Anda di halaman 1dari 2

Syarat klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan 

Berikut 5 syarat mengajukan klaim JHT BPJS


Ketenagakerjaan seperti dirangkum dari akun Instagram resmi BPJS Ketenagakerjaan: Mencapai
usia 56 tahun. Mengalami cacat total tetap. Berhenti bekerja (mengundurkan diri atau PHK).
Kepesertaan minimal 10 tahun untuk klaim sebagian (10% atau 30%). Meninggalkan wilayah NKRI
untuk selamanya (baik WNI atau WNA). Baca Juga: Kunjungi laman www.bpjsketenagakerjaan.go.id,
ini cara cek penerima BSU Rp 1 juta Dokuman untuk syarat klaim JHT Berikut dokumen yang harus
disiapkan sebagai syarat klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan: Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan
(fisik maupun digital). KTP (Kartu Tanda Penduduk). Buku tabungan pada halaman pertama tertera
nomor rekening dan masih aktif.  KK (Kartu Keluarga). Paklaring atau surat keterangan kerja. Formulir
pengajuan klaim JHT atau F5 yang telah diisi lengkap.  NPWP untuk saldo JHT lebih dari Rp 50 juta.
Foto diri terbaru (tampak depan). Cara klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan secara online Dikutip dari
akun Instagram resmi BPJS Ketenagakerjaan, berikut cara mengklaim JHT BPJS Ketenagakerjaan
secara online: Buka laman www.bpjsketenagakerjaan.go.id Isi data diri Unggah dokumen sesuai
dengan persyaratan untuk mengajukan klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan.  Tunggu notifikasi jadwal
dan kantor cabang.  Proses wawancara untuk klaim JHT BPJS Ketenagakerjaan dilakukan melalui
video call. Setelah itu dilakukan proses pencairan ke rekening peserta yang terdaftar di BPJS
Ketenagakerjaan.  

Berdasarkan Peraturan Pemerintah(PP) No 60 tahun 2015 yang mulai


berlaku sejak 1 september 2015 disebutkan bahwa saldo JHT bisa diambil
10%, 30% hingga 100% tanpa harus menunggu usia kepesertaan 10 tahun
atau peserta minimal berumur 56 tahun seperti yang tertera di peraturan
sebelumnya (Peraturan Pemerintah (PP) No 46 tahun 2015).

Namun demikian ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi seperti


berikut ini:

1. Ketentuan Pencairan/Klaim Saldo BPJS Ketenagakerjaan/JHT 10% dan


30%:

 Peserta bisa mengambil maksimal 10% dari total saldonya untuk


persiapan pensiun.
 Peserta bisa mengambil maksimal sebesar 30% dari total saldo yang
dimilikinya untuk pengadaan perumahan.
 Peserta hanya bisa mencairkan salah satu dari kedua pilihan yang
disediakan, yakni 10% atau 30% (tidak bisa keduanya).
 Pencairan dana 10% dan 30% tersebut hanya bisa dilakukan ketika
peserta masih aktif bekerja dan hanya bisa dilakukan satu kali saja
untuk selamanya.
 Pengambilan saldo BPJS Ketenagakerjaan/JHT tidak bisa diwakilkan,
kecuali peserta atau karyawan meninggal dunia.

2. Ketentuan Pencairan/Klaim Saldo BPJS Ketenagakerjaan/JHT 100%:

 Untuk mencairkan dana JHT JAMSOSTEK/BPJS Ketenagakerjaan (BPJS


TK) sebesar 100%, syarat utamanya adalah karyawan atau peserta
yang bersangkutan harus sudah tidak bekerja lagi di perusahaan
(dinyatakan non-aktif).
 Karyawan atau peserta dinyatakan non-aktif apabila berhenti karena
alasan pensiun, cacat total, PHK atau pengunduran diri.
 Apabila karyawan atau peserta sudah dinyatakan non-aktif, iuran BPJS
tidak dibayarkan lagi oleh perusahaan.
 Dana ini baru bisa dicairkan 100% setelah karyawan menunggu
minimal 1 bulan sejak dia meninggalkan perusahaan/dinyatakan non-
aktif.
 Apabila setelah proses pencairan dana karyawan atau peserta
memutuskan untuk bekerja kembali, maka pembayaran iuran BPJS
akan dibayarkan dari awal oleh perusahaan baru dan bisa melakukan
pencairan kembali.
 Pengambilan saldo BPJS Ketenagakerjaan/JHT tidak bisa diwakilkan,
kecuali peserta atau karyawan meninggal dunia.

3. Ketentuan tambahan lain yang perlu diperhatikan:

1. Apabila setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih terus bekerja dan
memilih untuk menunda pembayaran JHT, maka JHT akan dibayarkan saat
yang bersangkutan berhenti bekerja.

2. Pihak BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta


mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya minimal 1
(satu) kali dalam setahun

3. Apabila peserta dinyatakan meninggal dunia, urutan ahli waris yang


berhak atas manfaat JHT sbb:

 Janda/duda.
 Anak.
 Orang tua, cucu.
 Saudara Kandung.
 Mertua.
 Pihak yang ditunjuk dalam wasiat.
 Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke
Balai Harta Peninggalan.

4. Apabila terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai,
hal ini akan menjadi tanggungjawab perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai