Anda di halaman 1dari 80

1

I. SISTEM REFRIGERASI
1.1 Jenis-jenis Sistem Refrigerasi
Berbagai jenis sistem refrigerasi yang bekerja berdasarkan berbagai proses dan
siklus dapat ditemui dalam praktek. Secara umum ada dua siklus dari sistem refrigerasi
yaitu sistem refrigerasi siklus tertutup dan sistem refrigerasi siklus terbuka. Namun

demikian sistem refrigerasi siklus tertutup dapat dikelompokkan berdasarkan jenis siklusnya
diantaranya:
Sistem refrigerasi siklus thermodinamika
Sistem refrigerasi siklus thermo-elektrik
Sistem refrigerasi siklus thermo-magnetik
Yang termasuk mesin refrigerasi siklus thermodinamika antara lain;
1. Mesin refrigerasi siklus kompresi uap
2. Mesin refrigerasi siklus absorpsi
3. Mesin refrigerasi siklus jet uap
4. Mesin refrigerasi siklus udara
5. Mesin refrigerasi tabung vorteks
Pada modul ini hanya akan dibahas sistem refrigerasi siklus thermodinamik
khususnya mesin refrigerasi siklus kompresi uap.

1.2 Mesin Refrigerasi Siklus Kompresi Uap


Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap merupakan jenis mesin refrigerasi yang
paling banyak digunakan saat ini. Mesin refrigerasi siklus kompresi uap terdiri dari empat
komponen utama, yaitu kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator. Susunan empat
komponen tersebut secara skematik ditunjukkan pada Gambar dibawah.

Gambar 1.1 Diagram Proses Siklus Kompresi Uap


2

Cara Kerja Siklus Kompresi Uap;


1. Proses 1-2 ; refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap jenuh dengan
temperatur dan tekanan rendah, kemudian oleh kompresor uap tersebut dinaikkan
tekanannya menjadi uap super panas dengan temperatur yang tinggi, lebih tinggi dari
temperature lengkungan sehingga pembuangan panas bisa berlangsung.
2. Proses 2-3 ; setelah mengalami proses kompresi, refrigeran berada dalam fase panas
lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk merubah wujudnya menjadi cair
(kondensasi), kalor harus dilepaskan ke lingkungan melalui alat yang disebut dengan
kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor pada sisi lain dialirkan fluida
pendingin (udara atau air) dengan temperatur lebih rendah dari pada temperatur
refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah dari refrigeran ke fluida pendingin
dan refrigeran akan mengalami penurunan temperatur dari kondisi uap panas lanjut
menuju kondisi uap jenuh, selanjutnya mengalami proses pengembunan menjadi
refrigeran cair. Refrigeran keluar kondensor sudah berupa refrigeran cair. Proses
kondensasi berlangsung pada temperature dan tekanan yang konstan.
3. Proses 3-4 ; refrigeran dalam keadaan wujud cair jenuh (tingkat keadaan 3)
kemudian mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada

entalpi konstan dan berlangsung secara tak reversibel sehingga tekanan refrigeran
menjadi rendah (tekanan evaporator). Refrigeran keluar alat ekspansi berwujud
campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur rendah.
4. Proses 4-1 ; Refrigeran dalam fase campuran uap-cair, mengalir melalui evaporator.
Di dalam evaporator refrigeran mengalami proses penguapan sebagai akibat dari
panas yang diserap dari sekeliling evaporator. Dengan adanya penyerapan panas ini,
maka disekeliling evaporator (ruangan yang dikondisikan) menjadi dingin atau
temperaturnya turun. Selanjutnya refrigeran yang meninggalkan evaporator dalam
fase uap jenuh. Proses penguapan tersebut berlangsung pada temperatur dan tekanan
yang konstan.

1.3 Satuan Kapasitas Pendinginan


Satuan kapasitas pendingin (Cooling capacity) adalah Ton Refrigeration (Ton R),
yang didefinisikan sbb: Kalor yang dikeluarkan/ dibutuhkan pada proses perubahan air 1
o o
ton pada 0 C, 76 cmHg menjadi 1 ton es pada 0 C dalam daur 24 jam.
Bila panas laten pembekuan air adalah 144 BTU/lbm, maka:
3

1 Ton R = (1ton) (2000lbm / ton) (144 BTU / lbm)


24 jam
1 Ton R = 12000 BTU/jam atau
1 Ton R = 200 Btu/manit atau
1 Ton R = 3024,1935 kCal/jam
catatan:
1 BTU = 778 lbf
1 HP = 33000 ft lbf/menit
= 550 ft lbf/detik

1.4 Pengertian-pengertian pada Siklus Kompresi Uap


1. Diagram Mollier
Diagram mollier atau diagram P h, menunjukkan karakteristik dari gas refrigeran,
yang menyatakan hubungan antara tekanan (P) pada ordinat dan enthalpy (H) pada absis
dari siklus refrigerasi. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 (a), diagram mollier dibagi
menjadi tiga bagian untuk membedakan tingkat keadaan rerigeran yaitu tingkat keadaan
cairan super dingin (sub-cooled), uap basah dan uap super panas (super heat vapor) oleh
garis cair jenuh (saturated liquid line) dan garis uap jenuh (saturated vapor line).

Garis Cair Jenuh
Garis cair jenuh merupakan garis lengkung mulai dari sebelah kiri bawah
sampai titik kritis. Pada garis cair jenuh ini tingkat keadaan cairan refrigeran mulai
menguap. Daerah cairan super dingin yang temperaturnya lebih rendah dari cairan
jenuh terletak di sebelah kiri garis cair jenuh. Sedangkan daerah uap basah yang
merupakan campuran fase cair dan uap terletak disebelah kanan garis cair jenuh.

Garis Uap Jenuh
Garis uap jenuh dunyatakan oleh garis lengkung di bagian kanan sampai titik
kritis. Refrigeran pada garis uap jenuh berada pada tingkat keadaan uap jenuh
kering. Sedangkan pada daerah uap super panas yang suhunya lebih besar dari uap
jenuh berada di sebelah kanan dari garis uap jenuh. Jadi daerah uap basah berada
diantara garis cair jenuh dan garis uap jenuh.

Tekanan (Pressure) (P, dalam psia)
Tekanan dinyatakan pada sumbu ordinat. Garis tekanan tetap (isobar)
menghubungkan titik-titik keadaan yang bertekanan sama yaitu garis horizontal.
4

2
Tekanan (P) dinyatakan dengan satuan lb/inch abs, atau dalam psia. (psia = pound
per square inch absolute).

Enthalpi (h, dalam BTU/lbm)


Enthalpi dinyatakan sebagai absis, oleh karena itu garis isoenthalpi adalah
garis vertical.
o
Temperature (t, dalam F)
Pada daerah cair, garis temperatur tetap (isothermal) boleh dikatakan vertical.
Pada daerah uap basah, garis isothermal sering kali tidak diperlihatkan karena garis
isothermal horizontal berimpit dengan garis tekanan tetap (isobar) yang
bersangkutan. Tetapi pada daerah uap super panas, garis isothermal agak
melengkung menuju ke arah kanan bawah (Gbr 4.2.c).

Derajat Kekeringan, (x)


Garis iso-derajat kekeringan menunjukkan besarnya derajat kekeringan dari
uap basah, dimana garis ini merupakan garis-garis bagi dari garis-garis datar antara
garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Misalnya x = 1,0 menyatakan derajat
kekeringan sama dengan satu, jadi menyatakan kondisi uap jenuh kering. X = 0,7
menyatakan kondisi uap basah dengan kandungan uap kering 70% dan cairan 30%.
Perhatikan Gbr 4.2.d
5

h (Btu/lbm) h (Btu/lbm)

h (Btu/lbm) h (Btu/lbm)

Gambar 1.2 Penjelasan tentang Diagram Mollier


6

2. Diagram Mollier dan Perubahan Tingkat Keadaan Refrigeran


Pada diagram Mollier, proses siklus refrigerasi menyangkut empat hah pokok yaitu
penguapan kompresi pengembunan ekspansi kompresi dan seterusnya, dapat
digambarkan sehingga mempermudah perhitungan perancangan ataupun pemeriksaan
terhadap kondisi operasinya (lihat Gambar 4.3).
Psia

Evaporator

h (Btu/lbm

Gambar 1.3 Diagram Mollier dan Siklus Refrigerasi


(Perubahan tingkat keadaan refrigeran)

Di dalam menggambar diagram Mollier dari siklus refrigerasi, hal-hal berikut ini
hendaknya diperhatikan :
1. Garis-garis horizontal menunjukkan proses tekanan konstan, seperti terjadi pada
proses penguapan refrigeran dalam evaporator serta pengembunan refrigeran
dalam kondensor.
2. Proses kompresi di dalam kompresor merupakan proses adiabatic
reversible
(isentropic) sehingga terjadi pada garis entropy konstan.
3. Ekspansi trotling, yaitu proses penurunan tekanan pada enthalpy konstan yang
terjadi pada waktu refrigeran melalui katup ekspansi atau pipa kapiler, dan
berlangsung sepanjang garis iso-enthalpi (arah vertical). Jadi enthalpy refrigeran
sebelum dan sesudah katup ekspansi/pipa kapiler adalah sama.
4. Dalam proses refrigerasi ini perpindahan kalor antara refrigeran dengan media
yang ada disekitarnya dianggap hanya terjadi pada evaporator dan kondensor
saja. Disamping itu selama proses tersebut dianggap tidak terjadi kerugian
7

tekanan (pressure drop) karena gesekan atau sebab lain. Oleh sebab itu siklus
refrigerasi ideal yang terlukis pada diagram Mollier akan berbeda dengan siklus
refrigerasi yang sebenarnya (actual).
Pressrure, Psia

3 Condensation 2
Expansion

Compression

4 Evaporation 1

Enthalpy, Btu/lbm
Gambar 1.4 Penggambaran Siklus Refrigerasi Kompresi uap Ideal pada
Diagram
Mollier.
Keterangan gambar:
12 : proses kompresi refrigeran di kompresor
23 : proses kondensasi (pengembunan) refrigeran di kondensor.
34 : proses ekspansi refrigeran di katup ekspansi atau pipa kapiler.
41 : proses penguapan refrigeran di evaporator.

3. Efek Refrigerasi (Refrigeration Effect)


Efek refrigerasi (ER) merupakan jumlah kalor yang diserap oleh
refrigeran di dalam evaporator untuk setiap satu satuan massa refrigeran, terjadi
pada proses 4 ke 1 seperti pada gambar 4.4. Satuan efek refrigerasi (ER) adalah
BTU/lbm. Jadi dengan demikian maka besarnya efek refriogerasi (ER) adalah :

ER = h1 h4 (BTU/lbm)

Dimana;
h1 = enthalpy refrigeran pada titik 4 (sesi masuk evaporator, BTU/lbm).
h4 = enthalpy refrigeran pada titik 1 (sesi keluar evaporator, BTU/lbm).
8

Harga ER dari suatu sistim refrigerasi sangat penting artinya karena menunjukkan
banyaknya kalor yang bias diserap oleh refrigeran di dalam evaporator untuk setiap pound
(lbm) penguapan refrigeran. Dengan mengetahui harga ER dan besarnya massa refrigeran
yang dapat diuapkan tiap satu satuan waktu pada evaporator, maka dapat ditentukan
besarnya kapasitas pendinginan (Cooling Capasity) dari sistim refrigerasi tersebut, demikian
pula sebaliknya.
Jadi:

KR = ER.mr.TonR (BTU/menit)
200
Dimana :
ER = efek refrigerasi (BTU/lbm).
Mr = laju aliran massa refrigeran (lbm/menit).

4. Kerja Kompresi (Wk)


Kerja kompresi (Wk) yang dibutuhkan pada proses kompresi uap refrigeran di
dalam kompresor besarnya sama dengan selisih enthalpy pada proses 1 ke 2. Hubungan ini
diturunkan dari Steady flow energy equation dengan mengabaikan adanya perubahan
energi kinetik dan energi potensial (lihat gambar 4.4).
Jadi:
h1 + q = h2 + Wk
oleh karena proses 1 ke 2 berlangsung secara adiabatic reversible (q = 0), maka
Wk = h1 h2 (BTU/lbm)

Selisih enthalpy ini mempunyai harga negatif berarti bahwa kerja diberikan ke sistim
dari luar.

5. Koefisien Prestasi (Coefficient of Performance) (COP)


Koefisien prestasi (COP) adalah suatu koefisien yang besarnya sama dengan efek
refrigerasi (ER) dibagi dengan kerja kompresi (Wk)
COP = (ER) (Wk)
Koefisien prestasi ini identik dengan efisiensi pada motor bakar. Makin tinggi harga COP
nya, makin baik sistim refrigerasi tersebut. Harga COP ini biasanya lebih besar dari pada
satu (1).
9

6. Panas Yang Dibuang Kondensor (Qk)


Dari kesetimbangan energi, kalor yang dilepaskan di kondensor haruslah sama
dengan jumlah efek refrigerasi (ER) dan kalor yang ekivalen dengan kerja yang
diberikan
kepada refrigeran selama langkah kompresi di kompresor (Wk). Dalam gambar 4.4, proses
pelepasan kalor di dalam kondensor terjadi pada proses 2 ke 3.

ER = h1 h4 dan Wk = h2 h1

Maka;
Qk = (h1 h4) + (h2 h1)
= h2 h4
= h2 h3 (BTU/lbm) , jadi (h3 = h4)
dimana;
h2 = enthalpy uap refrigeran pada sesi masuk kondensor (BTU/lbm).
H3 = enthalpy cairan refrigeran pada sesi keluar kondensor (BTU/lbm).

7. Jumlah Refrigeran yang Bersirkulasi


Jumlah refrigeran yang bersirkulasi adalah jumlah refrigeran yang dimasukkan dan
diuapkan di dalam evaporator untuk memperoleh kapasitas pendinginan yang diperlukan.

Jumlah refrigeran yang bersirkulasi biasanya disebut dengan Laju aliran massa refrigeran
dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini :

Mr = (KR) / (ER) (lbm/jam).


Dimana:
KR = kapasitas pendinginan yang diperlukan (BTU/jam)
ER = efek refrigerasi (BTU/lbm).
Dengan mengetahui tingkat keadaan refrigeran pada sesi masuk kompresor, titik 1
3
pada Gbr 4.4, maka dapat diketahui pula volume spesifik dari refrigeran, v1 (ft /lbm). Hal
ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui volume uap refrigeran yang bersirkulasi (laju
aliran volume refrigeran) yaitu;
3
V1 = mr . v1 (ft /lbm)
Dengan mengetahui laju aliran volume refrigeran yang dihisap oleh kompresor
setiap langkah hisapnya akan dapat ditentukan besarnya kompresor yang diperlukan untuk
mensirkulasikan refrigeran (lbm/jam) supaya dapat diperoleh kapasitas pendinginan yang
diinginkan.
10

8. Daya yang Dibutuhkan Kompresor, (Pk) (HP)


Daya yang diperlukan oleh kompresor untuk mensirkulasikan refrigeran
dapat ditentukan dengan persamaan :

Pk = 778.Wk .mr (HP)


33000

Dimana;
Wk = kerja yang diperlukan kompresor (BTU/lbm)
Mr = laju aliran massa refrigeran (lbm/menit)

Contoh Soal dan Pemecahannya


Mesin refrigerasi dengan siklus kompresi uap mempunyai kapasitas refrigerasi 15
o
Ton R. Refrigeran yang digunakan adalah R-12, dengan temperatur kondensor 95 F dan
o
temperatur evaporator 20 F
Tentukan:
a. Efek refrigerasi sistim (BTU/lbm)
b. Jumlah refrigeran yang disirkulasikan, dalam (lbm/menit)
c. Daya untuk menggerakkan kompresor (HP)
d. Koefisien prestasi sistim (COP)
e. Kalor yang dilepaskan di kondensor (BTU/lbm).

Penyelesaian:
Terlebih dahulu digambarkan diagram P-h dari sistim refrigerasi sesuai dengan data
yang diberikan sbb:
Pressrure, Psia

o
3 95 F 2

o
20 F
4 1
Enthalpy, Btu/lbm
11

Dari table A-3 (Refrigeration and Air Conditioning) untuk R-12 diperoleh :
o 3
Pada te = 20 F, maka h1 = 79,4 BTU/lbmdan v1 = 1,099 ft /lbm
o
Tk =95 F, maka h3 = h4 = 29,9 BTU/lbm.
Dari diagram Mollier untuk R-12 didapat;
H2 = 88,8 BTU/lbm

a. Efek refrigerasi (ER):


ER = h1 h4
= (79,4 29,9) (BTU/lbm)
= 49,5 (BTU/lbm).
b. Jumlah refrigeran yang disirkulasikan (mr)
Mr = KR / ER
= 15Ton R.200 BTU / lbm
49,5 BTU / lbm . 1Ton R
= 60,6 lbm/menit.
c. Daya untuk menggerakkan kompresor (Pk)
Kerja kompresi pada kompresor
Wk = h2 h1
= (88,8 79,4) BTU/lbm
= 9,4 BTU/lbm

Pk = 778.Wk .mr (HP)


33000
= 13,4 HP
d. Koefisien prestasi sistim (COP)
COP = ER / Wk
= 49,5 BTU / lbm
9,4 BTU / lbm
= 5,26
e. Kalor yang dilepaskan di kondensor (Qk)
Qk = h2 h3
= (88,8 29,9) BTU/lbm
= 58,9 BTU/lbm
12

II. KOMPONEN SISTEM REFRIGERSI SIKLUS KOMPRESI UAP


Komponen utama dari sistem refrigerasi siklus kompresi uap terdiri dari; kompresor,
kondensor, evaporator dan alat ekspansi. Disamping komponen utama terdapat komponen
tambahan seperti; strainer/ filter, drier, akumulator, fan motor.

2.1 Kompresor
Kompresor adalah bagian yang terpenting dari mesin refrigerasi. Pada tubuh
manusia, kompresor dapat diumpamakan sebagai jantung yang memompa darah ke seluruh
tubuh kita. Dalam mesin refrigerasi, kompresor menekan refrigeran ke semua bagian dari
sistim. Kompresor ini bekerja membuat perbedaan tekanan sehingga refrigeran dapat
mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya dari sistim. Karena adanya perbedaan tekanan
antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah maka refrigeran cair dapat
mengalir
melalui alat pengatur refrigeran (Alat ekspansi) ke evaporator. Tekanan gas di evaporator
harus lebih tinggi dari pada tekanan gan dalam saluran hisap, agar gas dingin dari
evaporator dapat mengalir melalui saluran isap kompresor. Gas dingin tersebut di dalam
kompresor hermetic berguna untuk mendinginkan kumparan motor listrik dan minyak
pelumas kompresor. Kompreso pada sistim refrigerasi berguna untuk :

1. Menurunkan tekanan di dalam evaporator sehingga refrigeran cair di evaporator


dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap panas lebih banyak
dari ruangan di dekat evaporator.
2. Menghisap refrigeran gas dari evaporator pada suhu dan tekanan rendah lalu

memamfatkan gas tersebut sehingga menjadi gas bertekanan dan bersuhu tinggi.
Kemudian mengalirkannya ke kondensor hingga gas tersebut berubah fase
menjadi cair (pengembunan) dengan melepaskan panas refrigeran ke lingkungan
atau kepada zat yang mendinginkan kondensor.

Untuk menentukan seberapa rendah suhu yang harus dicapai oleh evaporator antara
lain ditentukan oleh suhu terendah pada penguapan di evaporator. Hal ini tergantung dari
refrigeran yang digunakan dan macam kompresor yang dipakai.

Jenis-jenis kompresor dapat digolongkan berdasarkan :

1. Penggolongan berdasarkan metode


kompresi a. Metode kompresi positif
- Kompresor bolak-balik
- Kompresor bolak-balik kerja tunggal
13

- Kompresor bolak-balik kerja gamda.


- Kompresor putar (rotary)
- Kompresor sekrup
b. Metode kompresi non positif
- Kompresor sentrifugal
- Satu tingkat
- Banyak tingkat
2. Penggolongan menurut bentuk
a. Jenis vertical
b. Jenis horizontal
c. Jenis silinder banyak
3. Penggolongan menurut konstruksi (hubungan motor dengan kompresornya)
a. Kompresor jenis terbuka
b. Kompresor jenis semi-hermetik
c. Kompresor jenis hermetic

2.2 Kompresor Torak


Kompresor torak sampai saat ini adalah yang paling banyak dipaki untuk keperluan
refrigerator. Terutama dipergunakan dengan refrigeran yang memerlukan pergerakan torak
(piston displacement) yang kecil dan mengembun pada tekanan yang tinggi. Refrigeran
yang banyak dipakai dengan kompresor torak adalah: R-12, R-22, R-500, R-502 dan R-717.
Prinsip kerja kompresor torak ini seperti pada motor bakar dua langkah (2-stroke).
Pada kompresor torak juga terdapat silinder dimana torak bergerak bolak-balik didalamnya.
Gerak bolak-balik ini disebabkan oleh gerak putar poros engkol (crank shaft) yang
digerakkan oleh motor listrik.
Pada waktu langkah isap, torak bergerak ke bawah, terjadi penurunan tekanan atau
vakum di dalam silinder antara torak dan tutup silinder sehingga katup hisap (suction valve)
terbuka. Refrigeran gas dapat dihisap masuk melalui katup hisap ke dalam silinder. Pada
langkah tekan (kompresi) torak bergerak ke atas memampatkan gas dan mendorongnya
keluar melalui katup tekan (discharge valve) ke kondensor. Kemudian torak bergerak ke
bawah dan ke atas lagi begitu seterusnya sehingga kompresor torak disebut dengan
kompresor bolak-balik.
14

Gambar 2.1 Kompresor Torak Terbuka

Pada kompresor yang kecil, lapisan film minyak pelumas pada dinding silinder telah
cukup kuat untuk menahan tekanan gas yang bocor diantara torak dan dinding silinder. Oleh
karena itu torak dengan diameter kurang dari 50 mm pada umumnya tidak memakai cincin
torak (piston ring).
Untuk menghindari gas bocor kembali melalui katup kompresor maka katup
kompresor harus direncanakan agar dapat menutup dengan cepat dan rapat. Agar katup
dapat mudah membuka dan cepat menutup, katup harus dibuat dari logam yang ringan dan
konstruksinya dibuat agar dapat cepat terangkat. Katup harus kuat dan dapat diandalkan
juga harus bekerja dengan teratur dan otomatis.

2.3 Kompresor Rotari


Kompresor rotari dapat dibedakan berdasarkan Blade-nya yaitu kompresor rotari

dengan daun pisau tetap (Stationary blade) dan kompresor rotari dengan daun pisau berputar
(Rotary blade)
a. Kompresor Rotari dengan Daun Pisau Tetap (Stationary blade)
Kompresor ini terdiri dari; roller sebuah besi baja berbentuk silinder yang berputar
pada ujung poros rotor yang tidak sepusat (eksentrik). Kedua roller dan ujung poros
berputar dalam rumah yang bentuknya selindris yang selanjutnya akan disebut silinder. Oleh
karena ujung poros tidak sepusat maka roller juga berputar tidak sepusat dan
15

menyinggung bagian dalam dinding silinder pada satu garis. Jika poros berputar, roller juga
ikut pada bagian dalam dari silinder tersebut.

Sebuah pisau (blade) yang ditekan oleh pegas dari belakang melalui alur pada
silinder selalu menekan roller pada satu garis. Daun pisau bergerak maju mundur pada alur
dari silinder mengikuti roller selama roller berputar pada bagian dalam silinder. Kedua
ujung silinder, atas dan bawah mempunyai dinding penutup dan satu dari padanya berfungsi
sebagai menunjang poros. Roller dan pisau mempunyai tinggi yang sama dengan tinggi
silinder. Saluran hisap dan tekan berpangkal dari silinder tersebut, pada bagian kanan dan
kiri didekat alur dari daun pisau.

Saluran hisap tidak mempunyai katup hisap (suction valve) tetapi mempunyai
saringan untuk menyaring kotoran agar tidak masuk ke dalam silinder. Saluran tekan
mempunyai katup tekan (discharge valve) untuk menghindari gas tekanan tinggi pada waktu
kompresor sedang berhenti agar tidak mengalir kembali ke dalam silinder. Di dalam silinder
pada umumnya ada dua buah ruangan yaitu; ruang tekanan rendah dan ruang tekanan tinggi.
Pada waktu roller menutup lubang saluran hisap dan tekan pada saat yang bersamaan maka
di dalam silinder hanya ada satu ruang tekanan rendah saja.

Gambar 2.2 Kompresor Rotari dengan Daun Pisau Tetap

1. Poros 2 Roller 3. Silinder/rumah


4. Pisau/blade 5. Pegas 6. Tabung

b. Kompresor Rotari dengan Daun Pisau Berputar (Rotary Blade)

Kompresor ini terdiri dari satu silinder yang didalamnya terdapat roller yang

dilengkapi dengan 2 atau 4 buah daun pisau (blade atu vane). Ujung poros yang tidak
sepusat dapat memutar roller selalu menyinggung dinding silinder yang hanya dipisahkan
oleh lapisan minyak yang sangat tipis. Kedua dinding penutup silinder menutup bagian
bawah dan atas silinder sambil memegang poros yang berputar. Pisau-pisau bergerak maju
mundur pada alurnya.
16

Waktu poros berputar ujung pisau selalu menempel pada dinding silinder bagian
dalam. Ujung pisau ini dapat menempel pada dinding silinder karena dorongan gaya
sentrifugal dari poros yang sedang berputar. Ada juga yang diberi pegas dibelakang pisau
agar dapat menekan lebih kuat dan rapat.

Gambar 2.3 Kompresor Rotari dengan Daun Pisau Berputar


1. Roller 2. Silinder/rumah
3. Daun pisau 4. Tabung

Gas masuk melalui saluran hisap dan dimampatkan oleh pisau-pisau yang berputar
lalu mendorongnya keluar melalui saluran tekan. Kompresor ini mempunyai sebuah katup
tekan pada saluran tekan, untuk menghindari gas tekanan tinggi mengalir kembali ke
kompresor pada waktu kom presor sedang berhenti.

2.4 Kompresor Terbuka (Open type Compressor))


Pada kompresor terbuka ini, kompresornya terpisah dari penggeraknya. Penggerak
kompresor pada umumnya dengan menggunakan motor listrik, ada juga yang memakai

motor bensin atau motor diesel. Salah satu ujung poros engkol menonjol keluar sebagai
tempat memasang puli transmisi. Melalui tali kipas (V belt) puli dihubungkan dengan tenaga
penggeraknya.
Putaran kompresor itu mudah diatur untuk dipercepat atau diperlambat dengan
hanya mengubah diameter puli saja. Putaran kompresor yang lambat dapat memperpanjang
masa kerja (umur) dari bantalan, katup, torak dan lkomponen lain. Selain itu kompresor
lebih mudah distart, sehingga tidak memerlukan motor listrik yang lebih besar dengan daya
start yang tinggi.
17

Gambar 2.4 Kompresor Open Unit

Keuntungan kompresor terbuka :

1. Jika motornya rusak, kita dapat memperbaiki motornya saja tanpa mengganggu
kompresor dan refrigeran yang ada dalam sistim.
2. Dengan mengubah diameter puli pada motor atau pada kompresor, kita sudah
dapat mengubah dan mengatur jumlah putaran kompresor.
3. Minyak pelumas di dalam kompresor mudah diperiksa melalui gelas pemeriksa
(sight glass).
4. Pada daerah yang tidak ada listrik, kompresor open unit bias dipakai dengan
tenaga penggerak daro motor diesel uatu motor bensin.
Kerugiannya:
1. Bentuknya lebih besar, lebih berat dan harganya juga lebih mahal.

2. Seal dari kompresor pada poros engkol sering rusak sehingga minyak pelumas
dan refrigeran bocor.

2.5 Kompresor Semihermetik


Pada kompresor semi hermetic, poros engkol dari kompresor menjadi satu dengan
mopor listriknya, sehingga beberapa kerugian mekanis dapat ieliminasi disamping
berkurangnya pemakaian seal pencegah kebocoran refrigeran pada kompresor. Namun
demikian, harus diperhatikan agar dipergunakan isolator listrik pada motor listrik sebaik-

baiknya, dan juga harus menggunakan refrigeran yang mempunyai sifat sebagai isolator.
Pada kompresor semi-hermetik ini, bagian-bagian penutup dan penyambungnya masih bias
dibuka. Keuntungan lain penggunaan kompresor semi-hermetik adalah bentuknya yang
integrated dan ringkas.
18

Silinder Head

Oil

Gambar 2.5 Kompresor Semi Hermetik

2.6 Kompresor Hermetik

Pada dasarnya, kompresor hermetic hampir sama dengan semi-hermetik,


perbedaannya hanya terletak pada cara penyambungan rumah (baja) kompresor dengan
stator motor penggeraknya. Pada kompresor hermetic dipergunakan sambungan las
sehingga rapat udara. Pada kompresor semi-hermetik dengan rumah terbuat dari besi tuang,
bagian-bagian penutup dan penyambungnya masih dapat dibuka. Sebaliknya dengan
kompresor hermetic, rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehingga
baik kompresor maupun motor listriknya tak dapat diperiksa tanpa memotong rumah
kompresor. Bagian-bagian dari kompresor:

A. Rotor
B. Stator
C. Silinder
D. Torak
E. Batang torak
F. Poros engkol
G. Rumah
H. Sambungan rumah las
I. Terminal

Gambar 2.6 Kompresor Hermetik Tecumseh model AE


19

3. Kondensor
Kondensor merupakan pesawat penukar kalor yang berfungsi untuk mengembunkan
uap refrigeran yang mengalir dari kompresor. Untuk mengembunkan uap refrigeran yang
bertekanan dan bertemperatur tinggi (yang keluar dari kompresor) diperlukan usaha untuk
melepaskan kalor sebanyak kalor laten pengembunan dengan cara mengdinginkan uap
refrigeran tersebut. Jumlah kalor yang dilepaskan pada kondensor sama dengan jumlah
kalor yang diserap refrigeran di dalam evaporator ditambah kalor yang ekivalen dengan
energi yang diperlukan untuk melakukan kerja kompresi dalam kompresor.
Ditinjau dari media yang digunakan untuk mendinginkan kondensor, maka
kondensor dapat dibagi menjadi :
a. Kondensor dengan pendinginan air (Water cooled condensor)
b. Kondensor dengan pendinginan udara (Air cooled condensor)
c. Kondensor dengan pendinginan air dan udara (Evaporative condensor)

3.1 Kondensor Tabung dan Pipa Horizontal (Shell and Tube)

Kondensor jenis ini banyak dipakai pada unit kondensor berukuran kecil sampai
besar, unit pendinginan air dan penyegar udara paket baik untuk ammonia maupun untuk
refrigeran yang lainnya. Pada kondensor ini terdapat banyak pipa pendingin dimana air
pendingin mengalir di dalam pipa-pipa itu. Kedua ujung pipa pendingin terkait pada pelat
pipa sedangkan diantara pelat pipa dan tutup tabung dipasang sekat-sekat yang juga
berfungsi untuk mengatur agar kecepatannya cukup tinggi (1,5 2 m/s) Air pendingin
masuk kondensor melalui bagian bawah lalu masuk ke dalam pipa pendingin dan akhirnya
keluar melalui bagian atas kondensor.

Gambar 2.7 Kondensor Tabung dan Pipa Bersirip Horizontal


20

Pipa pendingin harus dibersihkan secara periodic, tergantung pada kwalitas air
pendingin yang dipergunakan yaitu dengan cara membuka kedua tutup tabung kondensor.

3.2 Kondensor Tabung dan Coil


Kondensor tabung dan koil pipa pendingin di dalam tabung yang dipasang pada

posisi vertical. Koil pipa pendingin tersebut biasanya dibuat dari tenbaga tanpa sirip atau
dengan sirip (aerofine tube) Pada kondensor tabung dan koil, air pendingin mengalir di
dalam koil pipa pendingin. Endapan dan kerak yang terbentuk di dalam pipa harus
dibersihkan dengan mempergunakan zat kimia (detergen).

Gambar 2.8 Kondensor Tabung dan Koil

3.3 Kondensor Jenis Pipa Ganda


Kondensor jenis pipa ganda merupakan susunan dari dua pipa koaksial, dimana
refrigeran mengalir melalui saluran yang terbentuk antara pipa dalam dan pipa luar dari atas
ke bawah. Sedangkan air pendingin mengalir didalam pipa-dalam, dalam arah berlawanan
dengan arah aliran refrigeran yaitu dari arah bawah ke atas.

Gambar 2.9 Kondensor Koil Pipa Ganda


21

Pipa-dalam dapat dibuat bersirip atau tanpa sirip. Kondensor ini dapat mencapai
kondisi super dingin karena arah aliran refrigeran dan air pendingin yang berlawanan.
Penggunaan air pendingin yang relatif kecil, kesulitannya dalam membersihkan pipa harus
mempergunakan detergen. Karena konstruksinya, pemeriksaan terhadap korosi dan
kerusakan pipa tidak mungkin dilaksanakan dan penggantian pipa juga sukar dilakukan.

3.4 Kondensor Berpendingin Udara

Udara yang mendinginkan kondensor dapat mengalir karena aliran udara secara
alamiah atau aliran udara yang ditiupkan oleh fan motor. Mesin refrigerasi yang kecil
seperti lemari es memakai kondensor dengan pendinginan udara secara alamiah yang
disebut dengan kondensor statis. Sedangkan lemari es yang lebih besar dan berbagai jenis
mesin refrigerasi seperti AC window, AC split dan sebagainya menggunakan kondensor
dengan fan motor. Fan motor dapat meniupkan udara ke arah kondensor dalam jumlah yang
lebih besar sehingga kapasitas kondensor bertambah.

Gambar 2.10 Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Plat

Sirip dari pipa pendingin mempunyai jarak antara 20 35 mm. Diameter luar dari
pipa pendingin yang biasa dipergunakan adalah 19,5 mm dan tebalnya 0,6 1,2 mm (0,5
untuk pipa kecil). Kecepatan udara yang mengalir melalui bidang pendingin kira-kira 2,5
m/s dengan luas bidang pendinginan yang diperluka per Ton refrigerasi kira-kira 12 s/d 15
2 o
m . Temperatur pengembunan refrigeran kira-kira (15 20) C lebih tinggi dari temperatur
atmosfir.
Refrigeran dari konpresor dengan suhu dan tekanan tinggi mengalir ke bagian paling
atas dari kondensor. Setelah refrigeran mengalami proses pendinginan oleh udara luar
22

(Membuang kalor laten pengembunanny) maka terjadi perubahan wujud refrigeran dari gas
menjadi cair dan skhirnya keluar melalui bagian bawah kondensor.
Bentuk atau konstruksi kondensor statis ada tiga macam yaitu :
a. Pipa dengan jari-jari penguat (wire and tube condensor)
b. Pipa dengan pelat besi (Plat type condensor)
c. Pipa dengan sirip-sirip (tube and fins condensor)

1-Pipa dengan jari-jari penguat 2-Pipa dengan pelat besi 3-Pipa dengan sirip-sirip

Gambar 2.11 Kondensor Statis untuk Lemari Es

Kondensor pendinginan udara dengan fan motor terdiri dari koil pipa pendingin
bersirip plat (pipa tembaga dengan sirip aluminium, atau pipa tembaga dengan sirip
tembaga). Udara mengalir dengan arah tegak lurus pada bidang pendingin. Gas refrigeran
yang bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan secara berangsur-angsur
mencair dalam alirannya ke bagian bawah koil.

4. Evaporator
Sebuah evaporator dalam sistim refrigerasi adalah suatu pesawat penukar kalor yang
memindah kalor dari zat-zat yang diinginkan ke refrigeran. Pada prinsipnya perpindahan
panas yang terjadi dalam evaporator sama dengan perpindahan panas yang terjadi pada
kondensor. Hanya saja di dalam kondensor, panas dilepas atau dibuang oleh refrigeran ke
media pendingin kondensor sedangkan di dalam evaporator kalor diserap oleh refrigereran
dari media yang didinginkan.
Evaporator dapat dibagi ke dalam beberapa golongan sesuai dengan keadaan
refrigeran yang ada didalamnya yaitu: Jenis ekspansi kering (Dry atau direct expansion
evaporator) dan evaporator jenis basah (Fooded evaporator). Pada evaporator jenis ekspansi
23

kering, cairan refrigeran yang diekspansikan melalui katup ekspansi, pada waktu masuk ke
dalam evaporator sudah dalam keadaan campuran cair dan uap sehingga keluar dari
evaporator dalam keadaan uap kering. Oleh karena sebagian dari evaporator terisi oleh uap
refrigeran maka perpindahan kalor yang terjadi tidak begitu besar jika dibandingkan dengan
keadaan dimana evaporator terisi oleh refrigeran cair.

Gambar 2.12 Evaporator Jenis Ekspansi Kering

Pada evaporator jenis basah sebagian besar dari evaporator terisi oleh refrigeran cair.
Proses penguapannya terjadi seperti pada ketel uap.
Gelembung refrigeran yang terjadi karena pemanasan akan naik dan pecah pada permukaan
cairan atau terlepas dari permukaannya. Sebagian refrigeran kemudian masuk ke dalam
akumulator (liquid receiver) yang memisahkan uap dari cairan, maka refrigeran dalam
bentuk uap sajalah yang akan masuk ke dalam kondensor.

Gambar 2.13 Evaporator Jenis Basah


24

Ditinjau dari konstruksi evaporator dapat dibagi menjadi tiga yaitu: evaporator
tabung dan koil, evaporator tabung dan pipa jenis ekspansi kering, dan evaporator koil
dengan pendinginan udara. Pada evaporator tabung dan koil terdapat koil pipa tunggal atau
koil pipa ganda di dalam sebuah silinder.

Gambar 2.14 Evaporator Tabung dan Koil

Refrigeran mengalir didalam koil pipa untuk mendinginkan air atau larutan garam
yang ada dibagian luar koil. Evaporator jenis ini hanya dipakai pada mesin refrigerasi yang
kecil karena laju perpindahan kalornya sangat rendah.
Evaporator jenisTabung dan Pipa Ekspansi Kering menggunakan banyak pipa yang
dipasang di dalam tabung. Refrigeran mengalir di dalam pipa sedangkan cairan yang akan
didinginkan mengalir dibagian luar pipa refrigeran yaitu didalam tabung.

Gambar 2.15 Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Kering

Pelat sekat yang ada didalam silinder berfungsi menunjang pipa refrigeran dan
mengarahkan aliran cairan yang hendak didinginkan sehingga dapat mengalir tegak lurus
pada pipa dengan kecepatan yang lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan laju perpindahan
kalornya makin baik karena kontak antara cairan yang hendak didinginkan dengan pipa
25

refrigeran dapat dibuat lebih baik. Di dalam evaporator, refrigeran menguap sempurna dan
selanjutnya mengalir ke dalam kompresor.

Sedangkan bentuk atau konstruksi evaporator kering untuk lemari es ada tiga macam
yaitu:
a. Permukaan datar (plate surface)
b. Pipa (bare tube)
c. Pipa dengan siripsirip (finned tube)

Gambar 2.16 Beberapa Bentuk Evaporator Kering

5. Katup Ekspansi
Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansi secara adiabatic cairan refrigeran
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat keadaan tekanan dan
temperatur rendah. Jadi melaksanakan proses trotel atau proses ekspansi pada enthalpy
konstan. Selain itu katup ekspansi mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban
pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator. Pada mesin refrigerasi yang mempunyai
kapasitas rendah, katup ekspansi tidak digunakan tetapi diganti dengan pipa kapiler. Pipa
kapiler adalah pipa kecil yang berdiameter (0,024 sampai 0,09)inch dengan panjang ( 2
20) feet. Tahanan dari pipa kapiler inilah yang digunakan untuk mentrotel dan menurunkan
tekanan refrigeran.
Ada beberapa jenis katup ekspansi yang sering digunakan antara lain: katup ekspansi
otomatik dan katup ekspansi thermostatic. Pada katup ekspansi otomatik ini bekerjanya
26

berdasarkan tekanan yang seimbang pada below atau diafragma dari dua tekanan yang
berlawanan dan saling mengimbangi.
Tekanan yang berlawanan tersebut terdiri dari tekanan evaporator (P2) dan tekanan
pegas (P1) Takanan evaporator (P2) menekan diafragma keatas, membuat lubang saluran
menutup. Tekanan pegas (P1) yang dapat diatur menekan diafragma pada arah yang
berlawanan, membuat lubang saluran membuka. Katup ini akan bekerja secara otomatis
yaitu mengatur jumlah refrigeran yang mengalir ke evaporator untuk menbuat tekanan
evaporator dan tekanan pegas dalam keadaan seimbang atau konstan.

A- Inlet
B- Screen
C- Needle and seat
D- Outlet
E- Valve adjustment
F- Bonnet
G- Adjustment spring
H- Valve housing
I- Control diaphragma

Gambar 2.17 Katup Ekspansi Otomatik

Pada katup ekspansi thermostatic (dengan penyama tekanan dalam), bagian keluar
katup ekspansi berhubungan dengan ruang bagian bawah diafragma atau below.

1 Baut pengatur
2 Pegas
3 Diafragma
P1 4 Jarum dan dudukan
5 Saringan
P2 Tekanan Evaporator
P1 Tekanan Pegas

Gambar 2.18 Prinsip Kerja Katup Ekspansi Otomatik dengan Diafragma

Jadi tekanan dari bagian masuk evaporator selalu menekan diafragma atau below
dari bagian bawah keatas berusaha menutup lubang saluran diafragma.
Ada dua keadaan yang dapat mempengaruhi kerja katup ekspansi
thermostatic dengan penyama tekanan dalam :
a. Keseimbangan tekanan dibagian bawah dan diatas diafragma atau below.
27

b. Penambahan atau pengurangan gas panas lanjut (super heat) pad


akhir evaporator.

Gambar 2.19 Katup Ekspansi Thermostatik dengan Penyama Tekanan Dalam

Tabung sensor thermal diletakkan pada saluran hisap didekat evaporator, maka
dapat merasakan perubahan suhu gas yang mengalir keluar dari evaporator. Perubahan super
heat sangan besar pengaruhnya terhadap tabung sensor thermal yang dapat berubah-ubah
dipengaruhi oleh perubahan temperatur saluran hisap. Tekanan gas jenuh didalam tabung
sensor thermal dinamakan (P1), menekan dari bagian atas diafragma ke bagian bawah untuk
membuka lubang katup. Tekanan dibagian bawah diafragma menekan keatas untuk menutup
lubang katup. Tekanan tersebut terdiri dari :
a. Tekanan evaporator P2 yaitu tekanan refrigeran pada bagian masuk evaporator
atau bagian keluar katup ekspansi.
b. Tekanan pegas pengatur super heat (P3)

P1
P3 P2

Gambar 2.20 Prinsip Kerja Katup Ekspansi Thermostatik


dengan Penyama Tekanan Dalam

Ruang dibawah diafragma berhubungan dengan bagian keluar katup ekspansi atau
bagian masuk evaporator (P2) selalu menekan dari bagian bawah diafragma keatas. Tekanan
pegas yang dapat diatur (P3) juga menekan dari bagian bawah diafragma keatas
28

berusaha menutup lubang katup ekspansi. Pada waktu beban evaporator konstan dengan
superheat yang tertentu, diafragma dalam keadaan seimbang P1 = P2 + P3. Katup ekspansi
thermostatic mengalirkan jumlah refrigeran yang tertentu sesuai dengan keadaan beban
evaporator.
Katup ekspansi thermostatic bekerjanya dapat menyesuaikan diri dengan bertambah
atau berkurangnya beban evaporator. Pada waktu beban evaporator bertambah, superheat
juga bertambah. Refrigeran cair akan menguap dengan kecepatan yang tinggi sehingga
tekanan dan suhu evaporator juga menjadi lebih tinggi. Penambahan suhu dan tekanan di

evaporator akan menambah tekanan evaporator (P2) pada bagian bawah diafragma. Suhu
refrigeran pada bagian keluar evaporator, tempat pemasangan tabung sensor thermal akan
naik dari suhu jenuh menjadi suhu gas panas lanjut (superheat), maka suhu dalam tabung
sensor thermal juga ikut naik. Penambahan suhu dan tekanan pada tabung sensor thermal

juga akan menambah tekanan P1 pada bagian atas diafrgma. Jadi tekanan pada bagian atas
dan bawah diafragma, semuanya bertambah besar dan berusaha untuk saling mengibangi.

6. Pipa Kapiler
Pipa kapiler juga disebut impedan V tube, chore tube, capillary tube dan lain
sebagainya. Adapun guna dari pipa kapiler adalah :

a. Menurunkan tekanan refrigeran cair yang mengalir di dalam pipa tersebut.


b. Mengontrol atau mengatur jumlah refrigeran cair yang mengalir dari sisi
tekanan tinggi ke sisi tekanan rendah.
Pipa kapiler banyak sekali macam dan ukurannya, dan dimensi yang diukur yaitu
diameter dalam, lain dengan pipa tembaga, yang diukur adalah diameter luarnya. Pipa
kapiler menghubungkan sisi tekanan tinggi dengan sisi tekanan rendah atau antara saringan
dengan evaporator dan pada bagian tengahnya mungkin dilewatkan pada pipa hisap dan
disolder. Bagian yang disolder ini dinamakan heat exchanger.

Gambar 2.21Pipa Kapiler dan Penukar Panasnya


29

Pada pemasangan pipa kapiler tidak boleh ada bagian yang mempunyai bengkokan
tajam, karena ini dapat menyebabkan lubang pipa tersebut menjadi buntu. Pipa kapiler tidak
dapat menahan atau menghentikan aliran refrigeran pada waktu kompresor sedang jalan
maupun sedang berhenti. Oleh karena itu waktu kompresor dihentikan, refrigeran pada sisi
tekanan tinggi akan terus mengalir ke sisi tekanan rendah sampai tekanan kedua sisi menjadi
sama
Waktu yang diperlukan untuk menyeimbangkan tekanan ini disebut equalization time.
Biasanya pada RAC diperlukan waktu 3 menit. Setelah tekanan kedua sisi sama atau sistim
dalam keadaan seimbang, sehingga waktu kompresor hendak dijalankan kembali motornya
dapat start kembali dengan mudah. Oleh karena itu sistim yang memakai pipa kapiler dapat
memakai split phase motor tanpa stat capasitor atau unloader dan sebagainya. Hal ini
merupakan keuntungan dari sistim yang memakai pipa kapiler.

7. STRAINER

Saringan untuk RAC dibuat dari pipa tembaga, yang besar dan panjangnya
tergantung dari keperluannya. Biasanya dibuat dari pipa ukuran 5/8 atau 3/3 OD. Kedua
ujung dikecilkan, yang satu untuk pipa kapiler dan ujung yang lainnya untuk pipa keluaran
dari kondensor, dengan ukuran 1/4", 5/16 atau 3/8 ID, yang didalamnya diberi saringan
yang berbentuk kantung dari bahan tembaga, monel atau broze dengan diameter kawat
(0,004 0,005) inchi, ukurannya (100 120) mash, yang artinya pada tiap inch
panjangterdapat (100 120) kawat. Jadi dalam I inch persegi terdapat 10.000 14.400
lubang. Saringan gunanya untuk menyaring kotoran-kotoran didalam sistim, umpamanya:
potonga timah, kerak, karat dan lainnya agar tidak masuk kedalam pipa kapiler atau alat
ekspansi lainnya.

Gambar 2.22 Saringan dengan 1,2,3 Lubang Pipa Kapiler


30

Saringan harus menyaring semua kotoran didalam sistim, tetapi tidak boleh
menyebabkan penurunan tekanan atau membuat sistim menjadi buntu. Jika kompresor
hermetic rusak atau motornya terbuka, maka saringan harus ditukar dengan yang baru. Pada
waktu menyambung saringan, bagian keluar dari saringan yang akan disambung dengan
pipa kapiler harus dikerjakan lebih dahulu dan pipa kapiler harus dimasukkan (1,5 2) cm,
jika mungkin sampai 3 cm, agar pada waktu dibrazing tidak sampai menjadi buntu.

8. AKUMULATOR

Kondisi refrigeran yang meninggalakan evaporator setelah mengalami proses


penguapan akibat adanya panas yang diterima refrigeran, tidak seratus persen dalam kondisi
uap jenuh atau gas, kadang-kadang masih ada sedikit berupa cairan. Untuk mengamankan
kondisi kompresor agar refrigeran yang dihisap seluruhnya benar-benar kondisi. Minimal
uap jenuh maka ditempatkanlah akumulator diantara evaporator dan kompresor, dengan
tujuan supaya panas yang timbul di kompresor karena operasionalnya. Jadi akumulator
mempunyai fungsi untuk memisahkan refrigeran cair dengan uapnya sehingga hanya yang
berwujud uap/gas saja yang diteruskan untuk dapat dihisap oleh kompresor.

Gambar 2.23 Akumulator


31

III REFRIGERAN

3.1 Pengertian Refrigeran


Refrigeran adalah suatu media (fluida) perambat panas yang menyerap panas dengan
jalan menguapkannya pada temperatur dan tekanan rendah serta melepaskan panas dengan
jalan mengembunkannya pada tekanan dan temperatur tinggi. Jadi refrigeran yang ada pada
sistim (refrigeration cycle) mudah mengalami perubahan phase.

3.2 Kondisi Fisik Refrigeran dalam Sistem


Refriegran yang berupa uap kering atau uap jenuh yang keluar evaporator

dikompresikan oleh kompresor sehingga tekanan dan temperaturnya mengalami kenaikan


yang disebut dengan uap super panas (super heat vapor), selanjutnya menuju kondensor. Di
kondensor panas refrigeran dikeluarkan sehingga proses kondensasi dapat berlangsung,
dimana refrigeran dari uap super panas berubah phase menjadi refrigeran cair jenuh pada
tekanan konstan. Selanjutnya refrigeran cair jenuh ini menuju alat ekspansi, dan di dalam
alat ekspansi ini berlangsung proses ekspansi yaitu penurunan tekanan refrigeran menjadi
bertekanan rendah dan diikuti dengan penurunan temperatur refrigeran. Refrigeran yang
bertekanan dan bertemperatur rendah ini menuju evaporator, di dalam evaporator
berlangsung proses evaporasi (penguapan refrigeran) dengan lajan menyerap panas dari
ruangan yang dikondisikan sehingga refrigeran berubah phase dari cair menjadi uap jenuh,
menyebabkan temperatur ruangan akan turun (dingin).

Evaporator

Gambar 3.1 Diagram Mollier dan Keadaan fisik Refrigeran


32

3.3 Jenis-jenis Refrigeran


Menurut Standard ASRE (american society refrigeration engineering) , refrigeran
diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok sebagai berikut :
Refrigeran Primer :
a. Refriegran Halocarbon Compounds;
Refrigeran CFC
Refrigeran HCFC

Refrigeran HFC

b. Refrigeran Hydrocarbon Compounds


c. Refrigeran Inorganic Compounds
d. Refrigeran Azeotropes
e. Refrigeran Nitrogen Compounds
f. Refrigeran Oxygen Compounds
g. Refrigeran Cyclic Organic Compounds
h. Refrigeran Unsaturated Organic Compounds
i. Refrigeran Sulfur Compounds.
Refrigeran Sekunder
a. Larutan Garam (Brine)
b. Larutan anti beku (Anti freezes)
Larutan; - Air dengan glikol etilen
- Air dengan glikol propilen
- Air dengan kalsium klorida
c. Air
Refrigeran Dua Substansi
a. Sistim Air Amoniak
b. Sistim Air Alkohol
c. Sistim LiBr Air

3.3.1 Refrigeran Halocarbon Compounds


Refrigeran halocarbon compounds adalah merupakan refrigeran yang mengandung
satu atau labih unsure-unsur halogen seperti; Fluorine, Clorine dan Bromine. Refrigeran
yang paling popular dari kelompok ini adalah R-11, R-12 dan refrigeran R-22, R-134a.
33

3.3.2 Azeotropes Compounds


Azeoptrope merupakan refrigeran campuran antara dua jenis refrigeran dimana hasil

campuran tersebut tidak dapat diuraikan kembali dengan jalan distilasi, dan refrigeran hasil
campuran tersebut mempunyai sifat yang berbeda dengan refrigeran penyusunnya.
Refrigeran azeotrope diantaranya;R-500, R-501 dan R-502.

3.3.3 Hydrocarbons Compounds

Hydrocarbon compounds merupakan refrigeran yang banyak dipakai terutama untuk


menggantikan refrigeran halocarbon compounds, dimana refrigeran hydrocarbon tidak
merusak lingkungan sedangkan refrigeran dari kelompok halocarbon sangat merusak
lingkungan terutama menyebabkan pengikisan lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan
global permukaan bumi. Contoh refrigeran yang termasuk dalam kelompok hydrocarbon
adalah R290 (propane), dan R-600 (butane)

3.3.4 Inorganic Compounds


Merupakan refrigeran yang banyak digunakan untuk tujuan komersial mengingat

mudahnya pengadaan dan murah harganya. Contohnya; R717 (ammonia), R-744 (carbon
dioksida), R-729 (udara)

3.4 Beberapa Merk Refrigeran dan Warna Tabung

Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan memakai
nama dagang (merk) mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang telah beredar di
Indonasia:

Nama Pabrik Negara

Freon E.I.Du Pont De Nemeurs& Company USA


Genetron Allied Chemical Corporation USA
Frigen Hoechst AG Jerman
Arcton Imperial Chemical Industries Ltd Inggris
Asahi Fron Asahi Glass Co,Ltd Jepang
Forane Pasific Chemical Industries Pty Australia
Daiplon Osaka Kinzoku Kogya Co, Ltd Jepang
Ucon Union Carbide Chemicals Corporation USA
Isotron Pensylvania Salt Manufacturing Co USA
34

Refrigeran disimpan dalam tabung atau silinder dan drum. Untuk mengetahui isinya,
tabung-tabung tersebut diberi warna, keterangan pada tabung dan label yang diisikan pada
tabung. Memakai tanda warna pada tabung adalah suatu cara yang mudah dan praktis untuk
menentukan dengan tepat dan cepat jenis refrigeran yang ada didalam tabung. Adapun
warna-warna tabung refrigeran dari Du Pont adalah sebagai berikut:

Nama Refrigeran Warna Tabung

Freon 11 Jingga (orange)


Freon 12 Putih
Freon 22 Hijau
Freon 502 Ungu Muda (orchid)
Refrigeran 717 (ammonia) Perak

3.5 Sifat-sifat Beberapa Refrigeran


Sebagaimana diketahui bahwa sifat-sifat refriogeran satu dengan yang lainnya
tidak ada yang sama, namun mempunyai cirri khas masing-masing. Dalam sub bagian ini
akan diuraikan sedikit sifat-sifat beberapa refrigeran terpenting dan penggunaannya secara
umum.

1) Refrigeran 12 (R-12)
Pemakaian: sangat luas pada air conditioning (AC) dan refrigerasi yang besar-besar
sampai lemari es, freezer, ice cream cabinet, water cooler, RAC dan lainnya, dengan suhu
o
kerja (-40 s/d 10 C). R-12 juga merupakan refrigeran yang utama pada Air conditioning
o
mobil (Automotive air conmditioning). Suhu penguapan (-29,7 C) pada tekanan 1 atm. Jadi
R-12 dapat dipakai untuk suhu rendah, sedang dan tinggi, dan juga dapat menggunakan
ketiga jenis kompresor (Torak, Rotary dan sentrifugal).

R-12 adalah refrigeran yang sangat aman, tidak korosif, tidak beracun, tidak dapat
terbakar dan tidak dapat meledak sendiri, tetapi bila berhubungan dengan api yang sedang
menyala dapat membentuk gas yang sangat beracun. R-12 dapat bercampur dengan minyak
pelumas dalam segala keadaan, sehingga tidak saja mempermudah mengalirkan minyak
kembali ke kompresor. Dengan terbebasnya kondensor dan evaporator dari minyak, maka
kemampuan perpindahan panas dari ke dua alat tersebut dapat dipertahankan dengan baik.
35

2) Refrigeran 22 (R-22)
Pemakain: Paling banyak dipakai pada air conditioning yang sedang dan kecil,
serta banyak dipakai pada freezer, cold storage, display cases dan sebagainya. Suhu
o o
penguapan pada 1 atm sebesar 40 C. Tekanan penguapan 28,2 psig pada 5 F dan tekanan
o
kondensasi 158,2 pada 86 F. Mula-mula dikembangkan untuk suhu rendah, kemunian
banyak digunakan pada packaged air conditioner.
Untuk kapasitas yang sama, R-22 dibanding R-12 memerlukan pergerakan torak
yang lebih kecil, maka bentuk kompresornya juga lebih kecil dan dapat ditempatkan pada
ruang yang terbatas, sehingga R-22 sangat sesuai dipakai pada packaged dan room air
conditioner, sedangkan HP/ton refrigerasi yang diperlukan hampir sama.
Minyak dengan R-22 pada bagian tekanan tinggi dapat bercampur dengan baik,
tetapi pada bagian tekanan rendah terutama pada evaporator, minyak memisah dengan
refrigeran. Pada evaporator yang direncanakan dengan baik, tidak akan terjadi kesukaran
untuk mengembalikan minyak dari evaporator menuju kompresor.
Kemampuan menyerap lembab air oleh R-22 lebih besar disbanding dengan R-12,
sehingga kecil sekali kemungkinan terjadi pembekuan dari lembab air di evaporator pada
sistim yang memakai R-22. Hal ini sebetulnya bukan merupakan keuntungan, karena di
dalan sistim harus bersih dari lembab air. Kompresor yang cocok digunakan untuk R-22
adalah kompresor Torak dan rotary. Dan jika dibandingkan dengan R-12 dapat diringkas
sebagai berikut:
Keuntungan R-22 terhadap R-12
- Untuk pergerakan torak yang sama, kapasitasnya dapat lebih besar.
- Ukuran pipa yang dipakai dapat lebih kecil
- Untuk kapasitas yang sama, bentuk kompresor dapat lebih kecil
o
- Pada suhu evaporator (-30 s/d 40) C, tekanan R-22 lebih dari 1
atm. Keuntungan R-12 terhadap R-22
- Tekanan kerja lebih rendah
- Dapat bercampur dengan minyak pelumas pada segala keadaan
- Harganya lebih murah (sebelum ada larangan penggunaannya).

3) Refrigeran Amonia (R-717)


Pemakaian: Digunakan pada industri-industri besar misalnya; pabrik es, Packing
plants, lapangan sketing, Cold storage, pada sistim refrigerasi absorpsi dan lain sebagainya.
o
Temperatur penguapan pada 1 atm sebesar -33 C
36

Satu sifat terkenal dari refrigeran R-717 adalah memiliki panas laten penguapan
yang tinggi (589,3 Btu/lb pada titik didihnya), sehingga untuk kapasitas yang sama
membutuhkan laju aliran massa yang kecil atau volume kompresi yang kecil. Refrigeran
ammonia walupun telah sejak lama dipakai, masih merupakan refrigeran yang tetap dipakai
sampai saat ini karena harganya murah, mempunyai efisiensi yang tinggi dan mempunyai
kalor laten penguapan yang besar dibandingkan dengan refrigeran yang lainnya.
Refrigeran ammonia sangat korosif terhadap bahan seperti; tembaga, kuningan dan
semua paduan tembaga bila bercampur dengan air, tidak bereaksi dengan besi dan baja.
Refrigeran ammonia tidak dapat bercampur dan larut dengan minyak pelumas. Dan untuk
menghindari minyak pelumas ikut mengalir ke evaporator, maka harus ditambah pemisah
minyak (Oil sparator) pada saluran tekan dari kompresor.
.Hubungan suhu dan tekanan refrigeran dapat digambarkan pada gambar grafik
dibawah ini;

Gambar 3.2 Grafik hubungan suhu dan tekanan beberapa refrigeran

Refrigeran ammonia cukup berbahaya (beracun) dan dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Untuk konsentrasi (0,5 s/d 1)% volume, dalam waktu setengah (0,5) jam bisa mematikan.
Oleh karena itu refrigeran ammonia tidak dibenarkan dipakai pada Air conditioning untuk
37

Hotel, rumah tangga, tempat-tempat umum yang banyak orangnya. Refrigeran ammonia
bias terbakar pada konsentrasi (16 s/d 25)% volume. Kompresor yang cocok adalah
kompresor torak. Kekuatan dielektrik dari ammonia rendah, sehingga tidak dapat dipakai
pada kompresor hermetic yang berhubungan langsung dengan alat-alat listrik. Refrigeran
ammonia sangat mudah menyerap uap air atau larut dalam air sehingga dalam
pemakaiannya harus hati-hati
3.6 Minyak Pelumas Mesin Refrigerasi
Minyak kompresor untuk mesin-mesin refrigerasi harus mempunyai sifat-sifat
khusus, tidak seperti minyak pelumas pada umumnya. Minyak kompresor dipakai untuk
melindungi dan melumasi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor. Karena dalam
kenyataannya minyak kompresor selalu berhubungan, bahkan bercampur dengan refrigeran
di dalam kompresor dan mengalir bersam-sama ke semua bagian dari sistim, maka minyak
pelumas harus tahan terhadap suhu dan tekanan yang tinggi dari kompresor dan tetap dapat
memberikan pelumasan dan melindungi bagian-bagian kompresor yang bergerak agar tidak
aus dan rusak. Pada suhu yang rendak minyak kompresor tidak boleh menimbulkan kotoran
atau endapan yang dapat membuntukan pipa kapiler atau keran ekspansi atau pipa-pipa pada
evaporator.
Minyak pelumas yang diisikan ke kompresor, selain mutunya harus baik juga
jumlahnya harus tepat. Kurang minyak pelumas akan menyebabkan bagian-bagian yang
bergerak kurang mendapat pelumasan sehingga cepat rusak, menambah gesekan dan
menimbulkan suara. Terlalu banyak minyak pelumas akan menyebabkan kompresor
menghisap banyak minyak pelumas sehinga jumlah refrigeran yang dihisap berkurang dan
kapasitas pendinginannya berkurang.
Dalam data dan spesifikasi kompresor selalu disebutkan; merk, type dan jumlah
minyak pelumas yang harus diisikan ke dalam kompresor. Minyak pelumas untuk mesin
refrigerasi dibuat oleh beberapa perusahaan dengan nama dagang dan typenya tersendiri.
Sebagai contoh spesifikasi kompresor dengan merk, type dan jumlah minyak pelumas yang
diperlukan, seperti pada table dibawah ini.
38

Jika data tidak ada, maka dapat digunakan table pendekatan dibawah ini;

Kekentalan SUS
o
Refrigeran Model Kompresor Pada 100 F
Refrigeran 11 Centrifugal 280 300
Refrigeran 12 Torak 150 300
Rotari 280 300
Centrifugal 280 300
Refrigeran 22 Torak 150 300
R 717 Torak 150 300
R 744 Torak 280 300
R 764 Torak 70 200
Rotari 280 300
Minyak kompresor untuk mesin refrigerasi dibuat oleh beberapa perusahaan dengan
nam dagang dan typenya, sebagai berikut;
Kekentalan (SUS)
100 150 200 300 500
o o
Pada 100 F (37,8 C)
Caltex Capella A B C D E
Shell Clavus 17 27 29 33 37
Sun Oil Co Suniso - 3 GS - 4 GS 5 GS
ESSO Norpol 40 45 45 50 55
Zerice 40 42 45 50 55
Mobil Arctic Extra 155 C Heavy 300 -
Flowrex C 151 C Heavy E.H -
Castrol Icematic Light Medium F 200 Heavy F 30
B.P Energol LPT-50 LPT-50 LPT-80 LPT-100 -
Union Turmaco - 150 215 315 465

3.7 Refrigeran Hydrocarbon


Refrigeran hydrocarbon merupakan refrigeran alternatif terbaik untuk menggantikan

refrigeran sintetik seperti refrigeran dari golongan CFC dan HCFC, karena disamping
mempunyai performansi yang baik juga sangat ramah terhadap lingkungan (tidak
menyebabkan pengikisan ozon/ non ODP dan pemanasan global/ non GWP). Refrigeran
39

golongan HFC memang cukup baik juga untuk menggantikan CFC dan HCFC akan tetapi
masih memberikan efek pemanasan global (GWP) yang cukup tinggi.
Dengan dilarangnya penggunaan CFC dan HCFC tersebut, telah dilakukan
pengembangan refrigeran Hydrocarbon (HC) oleh industri di luar negeri maupun di dalam
negeri. Sebagai contoh Industri Foron GmbH di Jerman timur pada tahun 1992 telah
memproduksi refrigeran campuran propane-isobutana dan menerapkannya pada sistim
refrigerasi. Di Indonesia misalnya PT. Citra Total Buana Biru di Bandung memproduksi
refrigeran Hidrokarbon (HC) dengan merk Hycool, dan PT.Pertamina dengan
produksinya yang diberi nama Petrozon-Rossy.

Refrigeran
No Nama Refrigeran Komposisi Negara
yang diganti
1 R 170 (Ethana)
2 R 290 (Propane)
3 R 1270 (Propilena) Natural Refrigeran
4 R 600 (Butana)
5 R 600a (Isobutana)
6 Esanty ER 12 Isobutana + Propana R-12 & R-134a Australia
7 Esanty ER 22 Ethane + Propana R-22 Australia
Indonesia
8 Petrozon Rossy R-12 Isobutana + Propana R-12
(PT.Pertamina)

9 Petrozon Rossy R-22 Ethane + Propana R-22 Indonesia


(PT.Pertamina)
10 Petrozon Rossy R-34 Isobutana + Propana R-134a Indonesia
(PT.Pertamina)
Indonesia (PT .Citra
11 Hycool HCR-12 Isobutana + Propana R-12 & R134a
T otal Buana Biru)
12 Hycool HCR-22 Ethana + Propana R-22 Indonesia (PT.Citra
T otal Buana Biru)
13 Hycool HCR-502 R-502 Indonesia (PT.Citra
T otal Buana Biru)
14 Core 30 Isobutana + Propana R-12 Jerman
15 Core 40 Propana R-22 Jerman
16 Core 50 Ethana + Propana R-22 & R-502 Jerman

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila menggunakan refrigeran


hidrokarbon, diantaranya;

Selalu menghindarkan percikan api pada sistim serta pada lokasi kebocoran.
40

Jumlah refrigeran yang diisikan ke dalam sistim harus dalam batasan-batasan


tertentu sesuai dengan luas, tipe dan lokasi dari sistim refrigerasi.

Batas praktis (Practical limit/ Mpl) adalah menunjukkan jumlah pengisian sistim
yang dapat diterima untuk luas ruangan tertentu. Mpl batasannya adalah 20% dari
batas nyala bawah (Low explosion plammable limit) seperti pada table sebelumnya.
3
Untuk refrigeran hydrocarbon besarnya Mpl = 8 gram/m

No Refrigeran Titik didih (oC) T outoignation (oC) Mpl. In g/m3


1 R170 - 82,0 515 8
2 R290 - 42,0 470 8
3 R1270 - 27,6 455 8
4 R600 - 0,4 365 8
5 R600a - 11,7 460 8
Cat; T boil dan T outoignation pada tekanan 1 bar
4
1

Ada beberapa aspek teknik yang harus diperhatikan dalam melakukan retrofit
(penggantian refrigeran) dengan menggunakan hydrocarbon, sebagai berikut:

Mempelajari data dari sistim yang akan diganti, seperti refrigeran yang
digunakan, sistim kelistrikannya, dan lainnya harus teridentifikasi semuanya.

Prosedur pengeluaran refrigeran lama dari sistim.

Penggantian semua komponen sistim kelistrikan yang bisa menimbulkan
percikan api dengan komponen yang bebas percikan api (spark free component)
seperti; relay kompresor, over load, on/off switch, thermostat, switch lampu,
panel listrik, pressure switch dan compressor terminal box.
Prosedur pengisian sistim.
Pemasangan alarm (Flammable gas alarm).

3.8 Mengetes Kebocoran, Memvakum dan Pengisian Sistem

3.8.1 Mengetes Kebocoran Sistim


Setelah sistem dilakukan perbaikan terhadap komponen mekaniknya ,maka
selajutnya harus dilakukan pengecekan terhadap kebocorannya.
Dan ada beberapa metode yang digunakan untuk mengetes kebocoran sistim:
Mencari kebocoran dengan menggunakan busa sabun (soap bubbles)
Mencari kebocoran dengan nyala api (Halide torch detector)

Mencari kebocoran dengan alat elektronik (Electronic leak detector)

Mencari kebocoran dengan zat warna (Colored tracing agent)

Mencari kebocoran dengan cara merendam dalam air setelah diberi

tekanan. a. Mencari Kebocoran dengan Menggunakan Air Sabun


Mencari kebocoran dengan busa sabun merupakan cara yang paling murah dan
sederhana. Kebocoran dapat diketahui letaknya tepat pada tempat yang bocor atau dimana
gelembung gas terjadi. Electronic leak detector dan halide torch leak detector tidak dapat
menunjukkan secara tepat tempat terjadinya kebocoran seperti pada penggunaan busa
sabun. Busa sabun hanya dapat dipakai untuk kebocoran yang tidak terlalu besar dan pada
tempat-tempat yang muda dilihat dengan mata serta dapat dijangkau dengan tangan.
Memakai busa sabun harus pada bagian dari sistim yang ada tekanannya. Dan setelah
selesai melakukan pengetesan, sistim harus dibersihkan dari busa sabun. Selain busa sabun
juga dapat menggunakan minyak yang encer dan beberapa cairan khusus seperti; Search
(The liquid
42

leak detector), D-tekt (Bubble leak detector), Leak spot (Bubble disperser), Restorseek leak
locator, leak finder foam, drop & dab leak detector dan lain sebagainya.

Gambar 3.3 Gelembung Gas pada Sistim yang Bocor

b. Mencari Kebocoran dengan Menggunakan Nyala Api

Halide torch adalah suatu alat pencari kebocoran dengan menggunakan nyala api
dengan memakai bahan bakar; alcohol, gas propane (gas elpiji atau camping gas), gas
butana dan gas alam. Alat ini khusus untuk mencari kebocoran refrigeran dari golongan
halogen. Unsur-unsur halogen bila berhubungan dengan tembaga yang sedang terbakar
(membara) akan bias mempengaruhi nyala api yang timbul pada alat tersebut. Dari
perubahan nyala api dapat diketahui tempat terjadinya kebocoran pada sistim.

Nyala api halide torch tidak boleh terlalu besar, karena


pada kebocoran yang kecil tidak akan dapat
mempengaruhi warna nyala apinya. Warna api halide
torch akan berubah-ubah sebagai berikut:

Tidak ada kebocoran refrigeran - Biru

Sedikit kebocoran refrigeran - hijau

Kebocoran refrigeran yang besar - Ungu
Di ruangan yang terdapat banyak refrigeran,

pemeriksaan dengan alat ini menjadi sukar, kita harus


Gambar 3.4 Halide Torch Detector menunggu sampai refrigeran yang terbuang habis tertiup
udara.
Penggunaan alat ini harus ada sirkulasi udara agar hasil pengukurannya benar-benar
mendeteksi kebocoran yang terjadi. Refrigeran sendiri tidak berbahaya, tetapi refrigeran
yang sedang terbakar sangat beracun sehingga berbahaya bagi kesehatan.
43

c. Mencari Kebocoran dengan Electronic Leak Detector


Electronic leak detector adalah suatu alat untuk mencari kebocoran dengan
menggunakan sistim elektronika. Alat ini yang terbaik, mudah dan aman untuk mencari
kebocoran, tetapi harganya yang termahal diantara pendeteksi yang lainnya.

Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan tahanan


elektronik dari contoh gas, jika ada refrigeran di udara
yang sedang diukur, maka arus yang mengalir berubah,
dan perubahan ini dapat dinyatakan pada perubahan;
jarum pada meter, bunyi dan lampu. Alat ini sangat
sensitive, maka kebocoran yang kecilpun dapat diketahui
tempatnya. Selain itu alat ini dapat digunakan untuk
mengetahui adanya gas refrigeran dalam ruangan.

Gambar 3.5 Electronic Leak Detector

d. Mencari Kebocoran dengan Zat Warna (Colored Tracing agent)

Colored tracing agent adalah suatu bahan tambahan (additive) yang berupa cairan
dan berwarna merah tua, dipakai dengan memasukkan cairan tersebut ke dalam sistim agar
bercampur dengan refrigeran dan ikut bersirkulasi ke semua bagian sistim. Pada bagian
yang bocor, refrigeran akan keluar ke udara, sedangkan zat warna tersebut akan ikut keluar
juga, tetapi tetap tinggal pada permukaan yang bocor dan akan memberikan warna, sehingga
tempat yang bocor dapat diketahui. Zat warna ini harus mempunyai sifat stabil, tidak
bereaksi dengan refrigeran, minyak pelumas dan semua bahan yang digunakan pada sistim.
Colored tracing agent dibuat oleh beberapa pabrik dengan merk; Visoleak, Trace dan
lainnya. Pabrik Do-Pont telah mengeluarkan produk freon-12 dengan zat warna yang diberi
nama Dytel. Freon dengan Dytel banyak digunakan pada auto air conditioning, karena
besarnya getaran sering terjadi kebocoran. Dengan adanya zat warna ini, bila ada kebocoran
refrigeran, maka dengan mudah dapat diketahui.
44

3.8.2 Memvakum Sistim


Memvakum sistim sering disebut dengan Evacuating atau Dehydrating, yaitu
suatu kegiatan mengosongkan atau menghampakan sistim dari udara dan gas lainnya.
Membuat vakun sistim merupakan suatu keharusan atau standar yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengisian refrigeran ke dalam sistim.
Untuk tingkat kevakuman yang baik adalah 50 s/d 100 mikron, namun 1500 s/d
2000 mikron sudah bias dianggap cukup baik.
0 mikron = 100% vakum = 29,921 inch Hg vakum
100 mikron = 0,004 inch = 29,917 inch Hg vakum
2000 mikron = 0,08 inch = 29,841 inch Hg vakum
Setiap kali sistim diperbaiki atau ada bagian yang diganti, selalu harus diperiksa
dahulu terhadap kemungkinan adanya kebocoran. Setelah selesai pemeriksaan kebocoran
barulah sistim dilakukan pemvakuman. Ada beberapa metode memvakum sistim sbb:
Dengan menggunakan pompa vakum
Dengan menggunakan kompresor diluar kompresor sistim

Dengan menggunakan kompresor sistim itu sendiri.

Memvakum Sistim dengan Menggunakan Pompa Vakum


Membuat vakum dengan menggunakan pompa vakum adalah cara yang terbaik dan
aman terhadap kemungkinan gangguan yang ditimbulkan oleh udara yang tersisa di dalam
sistim. Alat yang digunakan adalah pompa vakum dan charging manifold.
Cara memvakum sistim sbb:
Mempersiapkan peralatan yang digunakan
selang charge
Pipa pengisian (proses tube) dari kompresor dibuka dan dihubungkan dengan
manifold yang warna biru (L).


Selang kuning charge manifold (tengan) dihubungkan dengan pompa vakum
(Gambar-A) atau dihubungkan dengan tabung refrigeran (Gambar-B). Sedangkan
selang warna merah (kanan/ H) dihubungkan dengan saluran tekanan tinggi dari
sistim (Gambar-A) atau dihubungkan dengan pompa vakum (Gambar-B).

Katup (H) dan katup (L) pada charge manifold dibuka penuh, selanjutnya
pompa vakum dihidupkan.
45

1-Saringan 2- Process tube 3-M anifold 1-Kompresor 2-Pipa pengisian 3-M anifold 4-Refrigeran
4-Pompa vacum 5-Pompa vakum 6M inyak pelumas

Gambar 3.6 Membuat vakum Sistim dengan Pompa Vakum

Setelah meter ganda pada (L) menunjukkan 30 inch Hg, katup (H) dan (L)
ditutup dan biarkan selama kurang lebih 30 menit.

Kalau meter ganda terjadi kenaikan tekanan, maka hidupkan lagi pompa
vakum sampai meter ganda tidak terjadi kenaikan telakan lagi (kedua katup dibuka).
Kalau

sudah beberapa kali proses pemvakuman diulang, masih terjadi kenaikan tekanan,
maka sistim masih mengalami kebocoran dan harus diperbaiki. Setelah selesai
kembali lagi ke proses no;1
Kalau sistim sudah vakum, maka sistim sudah siap dilakukan pengisian.

3.8.3 Pengisian Sistem


Sistim yang telah divakum dengan baik, langkah selanjutnya dilakukan pengisian
sistim. Sistim dapat diisi refrigeran dalam wujud gas dari sisi tekanan rendah sistim, dan
kalau dari sisi tekanan tinggi sistim, refrigeran dalam wujud cair. Pengisian dari tekanan
rendah biasanya untuk sistim refrigerasi yang berkapasitas kecil sampai menengah.
Sedangkan untuk sistim refrigerasi yang berkapasitas besar biasanya diisi dari sisi tekanan
tinggi lewat reservoir sistim. Ada beberapa metode/ cara pengisian sistim sbb:
Pengisian berdasarkan berat
Pengisian berdasarkan tekanan dan suhu

Pengisian berdasarkan frost line


46

a. Pengisian Berdasarkan Berat


Pengisian sistim berdasarkan berat refrigeran yang tercantum pada Name plate

dari sistim yang diisi. Pada name plate sistim biasanya dicantumkan; jenis refrigeran yang
digunakan dan jumlah massa refrigeran yang diisikan. Dapun alat yang diperlukan; charge
manifold, timbangan berat, tabung refrigeran, tang ampere, pembuntu pipa dan lain
sebagainya.

1- Saringan
2- Process tube
3- M anifold
4- Timbangan
5- Pompa vacum

Gambar 3.8 Pengisian sistim Berdasarkan


Berat Proses pengisiannya sbb:
Siapkan peralatan yang dibutuhkan.
Tabung refrigeran diletakkan diatas timbangan

Lakukan pembilasan pada selang isi (selang tengah)

Pengisian sistim dilakukan secara perlahan-lahan dengan membuka katup charge

manifold pada (L) dan katup tabung refrigeran, dan jalankan sistim (katup H off).

Perhatikan pengurangan berat refrigeran pada timbangan, sampai mencapai berat
refrigeran yang harus diisikan ke sistim (sesuai denga name plate sistim) kemudian
pengisian dilebihkan sedikit untuk mengganti kehilangan refrigeran pada selang isi.

Setelah dicapai pengisian yang tepat, tutup keran charge manifold pada (L), dan
perhatikan arus yang digunakan pada tang ampere, apakah sudah sesuai name plate.

Melalukan pembuntuan pipa isi (proses tube), kemudian dibrazing agar tidak bocor.

b. Pengisian Berdasarkan Tekanan dan Temperatur


Proses pengisian berdasarkan tekanan dilakukan, bila tidak diketahui jumlah berat
refrigeran yang harus diisikan ke sistim. Disini kita membandingkan suhu dan tekanan dari
sistim, dalam keadaan normal tekanan dan temperatur refrigeran pada kondensor harus lebih
tinggi dari tekanan refrigeran pada suhu udara lingkungan. Begitu juga tekanan dan
temperatur refrigeran di evaporator harus lebih rendah dari pada tekanan refrigeran pada
4
7

suhu ruang yang dikondisikan. Alat yang dugunakan; charge manifold, tang ampere,
thermometer suhu, grafik karakteristik beberapa refrigeran, pembuntu pipa dan alat las.
Secara umum langkah pengisiannya sbb:
Siapkan peralatan yang dibutuhkan
Lakukan pembilasan pada selang isi (selang tengah)

Pengisian sistim dilakukan secara perlahan-lahan dengan membuka katup charge

manifold pada (L) dan katup tabung refriogeran, dan jalankan sistim (katup H off)

Perhatikan tekanan gauge manometer sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah.
Misal; R-12 *untuk AC tekanan tingginya = 150 200 psig
Tekanan rendahnya = 25 45 psig
* untuk refrigerator, tekanan tingginya = 130 180 psig
Tekanan rendahnya tergantung dari sistimnya.
Kalau sudah mencapai tekanan yang ditentukan, tutup katup charge
manifold.

Perhatikan arus yang digunakan sistim pada tang ampere, apakah sudah
sesuai dengan name platenya.
bocor. Melakuka pembuntuan pipa isi (proses tube), kemudian dibrazing agar tidak

Gambar 3.9 Pengisian Berdasarkan Tekanan dan Suhu


48

IV. PERALATAN KERJA DAN ALAT UKUR.

Pekerjaan teknisi sistem refrigerasi dan tata udara memerlukan pengetahuan dasar
mengenai penggunaan peralatan kerja dan alat ukur. Kesuksesan seorang teknisi ditentukan
oleh kemampuan mendiagnosa sistem, kemampuan pemilihan peralatan serta kecakapan
pemakaianya.

4.1 Peralatan kerja pada sistem refrigerasi


7.1.1 Hand tools
a. Kunci (wrenches)
Kunci merupakan peralatan tangan yang digunakan secara luas untuk
menahan, memutar mur, baut, atau sambungan lainnya. Penggunaan torsi
yang berlebih dapat menyebabkan baut menjadi rusak. Ukuran kunci
ditentukan dengan ukuran rahang.
a.1 Open end wrenches

a.2 Box end wrenches

a.3 Combination wrenches


49

a.4 Adjustable wrenches

a.5 Allen wrenches

a.6 Flare nut wrenches

a.7 Socket wrenches


5
0

b. Tang (pliers)
Tang biasanya digunakan untuk memegang, memotong ataupun
menekuk material.
b.1 Linemans pliers

b.2 Long nose pliers

b.3 Diagonal cutting pliers

b.4 Adjustable pliers


5
1

c. Obeng (screwdrivers)
Obeng digunakan sebagai penggerak berbagai macam sambungan
seperti baut

d. Palu (hammer)
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memalu material.

e. Gergaji (hacksaws)
Peralatan ini digunakan untuk memotong metal object. Tingkat
kekasaran gergaji ditentukan oleh jumlah gigi per inch.
52

f. Bor (drill)
Bor digunakan untuk melubangi material. Tiap-tiap bor di design
untuk masing-masing material berbeda.

g. Gunting (snips)
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memotong sheet metal dll.

4.2 Tubing tools


Tubing tools merupakan peralatan kerja yang berhubungan dengan
pengerjaan pipa untuk proses refrigerasi dan tata udara.
a. Tube cutter, Tube cutter digunakan untuk memotong pipa tembaga.
53

b. Reamer
Peralatan ini digunakan untuk menghaluskan atau
membersihkan bagian dalam atau luar pipa dari geram-geram sisi
proses pemotongan pipa.

c. Tube Benders
Digunakan untuk menekuk/membengkokan pipa.

d. Flaring and swagging tools


d.1 Flaring tools digunakan untuk membuat flaring pada bagian ujung
pipa.
5
4

d.2 Swagging tools


Digunakan untuk memperbesar diameter pipa, agar dapat
dilakukan sambungan.

4.3 Brazing tools, digunakan untuk proses penyambungan/ pengelasan pipa tembaga.
55

4.4 Alat ukur pada sistem refrigerasi


b) Manifold gauges
Beberapa fungsi manifold gauge:
a. Mengobservasi tekanan kerja sistem refrigerasi.
b. Memonitor pompa vakum saat proses pemvakuman.
c. Mengetahui jumlah refrigeran saat pengisian
56

c) Termometer, digunakan untuk mengukur temperatur bagian sistem refrigerasi.

d) Multimeter
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur besaran-
besaran listrik seperti arus, tegangan, hambatan.
57

e) Leak detector
Digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran refrigeran di dalam
sistem refrigerasi.
58

IV. MOTOR DAN SISTIM KELISTRIKAN

Untuk memutarkan kompresor diperlukan mesin penggerak. Untuk keperluan


tersebut maka mesin penggerak yang paling popular adalah motor listrik. Motor listrik
mempunyai keunggulan dibandingkan mesin penggerak yang lainnya, yaitu susunannya
sederhana, tidak berisik dan mudah pengoperasiannya karena dilengkapi dengan pengatur
otomatis. Motor listrik didalam mesin refrigerasi selain untuk menggerakkan kompresor
juga sebagai penggerak kipas angin (fan), blower, pompa dan sebagainya. Motor listrik
yang akan dibahas adalah motor listrik satu phase, 110 dan 220 volt, 50 dan 60 Hertz
terutama untuk kompresor hermetic dan fan motor. Motor listrik yang akan dibahas
diantaranya adalah sbb:
Motor Induksi (Induction Motor)
Motor Split-fase (Split-phase motor)

Motor Kapasitor (Capasitor motor)

4.2 Motor Induksi (Induction Motor)


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi antara rotor (armature) dan stator.
Rotornya sangat sederhana, tidak mempunyai kumparan-kumparan, tidak memakai
komutator dan arang, tetapi hanya terdiri dari inti besi yang berlapis-lapis membentuk
silinder dan menjadi satu kesatuan dengan porosnya. Bagian luar dari silinder dibuat
beralur-alur hampir parallel denga poros motor. Alur tersebut diisi dengan batang tembaga
yang ujung-ujungnya ditutup dengan cincin tembaga yang tebal dan disolder. Jika ada
induksi dari stator, lilitan batang tembaga tersebut dapat dialiri arus listrik. Arus listrik
tersebut dapat membuat rotor menjadi magnet yang kutub-kutubnya berlawanan dengan
kutub stator, sehingga rotor dapat berputar. Rotor dengan lilitan batang tembaga seperti ini

disebut squirrel-cage winding. Stator terdiri dari lapisan-lapisan pelat besi yang disusun
sama tinggi dengan rotor dan pada bagian dalam mempunyai banyak alur-alur yang diberi
kumparan kawat tembaga yang berisolasi. Jika arus listrik mengalir melalui kumparan kawat
tersebut maka intinya akan menjadi magnet yang akan menginduksi rotoe, sehingga rotor
juga menjadi magnet. Kerja selanjutnya sama dengan prinsip kerja motor listrik. Motor
induksi ini bentuknya sangat sederhana. Oleh karena startnya lemah, maka tidak bisa
digunakan untuk beban yang berat.
59

4.2 Motor Split-fase (Split-phase Motor)


Motor ini khusus untuk arus bolak balik. Sering disebut dengan resistance Start
Induction Run (RSIR) motor. Banyak dipakai pada kompresor hermetic utnuk lemari es dan
room air conditioner. Konstruksinya sederhana, terdiri dari stator, rotor dan dilengkapi
dengan start relai. Rotornya squirrel-cage winding, sama seperti pada motor induksi.
Statorny mempunyai kumparan dari dua macam kawat tembaga yang berisolasi yaitu;
Kumparan utama (main winding) dan kumparan pembantu (starting winding).

Gambar 4.1 Motor Split Phase

Kumparan utama (main winding atau running winding) mempunyai kawat tembaga
yang lebih besar dengan jumlah lilitan kawat yang sedikit sehingga hambatannya kecil.
Pada saat motor berputar pada kecepatan penuh, aliran listrik hanya melalui kumparan
utama saja, jadi motor bekerja seperti motor induksi. Kumparan utama ditempatkan pada
stator dan dihubungkan denga listrik dari luar. Stator dengan dua buah kumparan atau dua
kutub untuk motor dengan kecepatan tinggi 3000 rpm sedangkan stator dengan empat buah
kumparan atau empat kutub untuk motor dengan kecepatan 1500 rpm.
Kumparan pembantu (Starting winding atau auxillary winding) mempunyai diameter
kawat tembaga yang lebih kecil, tetapi jumlah lilitannya lebih banyak dari kumparan utama
sehingga hambatannya lebih besar. Kumparan pembantu juga ditempatkan pada stator.
Jumlah kutub kumparan pembantu sama denga jumlah kutub kumparan utama. Kumparan
pembantu ditempatkan diantara kutub-kutub kumparan utama. Fungsi kumparan pembantu
adalah untuk membantu memberikan tambahan daya gerak putar pada waktu permulaan
start dan untuk menentukan arah putaran motor.

Pada waktu start, kumparan pembantu dapat memberikan daya gerak putar tambahan
yang lebih besar. Setelah motor hampir mencapai putaran penuh, hubungan listrik ke
kumparan pembantu harus dilepas oleh start relai karena kumparan pembantu tidak boleh
dialiri listrik terus menerus.
60

Gambar 4.2 Kumparan Utama dan Kumparan Pembantu

Gambar 4.3 RSIR Motor dengan Relai Magnetik

Motor ini startnya lemah, maka hanya dipakai pada kompresor hermetic 1/20
1/3 DK, terutama dipakai pada sistim yang memakai pipa kapiler untuk lemari es,
freezer, fan motor, blower dan sebagainya.

4.3 Motor Kapasitor (Capasitor Motor)


Motor kapasitor merupakan motor listrik yang menggunakan kapasitor dan sangat

popular dan banyak digunakan pada mesin


refrigerasi. Jenis-jenis motor kapasitor:
Capasitor Start-Induction Run (CSIR) Motor
Capasitor Start & Run (CSR) Motor

Permanent Split Capasitor (PSC) Motor

Capasitor Start Induction Run (CSIR) motor atau motor dengan start kapasitor,
bentuk dan sifatnya hampir sama dengan split-phase motor, hanya saja pada CSIR motor
ditambahkan start kapasitor yang dihubungkan seri dengan kumparan pembantu oleh start
relai. Start kapasitor hanya dipakai waktu permulaan start sehingga gaya gerak putar
mulanya bertambah besar. Setelah motor mencapai putaran penuh start kapasitor dan
kumparan pembantu hubungannya dilepas oleh start relai.
61

Gambar 4.4 Diagram motor dengan start kapasitor dicoba langsung dan CSIR motor denga
relai magnetik
Dengan start kapasitor daya gerak putar mula motor dapat dinaikkan sampai 40%,
menjadi motor yang mempunyai daya gerak putar mula tinggi. Motor ini dipakai untuk
sistim yang memakai pipa kapiler atau katup ekspansi. Umumnya dipakai untuk motor dari
1/6 DK, satu fase pada 110 dan 220 Volt.
Capasitor Start & Run (CSR) motor atau motor dengan start dan run kapasitor
mempunyai bentuk juga hampir sama dengan split-phase motor. Pada motor jenis ini, start
dan run kapasitor dipasang secara parallel dan dihubungkan seri dengan kumparan
pembantu. Pada waktu start, kedua start dan run kapasitor yang dihubungkan seri dengan
kumparan pembantu mendapat aliran listrik dan memberikan tambahan tenaga kepada
kumparan pembantu selama waktu start. Setelah motor hampir mencapai putaran penuh,
kontak dari start relai membuka, maka hubungan listrik dari start kapasitor ke kumparan
pembantu terputus, tetapi run kapasitor masih terus berhubungan. Selanjutnya motor akan
terus berputar denga kumparan utama, kumparan pembantu dengan run kapasitor.

Run kapasitor dihubungkan seri dengan kumparan pembantu untuk memperbaiki


factor kerja (power factor). CSR motor selain daya startnya kuat juga bekerjanya efisien dan
factor kerjanya baik. Motor ini banyak dipakai untuk mesin refrigerasi yang memakai pipa
kapiler atau katup ekspansi juga pada room air conditioner dari - 3 DK, sati fase pada 110
dan 220 volt.

Gambar 4.5 Diagram motor dengan Start dan Run kapasitor dicoba
62

langsung
Permanent Split Capasitor (PSC) motor atau motor dengan run kapasitor, bentuknya
juga hampir sama dengan split phase motor, hanya pada PSC motor ditambahkan run
kapasitor yang dihubungka seri dengan kumparan pembantu secara permanen. Jenis motor
ini tidak memakai start relai, kumparan utama dihubungkan langsung dengan listrik dari
luar.

Gambar 4.6 Diagram PSC motor dicoba langsung

Run kapasitor dan kumparan pembantu tetap mendapat aliran listrik selama waktu
start dan setelah motor mencapai putaran penuh. Run kapasitor gunanya untuk memperbaiki
factor kerja dan juga sebagai start kapasitor. Daya gerak mula motor tersebut kecil sehingga
hanya dapat dipakai untuk motor yang tidak memerlukan daya start yang besar atau sistim
yang memakai pipa kapiler. Digunakan terutama untuk kompresor rotary sampai 3 DK, satu
fase pada 110 dan 220 volt.

4.4 Menentukan Terminal C, S DAN R

Pada umumnya kompresor hermetic mempunyai tiga buah terminal yaitu C


(common), S (start) dan R (run). Letak dan susunan ketiga terminal tersebut tidak sama
untuk tiap model kompresor. Ada yang satu baris mendatar dan ada juga yang berbentuk
segitiga. Sebelum kita mencoba kompresor hermetic secara langsung, terlebih dahulu harus
dicari C, S dan R dari terminal-terminal tersebut. Untuk mencari terminal C, S dan R
dengan memakai avometer (pada skala Ohm) dengan batas ukur yang kecil karena
hambatan dari kumparan motor kecil. Sebelum mulai mengukur dengan ohmmeter, semua
hubungan kabel dari terminal dilepas terlebih dahulu.
63

Gambar 4.7 Terminal C, S dan R dari Motor Kompresor


Misalnya dari pengukuran didapat hasil sebagai berikut:
X Y = 50 Ohm
X Z = 10 Ohm
Y Z = 60 Ohm
Kita ketahui hambatan yang terbesar yaitu 60 Ohm pada Y-Z, ini adalah gabungan
hambatan dari kumparan utama dan kumparan pembantu. Jadi terminal X adalah gabungan
dari ujung-ujung kumparan utama dan kumparan pembantu dan disebut C (Common atau
sentral). Sekarang kita lihat C-Y = 50 Ohm dan C-Z = 10 Ohm. Telah kita ketahui bahwa
kumparan pembantu kawatnya lebih kecil dan jumlah lilitannya lebih banyak sehinga
hambatannya lebih besar dari kumparan utama. Jadi C Y =50 Ohm adalah hambatan
kumparan pembantu atau Y = S (start) dan Z = R (Run).
Motor juga perlu diperiksa ampernya dengan menggunakan Tang Ampere. Arus
yang diperiksa adalah arus pada waktu start dan arus jalan atau beban penuh (full load
ampere atau FLA). Tabel dibawah ini dapat dipakai sebagai patokan arus beban penuh dan
arus untuk rotor ditahan (locked rotor ampere atau LRA) dari motor AC untuk bermacam-
macam ukuran (tegangan 240 volt).
Beban Penuh, FLA Rotor ditahan, LRA
HP
(ampere) (ampere)
1/5 2,2 13,2
2,9 17,4
1/3 3,6 21,6
4,9 29,4
3/4 6,9 41,4
64

4.5 Komponen Listrik pada Mesin Refrigerasi

4.5.1 Thermostat
Thermostat yang digunakan pada mesin mesin refrigerasi berfungsi sebagai berikut:
Mengatur batas-batas suhu di dalam ruangan
Mengatur lamanya kompresor berhenti
Menghentikan dan menjalankan kembali kompresor secara otomatis
Jenis sensing bulb adalah jenis thermostat yang paling banyak dijumpai
dibandingkan dengan jenis bimetal dan jenis thermistor. Pada ujung pipa kapiler dari
thermostat biasanya terdiri dari sebuah bulb atau power element atau ujung pipa tersebut
dililit agar diameternya menjadi besar, sehingga dapat lebih baik mengukur suhu udara dari
ruangan. Ujung yang lain dari pipa kapiler tersebut berhubungan dengan membran
(diafragma) atau bellow yang dapat menyusut dan mengembang apabila cairan di dalam
pipa tekanannya berkurang atau bertambah. Apabila suhu di dalam ruangan menjadi sangat
rendah maka cairan di dalam pipa dan bulb akan menyusut dan tekanannya menurun
sehingga tekanan pada membran atau bellow juga menurun dan kontak kontak listrik
terlepas, maka kompresor akan berhenti karena tidak mendapat aliran listrik lagi. Sebaliknya
apabila suhu di dalam ruangan naik maka cairan akan mengembang sehingga membran atau
bellow dapat mendorong kontak listrik sampai berhubungan kembali dan kompresor dapat
berjalan lagi.

Gambar 4.8 Thermostat dengan bellow

Prinsip kerja didalam pipa dan bulb dipengaruhi oleh perubahan suhu ruangan. Pipa
kapiler dari pengatur suhu tidak boleh menyentuh pipa-pipa atau bagian-bagian dari
evaporator yang lebih dingin suhunya karena akan dapat mempengaruhi kerja dari pengatur
suhu (thermostat). Pada room air conditioner (RAC), bulb ditempatkan di aliran udara dari
ruangan kembali ke RAC (return air) sedangkan pada lemari es bulb ditempatkan pada
evaporator dan dijepit dengan klem.
65

Pengatur suhu (thermostat) untuk lemari es dalam keadaan normal mempunyai


batas-batas suhu sebagai berikut :
o
Membuka kontak (cut off) : 5 19 F atau -15 s/d -7,2 C
o
o o
Menutupnya kontak (cut-on) : 35 52 F atau 1,7 - 10,6 F
o o
Perbedaan (differensial) : 13 16 F atau 7,3 9 C
o o
Batas-batas (range) : 5 51 F atau -15 s/d -10,6 C
Sedangkan untuk RAC mempunyai batas-batas sebagai berikut:
o o
Cut off : 55 60 F (12,8 15,6 C)
o o
Cut in : 77 85 F (25 29,4 C)
o o
Differensial : 3 8 F (1,7 4,5 C)
Pada thermostat ada tiga macam pengaturan yaitu:
1. dari tombol (knop)
2. dari batas-batas (range)
3. dari perbedaan (differensial)

Biasanya pengaturan suhu dari thermostat dengan tombol sudah cukup, namun apabila
belum memuaskan maka kita masih dapat mengatur suhu dari thermostat dengan mengatur
range dan differensial.

Pengaturan tombol thermostat


Pengaturan dengan tombol dimaksudkan untuk menjalankan dan menghentikan
kompresor dan untuk mengubah batas-batas suhu di dalam ruangan dengan hanya memutar
tombol saja. Memutar knop searah jarum jam akan menaikkan suhu di dalam ruangan.
Memutar knop terus menerus berlawanan jarum jam akan sampai pada off (berhenti). Pada
kedudukan ini kontak listrik terlepas dan kompresor berhenti.

1. Tempat knop
2. Baut range
3. Kontak listrik
4. Baut differensial
5. Terminal
6. Bulb
7. Pipa kapiler
8. Membran

Gambar 4.9 Thermostat bagian dalam


66

Pada lemari es dapat ditabelkan sbb:

Kedudukan tombol pada 1 2 3 4 5


o
Cut-on/ cut-off ( F) 39/11 35/7 31/3 27/-1 22/-6

4.5.2 Overload Motor Protector (Pengaman Motor)


Overload adalah suatu pengaman atau sekering yang dapat membuka kontaknya dan
memutuskan arus listrik. Setelah menjadi dingin kontak listrik tersebut dapat menutup

kembali secara otomatis. Overload merupakan perlengkapan standar dari pabrik pembuat
kompresor.
Tergantung dari perencanaannya, kompresor dapat memakai internal atau external
overload protector. External overload ditempatkan diluar rumah kompresor maka tidak
dapat menerima secara langsung panas dari motor listrik. External overload lebih mudah
dipasang, mudah ditukar atau diperbaiki. Internal overload ditempatkan di dalam kumparan
motor listrik maka dapat menerima secara langsung panas yang timbul dari kumparan motor
listrik. Internal overload di dalam kompresor hermetic tidak dapat ditukar tanpa lebih
dahulu mempuka rumah kompresor hermetic. Internal overload lebih dapat diandalkan
bekerjanya untuk melindungi motor listrik. Pada kompresor hermetic, overload motor
protector yang memakai bimetal ada dua (2) macam yaitu:

External overload motor protector (pengaman motor di luar)
Internal overload motor protector ( pengaman motor di dalam)

External Overload Motor Protector


Overload dipakai untuk melindungi kompresor dari ampere dan panas yang terlalu
tinggi. Di dalamnya ada bimetal yang dapat dilepas kontak-kontaknya.
Overload dipasang diluar dan ditempatkan pada bagian yang paling panas dari rumah
kompresor. Jika panas kompresor menjadi tinggi karena kurang sirkulasi udara, kurang
mendapat pendinginan dari bahan pendingin, timbul gesekan, beban kompresor berat,
ampere naik dan sebagainya maka overload dapat terbuka kontaknya dan setelah beberapa
menit motornya menjadi dingin, kontak-kontaknya dapat berhubungan kembali.

Gambar 4.10 External Overload Motor Protector


67

Internal Overload Motor Protector


Internal overload terutama dipakai untuk kompresor hermetic yang besar. Kadang-
kadang juga dipakai pada fan motor untuk RAC. Overload protector ini ditempatkan di
dalam kumparan motor listrik dari kompresor hermetic. Kedua terminal dari overload
dihubungkan seri dengan kumparan utama motor listrik. Motor listrik harus dilindungi
terhadap pemakaian ampere yang terlalu besar dan suhu yang terlalu tinggi. Pada waktu start
jika ampernys tinggi dan lama, internal overload protector akan membuka kontaknya
sehingga aliran listrik terputus dan motor menjadi aman.

1. Terminal luar
2. Isolasi dari keramik
3. Kontak yang diam
4. Kontak yang dapat membuka
5. Terminal di dalam
6. Rumah dari logam

Gambar 4.11 Internal Overload Protector

Motor biasanya bekerja pada suhu 125 oF (51,7 oC), jika suhunya naik sampai 200
250 oF (93 121 oC), overload akan bekerja dan memutuskan hubungan listrik. Setelah
suhu motor turun menjadi 150 170 oF (65,6 76,7 oC) kontak-kontak akan menutup
kembali. Kompresor hermetic memakai tanda label : Internal overload Protector atau
Compresor has Internal Motor Protector.

4.5.3 Kapasitor
Kapasitor adalah suatu alat listrik yang dapat menyimpan muatan listrik. Terdiri dari
dua lapis logam tipis yang mempunyai pengantar listrik yang baik dan diantaranya diberi
isolator atau dielektrik. Ada dua jenis kapasitor yang digunakan pada mesin refrigerasi yaitu
Start Capasitor dan Run capasitor.

Start Capasitor

Start capasitor mempunyai dua satuan yaitu: Microfarad (MFD = mF = F) dan Volt
Alternating Current (VAC), dimana MFD menerangkan daya muatan listrik (electrical
capasitance) sedangkan VAC menerangkan untuk arus bolak balik (AC) dan maksimum
tegangan (Volt) yang dapat dipakai.
68

Start capasitor biasanya mempunyai MFD yang


besar dengan bentuk yang kecil. MFD dari start
capasitor mempunyai toleransi 0 20%. Umumnya
pada start capasitor disebutkan dua nilai MFD yaitu
nilai MFD yang terendah dan MFD yang tertinggi.
Jika disebutkan satu nilai MFD, itu
Gambar 4.12 Start Capasitor
adalah MFD terendah.

Start capasitor direncanakan untuk dipakai dalam waktu yang singkat, dalam waktu
tiga detik dan tidak berulang-ulang. Pada kompresor hermetic, start kapasitor harus dipakai
dengan current relay atau potential relay untuk menghubungkan dan melepaskan kembali
aliran listrik dari start kapasitor. Start kapasitor dihubungkan seri dengan lilitan pembantu
(Starting winding) untuk menambah starting kopel motor. Kapasitor dari 220 VAC dapat
dipakai untuk tegangan 110 volt sedangkan kapasitor dari 125 VAC tidak dapat dipakai
untuk tegangan liastrik 220 volt.
Merk start kapasitor yang terkenal diantaranya : Sprague, Aerovox, Mallory, Old
reliable, General electric, Cornell Dubillier dan lainnya, semuanya buatan USA.
Start kapasitor biasanya menjadi rusak karena terlalu lama dialiri arus listrik sampai
menjadi panas dan rusak. Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh relay yang salah
atau rusak, tegangan listrik rendah, motor listrikterbakar dll.
Start capasitor (untuk motor dengan start capasitor)
Motor Line Start Capasitor
HP Volt AC MFD VAC
1/8 110 72 88 125
1/6 110 88 108 125
110 108 130 125
124 149 125
1/3 110 161 193 125
110 200 240 125
216 259 125
110 378 440 125
1 110 378 440 125
400 480 125
1 220 72 88 250
124 149 250
1 220 130 156 250
2 220 135 152 250
2 220 130 156 330
3 220 130 - 156 330
69

Run Capasitor
Pada run capasitor, MFD nya biasanya kecil tetapi VAC nya besar dengan bentuknya
yang juga besar. Run capasitor diisi dengan minyak untuk memperbaiki isolasi dan
membuang panas yang timbul. Run capasitor direncanakan untuk bekerja terus
menerus pada VAC yang besar. Dengan run capasitor, dapat memperbaiki effisiensi dengan
mempertinggi atau memperbaiki factor kerja (Power factor) dan menurunkan amper.
Toleransi dari run capasitor hanya + 10%, maka hanya mempunyai satu (1) nilai MFD.
Volt dari run capasitor harus lebih tinggi dari pada yang diperlukan, jika kita ragu-ragu
sebaiknya memakai:
370 VAC run capasitor untuk unit 110 volt
440 VAC run capasitor unutk unit 220 volt
Pada salah satu terminal dari run capasitor dengan dua terminal ada yang memakai
tanda M atau garis yang timbul atau warna merah, terminal tersebut harus dihubungkan
dengan M dari kompresor atau pada line dan terminal yang lain dengan S dari kompresor.
Run capasitor dengan tiga terminal adalah gabungan dari 2 buah run capasitor. Tanda
HERM dari hermetic untuk kompresor dan tanda FAN untuk fan motor, sedangkan tanda C
yang ditengah adalah untuk keduanya dan harus dihubungkan dengan line, M dari
kompresor dan M dari fan motor. Biasanya run capasitor banyak digunakan pada RAC.

Gambar 4.13 Run Capasitor


70

RUN CAPASITOR
Motor Line Run capasitor
HP Volt AC MFD VAC
1/12 110 4 370
1/8 110 56 370
1/6 110 7,5 370
110 7,5 10 370
110 10 15 370
110 15 20 370
1 110/220 15 20 370
1 110/220 25 30 370
2 230 20 35 370
3 230 40 440

Start & Run Capasitor


Motor Line Start capasitor Run capasitor
HP Volt AC MFD VAC MFD VAC
110 38 46 125 10 370
110 72 88 125 15 370
1 110 72 88 125 15 20 370
1 220 121 149 250 25 370
1 220 130 152 250 20 440
2 220 130 156 250 35 370
2 220 135 155 250 20 25 440
3 220 130 - 156 350 40 - 80 440
4.5.4 Starting Relay
Starting relay pada hermetic unit merupakan suatu saklar (switch) yang dapat bekerja
otomatis. Pada waktu start berdasarkan magnet yang dibangkitkan dapat menghubungkan
dan memutuskan kembali arus listrik ke kumparan pembantu atau ke start capasitor.
Start relay jenis magnetic ada dua (2) macam yaitu
1. Relay magnatik (Current type relay)
2. Relay magnetic (Potential type relay
Disamping itu ada beberapa jenis relay yang lain yang sering digunakan pada mesin
refrigerasi yaitu; thermal relay (hot wire start relay) dan solid state relay.

Relay magnetic (Current type relay)


Relay jenis ini kebanyakan dipakai untuk motor yang kecil-kecil sampai 1 HP,
dengan starting kopel yang rendah. Terutama dipakai pada kompresor lemari es dengan
RSIR motor dan yang memakai start kapasitor dengan CSIR motor. Pada room air
conditioner (RAC) dipakai dengan CSR motor yang memakai start dan run kapasitor.
7
1

1. Inti magnet (kern)


2. Pegas
3. Lilitan kawat email
4. Kontak yang diam
5. Tangkai
6. M dan S terminal ke
kompresor, dan L line terminal

Gambar 4. 14 Relay Magnetik Klixon

Kontak dari relai dalam keadaan normal terbuka (normally open). Jumlah lilitan
relai sedikit dengan diameter kawat yang besar. Lilitan pada relai dihubungkan seri dengan
kumparan utama motor listrik. Relai magnetic harus dipasang dengan batang dan kontak
yang dapat bergerak pada kedudukan tegak, agar batang dapat bergerak tanpa mendapat
banyak gesekan. Umumnya pada relai diberi tanda panah menghadap ke atas atau tanda
TOP atau This side Up.
Pada waktu motor start, ampere yang diperlukan besar. Lilitan relai juga dialiri arus
yang besar sehingga dapat membangkitkan tenaga magnet yang dapat menarik batang dan
kontak-kontak relai ke atas sehingga kontak-kontaknya berhubungan dengan kumparan
pembantu dan start capasitor (jika memakai) mendapat arus listrik, sehingga dapat
memberikan tambahan daya untuk membantu rotor berputar. Setelah rotor mencapai putaran
penuh (hampir 3 detik) tenaga yang digunakan untuk menggerakkan rotor berkurang
sehingga arus listrik yang diperlukan turun ke normal. Magnet yang dibangkitkan menjadi
lemah, batang dan kontaknya yang dapat bergerak dari relai karena beratnya sendiri akan
jatuh ke bawah, melepaskan kontak listrik sehingga kumparan pembantu dan start kapasitor
(jika memakai) tidak mendapat arus listrik lagi. Selanjutnya rotor akan terus berputar hanya
dengan kumparan utama saja.

Relay Magnetic (Potential Type Relay)


Terutama dipakai pada RAC yang memakai start capasitor. Pada umumnya untuk
motor-motor - 5 HP. Kontak kontak dari relai pada keadaan normal (waktu tidak ada
aliran listrik) dalam keadaan tertutup (normally Closed). Mempunyai lilitan (coil) yang
terdiri dari kawat yang sangat halus dan jumlah lilitannya sangat banyak sehingga
tahanannya besar antara 1000 s/d 15000 Ohm, maka aurs yang mengalir kecil. Arus tersebut
hanya diperlukan untuk membuat magnet untuk melepas kontak n0; 1 dan 2 dari
72

relai. Lilitan relai sangat peka terhadap perubahan tegangan. Relay ini pemasangannya
harus disesuaikan dengan petunjum dari pabrik dengan melihat tanda kedudukan
pemasangan dari relai

Gambar 4.15 Potential Relay dari General Electric


(A kedudukan terminal, B tanpa penutup, C Diagram)

Terminal-terminal dari potential relay harus dihubungkan :


No. 1 dengan start capasitor
No. 2 dengan S dari kompresor dan No. 5 dengan C dari kompresor dan line.

No. 4 dan No. 6 adalah terminal-terminal untuk sambungan kabel-kabel saja, pada
bagian dalam tidak ada hubungannya.
Hubungan bagian dalam dari terminal-terminal relay :
No. 1 dan No. 2 dihubungkan oleh kontak
No. 5 dan No. 2 dihubungkan oleh lilitan.

Pada waktu motor mulai start, tegangannya turun tetapi setelah motor mencapai
putaran penuh, tegangannya naik dan tegangan pada lilitan relai juga ikut naik, bahkan lebih
tinggi dari tegangan line (line voltage), sebagai akibat dari adanya run capasitor yang
dihubungkan seri dengan lilitan pembantu maka pada lilitan relai dapat terjadi magnet yang
kuat, yang dapat menarik batang dan membuka kontak No. 1 dan No. 2 dari relai sehingga
arus listrik ke start capasitor terputus. Selanjutnya motor akan terus berputar sebagai
Permanent Split Capasitor (PSC) motor. Setelah kontak terlepas, pada lilitan pembantu
masih terdapat cukup tegangan yang dapat membangkitkan magnet dan memegang batang
sehingga start capasitor tetap terputus hubungannya. Apabila aliran listrik diputuskan, maka
tegangan menjadi 0 (nol), lilitan relai tidak bekerja lagi dan kontak dari relai tertutup, siap
untuk start kembali apabila motor mendapat aliran listrik lagi.
73

Current relay, Push On type


Klixon GE Thomson
HP Volt
9660 (3ARR12) houston
1/12 220 040 091 PB 10A HB 182
220 095 PB 12A HB 182
115 116 PB 21A HB 300
1/10 220 040 095 PB 12A HB 182
220 098 PB 14A HB 182
115 119 PB 21A HB 395
115 121 PB 23A HB 445
1/8 220 040 098 PB 14A HB 182
220 106 PB 14A HB 256
220 108 PB 15A HB 256
115 125 PB 9A HB 455
115 130 PB 3A HB 525
1/6 220 040 108 PB 15A HB 256
220 112 PB 20A HB 277
220 116 PB 21A HB 300
115 129 PB 3A HB 525
115 138 PB 16A HB 590
115 143 PB 5A HB 590
1/5 220 040 119 PB 21A HB 395
220 121 PB 23A HB 445
220 135 PB 13A HB 590
115 149 PB 4A HB 680
115 152 PB 24A HB 680
115 155 PB 24A HB 1110
115 166 PB 8A HB 1110
115 172 PB 2A HB 1110
1/4 220 040 125 PB 9A HB 455
220 135 PB 13A HB 590
115 172 PC 2A HB 1110
115 176 PC 7A HB 1280
Solid State Relay
Solid state relay disebut juga solid state relay, One size relay, IC (Intergrated circuit)
relay, PTC (positive temperature coefficient) stater. Solide state relay dapat dipakai untuk
menjalankan motor listrik satu phase dari 1/12 s/d Pk. Solide state relay hanya perlu
dibedakan tegangannya saja untuk 110 volt atau 22o volt. Solid state relay tidak mempunyai
lilitan kawat tembaga, seperti pada relay magnetic, tidak ada bagian-bagian yang bergerak
dan menempatkannya juga dapat sembarangh pada semua posisi. Dapat juga menggantikan
relay model dorong maupun model gantung dan hampir semua macam relay lainnya. Juga
dapat dipakai dengan motor listrik yang harus memakai start kapasitor.
Bekerjanya solid state relay tidak dipengaruhi oleh besarnya arus listrik pada
kumparan utama, tegangan dan panas dari motor listrik dan dapat dipakai untuk semua
7
4

kompresor tanpa membedakan besarnya ampere atau daya dari motor listrik. Pada waktu
start solid state relay dapat menjalankan motor listrik dengan mengalirkan arus listrik ke
kumparan pembantu (dan start kapasitor jika memakai), sehingga dalam waktu yang singkat
kumparan pembantu dapat memberikan tambahan tenaga untuk memutar rotor. Setelah tiga
detik, motor listrik telah berputar dan hampir mencapai putaran penuh, logam di dalam relay
menjadi panas dan hambatannya berubah menjadi sangat besar sehingga arus yang lewat
menjadi sangat kecil dan dapat menghentikan arus listrik yang mengalir ke kumparan
pembantu, tetapi rotor sudah dapat berputar dan akan terus berputar hanya dengan
kumparan utama saja. Keadaan tersebut akan terus berlangsung selama motor listrik
bekerja.

Gambar 4.16 Solid State Relay model Dorong

Pada waktu start dan setelah motor bekerja, solid state relay hambatannya menjadi
o
sangat besar dan panas. Panas dari relay dapat mencapai suhu 170 F. Bentuk relay dibuat
pipih agar dapat dengan mudah melepas panas kelingkungan. Setelah kompresor berhenti,
solid state relay memerlukan waktu tunggu agar menjadi dingin (3/4 s/d 5) menit dan
kemudian baru dapat start kembali. Solid state relay tidak baik dipakai untuk motor listrik
yang sering hidup dan mati secara periodik dalam waktu yang singkat.

G : Hijau
W : Putih
GR : Kelabu
Y : Kuning
LG : Hijau muda
Gambar 4.17: Rangkaian listrik lemari es SANYO model SR-148 OL
75

Gambar 4.18 Wiring diagram (CSR) dari Room Air Conditioner

A dengan potential relay


B dengan Current relay
1.Switch 2.Thermostat 3.Overload 4.Kompresor
5.Fan motor 6.Potential relay 7.Current relay
RC Running capasitor SC Starting capasitor

(175 F, 370 VACW)

(2 F, 460 VACW)

Gambar 4.19 Rangkaian listrik Air Conditioning SANYO SA 76 B4


76

Gambar 4.20 Wiring diagram (PSC) dari RAC

Anda mungkin juga menyukai