DASAR HUKUM
1. PP No. 34/2016
2. PMK No. 261/2016
3. PMK No. 563/2003
4. SE No. 04/2002
5. PMK No. 75/2010
6. PP No. 57/2005
7. PMK No. 245/2008
8. PMK No. 90/2020
Harta Hibahan
Pasal 9 PMK No. 90/2020
(1) Harta hibahan dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan sepanjang:
a. diterima oleh:
1. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1);
2 . badan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2);
3. badan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
4 . badan sosial termasuk yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(4);
5. koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5); atau
6. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6), dan
b. tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara Pihak-Pihak yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
(2) Harta hibahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk uang
atau barang.
(3) Harta hibahan bagi Pihak penenma sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran
huruf C yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Bagi hibah yang tidak dibebaskan dari PPh, maka ketentuannya bisa mengacu
pada PP No. 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Pasal 2 ayat 1 huruf a PP No.
34/2016 mengatakan bahwa besarnya PPh yang dikenakan atas hibah tanah
dan/atau bangunan itu sebesar 2,5% yang dikalikan dengan nilai bruto
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. PPh ini akan dikenakan
kepada si pemberi hibah.
Di sisi lain, tak hanya pemberi hibah yang akan dikenakan pajak, tetapi juga
penerima hibah. Pajak yang dikenakan ke penerima hibah adalah Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Berdasarkan UU No. 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 88, besarnya
tarif BPHTB yang paling tinggi adalah 5% (lima persen) dan disesuaikan
dengan Peraturan Daerah (Perda).
(1) Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat ( 1) huruf a, wajib menyetor sendiri Pajak Penghasilan yang
terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1) huruf b dan huruf c
ke Kas Negara, sebelum akta, keputusan, kesepakatan, atau risalah lelang
atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.
(2) Dalam hal penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
kepada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dikenai
tarif 0% (nol persen) sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat ( 1) huruf a,
orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat 1) huruf a tidak perlu mengisi Surat Setoran Pajak.
(3) Bagi orang pribadi atau badan yang menenma atau memperoleh penghasilan
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat ( 1) huruf a, Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) terutang pada saat diterimanya sebagian atau seluruh
pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan.
(4) Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
berdasarkan jumlah setiap pembayaran termasuk uang muka, bunga,
pungutan, dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli,
sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bahgunan terse
but.
(5) Pajak Penghasilan yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib
dibayar oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan ke Kas Negara
paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan
diterimanya pembayaran.
(6) Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (3) dilakukan untuk setiap pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan.
(7)Pejabat yang berwenang hanya menandatangani akta, keputusan,
kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan apabila kepadanya dibuktikan oleh orang pribadi atau badan
dimaksud bahwa dimaksud pada ayat (1) kewajiban sebagaimana telah
dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi Surat Setoran Pajak atau hasil
cetakan sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak
yang bersangkutan yang telah dilakukan penelitian oleh Kantor Pelayanan
Pajak.
(8) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) meliputi
pejabat pembuat akta tanah, pejabat lelang, atau pejabat lain yang diberi
wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Tarif PPH Final Pengalihan Hak atas Tanah karena Hibah kepada
Pemerintah
Lebih lanjut, menurut Pasal 2 ayat (2) huruf e PMK No. 261/2016 disebutkan
bahwa Nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah nilai yang seharusnya diterima atau
diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui tukar menukar, pelepasan hak,
penyerahan hak, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para
pihak.
C. Tarif PPN
Menurut poin 4 dan 8 SE No. 04/2002
1. Atas pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak baik yang dilakukan secara
tersendiri atau menyatu dengan barang yang dijual serta atas pemberian
cuma-cuma Jasa Kena Pajak terutang Pajak Pertambahan Nilai dan harus
diterbitkan Faktur Pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang harus
dipungut dan dibayar sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan
dan merupakan Pajak Keluaran.
2. Besarnya Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak atas pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma
adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
2. HARGA PASAR
Harga Pasar menurut KBBI adalah harga penjualan di pasaran umum.
Harga pasar hasil appraisal
Berdasarkan hal - hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa Harga
Pokok Perolehan adalah suatu nilai harga yang dikeluarkan untuk memiliki
suatu barang dengan memperhitungakan harga beli barang tersebut berikut
dengan biaya - biaya lainya yang timbul akibat dari suatu pembelian atau
perolehan barang. Sebagai contoh, harga perolehan tanah meliputi harga
beli, biaya pengurusan hak tanah (sertifikat, pajak/BPHTB, biaya notaris),
dan biaya untuk peralatan tanah, penghancuran bangunan yang tidak
diperlukan.