Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Muhammad Nazariady

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042767975

Kode/Nama Mata Kuliah : PAJA3345/Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Kode/Nama UPBJJ : 13 / UPBJJ-UT Batam

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Peraturan Menteri Keuangan republik Indonesia nomor 189/PMK.03/2020 tentang tata cara
pelaksanaan penagihan pajak atas jumlah pajak yang masih harus dibayar, untuk menjamin
pemenuhan hak dan kewajiban bagi penanggung pajak dan Direktorat Jenderal Pajak guna
pelaksanaan penagihan pajak, diperlukan pengaturan mengenai tata cara penagihan pajak yang
tepat dan berimbang.
Berdasarkan Pasal 8 PMK Nomor 145/PMK.03/2012 stdd PMK Nomor 18/PMK.03/2021, DJP
dapat menerbitkan STP setelah melakukan penelitian data administrasi perpajakan, melakukan
pemeriksaan, atau melakukan pemeriksaan ulang.
Dasar penerbitan STP diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang KUP yang kemudian diatur
lebih lanjut dalam Pasal 7 PMK Nomor 145/PMK.03/2012 stdd PMK 18/PMK.03/2021.
Penerbitan STP dilakukan oleh DJP apabila:
 Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
 Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis dan/atau salah
hitung;
 Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda dan/atau bunga;
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak membuat
faktur pajak atau terlambat membuat faktur pajak;
 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap,
selain identitas pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak serta nama dan
tanda tangan dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
 Terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal:
1. Diterbitkan keputusan;
2. Diterima putusan; atau
3. Ditemukan data atau informasi.
yang menunjukan adanya imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib
Pajak;
 Terdapat jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar dalam jangka waktu sesuai dengan
persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

2. Utang Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis Pajak:
a. Pajak Penghasilan, pajak yang dikenakan pada penghasilan baik dari perorangan maupun
badan.
b. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, pajak atas pajak atas konsumsi barang dan jasa di
dalam Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat dalam setiap jalur produksi dan
distribusi.
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau mengimpor
barang tersebut dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. Pajak Penjualan, pajak konsumsi yang dikenakan oleh pemerintah atas penjualan barang dan
jasa.
e. Bea Meterai, pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut ditanda
tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dokumen tersebut selesai dibuat atau
diserahkan kepada pihak lain bila dokumen tersebut hanya dibuat oleh satu pihak, dan
f. Pajak Bumi dan Bangunan yang meliputi sektor perkebunan, perhutanan, pertambangan, dan
sektor lainnya, pungutan wajib atas kepemilikan tanah dan bangunan karena adanya
keuntungan maupun kedudukan sosial ekonomi atas perorangan atau badan yang memiliki
hak padanya ataupun mendapatkan manfaat dari tanah dan bangunan tersebut.
3. UU nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
BAB XVI
Ketentuan Pidana

Pasal 174
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar. (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak
benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 175
Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu
5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya
Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pasal 176
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling
banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 177
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak
memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak
memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban
pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya
adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak atau
Wajib Retribusi, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 178
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174, Pasal 176, dan Pasal 177 ayat (1) dan ayat
(2) merupakan penerimaan negara.

Anda mungkin juga menyukai