Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

TINJAUAN TEORI PENYAKIT


JANTUNG KORONER

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian PJK
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit yang
ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung
dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis. (www.medicastore.com)
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada
arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion
kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. ( DepKes :
2001)
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya
aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak
(arteriosclerosis) karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen
untuk menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa
menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara
kebutuhan O2 miokardium dengan suplai) 2 yang disebabkan oleh proses
arterosklerosis yang merupakan kelainan digeneratif (Sarwono Waspadji, 2002).

1.1.2 Etiologi
Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara
kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis.
Sebab lain dapat berupa spasme pembuluh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian
sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat
sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung
dengan manifestasinya adalah nyeri.

1
1.1.3 Faktor resiko
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero-
genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner
adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam
serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak
terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan &
Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak
menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak
diketahui benar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

1.1.4 Fisiologi
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Jantung dapat
bergerak yaitu mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan syaraf otonom. Di jantung terdapat
pembuluh darah arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang
mempunyai kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi.
Jantung menggunakan 70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui
arteri koroner ; sebagai perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata
seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat
hulunya diventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang
lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian terpecah
menjadi dua cabang besar ke bawah ( arteri desendens anterior sinistra ) dan
melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti

2
itu pula dari arteri koronaria dextra. Tidak seperti arteri lain arteri koronaria
diperfusi selama diastolik. (Smeltzer, 2001 : 721)

1.1.5 Patofisiologi
Faktor-faktor resiko : merokok, obesitas,
kolesterol tinggi

Arteriosklerosis

Spasme arteri koroner

Penurunan suplai O2

Iskemia miokard

Perubahan reversibel sel dan jaringan

Peningkatan asam laktat Nyeri akut

pH sel menurun

penurunan kontraktilitas
Penurunan
penurunan cardiac output
curah jantung
penurunan perfusi jaringan

Akstremitas Muskulus Cerebral System urine

Sianosis Kelemahan Oliguria

Intoleran
pernafasan aktivitas Gangguan perfusi jaringan Gangguan
eliminasi urine
kekurangan O pola napas tidak
efektif

1.1.6 Manifestasi klinik


1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar keleher,
lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pectoris stabil
(APS), angina pectoris tak stabil atau IMA
2. Sesak nafas
3. Perasaan melayang dan pingsan
4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung

3
1.1.7 Pemeriksaan penunjang
1. EKG : gelombang T terbalik, elevasi segmen ST
2. Pemeriksaan radiologi : pembesaran ventrikel ST
3. Echocardiografi
4. Pemeriksaan Lab : kolesterol, trigliserida meningkat
1.1.8 Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan :
1. Mengatasi iskemia
1) Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis
calsium (Ca A)
2) Revaskularisasi
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
(1) Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA
(2) Prosedur invasif (PI) non operatif
(3) Operasi (coronary artery surgeny CAS)

2. Melakukan pencegahan secara sekunder


(1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan
dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa
efektif.
(2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah
ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.

4
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Biodata
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita.
2) Keluhan utama
Nyeri dada yang berat, sesak nafas, mual, muntah, nyeri kepala yang
hebat, kelemahan.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Riwayat hipertensi, merokok pengguna alkohol, pola hidup yang tidak
sehat.
4) Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga yang menderita riwayat hipertensi, penyakit jantung, kegemukan
5) Pola aktivitas sehari-hari
Banyak makan makanan yang mengandung lemak tinggi, kebiasaan
merokok, minum alkohol serta serta tidak rutin dalam melakukan aktivitas
olahraga.
6) Keadaan umum pasien
Keadaan umum lemah dan dapat membaik.

2. Pemeriksaan fisik
1) Breating (B1 = pernafasan)
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas aktivitas, batuk produktif, riwayat
merokok.
Tanda : distres pernafasan, meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.

2) Bleeding (B2 = kardiovaskuler)


Riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung, kegemukan.
Tanda : takikardia, disritmia, tekanan darah normal, meningkat atau
menurun. Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat (disfungsi otot papilaris) mungkin ada saat
nyeri. Kulit atau membran mukosa lembab, dingin, pucat pada
adanya vasokontriksi.
3) Brain (B3 = persarafan)
Perubahan status mental, orientassi, pola bicara, afek, proses pikir
Tanda : nyeri kepala yang hebat

5
4) Blader (B4 = perkemihan)
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya.
Tanda : disuria, oliguria, anuria poliuria sampai hematuria.
5) Bowel (B5 = pencernaan)
Tanda : mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, muntah,
perubahan berat badan
6) Bone (B6 = tulang-otot-integumen)
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea.

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekurangan O2
Tujuan :
1) Respirasi 12-24x/menit
2) TD (110/60-120/80) mmHg
3) Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan pola napas normal / efektif bebas sianosis dan tanda /
gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area baru
bersih.
2) Menunjukkan reekspansi lengkap dengan tak ada pneumotorak /
hemotorak.
Intervensi :
1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman.
R/ Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi
2) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
R/ Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi
jalan napas parsial
3) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
R/ Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
4) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
R/ Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagak
jantung komplikasi paru
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
R/ Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru

6
6) Dorong pasien berpartipasi / bertanggung jawab selama latihan napas dalam,
gunakan alat bantu (meniup botol) dan batuk sesuai indikasi.
R/ Membantu reekspasi / mempertahankan potensi jalan napas kecil
khususnya setelah melepaskan selang dada
7) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
R/ Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan
sehubungan dengan nyeri insisi
8) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan,
catat bunyi napas, batuk / produksi sputum.
R/ Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif
9) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi
khususnya pada gangguan ventilasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan asam laktat


Tujuan :
Nyeri dada berkurang wajah rileks respirasi 12-24x/menit, nadi 80-100 x/menit
Kriteria hasil :
1) Menyatakan nyeri hilang atau tak ada.
2) Menunjukkan postur tubuh rileks, kemampuan istirahat / tidur dengan
cukup.
Intervensi keperawatan:
1) Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat jika terjadi nyeri dada.
R/ Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang saraf simpati
untuk mengeluarkan norep rinoprin yang meningkatkan kemajuan penyakit.
2) Kaji dan catat respon pasien
R/ Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit.
3) Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak
R/ Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia.
4) Pantau irama jantung
R/ Pasien mengalami peningkatan diatrimia yang mengancam hidup
secara akut yang terjadi terhadap respon ischemia
5) Pantau tanda vital tiap lima menit
R/ Tekanan darah dapat meningkatkan secara dini sehubungan dengan
rangsangan simpatis
6) Pertahankan lingkungan nyaman dan tenang
R/ Stress mental / emosi meningkatkan kerja miokard

7
7) Berikan O2 sesuai indikasi
R/ Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard
8) Berikan obat golongan nitrat dan beta bloker.
R/ Obat golongan nitrat mempunyai efek cepat vasodilatasi beta bloken
menurunkan kerja miokard.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan cardiac output.
Tujuan :
Klien menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria hasil :
1) frekwensi jantung stabil (80-100 x/mnt)
2) nafas normal (16-24 x/mnt)
3) produksi urine baik (sesuai dengan intake)
4) ekstremitas pasien hangat
Tekanan darah dalam batas normal (90/60 - 140/90 mmHg)Intervensi :
1) Pantau / catat kecenderungan frekuensi jantung dan TD khususnya mencatat
hipotensi.
R/ Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, distritmia, gagal
jantung / syok
2) Pantau / catat disritmia jantung observasi respon pasien terhadap distritmia,
contoh penurunan TD.
R/ Distritmia yang mengancam hidup dapat terjadi sehubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit, iskemia miokardia, atau gangguan pada
konduksi elektrikal jantung
3) Observasi perubahan status mental / orientasi / gerakan atau refleks tubuh.
R/ Dapat mengindikasikan penurunan aliran darah atau oksigenasi
serebral sebagai akibat penurunan curah jantung
4) Catat suhu kulit / warna, dan kualitas / kesamaan nadi perifer.
R/ Kulit hangat, merah muda dan nadi kuat adalah indikator umum curah
jantung adekuat
5) Ukur / catat pemasukan, pengeluaran dan keseimbangan cairan.
R/ Berguna dalam menentukan kebutuhan cairan atau mengidentifikasi
kelebihan cairan yang dapat mempengaruhi curah jantung / konsumsi
6) Jadwal istirahat / periode tidur tanpa gangguan. Bantu aktivitas perawatan
diri.
R/ Mencegah kelemahan / terlalu lelah dan stress kardiovaskuler
berlebihan

8
7) Pantau program aktivitas, catat respons pasien, tanda vital sebelum / selama
/ setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
R/ Latihan teratur merangsang sirkulasi / tonus kardiovaskuler berlebihan

8) Evaluasi adanya / derajat cemas / emosi


R/ Reaksi emosi berlebihan dapat mempengaruhi tanda vital dan tahanan
vaskuler sistemik serta mempengaruhi fungsi jantung
9) Dorong penggunaan tehnik relaksasi contoh napas dalam, aktivitas
senggang.
R/ Tehnik relaksasi bertujuan untuk mempengaruhi fungsi jantung
10) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja jantung,
alat dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia
11) Berikan obat sesuai indikasi :
- Penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem), nifedipin
(procardia)
R / meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium
berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus
spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga
menurunkan TD dan kerja jantung.
- Penyekat beta, contohnya atenolol, nadolol, propanolol
R / obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi
jantung dan TD sistolik.

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventilasi


(nyeri/kelemahan otot)
Tujuan :
4) Respirasi 12-24x/menit
5) TD (110/60-120/80) mmHg
6) Tidak ada sianosis dan pernafasan cuping hidung.
Kriteria hasil :
3) Mempertahankan pola napas normal / efektif bebas sianosis dan tanda /
gejala lain dari hipoksia dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area baru
bersih.
4) Menunjukkan reekspansi lengkap dengan tak ada pneumotorak /
hemotorak.
Intervensi :

9
10) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman.
R/ Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi
11) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun/tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki.
R/ Krekels atau ronki dapat menunjukkan kaumulasi cairan atau obstruksi
jalan napas parsial
12) Observasi karakter batuk dan produksi sputum.
R/ Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
13) Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis.
R/ Sianosis menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagak
jantung komplikasi paru
14) Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi
fowler.
R/ Merangsang fungsi pernapasan / ekspansi paru
15) Dorong pasien berpartipasi / bertanggung jawab selama latihan napas dalam,
gunakan alat bantu (meniup botol) dan batuk sesuai indikasi.
R/ Membantu reekspasi / mempertahankan potensi jalan napas kecil
khususnya setelah melepaskan selang dada
16) Beri obat analgesik sebelum pengobatan pernapasan sesuai indikasi.
R/ Memudahkan gerakan dada dan menurunkan ketidaknyamanan
sehubungan dengan nyeri insisi
17) Catat respons terhadap (latihan napas dalam atau pengobatan pernapasan,
catat bunyi napas, batuk / produksi sputum.
R/ Catat keefektifan terapi atau kebutuhan untuk intervensi lebih agresif
18) Berikan tambahan O2 dengan kanula atau masker sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan pengiriman O2 ke paru untuk kebutuhan sirkusi
khususnya pada gangguan ventilasi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard
Tujuan :
setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunjukkan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Nadi dalam batas normal (80-100x/mnt)

10
3) Irama dalam batas normal
4) Tidak adanya angina

Intervensi dan Rasional :


1) Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
R/ mengindikasikan kerja jantung
2) Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
R/ mengurangi beban kerja jantung
3) Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.
R/ untuk menghindari peningkatan kerja jantung
4) Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
R/ menghindari kerja jantung yang tiba-tiba berat

1.2.3 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan
yaitu:
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat


dan efisien pada situasi yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien

( Budi Anna keliat, SKP, th 1994, hal 13)

1.2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua
tahap proses keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi,
dengan melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan
bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan
tercapai atau tidak untuk melakukan perkajian ulang jika tindakan belum
hasil.

11
Ada tigaalternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan
berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun
alternatif tersebut adalah :
2. Tujuan tercapai

3. Tujuan tercapai sebagian

4. Tujuan tidak tercapai.

(Budi Anna Keliat, SKP, th 1994, hal 69)

12

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Pterigium
    Leaflet Pterigium
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Pterigium
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ivd
    Bab 1 Ivd
    Dokumen11 halaman
    Bab 1 Ivd
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen13 halaman
    LP Diare
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Contoh
    Contoh
    Dokumen3 halaman
    Contoh
    vivi
    Belum ada peringkat
  • LP LANSIA-HIPERTENSI
    LP LANSIA-HIPERTENSI
    Dokumen25 halaman
    LP LANSIA-HIPERTENSI
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Ivd
    Bab 1 Ivd
    Dokumen11 halaman
    Bab 1 Ivd
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi Koe
    Askep Hipertensi Koe
    Dokumen20 halaman
    Askep Hipertensi Koe
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Demam Typoid
    BAB 1 Demam Typoid
    Dokumen9 halaman
    BAB 1 Demam Typoid
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep GEA Yudha Lely
    Askep GEA Yudha Lely
    Dokumen27 halaman
    Askep GEA Yudha Lely
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • BAB I Askep CVA
    BAB I Askep CVA
    Dokumen31 halaman
    BAB I Askep CVA
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Dokumen30 halaman
    Askep Pneumonia
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Kejang Demam
    Bab 1 Kejang Demam
    Dokumen35 halaman
    Bab 1 Kejang Demam
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Dokumen26 halaman
    Askep Anemia
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Dokumen20 halaman
    Askep Hipertensi Yudha Lely Saputra
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Varicela
    Varicela
    Dokumen29 halaman
    Varicela
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksterna
    Otitis Eksterna
    Dokumen16 halaman
    Otitis Eksterna
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • GGK Arum
    GGK Arum
    Dokumen21 halaman
    GGK Arum
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Gga Untuk Arum
    Gga Untuk Arum
    Dokumen5 halaman
    Gga Untuk Arum
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • DM Bab 1
    DM Bab 1
    Dokumen25 halaman
    DM Bab 1
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Askep CVA INFARK
    Askep CVA INFARK
    Dokumen13 halaman
    Askep CVA INFARK
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat
  • Varicela
    Varicela
    Dokumen29 halaman
    Varicela
    Yudha Shasima
    Belum ada peringkat