Tinjauan Teori
CVA disebut juga stroke adalah suatu gangguan neurologis akut, yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah ke otak secara
mendadak ( dalam beberapa detik ) atau secara tepat ( dalam beberapa
jam ) timbul gejala dan tanda dengan daerah fokal di otak terganggu
( Doengoes, 2000 )
1.1.2 Etiologi
20
1.1.4 Patofisiologi
Aneurisma
Emboli
Perubahan persepsi
Sensori Asupan nutrisi
20
Kurang
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Tubuh
1.1.5 Klaifikasi
2) Stroke Hemoragic
(1) Perdarahan Intra serebral
(2) Perdarahan subarachnoid
1.1.6 Mnifestasi Klinis
1) Serangan Iskemik sepintas
Berlangsung hanya beberapa menit , sembuh dengan sempurna dan
tidak terdapat gangguan neurologik tetap
2) Iskemia yang hanya hemisfer serebral
( 1 ) Kelemahan wajah bagian bawah , jari jari tangan , lengan
atau tungkai kontra lateral dan singkat
( 2 ) Nyeri pegal pada bagian tubuh kontra lateral pada iskemia
20
Ditandai dengan vertigo , finites, diplopia, distorsia, dispneum,
iskemia arteri , arteri vertebralis, potensial terjadinya iskemia
reversible )
4) Gangguan neurologis Iskemik reversible
Berlangsung lebih lama dengan kesembuhan tetap dan gangguan
minimal tetap jelas menetap
1.1.8 Penatalaksanaan
1) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat
2) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten
3) Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan khusus
4) Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi
5) Suhu tubuh harus dipertahankan normal
6) Keseimbangan cairan elektrolit dipertahankan
7) Bila ada dugaan trombosis vena dalam diberikan heparin atau heparnad
dosis rendah sub cutan bila tidak ada kontra indikasi (Lumbantobing,
2001)
20
Yang perlu ditanyakan pada saat melakukan anamnesa pada pasien dengan
CVA yaitu :
1) Trauma yang baru terjadi yang dapat mempengaruhi system
persyarafan
2) Sakit kepala
3) Perasaan pusing, kehilangan keseimbangan
4) Kelemahan ekstremitas dan kesulitan berjalan
5) Penyimpangan sensori atau kehilangan sensori pada wajah badan
dan ekstremitas
6) Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
7) Penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obatan tertentu
8) Pengguanaan obat-obat yang digunakan baik yang diresepkan
maupun yang dibeli sendiri
1.2.4.2 Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas atau Istirahat
Gejala : Kesulitan melakukan aktivitas, kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis, merasa mudah lelah, susah beristirahat
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spatis), paralitik, terjadi kelemahan
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (GJK, penyakit jantung vaskuler)
Tanda : Hipertensi arterial, disritmia, perubahan EKG, desiran karotis,
femoralis
3) Integritas Ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, putus asa
Tanda : Emosi labil, ketidaksiapan marah, sedih, gembira
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria,
inkontinensia, distensi abdomen, bising usus negatif
5) Makanan atau Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang, mual, muntah, kehilangan sensasi rasa
Tanda : Kesulitan menelan
6) Neurosensori
20
Gejala : Sinkope atau pusing, sakit kepala, penglihatan menurun, diplopia
Tanda : Tingkat kesadaran koma, gangguan tingkah laku (letargi, apatis,
menyerang), gangguan fungsi kognitif (gangguan memori, pemecahan
masalah), kelemahan ekstremitas atau paralysis, pada wajah terjadi
paralysis, kehilangan kemampuan mengenali masuknya rangsangtan visual,
pendengaran
7) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala
Tanda : Tingkah laku tidak stabil, gelisah, tegang
8) Pernafasan
Gejala : Merokok (factor risiko)
Tanda : Batuk, hambatan jalan nafas, nafas tak teratur, ronchi
9) Interaksi Sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan berkomunikasi
10) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan
bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak ada bicara dan pada tanda-tanda
vital, tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
11) B1 (Breathing)
(1) Inspeksi : Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu pernapasan, peningkatan frekuensi pernapasan
(2) Auskultasi : Bunyi napas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
12) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya meningkat dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah > 200 mmHg)
13) B3 (brain)
20
Stroke meyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat) ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)
14) Pengkajian tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisara pada
tingkat letargi, stuipor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami
koma, maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan
15) Pengkajian fungsi serebral
(1) Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien
(2) Fungsi intelektual : didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi
(3) Kemampuan bahasa : Penurunan kemampuan bahasa tergantung
daerah lesi yang mempengaruhi fungsi serebral. Lesi pada daerah
hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (disfasia reseptif), lesi pada bagtian posterior dari girus
temporalis inferior (disfagia ekspresif, disartria, apraksia)
(4) Lobus frontal : disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang
menyebabkan klien mengalami frustasi
(5) Hemisfer : Stroke hemisfer kanan hemiparese kiri, pada hemisfer kiri
mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-
hati,kelainan bidang padang sebelah kanan, disfagia global, afasia dan
mudah frustasi.
16) Pengkajian saraf kranial
(1) Saraf I : Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
(2) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer diantara mata dan korteks visual
20
(3) Saraf III, IV dan VI : Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit
(4) Saraf VI : Keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf triyeminus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke didi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot
pteriogoideus internus dan eksternus
(5) Saraf VII : Tidak ditemukan adanya tuli konduksi dan tuli persepsi
(6) Saraf IX dan X : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut
(7) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
(8) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi
serta indra pengecapan normal
17) Pengkajian sistem motorik
(1) Inspeksi : didapatkan hemipoelgi atau hemipareses
(2) Fasikulasi : didapatkan pada otot-otot ekstremitas
(3) Tonus otot : didapatkan peningkatan
(4) Kekuatan otot : tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat
0
(5) Keseimbangan dan koordinasi mengalami gangguan karena gangguan
hemiparese dan hemiplegia
18) Pengkajian refleks
(1) Refleks profunda
(2) Reflek patologis : pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh
akan menghilang, setelah beberapa hari akan muncul kembali diikuti
dengan reflek patologis
(3) Gerakan involunter : Tidak ditemukan adanya tremor, tic dan distonia
19) Pengkajian sistem sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi.
20
20) B4 (Blader)
Mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi
21) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Pada defekasi biasanya terajdi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus.
22) B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori
atau paralise atau hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada
pola aktivitas dan istirahat
20
2. Mempertahankan posisi optimal dengan fungsi tubuh.
3. Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas.
5) Intervensi dan Rasional
1. Ubah posisi minimal 2 jam ( miring, telentang ).
R : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mencegah terjadinya
ulkus dikubitus
2. Kaji kemampuan fisik secara fungsional.
R : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan untuk dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan
3. Tinggikan tangan dan kepala.
R : Meningkatkan aliran vena dan mencegah edema
4. Tempatkan bantal dibawah aksila dengan melakukan abduksi pada
lengan.
R : Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
5. Kolaborasi dengan fisioterapi
R : Mengidentifikasi keparahan kelemahan sehingga dapat menentukan
tindakan terapi selanjutnya yang adekuat
20
R : Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
2) Pertahankan dukungan dan beri klien waktu untuk mencoba
mengerjakan tugasnya.
R : Klien memerlukan empati terapi untuk memberitahukan kepada
klien bahwa perawat akan membantu klien secara konsisten.
3) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap keberhasilan usaha
yang sudah dilakukan klien.
R : Meningkatkan support sistem klien, meningkatkan kemandirian
klien serta memberikan motivasi pada klien untuk berusaha secara
kontinue.
4) Anjurkan klien untuk mencoba melakukan kegiatan perawatan diri
sendiri atau dengan bantuan minimal
R : Mempertahankan fungsi tubuh dalam memenuhi kebutuhan
akan perawatan diri.
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
R : Memberikan bantuan dan masukan untuk mengembangkan
rencana terapi bagi klien
1.2.5.3 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan perubahan perfusi jaringan
serebral
1. Tujuan :
Klien dapat menunjukkan pengertian tehadap masalah komunikasi, mampu
mengekspresikan perasannya, mampu menggunakan bahasa isyarat dengan
kriteria hasil :
1) Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
2) Klien mampu merespon setiap komunikasi verbal maupun isyarat
5. Intervensi dan Rasional :
1) Suruh klien untuk menulis nama atau kalimat pendek, bila tidak mampu
untuk menulis, suruh klien untuk membaca kalimat pendek
R: Menguji ketidakmampuan menulis dan defisit membaca yang juga
merupakan bagian dari afasia reseptir dan ekspresif
20
2) Pilih metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan tulis,
menggambar dan mendemonstrasikan secara visual gerakan tangan
R: Memberikan komunikasi dasar sesuai dengan situasi individu
3) Bicara dengan nada normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan
waktu klien untuk berespons
R: Klien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak mnyebabkanklien marah
dan tidak menyebabkan rasa frustasi
4) Anjurkan penunjang untuk berkomunikasi dengan klien misalnya
membaca surat, membicarakan keluarga
R: Menurunkan isolasi sosial dan mengefektifkan komunikasi
5) Bicarakan topik-topik tentang keluarga, pekerjaan dan hobi
R: Meningkatkan pengertian percakapan dan kesempatan untuk
mempraktekkan ketampilan praktis dalam berkomunikasi
20
(3) Hilangkan kebisingan atau stimulasi ekstrenal yang berlebihan sesuai
kebutuhan
R: Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan atau
kebingunan yang berhubungan dengan sensori berlebihan
(4) Bicara tenang, perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek.
Pertahankan kontak mata
R: Pasien mungkin mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian
atau masalah pemahaman
1. Batasan Karakteristik : :
3. Intervensi
kepala, misalnya:: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
waktu senggang
20
R : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang
membungkuk
simpatis
oleh strees.
20
4) Intervensi
(1) Beri pasien baju yang tipis
R : Mempercepat evaporasi atau penguapan panas tubuh
(2) Berikan kompres air hangat
R : Membuka pori-pori kulit sehingga mempercepat penguapan panas
tubuh
(3) Observasi TTV terutama suhu setiap 4 jam
R : Memantau perkembangan pasien dan menentukan intervensi
selanjutnya
(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
R : Untuk menurunkan panas
1.3 Evaluasi
1. Klien dapat meningkatkan mobilitas.
2. Klien tidak terjadi perubahan perfusi jaringan.
3. Klien memperlihatkan peningkatan berat badan
4. Klien dapat memperlihatkan dan melakukan perawatan diri secara
mandiri dan adekuat
20
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
2.1.1 Biodata
Nama : Ny. T No. Reg : 11-04329
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mujair Dadapan, Wates Kediri
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Diagnosa Medis : CVA
Tanggal MRS : 15 Juni 2011
Tanggal Pengkajian : 16 Juni 2011
20
Pasien mempunyai riwayat penyakit DM.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X = Meninggal
= Garis Keturunan
= Garis Perkawinan
20
- Pasien percaya penyakit yang dialami datangnya dari Tuhan dan
pasti dapat penyembuhan
20
Suhu tubuh : 36 C
Denyut nadi : 84 x/menit
Tensi / TD : 190 / 80 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
TB/BB : -
20
3. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Thorax / Dada
Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan kiri
bersamaan, lama ekspirasi dan inspirasi sama, tidak ada nyeri
tekan dan tidak teraba massa.
Paru : Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Jantung
Palpasi : pekak
Auskultasi : tidak ada suara tambahan S1 ( lup ) S2 ( dup )
6. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak terlihat adanya luka bekas operasi dan lesi
Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi abdomen timpani
Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit.
20
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus otot
MMT 2 5
2 5
Ket : 2 : gerakkan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan
5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi
dengan tekanan penuh
8. Pemerikasaan Neurologi
GCS : 3 - 4 6
3 : membuka mata terhadap suara
4 : Bingung
5 : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah
9. Pemeriksaan Status Mental
- Kesadaran composmentis
- Emosi tidak stabil, kadang pasien gelisah
10. Pemeriksaan Penunjang Medis
Kimia darah
B.U.N 10
Glucose sesaat 181 mg/dl
Creatinine 0.7 mg/dl
Na+ 144.7 mEq/L
K+ 3.56 mEq/L
Platelet 338 / uL
Darah Lengkap
WBC 7.7 K/Ul
LYM 1.0 13.1%L
*MID 0.2 3.2%M
GRAN 6.4 83.7%G
RBC 4.63 M/Ul
20
HGB 13.8 G/Dl
HCT 42.4 %
MCV 91.5 Fl
11. Pelaksanaan/Terapi
- Captropil 50 mg PO tid
- Tensivaks 5 mg Qh
- Brailin 1 amp IV Q 12 jam
- MgSo4 40% 3,5 cc Q 12 jam
- Neurotam 3 gr IV Q 12 jam
- Miniaspi 80 mg Qh
12. Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya
- Pasien ingin cepat pulang walau belum sembuh
- Keluarga berharap cepat sembuh dan bisa pulang
(INTANIA KRISTIANI)
20
2.2 ANALISA DATA
20
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
- K
U lemah
- TD
: 140 / 100
20
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
20
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 58 Tahun
No. Reg : 67-67-20
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
1. Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Ubah posisi minimal setiap 1. Mencegah decubitus dan
berhubungan dengan kekuatan tindakan keperawtan 2 jam kontraktur oto lebih lanjut
dan ketahanan sekunder akibat dalam waktu 2 x 24 2. Posisi dalam
kelemahan ekstremitas sebelah jam pasien dapat 2. Berikan bantal saat pasien kesejajaran tubuh dapat
kanan yang ditandai dengan meningkatkan dalam posisi fowler miring mencegah komplikasi
pasien menyatakan tangan dan kekuatan dan fungsi atau terlentang
kaki kiri tidak dapat digerakkan, bagian tubuh yang 3. Berikan mobilitas secara 3. Mencegah kontraktur
gerakan pasien tampak terbatas, lemah selama di rumah bertahap otot
pasien hanya terbaring ditempat sakit. 4. Beri HE, tentang :
tidur, pasien banyak tidur Kriteria hasil : a. Manfaat mobilisasi 4. Pasien dapat
MMT : - melaporkan adanya b. Metode penggunaan mengetahui manfaat dari
2 5 peningkatan mobilitas alat mobilisasi.
2 5 - memperlihatkan
tindakan untuk
20
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
meningkatkan 5. Konsultasi dengan ahli
mobilitas fisioterapi
- MMT : 1. meminimalkan atropi otot,
2 5 meningkatkan sirkulasi
2 5 sehingga mencegah
- tonus otot meningkat kontraktur dan
2. Kurang perawatan diri Kebutuhan perawatan 1. Kaji kemampuan dan mempercepat mobilisasi
berhubungan dengan diri terpenuhi secara tingkat kekurangan klien
kelemahan otot yang ditandai adekuat selama dalam melakukan kegiatan 1. Membantu dalam
dengan pasien mengatakan dilakukan perawatan sehari hari mengantisipasi atau
Pasien menyatakan tangan dan 2x24 jam dirumah 2. Pertahankan dukungan dan merencanakan pemenuhan
kaki bagian kanan tidak dapat sakit. beri klien waktu untuk kebutuhan secara mandiri
digerakkan, tonus otot Kriteria hasil : mencoba mengerjakan 2. Klien memerlukan empati
lemah,kondisi umum lemah. Klien mampu tugasnya terapi untuk
melakukan perawatan 3. Anjurkan klien untuk memberitahukan kepada
diri secara mandiri mencoba melakukan klien bahwa perawat akan
( mandi dan makan kegiatan perawatan diri membantu klien secara
sendiri ) sendiri atau dengan konsisten.
20
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
bantuan minimal 3. Mempertahankan fungsi
tubuh dalam memenuhi
4. Kolaborasi dengan ahli kebutuhan akan perawatan
fisioterapi diri.
4. Memberikan bantuan dan
masukan untuk
mengembangkan rencana
terapi bagi klien
20
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN
20
2.6 EVALUASI
20
DAFTAR PUSTAKA
Harsono ( 1999 ). Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1. Gadjah Mada Unversity
Press : Yogyakarta.
Mardjono, Prof, Dr, Mohar ( 2003 ). Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat :
Jakarta.
Sidharta, Prof, Dr, Priguna ( 1999 ). Neurologi Klinik Dasar Praktek Umum. Dian
Rakyat : Jakarta.
20