Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan latihan


a. Definisi / Deskripsi Kebutuhan
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik atau keadaan
bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun pada waktu yang singkat memerlukan
tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh klien maupun perawat. (Priharjo, 1993 : 1 ).
Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, banyak aspek-aspek
pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat antara lain : gerakan setiap persendian, postur
tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas.
b. Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari muskulus, tendon, ligament, tulang, kartilago,
persendian, dan bursa. Semua struktur ini bekerja bersama-sama untuk menghasilkan
gerakan. Ada tiga jenis otot utama pada manusia, yaitu : otot polos, otot rangka, dan otot
jantung. Dari ketiga otot tersebut, otot yang paling berpengaruh untuk aktivitas atau
pergerakan yaitu otot rangka.
Otot rangka, terdiri dari serabut-serabut yang tersusun dalam berkas yang disebut
fasikel, semakin besar otot semakain banyak serabutnya.
a. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan tersusun dari 260.000
serabut.
b. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah, hanya terdiri dari 1.500 serabut.
Mekanisme interaksi aktin dan miosin pada sistem muskuloskeletal yaitu :
a. Molekul aktin tersusun dari tiga protein
1. F- aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain.
2. Molekul tropomiosin membentuk filamen yang memanjang melebihi subunit aktin dan
melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge miosin.
3. Molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi
penghalang pada molekul tropomiosin.
b. Molekul miosin terbentuk dari dua rantai protein berat yang identik dan dua pasang rantai
ringan.
1. Bagian ekor rantai yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular
atau crossbridge, menonjol di salah satu ujungnya.
2. Crossbridge menghubungkan filamen tebal ke filament tipis. Setiap crossbridge memiliki
sisi pengikat aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis
aktivitas ATP).
3. Beberapa ratus molekul miosin tersusun dalam setiap filamen tebal dengan ekor
cambuknya yang saling bertumpang tindih dan kepala globularnya menghadap ke ujungnya.
Kesimpulannya, kontraksi otot terjadi apabila aktin berikatan dengan kepala miosin.
Sistem rangka manusia merupakan rangka dalam atau endosketeleton. Sistem rangka
yang tersusun dari beragam jenis tulang tidak dapat bergerak secara aktif. Akan tetapi,
aktivitas otot yang melekat pada tulang menyebabkan tulang tersebut ikut bergerak. Oleh
sebab itu, rangka (tulang) dikenal sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot dikenal sebagai
alat gerak aktif.
Otot akan berkembang jika serabut-serabut otot mengalami pembesaran. tendon
merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengaitkan otot dengan periosteum ( membrane fibrosa
yang menutupi tulang ). Tendon menyebabkan tulang bergerak sewaktu otot-otot skelet
berkontraksi. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat dan padat yang mengikat
antara satu tulang dengan tulang lain, juga membantu tulang untuk bergerak. Tulang
diklasifikasikan menurut bentuk dan lokasinya.
Menurut bentuknya :
tulang panjang (humerus, radius, femur, dan tibia)
tulang pendek (karpal dan tarsal)
tulang pipih (scapula, tulang rusuk, tulang tengkorak)
tulang dengan bentuk tidak teratur (vertebra dan mandibula)
tulang sesamoid ( patella)
Menurut lokasinya :
tulang aksial (tulang wajah, cranial, hyoid, vertebra, tulang rusuk, dan sternum)
tulang apendikular (klavikula, scapula, humerus, radius, ulna, metacarpal, tulang pelvis,
femur, patella, fibula, dan metatarsal)
Kartilago merupakan jaringan ikat yang tersusun pada substansi yang kuat dan berfungsi
untuk menyokong pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran pendengaran, dan bagian
invertebrata. Persendian merupakan pertemuan antara dua atau lebih dan setiap persendian
mempunyai rentang gerak yang bervaskularisasi. Bursa merupakan kantong cairan synovial
yang terletak pada lokasi gesekan di sekitar persendian antara tendon, ligament, dan tulang.
Fungsinya untuk mengurangi tekanan pada struktur yang saling bersinggungan.
c. Factor factor yang mempengaruhi fungsi system muskuloskeletal
Merokok, cenderung mempunyai pola pernafasan yang pendek, dengan pernafasan yang
pendek, gerakpun harus di batasi, dan juga dapat muncul intoleransi aktivitas.
Multiple aklerosis / cidera pada saraf tulang belakang
Klien post operasi, cenderung membatasi gerakannya
usia
d. Macam macam gangguan
Fraktur
Gout
Arthritis oleh bakteri
Cidera jaringan lunak / keras

A. Pengertian
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi
dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan
kalium total. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5mEq/L. (Price &
Wilson, 2006)

B. Etiologi
Asupan kalium dari makanan yang menurun.
Kehilangan melalui saluran cerna.
Kehilangan melalui ginjal.
Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas.
Perpindahan kalium kedalam sel.(Price & Wilson, 2006).
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang, diare
kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik). (Ilmu Faal,
Segi Praktis, hal 209)
C. Patofisiologi
Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh (3000-
4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutamadalam pada
kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan
dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari
zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalammenahan cairan di dalam sel dan
mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipunhanya merupakan bagian kecil dari
kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalamfungsi neuromuskular.

Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa
Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah
penentuan utama potensial membran selpada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot
jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial
aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih
rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF
akanmengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF
dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna.

Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat
dikurangikegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain
berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium
adalahsuatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik.Homeostasis kalium
tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran.

Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini,
termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.Pada orang dewasa yang
sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium
diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang
terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (lebih kecil
dari20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium
kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan
rangkaian mekanisme yangpenting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi
kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju
pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai tubulus
distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya menurun.

Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsipada tubulus
proksimal. Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi
kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang
terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal juga
bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan yang terbentuk pada
tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.Keseimbangan asam basa
dan pengaruh hormon mempengaruhi distribusi kalium antaraECF dan ICF. Asidosis
cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung
memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi gangguan
metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis.
Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF.
Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya, agonis alfa-
adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan penting dalam klinik
untuk menangani ketoasidosis diabetik. (Price & Wilson, edisi 6, hal 341)

D. Manifestasi klinis
1. CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
2. Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3. Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
4. Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
5. Ginjal; poliuria,nokturia.(Price & Wilson, 2006, hal 344)
E. Pemeriksaan Diagnostik
Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L.
Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L.
Glukosa serum : agak tinggi.
Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.
Osmolalitas urine : menurun.* GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit
metabolik).(Doenges 2002, hal 1049)

F. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan.Berikut
adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :
Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari (contoh
makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk,advokat, kacang-
kacangan, dan kentang).
Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus.
Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui jalur
sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium
tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam ini pasien
harus dipantua melalui elektrokardigram (EKGdan diobservasi dengan ketat terhadap tanda-
tanda lain seperti perubahan padakekuatan otot.(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).

G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan
otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium
tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh
darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama
bila mendapat obat digitalis.
leus paralitik.
Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
Hipotensi ortostatik.
Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
PH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.(Ilmu penyakit Dalam, 2001,
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hipokalemia
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
lingkungan. (Nasrul Effendy, 1995)
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan umum, latergi.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi Nadi lemah atau menurun, tidak teratur. Bunyi jantung jauh. Perubahan
karakteristik EKG. Disritmis, PVC, takikardia / fibrasi ventrikel.
3. Eliminasi
Tanda : Nokturia, poliuria bila faktor pemberat pada hipokalemia meliputi GJK atau DM.
Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ilues paralitik. Distensi abdomen.
4. Makanan / cairanGejala : Anoreksia, mual, muntah.
5. NeurosensoriGejala : parestesia
Tanda :
Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka rangsangan, koma,
hiporefleksia, tetani, paralisis. Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ileus
paralitik. Distensi abdomen
6. Nyeri / kenyamananGejala : nyeri / kram otot
7. PernapasanTanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau
paralisis otot diafragma.(Marilyn E. Doenges 2002 hal 1048)

Karena hipokalemia dapat mengancam jiwa, penting artinya untuk memantau timbulnya
hipokalemia pada pasien-pasien yang beresiko. Adanya keletihan, anoreksia, kelemahan otot,
penurunan mortilitas usus, parestesia, atau disritmia harus mendorong perawat untuk
memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan
informasi yang bernmanfaat. Pasien-pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami
defisiensi kalium harus dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas
digitalis karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya
memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI : 3,5
mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner & Suddarth, 2002, hal.261)

B. Diagnoasa Keperawatan
Diagnosa yang sering ditemukan pada pasien hipokalemia secara teoritis adalah sebagai
berikut :
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses penyakit hipokalemia.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik akibat kelelahan.
3. Hipertermi berhubungan dengan kegagalan untuk mengatasi infeksi akibat penyakit
hipokalemia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan akibat penurunan fungsiotot dalam
tubuh.
5. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksi; mual muntah.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka rangsangan, koma,
hiporefleksia, tetani, paralisis. Penurunan bising usus, penurunan mortilitas, usus, ileus
paralitik. Distensi abdomen
7. Nyeri / kenyamananGejala : nyeri / kram otot
8. PernapasanTanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau
paralisis otot diafragma.(Marilyn E. Doenges 2002 hal 1048)

1. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas dan Latihan
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
Riwayat aktivitas dan olah raga
Toleransi aktivitas
Jenis dan frekuensi olah raga
Faktor yang mempengaruhi mobilitas
Pengararuh imobilitas
2. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan perkembangan normal.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien dari lateral, anterior, dan posterior guna
mengamati :
o bahu dan pinggul sejajar
o jari - jari kaki mengarah kedepan
o tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat jatuh.
o Kepela tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
o Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
o Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi yang berlawanan
o Gaya berjalan halus, terkoordinasi,
Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak aktif atau rentang
gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
o Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
o Deformitas
o Adanya nyeri tekan
o Krepitasi
o Peningkatan temperature di sekitar sendi
o Perkembangan otot yang terkait dengan masing masing sendi
o Derajat gerak sendi
Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
o Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk bergerak
o Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
o Keseimbangan dan koordinasi klien
o Adanya hipotensi ortostatik
o Kenyamanan klien
Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini diambil
untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada klien maupun perawat.
Tingkatan kekuatan otot

Skala Kekuatan (%) Cirri


0 0 Paralisis total
1 10 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat
adanya kontraksi
2 25 Gerakan otot penuh
menentanggravitasi, dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
4 75 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan tahana penuh

(Priharjo, 2006 : 159)


Toleransi aktivitas
Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu meningkatkan kemandirian klien yang
mengalami :
o Disabilitas kardiovaskuler dan respiratorik

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
o Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan hubungan tulang.
o CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi
(mis: asetabulum).
o MRI
Untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang).
Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai masalah musculoskeletal
primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi).
o Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat trauma).

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko intoleransi aktivits
1. Definisi
Risiko untuk mengalami ketidakcukupan energy secara fisiologis atau psikologis dalam
memenuhi aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
2. Batasan Karakteristik / faktor resiko
Tidak berpengalaman dalam beraktivitas
Terdapat masalah sirkulasi / respirasi
Riwayat intoleransi
3. Faktor Faktor yang Berhubungan
Gangguan kardiovaskular
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas
1. Definisi
Ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam memenuhi aktivitas sehari hari
yang dibutuhkan atau diperlukan.
2. Batasan Karakteristik
Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
Respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal
Perubahan EKG menunjukan aritmia atau disritmia
Dispneu dan ketidaknyamanan
3. Faktor Faktor yang Berhubungan
Tirah baring atau imobilisasi
Kelemahan secara menyeluruh
Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
Gaya hidup yang menetap

Diagnosa 3 :gangguan mobilitas fisik


1. Definisi
Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu atau lebih
ekstremitas . Suatu kondisi dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan bergeraknya
secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktivitas.
2. Batasan Karakteristik
Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktifitas rutin
Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
Keterbatasan kemampuan melakukan ketererampilan motorik halus
Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
Keterbatasan ROM
Sulit berbalik
Perubahan gaya berjalan (missal menjadi pelan, sulit memulai langkah, kaki diseret,
goyah pada posisi lateral)
Penurunan waktu reaksi
Gerakan menjadi napas pendek
Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatatian dalam aktivitas lain,
mengontrol perilaku, focus dalam tidak mampu beraktivitas)
Gerak lambat
Gerakan menyebabkan tremor

3. Faktor Faktor yang Berhubungan


Pengobatan
Terapi pembatasan gerak
Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
Kerusakan sensori persepsi
Nyeri, tidak nyaman
Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
Intoleransi aktivitas
Depresi mood atau cemas
Kerusakan kognitif
Penurunan kekuatan otot, control, dan massa
Keengganan untuk memulai gerak
Gaya hidup menetap, tidak fit
Malnutrisi umum atau spesifik
Kehilangan integritas struktur tulang
Keterlambatan perkembangan
Kekakuan sendi atau kontraktur
Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
Berhubungan dengan metabolisme seluler
Keterbatasan dukungan lingkungan fisik atau social
Kepercayaaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan
dengan umur

c. Perencanaan
Dx. 1
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap aktivitas, 1. Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 terhadap stress aktivitas dan, bila ada
kali per menit diatas frekuensi istirahat merupakan indicator dari kelebihan
; peningkatan TD yang nyata kerja yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmHg)
; dispnea atu nyeri dada ; keletihan dan
kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2. Instruksikan pasien tentang teknik2. Teknik menghemat energi mengurangi


penghematan energi, mis : penggunaan pengurangan energi, juga membantu
kursi roda saat mandi, dduduk ssat keseimbangan antara suplai dan
menyisir rambut,melakukan aktivitas kebutuhan oksigen.
dengan perlahan.

3. Berikan dorongan untuk melakukan 3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah


aktivitas / perawatan diri bertahap jika peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi. Berikan bantuan Memberikan bantuan hanya sebatas
sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
Dx. 2
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan/diperlukan
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang diukur
menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi

Intervensi Rasional
1. kaji respon klien terhadap aktivitas, 1. Membantu dalam respon fisiologi
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 terhadap stress aktivitas dan, bila ada
kali per menit diatas frekuensi istirahat ; merupakan indicator dari kelebihan
peningkatan TD yang nyata kerja yang berkaitan dengan tingkat
selama/sesudah aktivitas (tekanan aktivitas.
sistolik meningkat 40 mmHg atau
tekanan diastolic meningkat 20 mmHg)
; dispnea atu nyeri dada ; keletihan dan
kelemahan yang berlebihan ;
diaphoresis ; pusing/pingsan.

2. Instruksikan pasien tentang teknik


penghematan energi, mis : penggunaan
2. Teknik menghemat energi mengurangi
kursi roda saat mandi, dduduk ssat pengurangan energi, juga membantu
menyisir rambut,melakukan aktivitas keseimbangan antara suplai dan
dengan perlahan. kebutuhan oksigen.

3. Berikan dorongan untuk melakukan 3. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah


aktivitas / perawatan diri bertahap jika peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
dapat ditoleransi. Berikan bantuan Memberikan bantuan hanya sebatas
sesuai kebutuhan. kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan
aktivitas

Dx. 3
Tujuan :
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam masalah teratasi
Kriteria Hasil :
Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitaskatkan
Mampu mengidentifikasi beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat
aktivitas saat sekarang
Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan kemampuan untuk
beraktivitas
Intervensi Rasional
1. Identifikasi factor-faktor yang
1. Memberikan kesempatan untuk
mempengaruhi kemampuan untuk aktif, memecahkan masalah untuk
seperti temperature yang sangat tinggi, mempertahankan atau meningkatkan
insomnia, pemasukan makanan yang mobilitas.
tidak adekuat.

2. Anjurkan klien untuk melakukan 2. Meningkatkan kemandirian dan rasa


perawatan diri sendiri, sesuai dengan control diri, dapat menurunkan
kemampuan maksimal yang dimiliki perasaan tidak berdaya.
klien.
3. Menurunkan tekanan terus menerus
3. Lakukan perubahan posisi secara pada daerah yang sama, mencegah
teratur ketika klien tirah baring di kerusakan kulit. Meminimalkan
tempat tidur atau dikursi. spasme fleksor lutut dan panggul.

4. Bermanfaat dalam mengembangkan


4. Konsultasikan dengan ahli terapi fisik program latihan individual dan
atau terapi kerja mengidentifikasi kebutuhan alat untuk
menghilangkan spasme otot,
meningkatkan fungsi motorik,
menurunkan atrofi, dan kontraktur
pada system musculoskeletal.
3. Daftar Pustaka
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan IAPK
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Priharjo, Robert. 1993. Perwatan nyeri Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta :
EGC
NANDA 2005 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan.
Mubarak, Wahit Iqbal ; Nurul Cahyati. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC
Doenges, E. Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai