TINJAUAN TEORI
1.1.2. Etiologi
Belum diketahui, faktor pencetus antara lain :
1) Kenaikan suhu tubuh mendadak
2) Diduga ada faktor keturunan
3) Respon alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
1
1.1.3. Patofisiologi
Virus, bakteri
Masuk ke dalam tubuh (port dentry)
Reaksi antigen antibody
Infeksi dalam tubuh
Metabolisme tubuh meningkat
Demam
Hipertermi / Peningkatan suhu tubuh
1.1.4. Klasifikasi
Menurut Fukuyama menjadi 2 golongan
1) Kejang demam sederhana
Ciri :
(1) Sebelumnya tidak ada riwayat keluerga yang menderita epilepsy
(2) Sebelumnya tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
(3) Serangan demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan 6 tahun
(4) Lama kejang 15 menit
(5) Tidak didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
(6) Tidak didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
(7) Kejang tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2
2) Kejang demam kompleks
Cirri :
(1) Kejang fokal
(2) Kejang > 15 menit
(3) Kejang berulang
(Lumbantobing , 4)
3
1.1.7. Penatalaksanaan
Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan
1) Memberantas kejang secepatnya mungkin
(1) Obat pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
(2) Diare paru : dosis :
- BB 10 kg : 0,5 0,7 mg/kg BB Iv
- BB 20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
- Usia 5 tahun : 0,3 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam Supp :
- BB 10 kg : 5 mg
- BB 10 kg : 10 mg
(4) Pengobatan penunjang
Perawatan
- Semua pakaian dibuka
- Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
- Bebaskan jalan nafas
- Penghisap lender teratur dan beri O2
(5) Pengobatan rumatan
Propilaksis Intermitas
- Mencegah terulangnya kejang demam
a. Diazepam paroid atau rectal
b. Campuran anti piretik dan konvulean
- Profilaksi jangka panjang
- Obat yang sering digunakan :
a. Fenobarbital
b. Sodium valpoat atau asam valpoat
c. Femition
(6)Mencari dan mengobati penyebab
4
1.2.1.1. Anamnesa
1) Aktivitas atau Istirahat
(1) Keletihan, kelemahan umum
(2) Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
(1) Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
(2) Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan
3) Intergritas Ego
(1) Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau
penanganan
(2) Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam berhubungan
4) Eliminasi
(1) Inkontinensia epirodik
5) Makanan atau cairan
(1) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan
aktivitas kejang
6) Neurosensori
(1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma
kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
(2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
(3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
(2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
(1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresi mulus
(2) Fase posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat terjatuh
(2) Adanya alergi
10) Interaksi Sosial
5
(1) Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
(2) Perubahan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas Ego
(1) Pelebaran rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
(2) Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
4) Makanan atau cairan
(1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
(2) Hyperplasia ginginal
5) Neurosensori (karakteristik kejang)
(1) Fase prodomal :
- Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang
tidak menentu yang mengarah pada fase area.
(2) Kejang umum
- Tonik klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
- Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
- Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
(3) Kejang parsial
- Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15
menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
(4) Kenyamanan
- Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
- Perubahan pada tonus ott
- Tingkah laku distraksi atau gelisah
(5) Keamanan
- Trauma pada jaringan lunak
6
- Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.2.2 Risiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada
otak
1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual
2) Kriteria hasil :
(1) Tidak terjadi kejang
(2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi :
(1) Menganjurkan orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasien
R: Mencegah terjadinya cidera saat kejang
7
(2) Menganjurkan orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
R: Mencegah terjadinya aspirasi
(3) Menganjurkan keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit
saat kejang
R: Mencegah tergigitnya lidah saat kejang
(4) Menganjurkan orang tua memantau tanda-tanda kejang
R: Mengantisipasi penanganan kejang
(5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken tab
R: Efek obat diharapkan dapat mencegah kejang
8
Minor:
(1) Takipnea, hipernea, hiperventilasi
(2) Irama pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti
tanda vital, nilai AGD dan ekspresi wajah.
3) Kriteria Hasil
(1) Menunjukkan frekuensi pernafasan yang efektif
(2) Menyatakan gejala berkurang
(3) Menyatakan faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif
untuk mengatasinya
4) Intervensi dan rasional :
(1) Observasi TTV
R : Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang diberikan
(2) Kaji adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya
ekspansi dinding dada dan kelemahan
R : Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3) Berikan posisi tidur semi fowler
R : Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan
warna kulit termasuk membran mukosa dan kuku
R : Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenasi organ vital jaringan
(5) Tingkatkan tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan
R : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder
terhadap penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7) Kolaborasi dalam pemberian obat
R : Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
9
1.2.2.5 PK Hipoglikemia
1) Tujuan :
Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya hiperglikemi
2) Kriteria Hasil :
1. GDP dan GDS 76 110 mg/dl.
2. GD 2 JPP < 140 mg/dl.
3. Tidak terjadi tanda tanda hiperglikemi
( penurunan kesadaran, keringat dingin, kesemutan )
3) Intervensi
(1) Pantau tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg / dl, aceton darah positif,
bau napas keton, hipotensi, Na, K menurun,, takikardi )
R: Bila insulin tidak tersedia, glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan
memetabolisme lemak untuk kebutuhan energi dan menghasilkan benda
benda keton.
(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda tanda dehidrasi.
R : Mencegah hidrasi berlebihan / kekurangan hidrasi.
(3) Pantau status neurologis pasien.
R : Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi
fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak adekuat.
(4) Pantau sirkulasi pasien.
R : Dehidrasi berat menyebabkan penurunan curah jantung dan terjadi
vasokontriksi sebagai kompensasi tubuh.
(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosa
R : Memenuhi kebutuhan glukosa dalam darah
10
(3) Melakukan dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau
yang diinginkan
Minor :
(1) Kurang integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari hari.
(2) Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologis ( misal :
ansietas, depresi ) yang mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang
informasi.
Tujuan :
Pengetahuan pasien dan keluarga ( sasaran ) bertambah.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh.
R : Identifikasi tingkat pengetahuan sasaran penyuluhan
2. Beri HE tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh.
R : Memberi informasi tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh
1.2.3. Evaluasi
1) Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Volume cairan pasien dapat terpenuhi secara adekuat
11
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM
12
1. Keluhan Utama : Ibu pasien mengatakan badan anak panas naik
turun.
2. Lama Keluhan : Sejak kemarin sore ( tanggal 28 3 2009 )
3. Akibat timbulnya keluhan: Anak kejang 2 kali dan lama kejaang 1 menit.
4. Faktor yang memperberat : Ibu mengatakan anak sedang pilek.
5. Upaya untuk mengatasi : Memberi kompres hangat di seluruh tubuh.
13
Ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak panas itu
penting ?
5. Tumbuh Kembang :
An.T mampu berjalan maju mundur, berlari lari, dan membuka pakaian
dengan sedikit bantuan, berbicara 1 2 kata.
Imunisasi :
An.P sudah mendapat imunisasi BCG,DPT 1 3, Polio 1 5, Hep I III,
Campak. di Posyandu / bidan.
Status Gizi :
BB : 8,3 kg ( BB normal : 9,2 10,6 kg )
TB : 72,2 cm ( TB normal : 73 77 cm )
Lingkar kepala : 45 cm
LILA : 15 cm
Turgor kulit baik, pertumbuhan rambut lebat, warna rambut hitam.
14
Rumah berada di pedesaan dengan kehidupan masyarakatnya lebih
bersosialisasi satu dengan lainnya dibuktikan dengan banyaknya kunjungan
dari tetangga sekitar ketika anak dirawat di Ruang Anak
3. Kultur dan kepercayaan
Ibu pasien mengatakan percaya bahwa Tuhan senantiasa menjaga
kesehatan keluarga dan kesehatan adalah anugerah dari Tuhan.
Ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres
hangat saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat
demam anak semakin bertambah tinggi.
Ayah pasien bertanya tentang cara pemberian compres saat anak
panas?
4. Fungsi dan hubungan keluarga
Komunikasi orang tua dengan anak baik dan lancar. Peran ibu sebagai
pengasuh anak masih bisa dikendalikan.
5. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ibu pasien mengatakan anak sangat aktif bermain tetapi sulit makan.
Ibu pasien bertanya apa yang harus diperhatikan saat di rumah.
6. Persepsi keluarga tentang penyakit klien
Orang tua pasien mengatakan memiliki pandangan bahwa penyakit pasien
akan bisa cepat sembuh bila rutin minum obat.
15
2. Cardiovascular ( B2 : Bleeding )
Nadi : 100 x/menit, irama teratur
Suhu : 36 4 0C
Suhu tanggal 31 3 2009 jam 12 am : 38 8 O C
Pengisian kapiler ( CRT ) cepat.
Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat mur mur.
3. Persyarafan ( B3 : Brain )
Tingkat kesadaran composmentis.
GCS (15) : E : 4; V : 5; M : 6.
Anak rewel.
Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Pada mata, pupil isokor dengan diameter 3 / 3 mm, reaksi terhadap cahaya
+/+
4. Perkemihan Eliminasi Urine ( B4 : Bladder )
Tidak ada riwayat gangguan saat BAK.
Bladder lunak.
BAK spontan.
BAK 5 6 x / hari, kadang mengompol
5. Pencernaan Eliminasi Alvi ( B5 : Bowel )
Pada inspeksi tidak terdapat jaringan parut pada abdomen.
Tidak terdapat asites..
Pada perkusi suara tympani.
Bising usus 8 x/menit.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, perut lunak.
6. Tulang Otot Integumen ( B6 : Bone )
Tidak tedapat nyeri tekan otot.
Turgor kulit baik.
Tidak terdapat edema ekstremitas.
Tidak terdapat kelainan tulang belakang
MMT
5 5
5 5
16
7. Sistem Endokrin
Tidak ada riwayat penyakit DM
4. Rontgen
Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Terapi
Valim 2,5 mg IV Prn Kejang dapat diulang max 3X selang 5 menit
Valdimex 2 mg Tid PO bila panas dan selama panas
Paracetamol 4 cc Q 5 jam ( rutin 1 hari )
Biokid 5 cc QH
Nasafed 1,5 cc Tid
Fres 2,5 cc QH
Dexametason 2,5 mg IV Q 8 Jam ( rutin 1 hari )
17
IV Kaen 4B 25 cc / jam
Diit Nasi LPLC
Kediri, 1 4 2009
Mahasiswa,
19
2.5 PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Tanggal Tanggal
Dibuat/Paraf dihentikan/
Paraf
1. Risiko hipertermi / Tujuan : 1. Ukur TTV ( suhu dan nadi ) 1. Me 1 4 2009
Peningkatan suhu tubuh mantau peningkatan
Tidak terjadi
berhubungan dengan metabolisme dan proses
demam sekumder peningkatan suhu tubuh. infeksi yang dapat
terhadap metabolisme menimbulkan kejang.
tubuh meningkat yang
ditandai dengan S ; 36 4 Kriteria hasil : 2. Pantau adanya / terjadinya
O C
, Suhu tanggal 31-3- 2. Ba
1. S : 36 kejang berulang
2009 jam 12 am : 388OC ngkitan kejang berulang
, pasien MRS karena 37 O C dapat terjadi apabila terjadi
kejang 2 X, tidak kenaikan suhu mendadak
2. Anak
terdapat kelumpuhan yang melebihi tingkat
ekstremitas, reflek tidak kejang adaptasi tubuh.
patella + / +.
20
3. Akral 3. Observasi KU pasien, akral
hangat pasien / perfusi
3. Ke
4. Nadi 90 adaan perfusi perifer
menunjukkan sirkulasi
110 x / menit. 4. Kolaborasi dengan dokter
adekuat.
dalam pemberian terapi :
4. Ant
Antipiretik.
ipiretik sebagai pengacu daru
Antikonvulsi pusat pengaturan suhu di
hipotalamus sehingga dapat
Steroid mengatasi dan mencegah
terjadinya peningkatan suhu
tubuh melebihi tingkat
adaptasi tubuh.
Antikonvulsi untuk
mengurangi letupan neural,
membantu aktifitas asam
amino penghambat atau
mengurangi letupan lambat
dari neuron talamus.
Steroid sebagai pemutus
rantai infeksi tetapi dapat
menimbulkan sistem imun.
21
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Tanggal Tanggal
Dibuat/Par dihentikan/
af Paraf
22
2. Dfisit pengetahuan Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Identifikasi 1 4 2009
tentang penatalaksanaan Keluarga pasien dapat
pengetahuan keluarga tingkat pengetahuan sasaran
saat di rumah mengetahui dan memahami
berhubungan dengan tentang penatalaksanaan saat tentang penatalaksanaan di penyuluhan
proses informasi tentang di rumah saat anak panas.
rumah pada pasien demam /
penatalaksanaan saat di Kriteria hasil :
rumah yang ditandai 1. Keluarga dapat peningkatan suhu tubuh.
dengan ayah pasien menjelaskan pengertian
2. Beri HE tentang 2. Memberi
mengatakan mempunyai peningkatan suhu tubuh.
budaya memberi kompres 2. Keluarga dapat penatalaksanaan dirumah informasi kepada keluarga
hangat saat anak panas menjelaskan dampak
saat terjadi panas. dan tentang penatalaksanaan
karena yakin kalau peningkatan suhu tubuh
kompres dingin akan 3. Keluarga dapat kejang dirumah saat terjadi panas.
membuat demam anak menjelaskan fugsi
dan kejang
semakin bertambah tinggi, penatalaksanaan dirumah
ibu pasien mengatakan saat terjadi panas.
saat badan panas anak 4. Keluarga dapat
sulit minum, ibu pasien menjelaskan
bertanya tentang apakah penatalaksanaan dirumah
pemberian minum saat saat terjadi panas. dan
anak panas itu penting ?, kejang
ayah pasien bertanya
tentang cara pemberian
kompres saat anak panas?
23
2.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2.6.1 Diagnosa Keperawatan :
Risiko hipertermi / Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan demam
sekumder terhadap metabolisme tubuh meningkat yang ditandai dengan S ;
364 O C , Suhu tanggal 31-3-2009 jam 12 am : 38 8 O C
, pasien MRS karena
kejang 2 X, tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, reflek patella + / +.
Tujuan :
Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil :
1. S : 36 37 O C
2. Anak tidak
kejang
3. Akral hangat
4. Nadi 90 110 x /
menit.
Implementasi Keperawatan :
Tanggal Jam Implementasi Keperawatan
1 4 2009 8 am 1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan
fisik
8 am 2. Mengukur suhu dan nadi
9 am 3. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi antipiretik paracetamol 4
cc PO
10 am 4. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi steroid oradexon 2,5 mg
IV
12 am 5. Mengukur TTV ( suhu dan nadi )
12 am 6. Memantau adanya / terjadinya kejang
berulang
12 am 7. Melakukan observasi KU pasien, akral
pasien / perfusi perifer
20
2.6.2 Diagnosa Keperawatan :
Dfisit pengetahuan tentang penatalaksanaan saat di rumah berhubungan
dengan proses informasi tentang penatalaksanaan saat di rumah yang ditandai
dengan ayah pasien mengatakan mempunyai budaya memberi kompres hangat
saat anak panas karena yakin kalau kompres dingin akan membuat demam
anak semakin bertambah tinggi, ibu pasien mengatakan saat badan panas anak
sulit minum, ibu pasien bertanya tentang apakah pemberian minum saat anak
panas itu penting ?, ayah pasien bertanya tentang cara pemberian kompres
saat anak panas?
Tujuan :
Keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
saat di rumah saat anak panas dan kejang.
Kriteria hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian peningkatan suhu tubuh.
2. Keluarga dapat menjelaskan dampak peningkatan suhu tubuh
3. Keluarga dapat menjelaskan fugsi penatalaksanaan dirumah saat terjadi
panas.
4. Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.
dan kejang
Implementasi Keperawatan :
Tanggal Jam Implementasi Keperawatan
1 4 2009 9 am 1. Mengkaji tingkat
pengetahuan keluarga tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien
demam / peningkatan suhu tubuh.
10.30 am
2. Memberi HE tentang penatalaksanaan
dirumah saat terjadi panas. dan kejang
(POA terlampir )
21
2.7 EVALUASI
Tanggal / Jam Diagnosa Evaluasi
1 4 2009 Risiko hipertermi / S :-
12 am Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan O :
demam sekumder terhadap S : 36 2 O C
metabolisme tubuh Nadi : 100 X / menit
meningkat yang ditandai Tidak terjadi kejang berulang
dengan S ; 364 O C , Suhu Akral hangat
tanggal 31-3-2009 jam 12
8OC
am : 38 , pasien MRS A : Masalah tidak menjadi aktual
karena kejang 2 X, tidak
terdapat kelumpuhan P : Rencana tindakan keperawatan no 1
ekstremitas, reflek patella 4 dilanjutkan :
+ / +. 1.
Ukur TTV ( suhu dan nadi )
2.
Pantau adanya / terjadinya kejang
berulang
3.
Observasi KU pasien, akral pasien /
perfusi perifer
4.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi :
Antipiretik.
Antikonvulsi
Steroid
22
mempunyai budaya panas yang tidak teratasi dapat
memberi kompres hangat
terjadi kejang pada anak.
saat anak panas karena
yakin kalau kompres Ayah pasien mengatakan tujuan
dingin akan membuat
penatalaksanaan panas saat di rumah
demam anak semakin
bertambah tinggi, ibu adalah untuk mencegah terjadinya
pasien mengatakan saat
kejang pada anak.
badan panas anak sulit
minum, ibu pasien Ayah dan ibu pasien menjelaskan
bertanya tentang apakah
pemberian minum saat yang dapat dilakukan dirumah saat
anak panas itu penting ?, anak panas adalah dengan memberi
ayah pasien bertanya
tentang cara pemberian minum banyak, memberi obat
compres saat anak panas? penurun panas dan memberi
kompres. Dan yang dapat dilakukan
saat anak kejang di rumah adalah
dengan tidak memasukkan benda
apapun ke dalam mulut, melindungi
anak agar tidak cidera, melonggarkan
pakaian anak, miringkan badan anak
supaya nafas bisa longgar.
A : Tujuan tercapai
23
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung
Seto.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi. Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta :
EGC.
24
25
STIKES RS.BAPTIS KEDIRI
HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KLIEN DENGAN KASUS MEDIS : KEJANG DEMAM
HE Untuk Diagnosa Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penatalaksanaan Sasaran Penyuluhan : Pasien dan Keluarga
saat di rumah berhubungan dengan proses
Hari / Tanggal : Rabu/ 1 April 2009
informasi tentang penatalaksanaan saat di
rumah Tempat : GU 2 Ruang Anak/ 210-1
Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan dirumah saat terjadi panas.
dan kejang
NO TUJUAN INSTRUKSIONAL RINCIAN MATERI AVA EVALUASI
UMUM KHUSUS
1. Keluarga pasien dapat 1. Keluarga dapat 1. Peningkatan suhu Leaflet S:
menjelaskan tubuh adalah suhu tubuh diatas normal / lebih
mengetahui dan Ayah pasien menjelaskan
pengertian dari 38 O C
memahami tentang peningkatan suhu pengertian peningkatan suhu tubuh
tubuh.
penatalaksanaan saat di adalah suhu tubuh diatas normal /
2. Keluarga dapat
rumah saat anak panas menjelaskan dampak 2. Dampak / akibat lebih dari 38OC
peningkatan suhu peningkatan suhu tubuh yang tidak teratasi
dan kejang. Ibu pasien mengatakan dampak
tubuh dapat terjadi kejang.
3. Keluarga dapat panas yang tidak teratasi dapat
menjelaskan fungsi
penatalaksanaan 3. Fungsi / tujuan terjadi kejang pada anak.
dirumah saat terjadi penatalaksanaan di rumah saat terjadi panas / Ayah pasien mengatakan tujuan
panas. demam adalah untuk menurunkan panas dan
4. Keluarga dapat mencegah terjadinya kejang. penatalaksanaan panas saat di rumah
menjelaskan adalah untuk mencegah terjadinya
penatalaksanaan 4. Penatalaksanaan di
25
dirumah saat terjadi rumah saat terjadi panas / demam : kejang pada anak.
panas. dan kejang
Ayah dan ibu pasien
1) Memberi anak air minum
yang banyak / lebih dari biasanya, menjelaskan yang dapat dilakukan
sebagai pengganti cairan yang hilang
dirumah saat anak panas adalah
karena peningkatan suhu tubuh.
2) Menyediakan dan dengan memberi minum banyak,
memberikan obat penurun panas di
memberi obat penurun panas dan
rumah saat anak panas.
3) Memberikan kompres hangat memberi kompres. Dan yang dapat
pada anak.
dilakukan saat anak kejang di rumah
Kompres hangat adalah suatu
prosedur menggunakan kain / handuk adalah dengan tidak memasukkan
yang telah di celupkan pada air
benda apapun ke dalam mulut,
hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu. melindungi anak agar tidak cidera,
melonggarkan pakaian anak,
Manfaat kompres hangat :
Memberikan rasa nyaman dan dapat miringkan badan anak supaya nafas
menurunkan suhu tubuh dalam bisa longgar.
menangani kasus pireksia.
27
kompres, lakukan berulang-ulang
hingga efek yang diinginkan
dicapai
Kediri,1 4 2009
Mengetahui Mahasiswa
Penguji
29
1