Anda di halaman 1dari 4

Pembagian Gaji Setelah Perceraian Bagi PNS

DASAR :
A. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
PNS sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990
B. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 8/SE/1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
PNS sebagaimana diubah dengan Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 48/SE/1990 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS.

URAIAN :
A. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian Bagi PNS Jo Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Pasal 8 beserta
perubahannya berbunyi sebagai berikut :

(1) Apabila perceraian terjadi atas kehendak PNS pria maka ia wajib menyerahkan sebagian
gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya.

(2) Pembagian gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah sepertiga untuk PNS pria yang
bersangkutan sepertiga untuk bekas istrinya, dan sepertiga untuk anak atau anak-anaknya.

(3) Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak, maka bagian gaji yang wajib diserahkan
oleh PNS pria kepada bekas istrinya adalah setengah dari gajinya.

(4) Pembagian gaji kepada bekas istri tidak diberikan apabila alasan perceraian disebabkan
karena istri berzinah, dan atau istri melakukan kejaman atau penganiayaan berat baik lahir
maupun batin terhadap suami dan atau istri menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar
disembuhkan, dan atau istri telah meninggalkan suami selama 2 tahun berturut turut tanpa izin
suami dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya.

(5) Apabila perceraian terjadi atas kehendak istri, maka ia tidak berhak atas bagian penghasilan
dari bekas suaminya.

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak berlaku, apabila istri meminta cerai
karena di madu, dan atau suami berzinah dan atau suami melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap istri dan atau suami menjadi pemabuk,
pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau suami telah meninggalkan istri selama 2
tahun berturut turut tanpa izin istri dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya.

(7) Apabila bekas istri PNS yang bersangkutan kawin lagi, maka haknya atas bagian gaji dari
bekas suaminya menjadi hapus terhitung mulai ia kawin lagi.

B. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 8/SE/1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi
PNS Romawi III pada angka :
19. Apabila perceraian terjadi atas kehendak pegawai negeri sipil pria, maka ia wajib
menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila anak mengikuti bekas istri, maka pembagian gaji ditetapkan sebagai berikut :
(1) Sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan.
(2) Sepertiga gaji untuk bekas istrinya.
(3) Sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada bekas istrinya.
b. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka gaji di bagi dua, yaitu setengah untuk
pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan dan setengah untuk bekas istrinya
c. Apabila anak mengikuti pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan, maka pembagian gaji
ditetapkan sebagai berikut :
(1) Sepertiga gaji untuk pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan.
(2) Sepertiga gaji untuk bekas istrinya.
(3) Sepertiga gaji untuk anaknya yang diterimakan pegawai negeri sipil
pria yang bersangkutan.
(4) Apabila sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil yang bersangkutan dan sebagian lagi
mengikuti bekas istri , maka sepertiga gaji menjadi hak anak itu dibagi menurut jumlah anak.
Umpamanya :
Seorang pegawai negeri sipil bercerai dengan istrinya. Pada waktu perceraian terjadi mereka
mempunyai 3 (tiga) orang anak, yang seorang mengikuti pegawai negeri sipil yang bersangkutan
dan yang 2 (dua) orang mengikuti bekas istri, dalam hal demikian maka bagian gaji yang
menjadi hak anak itu dibagi sebagai berikut :
1/3 (sepertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji = 1/9 (sepersembilan)gaji diterimakan kepada pegawai
negeri sipil yang bersangkutan.
2/3 (duapertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji = 2/9 (duapersembilan) gaji diterimakan kepada bekas
istrinya.

20. Hak atas gaji sebagaimana tersebut diatas tidak berlaku apabila perceraian terjadi atas
kehendak istri yang bersangkutan, kecuali karena istri yang bersangkutan meminta cerai karena
di madu, atau dengan perkataan lain, apabila meminta cerai karena dimadu, maka sesudah
perceraian terjadi, bekas istri tersebut berhak atas bagian gaji tersebut.

21. Apabila bekas istri yang bersangkutan kawin lagi, maka pembayaran bagian gaji itu
dihentikan terhitung mulai bulan berikut bekas istri yang bersangkutan kawin lagi.

22. Apabila bekas istrinya yang bersangkutan kawin lagi, sedang anak ikut bekas istri tersebut,
maka 1/3 (sepertiga) gaji tetap menjadi hak anak tersebut yang diterimakan kepada bekas istri
yang bersangkutan.

23. Apabila pada waktu perceraian, sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil dan sebagian
lagi mengikuti bekas istri dan bekas istri kawin lagi dan anak tetap mengikutinya, maka bagian
gaji yang menjadi hak anak itu, tetap diterimakan kepada bekas istri.

24. Apabila anak telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun, atau 25 (dua puluh lima) tahun apabila
anak masih bersekolah, yang telah/pernah kawin, atau telah mempunyai penghasilan sendiri,
maka pembayaran bagian gaji untuknya dihentikan.
25. Bagian gaji yang dihentikan pembayarannya sebagai tersebut di atas dibayarkan kepada
pegawai negeri sipil yang bersangkutan.

26. Apabila pegawai negeri sipil pria telah menceraikan istrinya dan kemudian kawin lagi
dengan wanita lain dan kemudian menceraikan lagi, maka bekas istri tersebut berhak menerima :
a. 1/3 (sepertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji pegawai negeri sipil yang bersangkutan, apabila anak
mengikuti pegawai negeri sipil tersebut.
b. 2/3 (duapertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji pegawai negeri sipil yang bersangkutan apabila anak
mengikuti bekas istri.
c. Apabila sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil yang bersangkutan dan sebagian anak
mengikuti bekas istri, maka 1/3 (sepertiga) dari 1/3 (sepertiga) gaji yang menjadi hak anak itu,
dibagi menurut jumlah anak.
27. Pembagian gaji sebagaimana tersebut diatas adalah menjadi kewajiban masing-masing
pejabat yang bersangkutan , atau pejabat lain yang ditunjuk oleh nya dan yang menandatangani
daftar gaji adalah pegawai negeri sipil yang bersangkutan.

28. Apabila perceraian terjadi atas kehendak bersama suami istri yang bersangkutan, maka
pembagian gaji diatur sebagai berikut :
a. Apabila perkawinan tersebut tidak menghasilkan anak, maka pembagian gaji suami ditetapkan
menurut kesepakatan bersama.
b. Dengan tidak mengurangi ketentuan huruf a diatas maka :
(1) Apabila semua anak mengikuti bekas istri, maka 1/3 (sepertiga) gaji pegawai negeri sipil
yang bersangkutan adalah untuk anak yang diterimakan kepada bekas istrinya.
(2) Apabila sebagian anak mengikuti pegawai negeri sipil pria yang bersangkutan dan sebagian
mengikuti bekas istrinya, maka 1/3 (sepertiga) gaji menjadi hak anak itu dibagi menurut jumlah
anak.

C. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS.
Pasal 16.
Pegawai Negeri Sipil yang menolak melaksanakan ketentuan pembagian gaji sesuai dengan
ketentuan Pasal 8, dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang Nomor 53 Tahun 2010) tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.

D. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 48/SE/1990 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah 10 Tahun
1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS, pada angka :

14. Pegawai negeri sipil yang diwajibkan menyerahkan bagian gajinya untuk penghidupan bekas
istri dan anak-anaknya, wajib membuat pernyataan tertulis, menurut contoh sebagaimana
tersebut dalam lampiran III.

15. Hak atas bagian gaji untuk bekas istri sebagaimana di maksud dalam angka 13 tidak
diberikan, apabila perceraian terjadi karena istri terbukti telah berzina dan atau istri terbukti telah
melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami dan atau
istri menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau istri telah
meninggalkan suami selama 2 tahun berturut turut tanpa izin suami dan tanpa alasan yang sah
atau karena hal lain di luar kemampuannya.

16. Meskipun Perceraian terjadi atas kehendak istri yang bersangkutan, haknya atas bagian gaji
untuk bekas istri tetap diberikan apabila ternyata alasan istri mengajukan gugatan cerai karena di
madu, atau karena suami terbukti telah berzina dan atau suami melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap istri, dan atau suami terbukti telah menjadi
pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau suami terbukti telah
meninggalkan Istri selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin istri dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.

17. Yang dimaksud dengan gaji adalah penghasilan yang diterima oleh suami dan tidak terbatas
pada penghasilan suami pada waktu terjadinya perceraian.

18. Bendaharawan gaji wajib menyerahkan secara langsung bagian gaji yang menjadi hak bekas
istri dan anak-anaknya sebagai akibat terjadinya perceraian, tanpa lebih dahulu menunggu
pengambilan gaji pegawai negeri sipil bekas suami yang telah menceraikannya.

19. Bekas istri dapat mengambil bagian gaji yang menjadi haknya secara langsung dari
bendaharawan gaji, atau dengan surat kuasa, atau dapat meminta untuk dikirimkan kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai