Anda di halaman 1dari 6

Syarat Mengurus Taspen PNS Meninggal Dunia Aktif

Untuk melakukan klaim santunan kematian PNS, pihak keluarga baik


pasangan suami/istri, anak kandung, orang tua kandung, maupun ahli
waris lainnya perlu menyiapkan sejumlah dokumen. Berikut beberapa
dokumen sebagai syarat mengurus Taspen PNS meninggal dunia.

- Formulir Permintaan Pembayaran (FPP) yang terisi lengkap.

- Identitas diri pemohon berupa e-KTP atau SIM (Surat Izin Mengemudi).

- Surat keterangan kuasa sebagai ahli waris yang disahkan oleh kepala
instansi tempat PNS bekerja.

- Kutipan Perincian Penerimaan Gaji (KPPG) yang diterbitkan oleh


bendaharawan gaji.

- Surat kematian dari rumah sakit, kepala desa, atau lurah wilayah
domisili.

- Surat nikah berlegalisir dari catatan sipil, KUA (Kantor Urusan Agama),
lurah, atau kepala desa.

- Syarat mengurus Taspen PNS meninggal dunia aktif berikutnya dengan


melampirkan surat penunjukan wali berdasarkan putusan pengadilan
negeri atau pengadilan agama, apabila pemohon merupakan anak-anak
di bawah 18 tahun.

- Surat keputusan dari pengadilan tentang penetapan ahli waris.


- Surat kuasa ahli waris dari lurah atau kepala desa jika pemohon
merupakan suami/istri, anak kandung, atau orang tua kandung.

- Surat keterangan menempuh pendidikan formal (sekolah/kuliah) anak.

- Surat pernyataan Taspen Dwiguna Sejahtera (TDS) jika ada atau opsional.

Sumber dana santunan kematian dihimpun dari 0,72% gaji pokok peserta
yang diberikan oleh instansi pemberi kerja. Adapun beberapa tunjangan
yang akan diberikan terdiri dari:

- Santunan satu kali pencairan sekaligus sebesar Rp 15 juta.

- Uang duka wafat (UDW) sebesar tiga kali gaji terakhir.

- Bantuan biaya pemakaman sebesar Rp 7,5 juta.

- Bantuan beasiswa maksimal untuk 2 anak, masing-masing sebesar Rp 15


juta, dengan ketentuan terdaftar sebagai peserta minimal 3 tahun.

Adapun hak bagi duda/janda/anak PNS yang ditinggal mati oleh istri/suami/orang


tuanya berhak untuk mendapatkan:

1. Gaji Terusan.
2. Jaminan Kematian.
3. Asuransi Kematian/Askem (THT).
4. Asuransi Dwiguna (THT). 
5. Pensiun Janda/Duda/Anak.
6. Pengembalian Uang Taperum PNS

Gaji Terusan PNS


Setelah PNS meninggal dunia, jika ia meninggalkan seorang suami/istri (duda/janda)
atau anak/orang tua, maka duda/janda/anak/orang tua PNS yang meninggal dunia
(wafat) berhak mendapatkan gaji terusan selama 4 bulan berturut-turut sebesar
penghasilan terakhir sebelum ia meninggal dunia.

Gaji terusan diberikan bulan berikutnya setelah bulan PNS tersebut meninggal dunia.

Sebagai contoh, PNS meninggal dunia pada tanggal 7 April 2021, maka gaji terusan
diberikan selama 4 bulan berturut-turut mulai bulan Mei s.d. Agustus 2021.

Bulan September 2021, tidak diberikan gaji terusan lagi karena mulai September 2021
duda/janda/anak PNS tersebut akan menerima Pensiun pertamanya.

Gaji Terusan besarnya sama dengan gaji induk terakhir, hanya saja tidak dipotong IWP
yang 10%. Gaji terusan hanya dikenakan potongan 2% untuk asuransi kesehatan
(sekarang 1%).

 Gaji Terusan dibayarkan ke rekening Bendahara Pengeluaran, bukan ke Rekening


PNS yang bersangkutan, karena sudah meninggal

2. Jaminan Kematian (JKM) PNS

Sesuai dengan PP Nomor 70 Tahun 2015 tentang JKK dan JKM bagi Pegawai ASN, jika ada
PNS yang meninggal dunia (wafat), maka ahli warisnya berhak untuk mendapatkan Jaminan
Kematian berupa:

1. santunan sekaligus sebesar Rp15.000.000,-.
2. uang duka wafat (UDW) sebesar tiga kali gaji pokok terakhir,-.
3. biaya pemakaman sebesar Rp7.500.000,-.
4. bantuan beasiswa sebesar Rp15.000.000,-.

Bantuan beasiswa diberikan kepada 1 orang anak dengan ketentuan hampir sama


seperti pada pembayaran tunjangan anak yaitu:
1. masih sekolah atau kuliah;
2. berusia paling tinggi 25 tahun;
3. belum pernah menikah; dan
4. belum bekerja.

Urutan ahli waris yang berhak mendapatkan JKM adalah:

1. Istri/suami yang sah.


2. Jika tidak ada istri/suami yang sah maka diberikan kepada anak.
3. Jika tidak ada anak, maka orang tua.
Pengajuan Jaminan Kematian, termasuk UDW, diajukan oleh ahli waris ke PT
Taspen, bukan ke Kantor PNS tersebut bekerja.

Asuransi Kematian (Askem).

Sesuai dengan KMK Nomor 478/KMK.06/2002, bahwa hak peserta Program


Tabungan Hari Tua (THT) bagi PNS yang meninggal dunia adalah:

 Manfaat Asuransi Dwiguna; dan


 Manfaat Asuransi Kematian (Askem).

Jika PNS meninggal dunia, Asuransi Kematian dibayarkan sebesar 2 x Penghasilan


terakhir (Gaji Pokok + Tunjangan Istri/Suami + Tunjangan Anak).

Sebagai contoh, seorang PNS Golongan III a, masa kerja golongan 3 tahun,


punya seorang istri dan seorang anak meninggal dunia pada 6 April 2016. Berapa
besar asuransi kematian yang dibayarkan?

Pertama-tama lihat Gaji Pokok PNS yang bersangkutan.

Dari tabel gaji pokok PNS tersebut dapat dilihat bahwa gaji pokok PNS Gol III
a dengan MKG 3 tahun adalah Rp2.534.000,-.

Dengan demikian, dapat dihitung penghasilan terakhir PNS yang bersangkutan adalah:
1. Gaji Pokok          = Rp2.534.000,-.
2. Tunjangan Istri     = Rp253.400 (10% x Gaji Pokok)
3. Tunjangan Anak   = Rp50.680,- (2% x Gaji Pokok)
Total Penghasilan terakhir = Rp2.838.080,-.

Sehingga Asuransi Kematian yang dibayarkan = 2 x penghasilan terakhir = Rp5.676.160,-.

Asuransi Dwiguna
PNS yang meninggal dunia juga berhak atas Asuransi Dwiguna (Tabungan Hari Tua) yang
dibayarkan kepada ahli warisnya. Rumus perhitungan Asuransi Dwiguna adalah:

 Asuransi Dwiguna = {0,60 x Y1 x P1} + {0,60 x Y2 x (P2-P1)}

Di mana:

1. Y1 = selisih antara batas usia pensiun 58 tahun dengan usia Peserta pada saat mulai
menjadi Peserta.
2. P1 = penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai PNS, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 tentang Peraturan Gaji Pokok PNS, yang
terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan Anak.
3. Y2 = selisih antara batas usia pensiun 58 tahun dengan usia Peserta pada tanggal 1
Januari 2001.
4. P2 = penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum Peserta berhenti sebagai PNS, yang
menjadi dasar potongan iuran, terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan
Anak.

Untuk perkiraan pastinya, tidak usah repot-repot menghitung dengan rumus di atas karena
sudah ada estimasi hak THT Asuransi Dwiguna dari website Taspen.

Pensiun Bulanan PNS

Seorang PNS yang meninggal dunia, berapapun masa kerjanya, berhak atas


pensiun yang diberikan kepada ahli warisnya.

Untuk pensiun janda/duda, besaran pensiun pokoknya adalah 36% dari dasar


pensiun (gaji pokok sesuai dengan PP tentang Penggajian PNS).

Jika PNS meninggal tidak meninggalkan janda/duda, maka pensiun janda/duda


diberikan kepada anak/anak-anaknya yang memenuhi syarat.

Kalau PNS tersebut meninggal dunia dengan kriteria TEWAS, pensiun dapat diberikan
kepada orang tuanya jika tidak meninggalkan suami/istri/anak.
6. Pengembalian Uang Tapera

Jika PNS yang meninggal dunia, semasa hidupnya belum pernah mengajukan Uang Muka Perumahan
atau Bantuan Uang Muka Perumahan ke Bapertarum PNS, maka pada saat pensiun, oleh PT Taspen
dibayarkan juga Iuran Taperum yang selama ini dibayarkan oleh PNS yang bersangkutan tiap bulannya,
yang dipotong dari gaji bulanan.

Jadi Taperum PNS ini tidak dimintakan lagi ke Bank seperti BRI, tapi Taperum ini dibayarkan sekaligus
pada saat pengajuan JKM, THT, dan juga Taperum itu sendiri.

Cara Mengurus Taspen PNS Meninggal Dunia


Jika anda ingin mengurus hak anda, setelah PNS meninggal, silakan datang ke taspen
untuk meminta formulir yang harus diisi serta persyaratan apa saja yang diminta.

Syarat pengajuan hak ahli waris PNS yang meninggal biasanya:


1. Formulir Permintaan Pembayaran (FPP);
2. Asli Kutipan Perincian Penerimaan Gaji (KPPG) yang dibuat oleh bendaharawan
gaji
3. Fotokopi surat kematian yang dilegalisir lurah/kepala desa/rumah sakit
4. Fotokopi surat nikah dilegalisir oleh lurah/KUA
5. Fotokopi SK kenaikan pangkat/gaji berkala terakhir;
6. Fotokopi identitas diri (KTP/SIM/Paspor) pemohon yang masih berlaku.
7. Fotokopi buku rekening tabungan
Setelah semua lengkap, bawa ke taspen.

Anda mungkin juga menyukai