjadinya dehidrasi
(3) Catat intake dan output pasien
R: Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya makanan
(4) Monitor dan catat BB
R: Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau
penentuan kebutuhan nutrisi
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV
R: Memenuhi cairan atau nutrisi yang belum adekuatnya masukan oral

1.2.2.4 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak


kurang ( Hipoksemia berat ) sekunder terhadap terjadinya kejang
1) Batasan Karakteristik
Mayor:
(1) Perubahan frekuensi pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)

8
Minor:
(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2) Irama pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti
tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3) Kriteria Hasil
(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2) Menyatakan gejala berkurang
(3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif
untuk mengatasinya
4) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2) Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada dan kelemahan
R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3) Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan
warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenasi organ vital jaringan
(5) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan
R : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7) Kolaborasi dalam pemberian obat
R : Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan

9
1.2.2.5 PK Hipoglikemia
1) Tujuan :
Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya hiperglikemi
2) Kriteria Hasil :
1. GDP dan GDS 76 110 mg/dl.
2. GD 2 JPP < 140 mg/dl.
3. Tidak terjadi tanda tanda hiperglikemi
( penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan )
3) Intervensi
(1) Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg / dl, aceton darah positif,
bau napas keton, hipotensi, Na, K menurun,, takikardi )
R: Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan
memetabolisme lemak untuk kebutuhan energi dan menghasilkan benda
benda keton.
(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda tanda dehidrasi.
R : Mencegah hidrasi berlebihan / kekurangan hidrasi.
(3) Pantau status neurologis pasien.
R : Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi
fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak adekuat.
(4) Pantau sirkulasi pasien.
R : Dehidrasi berat menyebabkan penurunan curah jantung dan terjadi
vasokontriksi sebagai kompensasi tubuh.
(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosa
R : Memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah

1.2.2.6 Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah


1) Batasan Karakteristik
Mayor :
(1) Mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketrampilan / permintaan
informasi.
(2) Mengekspresikan suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan.

10
(3) Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau
yang diinginkan
Minor :
(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari hari.
(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis ( misal :
ansietas, depresi ) yang mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang
informasi.
Tujuan :
Pengetahuan pasien dan keluarga ( sasaran ) bertambah.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.
R : Identifikasi tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan
2. Beri HE tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh.
R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh
1.2.3. Evaluasi
1) Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Volume cairan pasien dapat terpenuhi secara adekuat

11
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM

Nama Mahasiswa : Citrawatik Dwi Skripsia


NIM : B1.07.10
Tanggal Pengkajian : 1 April 2009
No. Register : 662132
Ruang : Ruang Anak RS.Baptis Kediri.

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kediri, 21 1 2008
Umur : 13 bulan
Anak ke : 1
Nama Ayah : Tn. J
Nama Ibu : Ny.Y
Pekerjaan Ayah : Guru
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu : SMU
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Ds. Pojok Mojoroto Kediri
Tanggal MRS : 29 3 2009 Jam 09.00 WIB
Diagnosa Medis : Febris konvulsi

2.2 RIWAYAT KEPERAWATAN ( NURSING HISTORY )


2.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang

12
1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan badan anak panas naik
turun.
2. Lama Keluhan : Sejak kemarin sore ( tanggal 28 3 2009 )
3. Akibat timbulnya keluhan: Anak kejang 2 kali dan lama kejaang 1 menit.
4. Faktor yang memperberat : Ibu mengatakan anak sedang pilek.
5. Upaya untuk mengatasi : Memberi kompres hangat di seluruh tubuh.

2.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya


1. Prenatal :
Kehamilan pertama, pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan dan melakukan
kunjungan (ANC) sebanyak 6x. ibu juga imunisasi TT 1x, ibu rutin olah raga
dengan jalan jalan pagi, selama hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi jamu
jamuan tradisional.
Natal :
Pasien lahir secara spontan vertex dengan ditolong bidan. BB lahir 3300 gram,
panjang badan = 55 cm, bayi langsung menangis saat lahir.
Post Natal :
Pasien lahir tanpa kelainan kongenital, ASI ibu lancar.
2. Luka / Operasi
Pasien tidak pernah menjalani operasi.
3. Alergi
Ibu pasien mengatakan An.T tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan
atau debu.
4. Pola Kebiasaan
Ibu pasien mengatakan
Saat dirumah anak terbiasa makan sendiri, makan teratur dengan menu
makan biasa ( nasi, lauk, pauk, sayur ), di RS anak sulit makan dan makan
pagi habis 5 sendok makan.
Di rumah anak terbiasa minum ASI cukup dan kadang kadang minum
susu formula Indomilk
Saat badan panas anak sulit minum.
An.T terbiasa tidur siang 1 2 jam / hari dan tidur malam 7-8 jam / hari.

13
Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu
penting ?
5. Tumbuh Kembang :
An.T mampu berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian
dengan sedikit bantuan, berbicara 1 2 kata.
Imunisasi :
An.P sudah mendapat imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III,
Campak. di Posyandu / bidan.
Status Gizi :
BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )
TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )
Lingkar kepala : 45 cm
LILA : 15 cm
Turgor kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut hitam.

Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson :


An.T berada dalam tahap toddler atau merupakan tahap kemandirian, rasa
malu dan ragu. Anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam tugas
tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah bias berjalan
sendiri dan berbicara 6 kata. Pada tahap ini, anak juga akan merasakan malu
apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak memberi kemandirian /
kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.

Teori Kepribadian anak menurut Teori Psikoseksual Sigmund Freud :


An.T berada dalam tahap anal dimana anak menunjukkan kepuasan adalah
pada pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan keakuannya dan sikapnya
yang narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan sangat egoistic. Anak
menunjukkan sikap kurang dalam pengendalian diri.

2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Komposi Keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 1 orang anak.
2. Lingkungan rumah dan komunitas

14
Rumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya lebih
bersosialisasi satu dengan lainnya dibuktikan dengan banyaknya kunjungan
dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di Ruang Anak
3. Kultur dan kepercayaan
Ibu pasien mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga
kesehatan keluarga dan kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.
Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres
hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat
demam anak semakin bertambah tinggi.
Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
4. Fungsi dan hubungan keluarga
Komunikasi orang tua dengan anak baik dan lancar. Peran ibu sebagai
pengasuh anak masih bisa dikendalikan.
5. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ibu pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan.
Ibu pasien bertanya apa yang harus diperhatikan saat di rumah.
6. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
Orang tua pasien mengatakan memiliki pandangan bahwa penyakit pasien
akan bisa cepat sembuh bila rutin minum obat.

2.2.4 Observasi Dan Pemeriksaan Fisik ( Body System )


1. Pernafasan ( B1 : Breathing )
Respirasi : 24 x / menit
Pada inspeksi hidung dan pergerakan dada simetris.
Pada auskultasi suara nafas baik pada trachea, bronchovesikuler dan
vesikuler tidak terdapat suara nafas tambahan.
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Pasien pilek
Tidak terdapat sianosis baik pada ekstremitas maupun bibir.
Pasien aktif beraktivitas.
BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )
TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )

15
2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )
Nadi : 100 x/menit, irama teratur
Suhu : 36 4 0C
Suhu tanggal 31 3 2009 jam 12 am : 38 8 O C
Pengisian kapiler ( CRT ) cepat.
Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat mur mur.
3. Persyarafan ( B3 : Brain )
Tingkat kesadaran composmentis.
GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6.
Anak rewel.
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya
+/+
4. Perkemihan Eliminasi Urine ( B4 : Bladder )
Tidak ada riwayat gangguan saat BAK.
Bladder lunak.
BAK spontan.
BAK 5 6 x / hari, kadang mengompol
5. Pencernaan Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Pada inspeksi tidak terdapat jaringan parut pada abdomen.
Tidak terdapat asites..
Pada perkusi suara tympani.
Bising usus 8 x/menit.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, perut lunak.
6. Tulang Otot Integumen ( B6 : Bone )
Tidak tedapat nyeri tekan otot.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat edema ekstremitas.
Tidak terdapat kelainan tulang belakang
MMT
5 5
5 5
16
7. Sistem Endokrin
Tidak ada riwayat penyakit DM

2.2.5 Diagnostic Test / Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Darah Lengkap ( 29
3 2009 )
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi
WBC 9.3 K/uL 4.1 10.9 K/uL Normal
LYM 3.8 40.4 %L 0.6 4.1 10.0 58.5%L Normal
MID 0.6 6.8 %M 0.0 1.8 0.1 24.0%M Normal
GRAN 4.9 52.8%G 2.0 7.8 37.0 92.0%G Menurun
RBC 4.74 M/uL 4.20 6.30 M/uL Normal
HGB 10.1 g/dl 12.0 18.0 g/dl Menurun
HCT 30.6 % 37.0 51.0 % Menurun
MCV 64.6 fL 80.0 97.0 fL Menurun
MCH 21.3 pg 26.0 32.0 pg Menurun
MCHC 33.0 g/dl 31.0 36.0 g / dl Normal
RDW 15.0 % 11.5 14.5 % Meningkat
PLT 258 K / ul 140 440 K/uL Normal
2. Pemeriksaan CRP ( 29 3 2009 )
CRP : 4,98 mg/dl
3. Kimia Darah Tanggal 14 1 2009
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi
GDS 112 mg/dl 76 110 mg/dl Meningkat
Na 139 mEq/L 136 145 mEq/L Normal
K 4.2 mEq/L 3.6 5.0 mEq/L Normal
Kalsium 4,6 mEq /L 3.4 4.7 mmol/L Normal

4. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Terapi
Valim 2,5 mg IV Prn Kejang dapat diulang max 3X selang 5 menit
Valdimex 2 mg Tid PO bila panas dan selama panas
Paracetamol 4 cc Q 5 jam ( rutin 1 hari )
Biokid 5 cc QH
Nasafed 1,5 cc Tid
Fres 2,5 cc QH
Dexametason 2,5 mg IV Q 8 Jam ( rutin 1 hari )

17
IV Kaen 4B 25 cc / jam
Diit Nasi LPLC

Kediri, 1 4 2009
Mahasiswa,

Citrawatik Dwi Skripsia

2.3 ANALISA DATA


No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. DS: - Virus, bakteri Risiko hipertermi
DO : / Peningkatan
-
S ; 36 4 O C Masuk ke dalam tubuh (port dentry) suhu tubuh
-
S tanggal 31-3-
2009 jam 12 am : Reaksi antigen antibody
38 8 O C
-
Pasien MRS karena Infeksi dalam tubuh
kejang 2 X
-
Tidak terdapat Metabolisme tubuh meningkat
kelumpuhan
ekstremitas, reflek Demam
patella + / +.
Risiko hipertermi /
Peningkatan suhu tubuh
18

2. DS : Dfisit
Proses informasi tentang
Ayah pasien
pengetahuan
mengatakan penatalaksanaan saat di rumah
mempunyai budaya tentang

memberi kompres penatalaksanaan
hangat saat anak Dfisit pengetahuan tentang
panas karena yakin saat di rumah
penatalaksanaan saat di rumah
kalau kompres
dingin akan
membuat demam
anak semakin
bertambah tinggi.
Ibu pasien
mengatakan saat
badan panas anak
sulit minum.
DO :
Ibu pasien
bertanya tentang
apakah pemberian
minum saat anak
panas itu penting ?
Ayah pasien
bertanya tentang
cara pemberian
compres saat anak
panas?

19

Proses informasi tentang


penatalaksanaan di rumah
2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.4.1 Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam sekunder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai dengan S ; 36 4 O C ,
Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C , pasien MRS karena kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
2.4.2 Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah berhubungan dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai
dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam
anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas anak sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak
panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian kompres saat anak panas?

2.5 PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Tanggal Tanggal
Dibuat/Paraf dihentikan/
Paraf
1. Risiko hipertermi / Tujuan : 1. Ukur TTV ( suhu dan nadi ) 1. Me 1 4 2009
Peningkatan suhu tubuh mantau peningkatan
Tidak terjadi
berhubungan dengan metabolisme dan proses
demam sekumder peningkatan suhu tubuh. infeksi yang dapat
terhadap metabolisme menimbulkan kejang.
tubuh meningkat yang
ditandai dengan S ; 36 4 Kriteria hasil : 2. Pantau adanya / terjadinya
O C
, Suhu tanggal 31-3- 2. Ba
1. S : 36 kejang berulang
2009 jam 12 am : 388OC ngkitan kejang berulang
, pasien MRS karena 37 O C dapat terjadi apabila terjadi
kejang 2 X, tidak kenaikan suhu mendadak
2. Anak
terdapat kelumpuhan yang melebihi tingkat
ekstremitas, reflek tidak kejang adaptasi tubuh.
patella + / +.
20
3. Akral 3. Observasi KU pasien, akral
hangat pasien / perfusi
3. Ke
4. Nadi 90 adaan perfusi perifer
menunjukkan sirkulasi
110 x / menit. 4. Kolaborasi dengan dokter
adekuat.
dalam pemberian terapi :
4. Ant
Antipiretik.
ipiretik sebagai pengacu daru
Antikonvulsi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus sehingga dapat
Steroid mengatasi dan mencegah
terjadinya peningkatan suhu
tubuh melebihi tingkat
adaptasi tubuh.
Antikonvulsi untuk
mengurangi letupan neural,
membantu aktifitas asam
amino penghambat atau
mengurangi letupan lambat
dari neuron talamus.
Steroid sebagai pemutus
rantai infeksi tetapi dapat
menimbulkan sistem imun.

21
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Tanggal Tanggal
Dibuat/Par dihentikan/
af Paraf

22
2. Dfisit pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Identifikasi 1 4 2009
tentang penatalaksanaan Keluarga pasien dapat
pengetahuan keluarga tingkat pengetahuan sasaran
saat di rumah mengetahui dan memahami
berhubungan dengan tentang penatalaksanaan saat tentang penatalaksanaan di penyuluhan
proses informasi tentang di rumah saat anak panas.
rumah pada pasien demam /
penatalaksanaan saat di Kriteria hasil :
rumah yang ditandai 1. Keluarga dapat peningkatan suhu tubuh.
dengan ayah pasien menjelaskan pengertian
2. Beri HE tentang 2. Memberi
mengatakan mempunyai peningkatan suhu tubuh.
budaya memberi kompres 2. Keluarga dapat penatalaksanaan dirumah informasi kepada keluarga
hangat saat anak panas menjelaskan dampak
saat terjadi panas. dan tentang penatalaksanaan
karena yakin kalau peningkatan suhu tubuh
kompres dingin akan 3. Keluarga dapat kejang dirumah saat terjadi panas.
membuat demam anak menjelaskan fugsi
dan kejang
semakin bertambah tinggi, penatalaksanaan dirumah
ibu pasien mengatakan saat terjadi panas.
saat badan panas anak 4. Keluarga dapat
sulit minum, ibu pasien menjelaskan
bertanya tentang apakah penatalaksanaan dirumah
pemberian minum saat saat terjadi panas. dan
anak panas itu penting ?, kejang
ayah pasien bertanya
tentang cara pemberian
kompres saat anak panas?

23
2.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2.6.1 Diagnosa Keperawatan :
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam
sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai dengan S ;
364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C
, pasien MRS karena
kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.

Tujuan :
Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

Kriteria hasil :
1. S : 36 37 O C
2. Anak tidak
kejang
3. Akral hangat
4. Nadi 90 110 x /
menit.

Implementasi Keperawatan :
Tanggal Jam Implementasi Keperawatan
1 4 2009 8 am 1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
fisik
8 am 2. Mengukur suhu dan nadi
9 am 3. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi antipiretik paracetamol 4
cc PO
10 am 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi steroid oradexon 2,5 mg
IV
12 am 5. Mengukur TTV ( suhu dan nadi )
12 am 6. Memantau adanya / terjadinya kejang
berulang
12 am 7. Melakukan observasi KU pasien, akral
pasien / perfusi perifer

20
2.6.2 Diagnosa Keperawatan :
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah berhubungan
dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai
dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat
saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam
anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas anak
sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak
panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian kompres
saat anak panas?

Tujuan :
Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
saat di rumah saat anak panas dan kejang.

Kriteria hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh.
2. Keluarga dapat menjelaskan dampak peningkatan suhu tubuh
3. Keluarga dapat menjelaskan fugsi penatalaksanaan dirumah saat terjadi
panas.
4. Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.
dan kejang

Implementasi Keperawatan :
Tanggal Jam Implementasi Keperawatan
1 4 2009 9 am 1. Mengkaji tingkat
pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh.
10.30 am
2. Memberi HE tentang penatalaksanaan
dirumah saat terjadi panas. dan kejang
(POA terlampir )

21
2.7 EVALUASI
Tanggal / Jam Diagnosa Evaluasi
1 4 2009 Risiko hipertermi / S :-
12 am Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan O :
demam sekumder terhadap S : 36 2 O C
metabolisme tubuh Nadi : 100 X / menit
meningkat yang ditandai Tidak terjadi kejang berulang
dengan S ; 364 O C , Suhu Akral hangat
tanggal 31-3-2009 jam 12
8OC
am : 38 , pasien MRS A : Masalah tidak menjadi aktual
karena kejang 2 X, tidak
terdapat kelumpuhan P : Rencana tindakan keperawatan no 1
ekstremitas, reflek patella 4 dilanjutkan :
+ / +. 1.
Ukur TTV ( suhu dan nadi )
2.
Pantau adanya / terjadinya kejang
berulang
3.
Observasi KU pasien, akral pasien /
perfusi perifer
4.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi :
Antipiretik.
Antikonvulsi
Steroid

1 4 2009 Dfisit pengetahuan S :


tentang penatalaksanaan
12 am Ayah pasien menjelaskan
saat di rumah berhubungan
dengan proses informasi pengertian peningkatan suhu tubuh
tentang penatalaksanaan
adalah suhu tubuh diatas normal /
saat di rumah yang
ditandai dengan ayah lebih dari 38OC
pasien mengatakan
Ibu pasien mengatakan dampak

22
mempunyai budaya panas yang tidak teratasi dapat
memberi kompres hangat
terjadi kejang pada anak.
saat anak panas karena
yakin kalau kompres Ayah pasien mengatakan tujuan
dingin akan membuat
penatalaksanaan panas saat di rumah
demam anak semakin
bertambah tinggi, ibu adalah untuk mencegah terjadinya
pasien mengatakan saat
kejang pada anak.
badan panas anak sulit
minum, ibu pasien Ayah dan ibu pasien menjelaskan
bertanya tentang apakah
pemberian minum saat yang dapat dilakukan dirumah saat
anak panas itu penting ?, anak panas adalah dengan memberi
ayah pasien bertanya
tentang cara pemberian minum banyak, memberi obat
compres saat anak panas? penurun panas dan memberi
kompres. Dan yang dapat dilakukan
saat anak kejang di rumah adalah
dengan tidak memasukkan benda
apapun ke dalam mulut, melindungi
anak agar tidak cidera, melonggarkan
pakaian anak, miringkan badan anak
supaya nafas bisa longgar.

O : Keluarga kooperatif dengan


mahasiswa.

A : Tujuan tercapai

P : Rencana tindakan dihentikan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung
Seto.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius


FKUI. Edisi III.

Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta :
EGC.

24
25
STIKES RS.BAPTIS KEDIRI
HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS : KEJANG DEMAM
HE Untuk Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan Sasaran Penyuluhan : Pasien dan Keluarga
saat di rumah berhubungan dengan proses
Hari / Tanggal : Rabu/ 1 April 2009
informasi tentang penatalaksanaan saat di
rumah Tempat : GU 2 Ruang Anak/ 210-1
Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.
dan kejang
NO TUJUAN INSTRUKSIONAL RINCIAN MATERI AVA EVALUASI
UMUM KHUSUS
1. Keluarga pasien dapat 1. Keluarga dapat 1. Peningkatan suhu Leaflet S:
menjelaskan tubuh adalah suhu tubuh diatas normal / lebih
mengetahui dan Ayah pasien menjelaskan
pengertian dari 38 O C
memahami tentang peningkatan suhu pengertian peningkatan suhu tubuh
tubuh.
penatalaksanaan saat di adalah suhu tubuh diatas normal /
2. Keluarga dapat
rumah saat anak panas menjelaskan dampak 2. Dampak / akibat lebih dari 38OC
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh yang tidak teratasi
dan kejang. Ibu pasien mengatakan dampak
tubuh dapat terjadi kejang.
3. Keluarga dapat panas yang tidak teratasi dapat
menjelaskan fungsi
penatalaksanaan 3. Fungsi / tujuan terjadi kejang pada anak.
dirumah saat terjadi penatalaksanaan di rumah saat terjadi panas / Ayah pasien mengatakan tujuan
panas. demam adalah untuk menurunkan panas dan
4. Keluarga dapat mencegah terjadinya kejang. penatalaksanaan panas saat di rumah
menjelaskan adalah untuk mencegah terjadinya
penatalaksanaan 4. Penatalaksanaan di
25
dirumah saat terjadi rumah saat terjadi panas / demam : kejang pada anak.
panas. dan kejang
Ayah dan ibu pasien
1) Memberi anak air minum
yang banyak / lebih dari biasanya, menjelaskan yang dapat dilakukan
sebagai pengganti cairan yang hilang
dirumah saat anak panas adalah
karena peningkatan suhu tubuh.
2) Menyediakan dan dengan memberi minum banyak,
memberikan obat penurun panas di
memberi obat penurun panas dan
rumah saat anak panas.
3) Memberikan kompres hangat memberi kompres. Dan yang dapat
pada anak.
dilakukan saat anak kejang di rumah
Kompres hangat adalah suatu
prosedur menggunakan kain / handuk adalah dengan tidak memasukkan
yang telah di celupkan pada air
benda apapun ke dalam mulut,
hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu. melindungi anak agar tidak cidera,
melonggarkan pakaian anak,
Manfaat kompres hangat :
Memberikan rasa nyaman dan dapat miringkan badan anak supaya nafas
menurunkan suhu tubuh dalam bisa longgar.
menangani kasus pireksia.

Alat dan bahan yang harus O : Keluarga kooperatif dengan


disiapkan :Larutan kompres berupa
air hangat 40 C dalam wadahnya mahasiswa.
( dalam kom), handuk / kain / wash
lap untuk kompres, handuk
A : Tujuan tercapai
26
pengering, thermometer.
P : Rencana tindakan dihentikan.
Prosedur :

(1) Siapkan alat, anak, dan


lingkungan.

(2) Cuci tangan

(3) Ukur suhu tubuh anak

(4) Basahi kain pengompres dengan


air, peras kain sehingga tidak
terlalu basah.

(5) Letakkan kain pada daerah yang


akan dikompres ( dahi, ketiak,
leher belakang, perut ).

(6) Tutup kain kompres dengan


handuk kering

(7) Apabila kain telah kering atau


suhu kain relative menjadi dingin,
masukkan kembali kain kompres
ke dalam cairan kompres dan
letakkan kembali di daerah

27
kompres, lakukan berulang-ulang
hingga efek yang diinginkan
dicapai

(8) Evaluasi hasil dengan mengukur


suhu tubuh klien setelah 20 menit

(9) Setelah selesai, keringkan daerah


kompres atau bagian tubuh yang
basah dan rapikan alat

(10) Cuci tangan

4) Segera dibawa ke dokter

Penatalaksanaan di rumah saat terjadi kejang:


1) Lindungi anak dari cidera
2) Jika anak berdiri / duduk
sehingga terdapat kemungkinan jatuh,
turunkan anak agar tidak jatuh.
3) Jangan memasukkan benda
apapun ke dalam mulut anak.
4) Longgarkan pakaian bila ketat.
5) Cegah anak agar tidak
terpukul benda tajam, lapisi setiap benda
yang mungkin terbentur oleh anak dan
singkirkan semua benda tajam dari
daerah tersebut.
28
6) Miringkan badan anak untuk
menfasilitasi bersihan jalan nafas dan
secret.
7) Segera bawa ke dokter.

Kediri,1 4 2009
Mengetahui Mahasiswa
Penguji

Tri Sulistyarini,A.Per Pen Citrawatik Dwi Skripsia

29
1

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Pterigium
    Leaflet Pterigium
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Pterigium
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ivd
    Bab 1 Ivd
    Dokumen11 halaman
    Bab 1 Ivd
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen13 halaman
    LP Diare
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Contoh
    Contoh
    Dokumen3 halaman
    Contoh
    vivi
    Belum ada peringkat
  • LP LANSIA-HIPERTENSI
    LP LANSIA-HIPERTENSI
    Dokumen25 halaman
    LP LANSIA-HIPERTENSI
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ivd
    Bab 1 Ivd
    Dokumen11 halaman
    Bab 1 Ivd
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi Koe
    Askep Hipertensi Koe
    Dokumen20 halaman
    Askep Hipertensi Koe
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep GEA Yudha Lely
    Askep GEA Yudha Lely
    Dokumen27 halaman
    Askep GEA Yudha Lely
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB I Askep CVA
    BAB I Askep CVA
    Dokumen31 halaman
    BAB I Askep CVA
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep PJK
    Askep PJK
    Dokumen12 halaman
    Askep PJK
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Dokumen30 halaman
    Askep Pneumonia
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Dokumen26 halaman
    Askep Anemia
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Dokumen20 halaman
    Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Varicela
    Varicela
    Dokumen29 halaman
    Varicela
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksterna
    Otitis Eksterna
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksterna
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • GGK Arum
    GGK Arum
    Dokumen21 halaman
    GGK Arum
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Gga Untuk Arum
    Gga Untuk Arum
    Dokumen5 halaman
    Gga Untuk Arum
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • DM Bab 1
    DM Bab 1
    Dokumen25 halaman
    DM Bab 1
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep CVA INFARK
    Askep CVA INFARK
    Dokumen13 halaman
    Askep CVA INFARK
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Varicela
    Varicela
    Dokumen29 halaman
    Varicela
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat