Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 3: AKT51

- Arifa Silmi Jelita


- Azka Aulia Gunawan
- Firzah M Farid Barawas
- Ratumas Salma Zulaika

1. Dalam Pasal 10, 11, dan 13 pada PMK-18/2021 terdapat kriteria keahlian tertentu
serta tata cara pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia bagi Warga Negara Asing (WNA). Apa saja kriteria tersebut, jelaskan!
Jawab:
kriteria keahlian tertentu serta tata cara pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia bagi Warga Negara Asing (WNA) adalah
 Warga Negara Asing (WNA) yang memilih untuk dikenai PPh hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia harus mengajukan
permohonan secara elektronik melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal saluran tertentu belum tersedia,
permohonan diajukan tertulis secara:
a. langsung; atau
b. melalui pos atau perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat, ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib
Pajak terdaftar.
 Direktur Jenderal Pajak melakukan penelitian terhadap kelengkapan
pemenuhan persyaratan, dan menerbitkan
a) surat persetujuan atas permohonan pengenaan PPh hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia, atau
b) surat penolakan atas permohonan pengenaan PPh hanya atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia, dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
 Warga Negara Asing (WNA) dengan keahlian tertentu yang telah menjadi
subjek pajak dalam negeri sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, dapat
dikenai PPh hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia sepanjang:
a. jangka waktu 4 (empat) Tahun Pajak belum terlampaui, dan
b. mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1).
Dalam hal permohonan disetujui, pengenaan PPh dihitung sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja sampai dengan
berakhirnya jangka waktu 4 (empat) Tahun Pajak.
Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber: Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 18/Pmk.03/2021 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Di Bidang Perpajakan_Hal
21_Soal Ke: 1

1
2. Apa perbedaan Dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dengan Wajib Pajak badan?
Jawab:
 Dividen dari Dalam Negeri diterima Wajib Pajak OP
 Dikecualikan dari Objek Pajak dengan syarat dividen yang
diterima/diperoleh harus diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dalam jangka waktu tertentu.
 Pembagian dividen dikecualikan dari objek PPh dilaksanakan
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau pembagian
dividen interim sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Jika diinvestasikan kurang dari dividen yang diterima/diperoleh:
a. Dividen yang diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh.
b. Selisih dari Dividen yang diterima atau diperoleh dikurangi dengan
Dividen yang diinvestasikan, dikenai PPh sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Tata cara pengecualian: melaporkan dividen yang berasal dari Dalam
Negeri dalam SPT Tahunan PPh sebagai penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak.
 Tidak dilakukan pemotongan PPh oleh pemotong pajak tanpa Surat
Keterangan Bebas Pajak (SKB)
 Dividen dari Dalam Negeri diterima Wajib Pajak Badan
 Dikecualikan dari objek pajak tanpa syarat
 Pembagian dividen yang dikecualikan dari objek PPh dilaksanakan
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau pembagian
dividen interim sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Tata cara pengecualian: melaporkan dividen yang berasal dari Dalam
Negeri dalam SPT Tahunan PPh sebagai penghasilan yang tidak
termasuk objek pajak.
 Tidak dilakukan pemotongan PPh oleh pemotong pajak tanpa Surat
Keterangan Bebas Pajak (SKB)
Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber: Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 18/Pmk.03/2021 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Di Bidang Perpajakan_Hal
24_Soal Ke: 2

3. Sebutkan apa saja tata cara permohonan surat keterangan WNI yang ingin menjadi
SPLN yang terdapat pada Pasal 4 PMK-18/2021?
Jawab:
Tata cara permohonan surat keterangan WNI yang ingin menjadi SPLN:
 WNI yang memenuhi persyaratan, mengajukan permohonan kepada Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dengan melampirkan dokumen yang dapat membuktikan

2
pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c,
ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) huruf a PMK
 Permohonan diajukan secara elektronik melalui saluran tertentu yang
ditetapkan DJP. Dalam hal belum tersedia, permohonan dapat dilakukan
secara tertulis dan disampaikan secara langsung atau melalui pos/perusahaan
jasa ekspedisi/jasa kurir dengan BPS, ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
terdekat
 Dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak permohonan diterima lengkap,
KPP atas nama Dirjen, berdasarkan hasil penelitian menerbitkan :
a. Surat keterangan WNI – SPLN dalam hal telah memenui persyaratan
atau
b. Surat penolakan atas permohonan dalam hal WNI tidak memenuhi
persyaratan
 Dalam hal batas waktu terlewati, belum diterbitkan keputusan, permohonan
dianggap diterima dan kepala KPP atas nama Dirjen Pajak menerbitkan Surat
Keterangan WNI – SPLN dalam jangka waktu paling lama 5 hari setelah batas
waktu terlewati

Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber: Peraturan Menteri Keuangan


Republik Indonesia Nomor 18/Pmk.03/2021 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Di Bidang Perpajakan_Hal
15_Soal Ke: 3

4. Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 Pada Pasal 5 Ayat (2)
dijelaskan bahwa Warga Negara Indonesia (WNI) dapat mengajukan permohonan
untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non Efektif pada saat akan meninggalkan
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Bagaimanakah cara WNI mengajukan
permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak-NE?
Jawab:
Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.03/2021 Pada Pasal 5 Ayat (2)
dijelaskan bahwa Permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak non efektif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh Wajib Pajak melalui:
a. KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;
b. Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan yang berada di
dalam wilayah kerja KPP tempat Wajib Pajak terdaftar; atau
c. saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Permohonan untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak non efektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan melampirkan dokumen
pendukung yang dapat membuktikan niat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan kewajiban perpajakannya telah terpenuhi
Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber: Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 18/Pmk.03/2021 Tentang Pelaksanaan Undang-

3
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja Di Bidang Perpajakan_Hal
17_Soal Ke: 4

5. Menurut Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada pasal 111 UU
Cipta Kerja, terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan yang diubah. Sebutkan subjek pajak dalam negeri
sesuai dengan ketentuan pasal 2 yang diubah!
Jawab:
 Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) adalah:
a) orang pribadi, baik yang merupakan Warga Negara Indonesia maupun
warga negara asing yang:
 bertempat tinggal di Indonesia;
 berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau
 Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
b) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali
unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
 pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah; dan
 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
negara; dan
c) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber : Undang-Undang No.11 Tahun
2020 tentang UU Cipta Kerja Pasal 111_Soal Ke: 5

6. Apa yang dimaksud dengan PBB dan PBB-P2, serta objek pajak PBB-P2?
Jawab:
 PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) adalah pajak yang ditanggung oleh
orang pribadi atau badan yang memperoleh manfaat karena pungutan hak
atas tanah dan bangunan miliknya, PBB sendiri juga merupakan pajak
yang bersifat kebendaan,yakni untuk menentukan besar pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek pajak yang harus wajib dibayar oleh wajib
pajak.
 PBB-PP (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan) merupakan
pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan yang dikelola atau dipungut
oleh pemerintah daerah. Jadi, pemerintah pusat hanya mengurusi pajak

4
bumi dan bangunan kecuali kawasan yang nanti digunakan untuk objek
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan pajak ini juga
disebut PBB-P3. Hal tersebut yang menyebabkan mekanisme tarif dan
penghitungan PBB pusat dan PBB daerah berbeda.
 Tapi ada juga bumi atau bangunan tertentu yang tidak dikenakan
PBB-P2 yang antara lain objek yang digunakan oleh Pemerintah
dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan misalkan kantor
dinas, kantor gubernur, dan juga
 objek yang digunakan untuk kepentingan umum seperti di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional
yang tidak untuk mendapatkan keuntungan misalkan bangunan
masjid maupun sekolah
 objek yang dipergunakan untuk kuburan atau sejenisnya, serta
 objek yang merupakan hutan lindung,hutan suaka alam, dan hutan
lainnya yang dikuasai oleh desa dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak
Ratumas Salma Zulaika_1191002014_Sumber: Ekonomi kurikulum 2013 kelas
XI Intan Pariwara_Hal 38_Soal Ke: 6

7. Apa yang dimaksud dengan dana abadi ?


Jawab :
Dalam PMK 68/2020 pasal 1 dana abadi adalah dana yang bersifat abadi untuk
menjamin keberlangsungan program pendidikan dan/atau litbang yang tidak dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional. Sisa lebih yang diterima atau
diperoleh badan atau lembaga nirlaba pada bidang pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan (litbang) yang dialokasikan dalam bentuk dana abadi bisa
dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan (PPh) apabila digunakan untuk
pembangunan dan/atau pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
litbang serta dilakukan paling lama 4 tahun sejak sisa lebih itu diterima atau
diperoleh.
Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber : https://news.ddtc.co.id/jika-
dialokasikan-sebagai-dana-abadi-sisa-lebih-bukan-objek-pph-21846 _Soal ke : 1

8. penggunaan sisa lebih dapat dialokasikan dalam bentuk dana abadi jika terpenuhinya
empat syarat, apa sajakah itu ?
Jawab :
Ada 4 syarat penggunaan sisa lebih dapat dialokasikan dalam bentuk dana abadi :
 Pertama, badan atau lembaga telah ditetapkan dengan peringkat akreditasi
tertinggi oleh instansi yang berwenang menetapkan akreditasi.
 Kedua, disetujui oleh pimpinan perguruan tinggi atau badan/lembaga
pendidikan. Bagi perguruan tinggi negeri badan hukum, persetujuan dari
pimpinan perguruan tinggi, majelis wali amanat, dan pejabat instansi
pemerintah terkait di tingkat pusat. Bagi perguruan tinggi swasta, persetujuan

5
berasal dari pimpinan perguruan tinggi, badan penyelenggara, dan pejabat
instansi pemerintah terkait di tingkat pusat. Sementara, bagi badan/atau
lembaga pendidikan selain perguruan tinggi negeri/swasta, pesetujuan dari
pimpinan badan atau lembaga pendidikan, badan penyelenggara, dan pejabat
instansi pemerintah terkait di tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
 Ketiga, untuk badan atau lembaga penelitian dan pengembangan, harus ada
persetujuan dari pimpinan badan atau lembaga penelitian dan pengembangan,
dan pejabat instansi pemerintah terkait di tingkat pusat.
 Keempat, telah terdapat pengaturan terkait dana abadi di badan atau lembaga
dalam bentuk peraturan presiden dan/atau peraturan menteri yang membidangi
pendidikan dan/atau litbang.
Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber : https://news.ddtc.co.id/jika-
dialokasikan-sebagai-dana-abadi-sisa-lebih-bukan-objek-pph-21846 _Soal ke : 2

9. Pelangi (tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia) di tanggal 4 Mei 2020


mengumumkan pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 
Pada 13 Agustus 2020 perusahaan membagikan dividen tunai pada setiap pemegang
saham dengan sumber cadangan laba yang ditahan. Total jumlah dividen yang
dibagikan adalah senilai Rp.1.000.000.000,-. Susunan pemegang saham dan
persentase kepemilikan sahamnya sebagai berikut: 

Pemegang Saham % Kepemilikan Saham

PT Biru (Memiliki NPWP) 35%

PT Merah (BUMN) 24%

PT Cokelat (Tidak memiliki NPWP) 11%

CV Putih 5%

Google Pte, Ltd 25%

Hitunglah pajak dividennya !


Jawab :

%
Pemegang
Saha Jumlah Dividen PPh Pasal 23/26/4(2)
Saham
m

6
PT Biru Tidak terutang PPh
(Memiliki 35% Rp350.000.000 23 sebab kepemilikan
NPWP) >= 25%

PT Merah Non-objek pajak


24% Rp240.000.000
(BUMN) karena BUMN

PT Cokelat PPh 23, 15% x


(Tidak memiliki 11% Rp110.000.000 Rp110.000.000 =
NPWP) Rp33.000.000

PPh 4(2), 10% x


CV Putih 5% Rp50.000.000 Rp50.000.000 =
Rp5.000.000

PPh 26, Non Tax


Treaty, 20% x
Google Pte, Ltd 25% Rp250.000.000
Rp250.000.000 =
Rp50.000.000

Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber :


https://www.rusdionoconsulting.com/pajak-dividen/ _Soal ke : 3

10. Apa yang dimaksud dengan pajak dividen ?


Jawab :

Pajak dividen adalah pemotongan atau pemungutan pajak atas laba yang diterima oleh
pemegang saham, pemegang polis asuransi, atau anggota koperasi yang mendapatkan
bagian hasil usaha. Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun
2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan, pasal 4 ayat 1 (g) tentang objek pajak adalah penghasilan,
dan salah satu di antaranya adalah dividen :

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak-pribadi/pajak-dividen _Soal ke : 4

11. Pasal yang mengatur pemotongan dan kondisi dividen yang menjadi objek pajak dan
terkena pajak penghasilan ada tiga pasal, sebutkan ketiga pasal tersebut !

7
Jawab :
 PPh Pasal 4 ayat 2: Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri dikenai PPh sebesar 10% dan bersifat final. Dividen adalah
dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi pada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi pada anggota koperasi.
 PPh Pasal 23: Penerima penghasilan dividen ini merupakan wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap (BUT). Potongan untuk laba ini sebesar 15%
dari jumlah dividen, kecuali pembagiannya kepada orang pribadi dikenakan
final, bunga dan royalti.
 PPh Pasal 26: Penerima penghasilan dividen merupakan orang pribadi yang
tinggal di luar negeri, perusahaan di luar negeri yang mengoperasikan
usahanya melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, serta perusahaan di luar
negeri yang menerima penghasilan dari Indonesia tanpa melalui bentuk usaha
tetap. Tarif potongan pajak penghasilannya sebesar 20% atas jumlah bruto
dividen.   
Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber : https://www.online-pajak.com/tentang-
pajak-pribadi/pajak-dividen _Soal ke : 5

12. Perbedaan mekanisme pengenaan PPh atas dividen antara UU PPh dan UU Cipta
Kerja didasarkan pada berbagai konsep pemajakan atas dividen, yang berlaku di
berbagai negara. Di antara konsep yang bisa menjelaskan hal tersebut sebagaimana
dikutip dari laman ddtc.co.id antara lain classical system dan one-tier system, jelaskan
mengenai kedua konsep tersebut !
Jawab :
Classical System

classical system (separate entity system; two tier tax) adalah suatu sistem perpajakan,
di mana pajak dikenakan atas laba yang dihasilkan di tingkat perusahaan. Kemudian,
pajak dikenakan lagi atas laba bersih (income after tax) di tingkat pemegang saham
orang pribadi. Classical system mengindikasikan suatu sistem yang mengenakan
pajak dua kali atas penghasilan yang bersumber dari perseroan, yaitu pada tingkat
perseroan dan pada tingkat pemegang saham saat dibagikan sebagai dividen. Dengan
demikian, classical system memandang perseroan sebagai entitas yang terpisah
dengan pemiliknya. Sebagai konsekuensinya, sistem ini dapat mendorong
terbentuknya perilaku penghindaran pajak. Hal ini lantaran ada kalanya, pemegang
saham ingin menghindari pajak atas dividen, seperti adanya praktik dividen
terselubung (disguised dividend), penyembunyian pengendali atas manfaat (beneficial
owner), hingga adanya skema re-routing investment sebagai perencanaan pajak.

One-Tier System

one-tier system atau dividend-exclusion system adalah suatu sistem perpajakan, di


mana pajak dibebankan atas laba yang dihasilkan hanya pada tingkat perusahaan.

8
Berdasarkan sistem ini, penghasilan perseroan hanya dikenakan pajak satu kali di
tingkat perseroan. Ketika penghasilan perseroan tersebut dibagikan sebagai dividen
kepada pemegang saham orang pribadi, penghasilan dividen ini tidak dikenakan pajak
lagi pada orang pribadi tersebut.sSederhananya, dalam sistem ini, setiap dividen yang
berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh oleh pemegang saham orang
pribadi dalam negeri akan dikecualikan dari pengenaan PPh di Indonesia. Dalam UU
Cipta Kerja, konsep ini diterapkan dengan beberapa persyaratan, sepanjang dividen
tersebut diinvestasikan di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, sesuai tujuan
dibentuknya UU Cipta Kerja.
Arifa Silmi Jelita_1191002036_Sumber :
https://www.pajak.go.id/id/artikel/mengenal-konsep-pengenaan-pajak-dividen-
dalam-uu-cipta-kerja _Soal ke : 6

13. Jelaskan yang dimaksud dengan SPDN!


Jawab:
SPDN atau Subjek Pajak Dalam Negeri adalah
 Orang Pribadi, baik yang merupakan WNI maupun WNA, yang:
o Bertempat tinggal di Indonesia;
o Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan; atau
o Dalam satu tahun tersebut berniat untuk tinggal di Indonesia.
 Badan Usaha yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia, kecuali badan
tertentu dari pemerintah yang ditetapkan bukan SPDN.
 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber:


https://www.mrbfinance.com/blog/membahas-kriteria-subjek-pajak-dalam-
negeri-spdn-amp-luar-negeri-spln_MRB Finance_Soal ke: 1

14. Jelaskan yang dimaksud dengan SPLN!


Jawab:
 Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
 WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan;
 WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan serta
memenuhi persyaratan:
o bertempat tinggal secara permanen di luar Indonesia dan bukan
merupakan tempat persinggahan
o memiliki pusat kegiatan utama yang menunjukkan keterikatan pribadi,
ekonomi, dan/atau sosial di luar Indonesia, seperti keluarga, pekerjaan,
dan organisasi yang diakui pemerintah negara setempat. 
o memiliki tempat menjalankan kebiasaan atau kegiatan sehari-hari di
luar Indonesia
o menjadi subjek pajak dalam negeri negara lain. 

9
o telah menyelesaikan kewajiban perpajakan atas seluruh penghasilan
yang diterima atau diperoleh WNI selama menjadi SPDN. Ini
dibuktikan dengan surat keterangan WNI memenuhi persyaratan
menjadi SPLN yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. 
o persyaratan tertentu lainnya
 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber:
https://www.mrbfinance.com/blog/membahas-kriteria-subjek-pajak-dalam-
negeri-spdn-amp-luar-negeri-spln_MRB Finance_Soal ke: 2

15. Jelaskan syarat-syarat WNI menjadi SPLN!


Jawaban:
 WNI tinggal menetap secara permanen di luar Indonesia yang bukan
merupakan tempat persinggahan.
 WNI mempunyai pusat kegiatan utama atau keterikatan pribadi , ekonomi
ataupun sosial di Luar Negeri.
 WNI memiliki kebiasaan atau kegiatan sehari - hari yang dilakukan di
luar Indonesia. 
 WNI harus telah menjadi Subjek Perpajakan Dalam Negeri (SPDN)
yurisdiksi lainnya dan persyaratan tertentu lainnya.
 Pesyaratan lainnya seperti:
o WNI wajib untuk menyelesaikan semua kewajiban perpajakan dari
semua penghasilan yang diterima WNI selama menjadi SPDN dan
menerima surat keterangan bahwa WNI telah memenuhi syarat
untuk menjadi SPLN.
o WNI menjadi SPDN Yurisdiksi lain apabila memiliki surat
keterangan domisili yang menunjukkan status pajak subjek dari
otoritas pajak lainnya.
Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber:
https://www.pajakku.com/read/604f2371c069d02167e95873/Persyaratan-WNI-
Menjadi-Subjek-Pajak-Luar-Negeri_Maria_Soal ke: 3

16. Jelaskan yang dimaksud dengan Badan Usaha Tetap dan berikan contohnya!
Jawab:
Bentuk usaha tetap (dalam pembahasan Badan Usaha) adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa:

1. tempat kedudukan manajemen;

2. cabang perusahaan;

10
3. kantor perwakilan;

4. gedung kantor;

5. pabrik;

6. bengkel;

7. gudang;

8. ruang untuk promosi dan penjualan;

9. pertambangan dan penggalian sumber alam;

10. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber:


https://www.pajak.go.id/id/subjek-pajak-pph-badan_Direktorat Jenderal
Pajak_Soal ke: 4

17. Jelaskan tiga bagian dalam Asas Hukum Penyidikan!


Jawab:
1. Asas praduga tak bersalah, adalah bahwa setiap orang yang disangka, dituntut,atau
dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalahsampai
adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan-kesalahannyadan
memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Asas persamaan dimuka hukum, adalah bahwa setiap orang mempunyai hakdan
kewajiban yang sama dimuka hukum, tanpa perbedaan.
3. Asas hak memperoleh bantuan/penasehat hukum, adalah bahwa setiaptersangka
perkara tindak pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatanmemperoleh
bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakankepentingan
pembelaan atas dirinya sejak dilakukan pemeriksaan terhadapnya.

Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber:


https://www.academia.edu/37813929/PEMERIKSAAN_PENYIDIKAN_PEMBU
KUAN_DAN_PENCATATAN_PERPAJAKAN_ Nurisna Kurniawati_Soal ke: 5

18. Sebutkan ketentuan dividen yang diinvestasikan yang berasal dari luar negeri dan
penghasilan setelah pajak dari BUT di luar negeri tidak dikenakan PPh di Indonesia!
Jawab:
• Dividen yang diinvestasikan di Indonesia, tidak dikenai PPh.
• Bila yang diinvestasikan < 30% laba setelah pajak Badan Usaha Luar Negeri, selisih
dari 30% dikurangi realisasi investasi di Indonesia (yang kurang dari 30%) dikenai
PPh.
• Sisa laba setelah pajak Badan Usaha Luar Negeri setelah dikurangi a & b, tidak
dikenai PPh.

11
Firzah Muhamad Farid Barawas_1191002042_Sumber: UU Nomor 11 Cipta
Kerja - Perpajakan.pdf_ UU Nomor 11 Cipta Kerja_Soal ke: 6

12

Anda mungkin juga menyukai