- Identitas diri pemohon berupa e-KTP atau SIM (Surat Izin Mengemudi).
- Surat keterangan kuasa sebagai ahli waris yang disahkan oleh kepala
instansi tempat PNS bekerja.
- Surat kematian dari rumah sakit, kepala desa, atau lurah wilayah
domisili.
- Surat nikah berlegalisir dari catatan sipil, KUA (Kantor Urusan Agama),
lurah, atau kepala desa.
- Surat pernyataan Taspen Dwiguna Sejahtera (TDS) jika ada atau opsional.
Sumber dana santunan kematian dihimpun dari 0,72% gaji pokok peserta
yang diberikan oleh instansi pemberi kerja. Adapun beberapa tunjangan
yang akan diberikan terdiri dari:
1. Gaji Terusan.
2. Jaminan Kematian.
3. Asuransi Kematian/Askem (THT).
4. Asuransi Dwiguna (THT).
5. Pensiun Janda/Duda/Anak.
6. Pengembalian Uang Taperum PNS
Sebagai contoh, PNS meninggal dunia pada tanggal 7 April 2021, maka gaji terusan
diberikan selama 4 bulan berturut-turut mulai bulan Mei s.d. Agustus 2021.
Bulan September 2021, tidak diberikan gaji terusan lagi karena mulai September 2021
duda/janda/anak PNS tersebut akan menerima Pensiun pertamanya.
Gaji Terusan besarnya sama dengan gaji induk terakhir, hanya saja tidak dipotong IWP
yang 10%. Gaji terusan hanya dikenakan potongan 2% untuk asuransi kesehatan
(sekarang 1%).
Sesuai dengan PP Nomor 70 Tahun 2015 tentang JKK dan JKM bagi Pegawai ASN, jika ada
PNS yang meninggal dunia (wafat), maka ahli warisnya berhak untuk mendapatkan Jaminan
Kematian berupa:
1. santunan sekaligus sebesar Rp15.000.000,-.
2. uang duka wafat (UDW) sebesar tiga kali gaji pokok terakhir,-.
3. biaya pemakaman sebesar Rp7.500.000,-.
4. bantuan beasiswa sebesar Rp15.000.000,-.
Dari tabel gaji pokok PNS tersebut dapat dilihat bahwa gaji pokok PNS Gol III
a dengan MKG 3 tahun adalah Rp2.534.000,-.
Dengan demikian, dapat dihitung penghasilan terakhir PNS yang bersangkutan adalah:
1. Gaji Pokok = Rp2.534.000,-.
2. Tunjangan Istri = Rp253.400 (10% x Gaji Pokok)
3. Tunjangan Anak = Rp50.680,- (2% x Gaji Pokok)
Total Penghasilan terakhir = Rp2.838.080,-.
Asuransi Dwiguna
PNS yang meninggal dunia juga berhak atas Asuransi Dwiguna (Tabungan Hari Tua) yang
dibayarkan kepada ahli warisnya. Rumus perhitungan Asuransi Dwiguna adalah:
Di mana:
1. Y1 = selisih antara batas usia pensiun 58 tahun dengan usia Peserta pada saat mulai
menjadi Peserta.
2. P1 = penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai PNS, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 tentang Peraturan Gaji Pokok PNS, yang
terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan Anak.
3. Y2 = selisih antara batas usia pensiun 58 tahun dengan usia Peserta pada tanggal 1
Januari 2001.
4. P2 = penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum Peserta berhenti sebagai PNS, yang
menjadi dasar potongan iuran, terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan
Anak.
Untuk perkiraan pastinya, tidak usah repot-repot menghitung dengan rumus di atas karena
sudah ada estimasi hak THT Asuransi Dwiguna dari website Taspen.
Kalau PNS tersebut meninggal dunia dengan kriteria TEWAS, pensiun dapat diberikan
kepada orang tuanya jika tidak meninggalkan suami/istri/anak.
6. Pengembalian Uang Tapera
Jika PNS yang meninggal dunia, semasa hidupnya belum pernah mengajukan Uang Muka Perumahan
atau Bantuan Uang Muka Perumahan ke Bapertarum PNS, maka pada saat pensiun, oleh PT Taspen
dibayarkan juga Iuran Taperum yang selama ini dibayarkan oleh PNS yang bersangkutan tiap bulannya,
yang dipotong dari gaji bulanan.
Jadi Taperum PNS ini tidak dimintakan lagi ke Bank seperti BRI, tapi Taperum ini dibayarkan sekaligus
pada saat pengajuan JKM, THT, dan juga Taperum itu sendiri.