Sop Tindakan
Sop Tindakan
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Desakan darah terhadap dinding pembuluh darah arteri sebagai akibat dipompa dan
dialirkanya darah ke pembuluh darah
TUJUAN 1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Mengetahui atau mengetahui perkembangan penyakit
3. Membantu menegakakan diagnosa
KEBIJAKAN Mengukur tekanan darah dilakukan oleh tenaga medis (dokter, perawat dan bidan)
PROSEDUR 1. Persiapaan pasien
Pasien diberikan penjelasan tentang hal hal yang akan dilakukan, posisi pasien
diatur sesuai kebutuhan
2. Persiapan alat
- Tensimeter
- Stetoskop
- Alat Tulis
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Memasang manset tidak terlalu erat atau tidak terlalu longgar
5. Menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa
6. Menutup sekrup balon karet
7. Meletakan tensi meter harus datar
1
8. Meraba arteri brachialis dengan 3jari tengah
9. Meletakan bagian diafragma stetoskop tepat diatasnya
10. Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset sampai detak arteri tidak
terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai sistolik
11. Membuka skrup balon perlahan lahaan dengan kecepatan 2-3 mmHg perdetik
sambil melihat sekala dan mendengarkan bunyi detik pertama (sistolik) dan detik
terakhir (diastolik)
12. Pada waktu melihat sekala mata setinggi skala tersebut
13. Bila hasil meragukan perlu diulang kembali (dalam waktu 30 detik)
14. Menurunkan air raksa sampai dengan 0 (nol) dan mengunci reservoir
15. Membuka pipa penghubungkan
16. Melepaskan manset dan mengeluar udara yang masih tertinggal didalam manset
17. Menggulung manset dan memasukan kedalam tensi meter
18. Merapikan pasien
19. Mengembalikan alat kedalam tempatnya
20. Mencuci tangan
21. Mencatat kedalaam lembar yang ada
22. Membuat gravik atau kurve pada lembaran status pasien dengan tepat dan benar
23. Menggunakaan waktu dengan efektif
2
MEMASANG NGT (NASOGASTRIC TUBE)
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Melakukan pemasangan selang melalui hidung pasien sampai ke lambung, pada pasien
yang oleh karena keadaan diperlukan pemasangan selang tersebut.
TUJUAN 1. Membantu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi bagi pasien yang tidakbisa
ataupun kurang dalam pemenuhan intake peroral,
2. Melakukan bilas lambung pada pasien dengan kasus tertentu ; Hematemesis,
Intoksikasi baygon / obat - obatan lain,
3. Mengeluarkan cairan lambung.
B. Persiapan Alat
1. Selang NGT, sesuai kebutuhan (no 8 s/d 18 )
2. Spuit disposable/Tip Catheter 50 cc
3. Sepasang sarung tangan
4. Plester / hypafix dan gunting
5. Bengkok dan jelly/Sylocain Jelly
3
6. Pengalas untuk dada pasien
7. Kassa steril
8. Stetoskop
9. Troley tindakan
C. Pelaksanaan :
1. Melakukan kebersihan tangan sesuai standar sebelum menyentuh pasien
2. Memberitahukan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Identifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Petugas memakai sarung tangan
5. Selang NGT diukur dengan meletakkan ujung selang NGT pada prosesus
xypodeus, memanjang lurus ke dahi lalu membelok kearah telinga dan diberi
tanda.
6. Pasang alas dada, ujung NGT dioles dengan jelly menggunakan kasa steril.
MEMASANG NGT
PROSEDUR 7. Bila pasien sadar dianjurkan untuk menelan seiring didorongnya NGT melalui
lubang hidung secara perlahan-lahan sampai masuk ke lambung .
8. Bila pasien tidak dalam keadaan sadar seiring didorongnya NGT melalui
lubang hidung bantu pasien membuka mulutnya agar terlihat kepatenan NGT.
9. NGT dibuka terus atau ditutup sesuai dengan kebutuhan pemasangannya,
kemudian difiksasi dengan plester hypafix.
10. Rapihkan pasien dan alat
11. Menjelaskan bahwa prosedur sudah selesai
12. Petugas mencuci tangan
4
MEMASANG INFUS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan sejumlah cairan ke dalam tubuh lewat sebuah jarum ke dalam pembuluh
darah intra vena untuk dapat menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
KEBIJAKAN 1. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra vena (IV)
2. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
PROSEDUR PERSIAPAN
Pasien
1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur
yangakan dilakukan.
2. Membersihkau bulu - bulu bila pasien banyak bulu (di cukur)
Alat
1. Menyiapkan cairan infus yang akan diberikan (sesuai program dokter)
2. Menyiapkan I.V. Catheter / jarum infuse sesuaikebutuhan.
3. Menyiapkan standar infus
4. Menyiapkan infuse set.
5. Kapas alkohol, kasa steril, betadine, Sarung tangan, torniket.
6. Menyiapkan alat tulis
5
PENATALAKSANAAN
MEMASANG INFUS
9. Menyambung infus set yang sudah disiapkan dan mengatur tetesan cairan infus
sesuai kebutuhan.
10. Melakukan fiksasi:
- Menutup bagian yang ditusuk dengan kassa, betadine,
- Membuat fiksasi silang dengan plester, kemudian ditutup dengan hypafix
yang telah dituliskan tanggal pemasangan infus.
11. Pasien dirapikan, alat dibereskan, petugas melepas sarung tangan dan cuci
tangan
12. Mencatat waktu pemasangan infus, jenis cairan, jumlah tetesan pada lembar
catatan perawatan.
13. Melakukan observasi kelancaran tetesan infus dan kemungkinan plebitis.
6
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PROSEDUR PERSIAPAN
Alat
- Darah / komponennya yang akan diberikan dan cairan infus NaCI 0,9 %
- Standar infus
- Blood Iran fusion set, iv cath no 18, sarung tangan
- Kapas dan alcohol 70 %
- Plester, band aid, hypafix
- Pengalas, bengkok, karet pern bend ung. spidol.
Pasien
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan
menyangkut prosedur perluintaan darah ke DPUTD / PMl dan pelaksanaan
tranfusi.
PELAKSANAAN
1. Melakukan kebersihan tangan sesuai standar sebelum menyentuh pasien
2. Memberitahuakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
7
3. Identifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Mengambil contoh darah dengan menggunakan spuit disposible secara aseptik.
5. Mengisi formulir permintaan darah ke DPUTD / PMl, menyerahkan kepada
keluarga pasien bersama contoh darah untuk mengurus permintaan tersebut
Mencatat permiintaan darah yang dilakukan dalam kolom pelaksanaan
perawatan
6. Bila pasien atau keluarga menghendaki pemenksaan hepatitis dari donor
sebelum tranfusi, maka pada surat permintaan darah disertakan surat
permohonan contoh darah donor (potongan slang pada kantong darah donor,
bukan kantong darahnya langsung ).
7. Mencatat penerimaan darah pada kolom pelaksanaan perawatan, setelah
mencocokkan terlebih dahulu : nama pasien, nomor register, golongan darah
pada label dan pada kantong darah dengan teliti, serta menuliskan nama yang
menerima.
PROSEDUR
8. Sebelum memasang darah ke pasien harus di teliti kembali apakah
darah yang akan diberikan sudah sesuai dengan nama dan golongan
darah pasien yang bersangkutan.
9. Dilakukan pemasangan infus dengan cairan NaCI 0,9 dengan
langkah :
- Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilakukan
- Perawat cuci tangan
- Menentukan vena yang akan di pungsi
- Memasang pengalas
- Perawat memakai sarung tangan
- Melakukan desinfeksi pada daerah yang akan di pungsi
- Memasang torniket
- Melakukan pungsi vena dan di fiksasi
- Menyambung ke cairan infus yang sudah disiapkan dan menjelaskan infus
Na CI 0,9 % dengan tetesan pelan 20 teles per menit.
- Pasien dirapikan dan alat dibereskan.
8
10. Cek ulang sekali lagi sebelum kantong darah dipasang
11. Mengganti botol infos Na CI 0,9 % dengan kantong darah.
12. Menghitung / mengafur jumlah tetesan sesuai dengan kebutuhan
13. Mengisi label darah (merah, putih, kuning dan biru) dan mencatat pada
lembaran infus tentang jam mulai dan jam selesai serta reaksi yang
terjadi dan keluhan pasien.
14. Memantau tanda - tanda vital dan reaksi pasien.
15. Mengirim label darah dan bon darah ke kantor admimstrasi atau sural
UNIT TERKAIT surat pengemballan darah dari DPIJTD / PMI bila darah tidak
dipergunakan.
9
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kondisi pasien dan program terapi dokter
PROSEDUR PERSIAPAN
Alat
a. Oksigen / tabung oksigen.
b. Flow meter dan humidi fier, aquades
c. Slang oksigen nasal, masker oksigen yang siap pakai
Pasien
Penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan.
PELAKSANAAN
1. Melakukan kebersihan tangan sesuai standar sebelum menyentuh pasien.
2. Memberitahukankepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Identifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Mengisi tabung humidifier dengan aquabides sebatas tanda yang ada pada
tabung
5. Memasang flow meter pada tabung oksigen.
10
6. Petugas mencuci tangan.
7. Memasang slang oksigen nasal atau masker atau bag mask, sesuai dengan
kebutuhan pasien dan program terapi oksigen dari dokter.
8. Mengatur posisi pasien
9. Membuka flow meter dan menentukan dosis oksigen yang diberikan sesuai
dengan volume yang dibutuhkan :
11
PERAWATAN INFUS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan perawatan pada lokasi masuknya iv. Cath secara aseptik
12
PROSEDUR PERSIAPAN
1. Menyiapkan dan memastikan jenis cairan infus sesuai program pengobatan
dokter.
2. Menyiapkan : kapas alkohol, betadine, plester / hypafix, bengkok, kassa steril.
3. Catatan dan spidol.
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Memberitahukan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Identifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Luka pungsi dirawat secara steril dengan cara membersihkan dengan kapas
alkohol dan kemudian diolesi dengan betadine, ganti kassa dan plester/hypafix
setiap hari, dan diatas hypafix ditulis tanggalpemasangan infus.
5. Memantau ada tidaknya plebitis.
6. Setiap penggantian botol baru harus dicatat di daftar pemakaran infus dan
diberi jam penggantian infus, tetesan dan nama petugas yang mengganti cairan
infus tersebut
7. Mengawasi dan mencatat cairan yang masuk dan cairan yang keluar Pada
pasien yang memerlukan pengawasan ketat tentang keseimbangan cairan,
dibuat balance cairan setiap 3 jam atau sesuai dengan kebutuhan/keadaan
pasien.Balance cairan dihitung dan dicatat pada lembaran perawatan.
8. Selamapasien memakai infus harusdipantau dan hasilnya harus dicatat: reaksi
pasien, tanda-tanda vital dan balance cairan.
13
MEMBERIKAN MAKANAN MELALUI NGT
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memasukan makanan cair melalui slang (NGT) langsung ke dalam lambung
KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang tidak dapat makan melalui mulut
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Persiapan
1. Pemberian makanan cair dengan bolus feeding :
a. Makanan cair sesuai kebutuhan.
b. Spuit bersih sesuai ukuran
c. Gelas berisi air, minimal 50 cc untuk membtlas
d. Obat yang dihaluskan bila ada.
B. Langkah langkah :
1. Pada pasien menggunakan bolus feeding
a. Bila memungkinkan pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan.
b. Identifikasi pasien ( Nama, tanggal lahir)
c. Posisi pasien diatur setengah duduk (bila tidak ada kontraindikasi)
14
d. Perawat cuci tangan
e. Sebelum memasukkan makanan, NGT dries terlebih dahuluapakah ada
retensi atau tidak. Bila retensi < 150 cc / jam, makanan dimasukan
secara perlahan-lahan. Dan bila retensi > 150 cc / 3 jam, pemberian
makanan ditunda 1 jam.
f. Selama pemberian makanan pantau keadaan umum pasien
danmengajak berkomunikasi bila memungkinkan
g. Bila semua makanan sudah masuk dilanjutkan denganmemasukan obat
h. Bilas dengan air (50 cc )
i. Selesai membilas, slang ditutup kembali.
j. Pasien dirapikan, alat-alat dikembahkan ditempatnya
k. Perawat cuci tangan.
15
1. Melakukan pembilasan dengan air secara teratur sebelum dan sesudah
pembenan makan dan obat ( bila ada ).
2. Reaksi pasien selama pembenan makanan antara lain : batuk, muntah,
tersedak, mual, maka pemberian makanan dihentikan untuk beberapa
saat hingga pasien tenang kembali
3. Waktu pemasangan berlaku selama 2 minggu dan bila belum saatnya
diganti terjadi pembuntuan, harus diganti.
4. Kebersihan makanan, alat maupun petugas yang memberikan
makanan.
16
PERAWATAN DECUBITUS
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan dan merawat luka decubitus
KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang mengalami luka decubitus di daerah bokong, pangkal paha,
siku, dan daerah tumit
PROSEDUR LANGKAH-LANGKAH :
1. Mencuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Pasien dan keluarga diberi penjelasan mengenai perawatan decubitus bahwa
perawatan perlu rutin dan waktunya lama.
4. Persiapan obat-obat yang akan digunakan :
a. Jenis obat yang diperlukan sesuai kebutuhan
b. Dua bengkok, yang satu berisikan es batu
c. Plester hypafix dan gunting
d. Kassa steril dan gunting
e. Hair dryer (pengering panas/dingin)
BEBERAPAMACAM PERAWATAN
I. Perawatan decubitus dengan menggunakan perhidrol H2O2 bila luka
kotor, bila luka bersih cukup dengan menggunakan NaCI 0,9 % steril.
a. Untuk luka yang baru dan dalam keadaan lecet (bersih ) :
17
1. Gosokan dengan es batu pada daerah sekitar luka.
2. Keringkan dengan alat pengering panas / dingin.
3. Ben sufratule / daryantulle atau sejenis sesuai besarnya luka.
4. Ditutup dengan kasa kering steril lalu di plester
18
PERAWATAN DECUBITUS
19
1. Perawatan sama dengan diatas, tetapi setelah dikeringkan dengan
hairdryer, ditaburi dengan gula pasir.
2. Ditutup dengan kasa kering, kemudian diplester.
3. Diganti 2 kali sehari (pagi dan sore/dibersihkan sebelumnya dengan Na
CI 0,9 % aq.
Nutrisi :
- Cairan harus cukup, agar tidak terjadi dehidrasi.
- Pernberian protein harus diimbangi dengan kalori.
- Vitamin A, C,B12,B6, zinc + folate
Penilaian status gizi dengan pemeriksaan laboratorium, misalnya : protein, leucodsb
UNIT TERKAIT - IGD (Instalasi Gawat Darurat)
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan dan Perinatologi dan Poli Bedah
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Agar luka terawat, bersih tidak berbau dan keadaan luka tidak bertambah jelek.
KEBIJAKAN Pada balutan yang sudah kotor atau luka yang mempunyai drainase minimal dan tidak
ada jaringan yang hilang
PROSEDUR PERSIAPAN
Peralatan Steril :
20
- Pinset anatomis
- Piset ctrurgis
- Gunting verban
- Kasa steril
- kom
- Sarung tangan
- Spuit 10 cc
Peralatan tidak steril :
- Gunting pembalut / plester
- Plester / pembal ut
- H2O2 / Na CI 0,9 % / boor water
- Larutan anti septik, maisal: sav Ion, hibithane dan hibtscurb
- Obat luka sesuai kebutuhan
- Bengkok
- Baskom untuk merendam luka (kalau perlu)
PELAKSANAAN
1. Melakukan kebersihan tangan sesuai standar sebelum menyentuh pasien
2. Memberitahukan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Identifikasi pasien ( Nama, Tanggal Lahir )
4. Pasien diberitahu bahwa akan di rawat lukanya dan diganti balutannya
5. Petugas mencuci tangan.
6. Petugas mengenakan sarung tangan
7. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
8. Membuka balutan luka, membuang kassa bekas baiutan pada tempal yang
disediakan (bengkok).
9. Bila luka kotor, luka perlu direndam dengan larutan desinfektan, sambil
direndam dibersihan lukanya dari kulit - kulit yang mati) kemudian;disemprot
dengan H2O2 dan dibilas dengan NaCI 0,9 %.
10. Kemudian lukanya dikompres dengan NaCl 0,9% atau diberi obat luka.
11. Luka ditutup dengan kasa dan dibalut dengan pembalut hydropil atau;
pembalut elastic.
21
PENGGANTIAN BALUTAN TIDAK STERIL
PROSEDUR 12. Bila luka tidak kotor dan tidak perlu direndam, maka langsung
dibersihkandengan menggunakan desinfektan, dibilas dengan Na CI 0,9 %,
kemudian; ditutup dengan kasa dan dibalut dengan pembalut hydrofil atau
pembalut elastik.
13. Sesudah perawatan luka, sarung tangan dilepas. Pasien dirapikan kembali
14. Alat - alat dibersihkan
15. Petugasmelepas sarung tangan dan cuci tangan
16. Mencatat semua perasat terutama kondisi/perkembangan luka yang dirawat
pada status perkembangan pasien.
22
PEMASANGAN KATETER URIN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Melakukan penyadapan urine dari kandung kemih melalui uretra dengan menggunakan
kateter.
TUJUAN Mengosongkan kandung kemih dan pengamatan cairan yang keluar serta menentukan
diagnosa.
PROSEDUR PERSIAPAN
1. Kateter dipasang oleh dokter / perawat.
2. Pemasangan kateter secara steril, dengan menggunakan sarung tangan atau
pinset
Pada pasien laki - laki menggunakan desinfektan savlon atau sejenisnya.
Pada pasien wanita menggunakan desinfektan savlon atau sejenisnya
3. Tidak diperkenankan melepaskan sambungan urinbag dari kateter.
Untuk pemeriksaan urine kultur, kateter dikiem tunggu 1/4-1/2 jam,
kemudian menggunakan spuit dan jarum steril urine diambil dari kateter
(diaspirasi secara aseptik)
Mengambil untuk urine reduksi: mengosongkan urine bag dahulu,
kemudian ambil urine baru dari bawah -> urine baru direduksi diperiksa
4. Bila kesulitan dalam memasang kateter, meminta bantuan kepada perawat
yangberpengalaman atau melaporkan kepada dokter yang merawat
23
5. Setelah pemasangan kateter di fiksasi kearah pelipatan paha
6. Kateter diganti setiap 2 minggu sekali kecuali bila ada pesanan khusus dari
dokter yang merawat. Khusus kateter silikon diganti setiap satu bulan sekali
7. Urine bag kotor harus segera diganti atau minimal 2 minggu sekali.
8. Menjaga kebersihan kateter, terutama bagian uretra.
9. Bila pasien boleh jalan, posisi urinbag harus lebih rendah dari pada buli-
buli dan jangan kenai lantai.
10. Bila cateter merembes, tidak boleh diganti dengan nomor yang lebih besar,
tetapi diganti dengan nomor yang sama atau lebih kecil dan sebelumnya
diyakinkan bahwa kateter dalam keadaan baik dan tidak bocor
11. Untuk kateter sementara, digunakan nelaton kateter dan untuk kateter tetap
digunakan folley kateter.
PROSEDUR PERSIAPAN
1. Menyiapkan lingkungan dengan menjaga privasi pasien.
2. Menyiapkan kelengkapan alat kateterisasi : Kateter (sesuai ukuran), jelly,
betadine, kasa steril , aquades steril, spuit 20 ml, sarung tangan steril, urinbag,
plester/hypafix dan gunting (untuk pasien wanita disediakan pula larutan
savlon dankapas).
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Kebersihan tangan sesuai standar sebelum menyentuh pasien
2. Identifikasi Pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
4. Mendekatkan alat yang sudah disiapkan.
5. Melakukan tes ballon kateter.
6. Membuka pakaian pasien bagian bawah
24
7. Mengatur posisi dorsal recumben (khusus pada wanita) dan pada pria
terlentang biasa.
8. Perawat memakai sarung tangan steril.
9. Melakukan desinfeksi pada orifisium uretra.
10. Mengoleskan jelly steril pada ujung kateter secara aseptik.
11. Memasukan kateter dengan hati - hati ke buli - bull.
12. Mengisi balon kateter dengan aquades steril 10 - 15 ml (tidak melebihi isi
maksimum yang tertera pada setiap kateter).
13. Menyambung kateter dengan urinbag
14. Melakukan fiksasi kateter.
15. Mencatat jumlah urine yang keluar serta kelainan lainnya
16. Perawatan genitalia secara teratur (pagi dan sore)
17. Observasi respon pasien dan jumlah urine, lancar / tidaknya urine yang keluar,
serta tanda - tanda infeksi.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
25
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya infeksi dan kontaminasi
2. Melindungi penularan penyakit pasien
KEBIJAKAN 1. Prosedur pemakaian sarung tangan oleh petugas kesehatan yang berhubungan
langsung dengan pasien
2. Semua tenaga medis dan para medis wajib mengenakan sarung tangan steril
pada saat melakukan tindakan bedah
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
Persiapan alat
Sarung tangan steril
Pelaksanaan
1. Tanpa baju steril
a. Dengan tangan kiri, ambil sarung tangan kanan, pada lipatandalam
kemudian memasukkan tangan kanan
b. Tangan kanan mengambil sarung tangan kin, pada lipatan
luar,kemudian memasukkan tangan kiri.
26
PEMASANGAN MAYO TUBE
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Mayo tube adalah suatu alat bantu untuk memperbaiki/membebaskan jalan nafas yang
dipasang pada oropharyng.
TUJUAN 1. Untuk memperbaiki jalan nafas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
guna kelangsungan hidup pasien.
2. Untuk membuka jalan nafas, pada pasien yang mengalami henti nafas sesaat, untuk
mendapatkan pertolongan pertama
3. Untuk mempermudah tindakan "
4. Bronchiall Toilet"
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Kebersihan tangan sesuai SPO
2. Identifikasi Pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
27
4. Petugas memakai sarung tangan
5. Mengambil mayo tube se
6. suai dengan nomor yang diperlukan (nomor 0- 4 ).
Cara pemilihan mayo tube adalah sebagai berikut:
- Panjang mayo tube sesuai dengan jarak antara sudut mulut sampai ke
pangkal telinga.
7. Mayo tube dibasahi dengan jelly untuk pelicin.
8. Posisi pasien berbaring dengan kepala ekstensi
9. Pemasangan mayo tube dimulai pada posisi ujung mayo tube menghadap
keatas dan bila sudah sampai pada pangkal lidah posisi mayo tube segera
diputar.
10. Mengontrol ketepatan posisi mayo tube menghadap ke bawah sampai menekan
pangkal lidah lalu mendengarkan suara nafas pasien yang keluar. Bila tidak
terasa atau terdengar suara nafas pasien yang keluar, kontrol ulang posisi dan
nomor mayo tube.
11. Pasang plester untuk fiksasi.
12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
UNIT TERKAIT - IGD (Instalasi Gawat Darurat)
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan dan Perinatologi
- Instalasi Bedah
28
MEMPERSIAPKAN TINDAKAN BAG & MASK
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Bag and mask adalah alat bantu nafas yang terdiri dari balon udara dan masker yang
harus dihubungkan dengan oksigen dalam penggunaannya untuk membantu pasien yang
mengalami gangguan pernafasan, dengan cara memompakan balon untuk mengirim
oksigen ke paru-paru pasien.
TUJUAN Memberikan bantuan pernafasan dengan kenana positif untuk mengembalikan fungsi
nafas yang mengalami gangguan atau kegagalan guna kelangsungan hidup pasien.
KEBIJAKAN
1. Pasien dengan henti nafas.
2. Pasien dengan cardiac arrest.
3. Pasien dengan respiratory failure.
4. Pasien yang sebelum, selama atau sesudah menjalani suction.
5. Kontraindikasi dilakukan bantuan napas dengan balon udara dan masker (ambubag)
a
PROSEDUR 1. Alat - alat disiapkan dan dicek ulang kelengkapan dan fungsinya
2. Pasien atau keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Balon disambung dengan oksigen 10-15 liter.
5. Buka jalan nafas pasien dengan memasang mayo tube.
6. Pasang masker, gunakan kedua tangan untuk mempertahankan posisi masker dan
kepala pasien.
7. Tekan masker pada wajah dengan kedua ibu jari dan kedua telunjuk berada di atas
masker, supaya udara tidak bocor. Dorong rahang bawah pasien ke depan dengan
29
ujung - ujung jari yang lain di bawah tulang rahang, supaya kepala pasien tetap
dalam posisi ekstensi.
8. Satu orang petugas memompa oksigen.
Catalan : Pada pasien yang masih bernafas sponian, lakukan pemompaan
pada mat pasien inspirasi
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Mengatur tetesan infuse adalah mengatur jumlah tetesan/menit yang harus diberikan
kepada pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang akan diberikan dan alat (set infuse
yang digunakan).
TUJUAN Agar pasien mendapatkan cairan/pengobatan dalam jumlah dan cara yang tepat.
KEBIJAKAN Memperbaiki keseimbangan cairan dan pemberian cairan sesuai program
30
Rumus : jumlah cairan ( dalam fles yang isi 500 cc ) x 7 = jumlah
tetesan /menit
Contoh : Pasien mendapat infus 2000 cc/4 fles dalam 24 jam
Cara menghitung tetesan : 4 x 7 = 28 tetes / menit
3. Ketentuan penghitungan tetesan sesuai dengan persamaan alat yang di pakai Set
-> 1 cc = 15 tetes, lee = 20 cc dan lcc = 60 tetes
Jumlah cairan dalam cc x jumlah tetes persamaan 1cc
Rumus: Waktu dalam menit
= jumlah tetes/menit
2. Pasien memerlukan infus I liter dalm 24 jam, menggunakan set 1 set =20 tetes
1000 x 20 20000
Penghitungan tetesan : 60 x 24
= 1440
= 14 tetes/menit
31
DESINFEKSI DAN STERILISASI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen tetapi tidak termasuk
sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran atau permukaan jaringan tubuh
dengan menggunakan bahan desinfektan atau dengan cara mencuci, mengoleskan,
merendam dan menjemur.
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
PROSEDUR Pelaksanaan :
1. Desinfeksi dengan cairan mencuci, misalnya :
b. Mencuci tangan dengan sabun, dibersihkan dan kemudian disiram atau dibasahi
alcohol 70%
c. Mencuci luka khususnya luka kotor dengan H2O2,betadine, dll
d. Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan larutan
bethadine3 % dengan alkohol 70 %
e. Mencuci vulva dengan larutan sublimate 1/100, PKI 1000
32
2. Desinfeksi dengan cara mengoleskan, misalnya:
a. Bethadine pada luka
b. Alkohol 70%
Sterilisasi:
Pengertian : Suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan
apathogen beserta sporanya, pada peralatan perawatan dan
kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tmggi, atau
menggunakan bahan kimia.
33
Jenis Sterilisasi :
1. Sterilisasi dengan cara merebus.
Menyeterilkan peralatan dengan cara merebusnya didalam air sampai mendidih
(100 C) dan ditunggu antara 1- 20 menit, misalnya ; peralatan dari logam, karet,
kaca.
2. Serilisasi dengan cara stoom
Menyeterilkan peralatan dengan uap panas dalam autoclave dengan waktu, suhu,
dan tekanan tertentu, misalnya alat tenun, obat -obatan dll.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Menyetrilkan peralatan dengan cara oven dengan panas tinggi, misalnya ; peralatan
logam yang taj am, peralatan dari kaca dan obat-obatan tertentu.
4. Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia
Seperti : alkohol, sublimate, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat
rusak bila kena panas, misalnya: sarung tangan, kateter.
Pelaksanaan :
1. Sterilisator harus selalu dalam keadaan siap pakai
2. Peralatan harus bersih dan masih berfungsi
3. Peralatan yang dibungkus harus duberi label jelas, mencantumkan: nama, jenis
peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Merryusun peralatan di dalam sterihsator harus sedemikian rupa sehingga seluruh
bagian dapat disterilkan
5. Waktu yang diperlukaa secara otomatis sesuai alat.
6. Jangan memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam steniisator sebelum
waktu mensterilkan seksai
7. Pindahkan peralatan yang sudah steril ke tempatnya dengan memakai korentang
steril
8. Untuk inendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya
9. Bila peralatan yang harus disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan
kembali
34
MELAKUKAN FISIOTERAPI DADA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Melakukan perkusi dan fibrasi untuk membantu mengembalikan fungsi paru-paru agar
kembali normal dan mencegah infeksi pada pasien yang mengalami tirah baring lama.
TUJUAN 1. Mengembalikan fungsi optimal paru - paru.
2. Mencegah infeksi dada pada pasien bedrest lama
KEBIJAKAN 1. Pasien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian bawah
2. Tindakan fisioterapi dada dilakukan oleh perawat atau petugas fisoterapi
3. Fisioterapi dada dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan jalan nafas
oleh penumpukan secret dan pada pasien yang mengalami trauma dada.
PROSEDUR Alat
1. Handuk
2. Masker oksigen (jika diperlukan)
3. Penghisap lender dan kanul penghisap (jika diperlukan)
4. Kertas tisu
5. Sarung tangan bersih jika diperlukan
6. Suction (jika diperlukan)
Persiapan Pasien
Jelaskan dan diskusikan tentang tindakan yang akan dilakukan
35
Cara Kerja
4. Perawat mencuci tangan
5. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
6. Berikan posisi miring kiri/miring kanan, terlentang atau telungkup
7. Tutup bagian dada yang akan diperkusi dengan handuk
8. Lakukan perkusi dada dengan tangan yang mem bent uk piala dtmulai dari lobus
bawah ke lobus alas.
9. Angkat handuk dan letakkan tangan anda pada dada pasien saat pasien
menghembuskan nafas dari paru - paru.
10. Bantu pasien untuk mengeluarkan sputum dari paru-paru, anjurkan pasien untuk
batuk efektif.
11. Perawat mencuci tangan.
12. Evaluasi efek fisioterapi dada tersebut dan catat nasilnya.
36
MELAKUKAN PENGAMBILAN CONTOH URINE UNTUK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA PASIEN DENGAN
DOUWER KATETER
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Proses pengambilan urine oleh perawat sebagai bahan pemeriksaan laboratorium pasien
yang menggunakan kateter.
TUJUAN Mendapatkan bahan urine yang akurat sesuai pemeriksaan yang dibutuhkan.
Pelaksanaan
1. Personal approach (Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan )
2. Mengidentifikasipasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Tut up gorden di sekitar tempat tidur pasien
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Olesi karet kateter dengan alkohol dan tunggu sampai alkohol kering
7. Gunakan spurt dan j arum kering
8. Memasukkan bahan urine pada tempat yang telah disediakan
37
9. Perawat mencuci tangan
10. Atur posisi tidur pasien yang rapi dan aman
38
MENGUKUR SUHU PER AXILARY
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan yang dilakukan perawat untuk mengukur suhu tubuh pasien.
TUJUAN Terpantaunya suhu tubuh pasien
KEBIJAKAN 1. Pasien baru
2. Evaluasi perkembangan kondisi pasien
PROSEDUR Persiapan :
1. Termometer bersih dalam tempatnya.
2. Bengkok
3. Potongan kertas tisu
4. Catatan suhu dan nadi
5. Penjelasan kepada pasien
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Mengidentifikasipasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Bila perlu baju pasien dibuka,ketiak dikeringkan.
4. Periksa air raksa tepat pada angka 36 lalu jepitkan dengan tepat ditengah ketiak dan
lengan pasien diletakkan di dada.
5. Setelah 8-10 menit termometer diangkat.
6. Baca angka pada thermometer dengan posisi sejajar mata.
7. Mencatat hasil pada buku.
8. Termometer dilap dengan tisu/ kapas alcohol.
9. Air raksa diturunkan dan diletakkan pada tempatnya
39
10. Cuci tangan
40
MENGHITUNG NADI DAN PERNAFASAN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan menghitung nadi dan pernafasan untuk mengetahui kondisi vital
pasien.
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Menghitung denyut nadi selama 1 menit pada arteri radialis.
4. Observasi frekuensi, irama dan volume.
5. Menghitung pemafasan selama 1 menit.
6. Mencatat hasil tindakan dan respon pasien.
7. Cuci tangan.
41
- Instalasi Bedah
42
MEMANDIKAN PASIEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Menyeka pasien dengan air hangat, air dingin di tempat tidur
Pelaksanaan:
1. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
43
2. Pintu. jendeta, atau korden ditutup, atau bila periu sampiran dipasang.
3. Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur
4. Bila bantal masih diperlukan, dipakai seperlunya
5. Perawat cuci tangan, beritahu pasien pakaian atas dibuka lalu bagian terbuka
ditutup dengan selimut / handuk mandi dan tanyakan apakah ingin B. A. K, B. A.
B
6. Mencuci muka : Handuk dibentangkan di bawah kepala, muka, leher, telinga
dibasahi dengan washlap lembab kemudian dikeringkan dengan handuk. Tanyakan
apakah pasien ingin pakai sabun atau tidak.
7. Mencuci lengan : Selimut mandi/kain penutup diturunkan kedua tangan
dikeataskan, letakkan handuk di atas dada dan dilebarkan ke sampmg kiri dan
kanan sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas handuk.
8. Lengan dibasahi dan disabuni, mulai dari bagian yang jauh dari perawat dan dibilas
sampai bersih lalu dikeringkan dengan handuk kemudian tangan yang satu lagi
dengan cara yang sama, bila air sudah kotor, air boleh diganti.
MEMANDIKAN PASIEN
PROSEDUR 1. Membersihkan dada dan perut : Pakaian bagian bawah ditanggalkan, selimut
mandi/penutup diturunkan samapi perut bagian bawah, kedua tangan dikeataskan,
handuk diangkat dan dibentangkan pada sisi pasien, ketiak, dada dan perut
dibasahi, disabun, dibilas sampai bersih dan dikeringkan dengan handuk.
2. Daerah-daerah lipatan diberi talk tipis dan merata yaitu pada ketiak, leher, mammae
pada wanita.
3. Membersihkan punggung : Pasien dimiringkan, handuk dibentangkan dibawah
punggung sampai bokong, dibasahi, disabun, dibilas, dikeringkan dengan handuk,
lalu digosok/diberi minyak kayu putih (sesuai kebutuhan pasien)
4. Lalu diberi talk yang tipis, pasien diterlentangkan kembali, pakaian atas
dipasangkan/dipakaikan dengan rapih.
5. Mencuci kaki : Kaki yang terjauh dikeluarkan dari selimut kain penutup, handuk
dibentangkan di bawahnya, lutut ditekuk, kaki dibasahi, disabun, dibilas sampai
bersih dan dikeringkan dengan handuk kemudian kaki yang salu lagi dengan cara
44
yang sama.
6. Membersihkan lipatan paha dan genetaha : Handuk dibentangkan di bawah bokong,
perut, lipatan paha dan genetaha dibasahi disabun, dibilas dan dikeringkan Lipatan
paha diberi talk.
7. Pada daerah genetaha, dilakukan oleh pasien sendiri.
8. Pakaian bawah dipakaikan, selimut pasien dipasangkan kembali, bantal
diatur,dimasukkan dalam tempatnya, peralatan dibereskan.
9. Perawat mencuci tangan
45
MEMBANTU MOBILISASI PASIEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan keperawatan melatih pasien berjalan dengan atau tanpa bantuan, didalam
upaya memulihkan kembali aktivitas yang biasa mereka lakukan.
TUJUAN 1. Untuk meningkatkan stamina fisik pasien dalam persiapan dan post operasi
ataupengobatan
2. Untuk hiburan / pengalihan perhatian dari rutinitas RS
3. Untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mengembalikan homeostasis,
4. Untuk mencegah komplikasi seperti pneumonia dan kontraktur
46
5. Berikan posisi pasien duduk di tempat tidur.
6. Jelaskan pada pasien cara melakukan latihan-latihan isometris (jelaskan bahwa
ia harus mengkontraksi otot-ototnya, perlahan-lahan menghitung sampai
merelaksasi otot-ototnya, dan kemudian mengulanginya ).
Doronglututnya kearahmatras
Rapatkan kedua bokong
Dorong matras ke bawah dengan kedua tangan dan perlahan-lahan angkat
bokongnya.
7. Anjurkan pasien untuk memulai latihan ini dengan melakukannya 5-6 kali
setiap jam dan kemudian menambah jumlah kontraksi relaksasi juga frekuensi
latihan.
47
- Instalasi Kebidanan dan Perinatologi
48
MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan calon dengan cara memasukan cairan sampai ke dalam colon sigmoid
melalui anus.
TUJUAN Merangsang peristaltik usus pada pasien obstipasi, agar dapat buang air besar.
PROSEDUR Persiapan
1. Selimut mandi atau kain penutup.
2. Alas bokong dan perlak.
3. Irigator lengkap dengan canule recti.
4. Cairan air biasa atau Nacl 500 ml
5. Bengkok berisi lam tan desinfektan.
6. Standar infus (bila perlu).
7. Pelicin vaselin / xylocain jelly 2%.
8. Sampiran (bila perlu)
9. Pispot
Persiapan pasien :
1. Pasien diheri penjelasan tentang tidakan yang akan dilakukan
2. Posisi pasien tidur miring kiri (posisi sim).
Pelaksanaan :
49
1. Cuci tangan
2. Sampiran / tirai dipasang, bila perlu pintu ditutup
3. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
4. Posisi pasien tidur miring
5. Pasang selimut mandi, sambil pakaian bawah dikeataskan
6. Perawat mencuci tangan
7. Irigator diisi dengan cairan hangat sesuai suhu tubuh ( 36 - 37 C )
8. Rectum canule dipasang pada ujung selang dan diolesi pelicm
9. Perawat mengangkat irigator dengan tangan kiri setinggi 50 cm dari permukaaan
kasur atau digantung pada standar infus.
10. Klem slang dibuka, cairan dimasukkan perlahan-lahan
11. Bila cairan habis, selang diklem, canule dicabut, dimasukkan ke dalam bengkok
berisi larutan desinfektan.
12. Pasien tetap dalam posisi miring, diberitahukan untuk menahan sebentar, kemudian
pispot dipasang.
13. Kaji apakah ada keseimbangan antara cairan yang masuk dan keluar, banyak atau
tidaknya feces yang keluar, bentuk, warna, bau feces.
14. Setelah selesai, pasien di bantu untuk cebok dan dirapikan
15. Alat-alat dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempal semula
50
MEMBERIKAN HUKNAH TINGGI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan calon dengan cara memasukan cairan sampai ke dalam colon descenderes
melalui anus.
Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
2. Pasien miring ke kanan (posisi sim)
Pelaksanaan :
1. Teknik pelaksanaan sama dengan pada pemberian huknah rendah, hanya pasien
diatur dalam posisi miring ke kanan.
2. Tinggi irigator 30 cm dari permukaan kasur, canule dimasukkan 17-20 cm kedalam
anus agar cairan tidak mengalir terlalu cepat
3. Cairan dialirkan perlahan - lahan selama kurang lebih 20 menit..
4. Alat - alat dibereskan.
51
5. Perawat mencuci tangan.
PROSEDUR 11. Kaji juga intake dan output pasien, juga pola makannya seimbang, cukup
mengandung serat.
12. Pengkajian dan pengumpulan data yang tepat dan dapat mengantisipasi keadaan
yang timbul dan akan timbul kemudian hari.
52
MEMBERIKAN INFORMASI PADA KELUARGA PASIEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Menyampaikan pesan / informasi yang jelas singkat, mudah dimengerti oleh keluarga
dalam kaitannya dengan kondisi pasien
53
membantupasien selama perawatan.
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Jelaskan pada keluarga tindakan yang akan dilakukan.
4. Jelaskan cara kerja / prosedur dari tindakan tersebut.
5. Jelaskan akibat / resiko dari tindakan tersebut.
6. Bila dibutuhkan libatkan dokter jaga untuk memberi penjelasan penyakit.
7. Beri kepercayaan kepada keluarga bahwa kita berusaha memberikan pelayananyang
terbaik kepada pasien dan keluarganya.
54
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
55
Cara-cara penyuntikan :
1. Intracutan
2. Subcutan
3. Intramuskular
4. Intravena
Intramuskular
Pengertian :
Memberikan obat melalui suntikan ke dalam jaringan otot, dilakukan pada pangkal
lengan, otot paha bagian luar (yaitu 1/3 paha sebelah luar) atau pada otot bokong (1/3
bagian dari spina illiaca anterior superior atau sias)
Pelaksanaan :
1. Perawat mencuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Tentukan daerah yang akan disuntik, lalu permukaan kulit didaerah tersebut
didesinfektan dengan kapas beralkohol, perhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
4. Siapkan obat yang akan diberikan, perhatikan baik jenis dan dosisnya harus tepat
dan benar juga cara dan melarutkan obat.
5. Memasukkan obat ke dalam spuit dengan tegak lurus (90 derajat) jarum ditusukkan
ke dalam otot, lakukan aspirasi untuk melihat apakah ada darah yang keluar, bila
ada obat dimasukkan sampai habis sesuai dosis.
56
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI
PROSEDUR 6. Cabut jarum dengan cepat, bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas.
7. Perhatikan dan catat reaksi yang terjadi pada saat dan setelah pemberian suntikan,
bila ada reaksi segera lapor pada penanggung jawab ruangan/dokter yang
bersangkutan.
8. Alat-alat dirapikan
9. Perawat mencuci tangan.
Intravena :
Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena yang dilakukan pada
vena anggota gerak.
Pelaksanaan :
1. Perawat mencuci tangan.
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Tentukan daerah yang akan disuntik, lakukan pembendungan di bagian
atasnyaselanjutnya perluukaan kulit di daerah yang bersangkutan didesinfeksi
dengan kapasalkohol dan ditegangkan.
4. Pasang pengalas di bagian yang akan disuntik dan dekatkan bengkok ke bawah
tubuhyang disuntik.
5. Jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke
atas.
6. Penghisap spuit ditarik sedikit, bila jarum berhasil masuk ke dalam vena, darah
akan masuk ke dalam spuit tetapi bila tidak ada darah yang keluar, berarti jarum
tidak berhasil masuk
7. Bila sudah berhasil masuk kedalam pembuluh darah vena, pembendung dibuka,
obatdimasukkan perlahan-lahan.
8. Bila pemberian cairan atau obat melalui vena dilakukan dalam jumlah besar dan
waktuyang lama, maka pemberiannya dilakukan melalui infus sesuai program
pengobatan.
9. Alat-alat dirapikan.
10. Perawat mencuci tangan.
57
Sub cutan
Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit, yang dilakukan pada lengan alas
sebelah luar, atau tempat lain yang dianggap perlu (misal pemberian insulin pada pasien
diabetes)
Pelaksanaan :
1. Perawat mencuci tangan, alat-alat dipersiapkan.
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Permukaan kulit didesinfeksi, lalu diangkat sedikit dengan tangan kiri.
4. Jarum ditusukkan, dengan lubangnya menghadap keatas dan membentuk sudut
45derajat dengan permukaan kulit.
5. Penghisap spuit ditarik sedikit bila tidak ada darah yang keluar, obat dimasukkan
perlahan- lahan
6. Bila obat sudah masuk semua, jarum dicabut dengan cepat, bekas tusukan
jarumditekan dengan kapas alcohol.
7. Alat-alat dirapikan
8. Perawat mencuci tangan
58
MEMBERIKAN OBAT ORAL
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Merupakan tata cara memberikanobat-obat oral pada pasien, baik anak-anak maupun
dewasa.
TUJUAN Memberikan obat pada pasien yang dirawat agar sesuai dengan program
pengobatandokter, sehingga pasien cepat sembuh.
59
PROSEDUR PELAKSANAAN :
Persiapan alat :
1. Buku daftar pemberian obat oral pasien rawat inap.
2. Plastik obat
3. Etiket obat
4. Alat tulis
5. Status pasien
6. Mortir
Pelaksanaan :
4. Perawat mencuci tangan
5. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
6. Menyiapkan obat oral sesuai dengan buku daftar pemberian obat oral
pasien (menempelkan etiket nama pasien dan ruangan tempat pasien
dirawat pada plastik obat, mengambil obat oral ditempat obat, membuka
bungkus obat, kemudian obat dimasukkan ke dalam plastik).
7. Obat-obat digerus dengan mortir jika pasien anak-anak, atau pasien tidak
bias menelan obat oral bentuk tablet
8. Memberi obat ke ruangan pasien, sebelumnya memanggil nama pasien, lalu
obat diberikan. Jika obat berbentuk sirup, obat ditakar dengan sendok obat
yang ada lalu diberikan ke pasien.
9. Kembali ke ruang perawat, mencatat di status pasien tindakan yang telah
dilakukan. Memberi tanda contreng di buku daftar pemberian obat oral.
6. Perawat mencuci tangan
UNIT TERKAIT - IGD (Instalasi Gawat Darurat)
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan dan Perinatologi
- Instalasi Rawat Jalan
60
MEMBERIKAN OBAT SUPPOSITORA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Merupakan tata cara memberikanobat-obat suppositora pada pasien, baik anak-anak
maupun dewasa.
TUJUAN Memberikan obat pada pasien yang dirawat agar sesuai dengan program
pengobatandokter, sehingga pasien cepat sembuh.
KEBIJAKAN 1. Pasien yang memerlukan bantuan dalam memasukkan obat melalui anus
2. Pasien dan keluarga memahami dan menyetujui tindakan yang akan dilakukan
(Informed Consent lisan)
3. Penjelasan dan tindakan dilakukan oleh dokter atau perawat
4. Dilakukan dengan prinsip bersih
5. Pemberian obat harus dilaksanakansesuaidenganprinsippemberian obat
PROSEDUR PELAKSANAAN :
Persiapan alat :
1. Buku daftar pemberian obat injeksi pasien rawat inap.
2. Baki
3. Obat suppositoria sesuai instruksi dokter
4. Bengkok
5. Sarung tangan bersih
Pelaksanaan :
1. Perawat mencuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
61
3. Menyiapkan obat suppositoria sesuai dengan buku daftar pemberian obat
injeksi pasien. Obat diletakkan di baki beserta sarung tangan bersih.
4. Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan. Menutup pintu,
jendela dan tirai.
5. Memberikan posisi pasien miring ke kiri, dnegan memakai sarung tangan,
obat suppositoria dimasukkan ke dalam lubang rectum. Lalu pasien
dianjurkan untuk tetap dalam posisi miring selama 5-10 menit.
6. Alat-alat dibereskan, pasien dirapikan.
6. Perawat mencuci tangan. Mencatat tindakan yang dilakukan ke
dalam status pasien dan mencontreng pada buku pemberian
obat injeksi.
62
MEMBERIKAN KOMPRES
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawat memberikan kompres dengan air hangat pada pasien
TUJUAN Agar pasien merasa nyaman
Agar suhu badan pasien cepat turun dengan cara konduksi
Persiapan klien/keluarga :
Beritahukan kepada klien dan keluarga maksud tindakan dan hal-hal yang akan
dilakukan.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Perlak dan alas dipasang pada tempat yang akan dikompres.
4. Washlap dibasahi air hangat secukupnya dan diletakkan di tempat yang akan
dikompres.
5. Observasi respon pasien.
63
6. Cuci tangan.
7. Mencatat respon pasien dan hasil tindakan.
64
MENGUKUR CAIRAN YANG MASUK DAN KELUAR
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang masuk dan
keluar.
TUJUAN Terpantaunya cairan yang masuk dan keluar pada pasien dengan indikasi tertentu.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Menghitung cairan yang masuk baik oral maupun parenteral.
4. Mengukur cairan yang keluar.
5. Mencatat hasil tindakan.
6. Cuci tangan.
65
MENGGANTI ALAT TENUN
TANPA MEMINDAHKAN PASIEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan untuk mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur pasien tanpa
memindahkan pasien sehingga terjaga kerapian, kebersihan serta pasien merasa nyaman.
KEBIJAKAN 1. Semua pasien yang akan di rawat harus terdaftar dan melalui pendaftaran atau
informasi
2. Petugas informasi harus mengecek ulang tempat kosong diruang perawatan
PROSEDUR Persiapan :
1. Alat tenun yang bersih.
2. Tempat kain kotor bertutup.
3. Ember berisi larutan desinfektan.
4. Pasien diberi penjelasan.
5. Dilakukan oleh 2 orang perawat.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Perawat berada disisi kiri dan kanan tempat tidur.
4. Selimut dan bantal yang tidak perlu diletakkan diatas kursi atau bangku.
5. Pasien dimiringkan disisi tempat tidur.
6. Melepaskan alat tenun yang kotor lalu digulung satu persatu sampai
66
dibawahpunggung pasien.
7. Perlak dibersihkan dengan larutan desinfektan lalu dikeringkan.
8. Laken yang bersih digulung setengah bagian,kemudian diletakkan
dibawahpunggung pasien dan setengah bagian lagi diratakan serta dipasang pada
kasur.
9. Pasien dimiringkan kebagian yang bersih.
10. Lepaskan alat tenun yang kotor dan di masukkan kedalam tempat tertutup.
11. Ratakan laken yang bersih ,pasangkan pada kasur.
12. Mengganti sarung bantal yang kotor.
13. Bantal disusun, pasien dibaringkan pada posisi yang nyaman.
14. Selimut kotor diganti dengan yang bersih.
15. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
16. Cuci tangan.
67
MENJAGA KESELAMATAN PASIEN
DI TEMPAT TIDUR
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan untuk menjaga keselamatan pasien selama dirawat di Rumah Sakit
Bhayangkara Sespimma Polri.
68
MENYUAPI PASIEN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tindakan perawatan untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
69
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Kebidanan
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Yaitu pemberian obat-obat/pengobatan melalui hidung (selaput lender dan saluran
pernafasan) dengan cara :
Tetesan : yaitu dengan cara meneteskan obat-obat tertentu ke dalam lubang hidung
Intalasi : Memberikan zat /uap yang mengandung obat tertentu melalui saluran
pernafasan dengan cara menghirup
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
70
3. Masker oksigen
4. Kabel penghubung
5. Bengkok
6. Tissue
7. Obat - obat yang dibutuhkan
Persiapan Pasien :
1. Sapa dan salam
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dikerjakan
4. Dekatkan alat-alat
5. Isi nebulizer dengan cairan nacl + obat-obat kemudian tutup
6. Sambungkan kabel penghubung
7. Atur waktu dan volume uap dalam nebulizer
8. Atur pisisi pasien senyaman mungkin dengan semi fowler
9. Pasang masker ke hidung pasien yang telah disambungkan pada alat nebulizer
10. Pasien diberitahu agar menghirup uap dari alat nebulizer secara berlang-ulang
11. Selama 10 sampai 15 menit sampai merasa lega
11. Setelah selesai pasien dan alat-alat dirapihkan
71
PEMBERIAN OBAT MELALUI MATA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Yaitu pemberian obat-obatan atau cairan tertentu kedalam mata dengan cara meneteskan
/mengoleskan dan atau dengan cara membilas (irigasi) mata.
TUJUAN Untuk membersihkan mata yang kotor / mengeluarkan benda asing dan mengobati mata
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
2. Persiapan pasien :
Pasien dipersiapkan dalam posisi duduk, kepala miring menghadap mata yang
akandicuci
3. Pelaksanaan :
3.1 Cuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
72
3.3 Perlak dan alasnya dipasang di dada sampai bahu
3.4 Pasien di anjurkan pasien untuk memegang bengkok
3.5 Mata yang akan dicuci dilap dengan kapas basah dari arah luar kedalam.
3.6 Spuit mata khusus di isi cairan
3.7 Kelopak mata dibuka dengan kapas basah
3.8 Cairan disemprotkan perlahan-lahan dari arah dalam keluar
3.9 Setelah basah kelopak mata dikeringkan dengan kapas
3.10 Pasien dan alat-alatnya dirapikan kembali
73
PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Suatu tindakan menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan badan
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
PROSEDUR 1. Persiapan alat
1.1. Sarung tangan
1.2. Bengkok
1.3. Alas bokong
1.4. Kapas savlon
1.5. Sampiran
2. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3. Semua obat-obatan yang diperlukan dibawa ketempat pasien
4. Sampiran dipasang, perawat memakai handscon
5. Pakaian bagian bawah dibuka lalu bagian tersebut di tutup dengan selimut
6. Alas bokong dipasang
74
7. Vulva dibersihkan dengan kapas sublimate ibu jari dan telunjuk dibalut dengan
kapas sublimate lalu vulva dibuka, tangan kanan memasukan obat sesuai
instruksi dokter ke dalam vagina.
8. Pasien dianjurkan tarik nafas dalam dan tidak mengejan saat obat dimasukkan.
9. Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
10. Pasien dianjurkan untuk sementara tidak turun dari tempat tidur
75
PEMBERIAN OBAT MELALUI RECTAL
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Pemberian obat-obat tertentu melalui rectum dengan cara dioleskan, memasukan obat-
obatan supositoria, mengalirkan cairan obat misalnya, clysma.
TUJUAN Pengobatan yang memerlukan hasil yang lebih cepat daripada cara pemberian obat yang
lain.
KEBIJAKAN Pasien yang memerlukan bantuan dalam memasukan obat melalui anus
2. Persiapan pasien
Pasien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan
- Posisi pasien diatur dalam posisi miring
- Jaga privacy pasien
- Cuci tangan
- Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
- Pasang sampiran
- Pakai handscoon
- Pakaian bagian bawah dibuka
76
- Masukan obat yang diperlukan bagian rectum secara pelan-pelan, setelah obat
masuk bagian anus ditahan dan pasien dikondisikan untuk tarik nafas dalam-
dalam.
- Pasien dan alat-alat dibereskan
MEMASANG CATHETER
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukan selang karet atau piastik melalui
uretra yang di masukan ke dalam kandung kemih
77
KEBIJAKAN 1. Perawat yang terampil
2. Tersedia alat alat lengkap
1.2. Plester
1.3. Selimut ganti
1.4. Bengkok
1.5. Korentang
1.6. Jelly
1.7. Kom kecil untuk aquabidest/nacl
1.8. Nacl/aquabidest dalam botol
1.9. Plester dan gunting
1.10. Kapas sublimat dan air bersih untuk cebok (vulva hygiene)
1.11. Baki dan alas
1.12. Pengalas dan perlak
1.13. Tempat sampah di bawah troley
1.14. Handuk untuk tangan
1.15. Buku catatan
MEMASANG CATHETER
PROSEDUR 2. Pelaksanaan
2.1. Cuci tangan
2.2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
78
2.3. Memberitahukan kepada klien prosedur yang akan dilakukan
2.4. Menjaga privasi klien
2.5. Ganti selimut, lepas celana dalam
2.6. Atur posisi klien (dorsal 79ip aha79t)
2.7. Memasang alat di bawah pantat
2.8. Bengkok didekatkan dan kom untuk cebok di atas pengalas
2.9. Pakai handscoon dengan menggunakan korentang
2.10. Melakukan vulva hygiene (5 kapas) tangan kiri memblok vagina, labia
mayora kanan kiri, labia kanan kiri, tengah
2.11. Kapas bekas di pakai dan handscoon bekas di buang ke bengkok
2.12. Ambil kateter dan oleskan jelly, hubungkan dengan kandung kemih
2.13. Tangan kiri buka labia mayora, pasien tarik nafas
2.14. Masukan kateter perlahan-lahan sampai kandung kemih
2.15. Fixasi air/masukan aquabidest/nacl dalam spuit ke dalam balon kateter
2.16. Cek keadaan cara menarik kateter, pastikan kateter tidak lepas
2.17. Pasang plester dipaha setelah melepas handscoon
2.18. Catat tanggal pemasangan kateter.
2.19. Gantung urine bag di samping/tepi tempat tidur
2.20. Bereskan alat dan gulung alas
2.21. Rapikan pasien, ganti selimut dan cuci tangan
2.22. Evaluasi reaksi klien dan catat hasil tindakan
79
MEMBERIKAN KOMPRES DENGAN WWZ / BULI-BULI
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memberikan rasa hangat kepada pasien dengan mempergunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan
TUJUAN 1. Mengurangi nyeri
2. Memberikan rasa nyaman
KEBIJAKAN 1. Kejang otot (spasmus)
2. Perut kembung
3. Kedinginan (akibat markose, iklim, ketegangan dll)
PROSEDUR 1. Persiapan alat :
1.1. Air panas
1.2. WWZ
1.3. Sarung WWZ
2. Persiapan pasien :
2.1 Pasien diberi tahu
2.2 WWZ diisi dengan air panas,hati-hati dalam pengisian
3. Pelaksanaan :
3.1 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal lahir)
3.2 Pasangkan pada daerah yang kedinginan,perut kembung atau otot kejang.
3.3 Observasi daerah yang kena kompres hangat dan respon pasien.
3.4 Catat tindakan yang dilakukan ke dalam status pasien.
3.5 Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan yang dilakukan.
80
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Kebidanan
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah kegiatan pelayanan perawat dalam menolong BAK dan BAB pasien yang tidak
mampu menolong diri sendiri
TUJUAN Sebagai acuan perawat pelaksana dalam pelaksanaan menolong pasien untuk BAB dan
BAK yang tidak mampu menolong dirinya.
KEBIJAKAN Terpenuhinya kebutuhan eliminasi pada pasien
PROSEDUR 1. Persiapan alat :
1.1. Pi spot
1.2. Sarung tangan
1.3. Kapas cebok
1.4. Sabun
1.5. Air dalam botol
1.6. Perlak
1.7. Sampiran
2. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
81
3.1. Perawat cuci tangan
3.2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3. Pasang sampiran
3.4. Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan, dan bagian yang terbuka ditutup
dengan selimut
3.5. Pasien dianjurkan menekuk lutut dan menegangkat bokong
3.6. Pasang pispot dibawah bokong pasien
3.7. Bila sudah selesai, anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok,
buang dalam pispot
3.8. Pispot diangkat dan feses diamati bila ada kelainan
3.9. Bokong pasien dikeringkan dengan pengalas
3.10. Pasien dirapikan
3.11. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya
3.12. Cuci tangan
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Kebidanan
- Instalasi Bedah
MERENDAM BOKONG
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
TUJUAN Sebagai acuan perawat pelaksana dalam pelaksanaan rendam bokong untuk mengurangi
rasa sakit, membersihkan luka dan pengobatan diruang rawat
82
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
4. Persiapanpasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
5. Pelaksanaan :
3.1 Perawat cuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Pasang sampiran
3.4 Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan
3.5 Siapkan air hangat yang telah diberi PK, povidon iodine encer
3.6 Anjurkan pasien merendam bokong sekitar 15 menit
3.7 Rapihkan pasien dan alat setelah tindakan selesai
3.8 Cuci tangan
83
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SKP/ /I/2016/RSBS 00 1 dari 1
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Suatu tindakan mengganti pakaian kotor atau basah dengan pakaian yang bersih.
TUJUAN Sebagai acuan tindakan untuk memberikan rasa nyaman dan meningkatkan kepercayaan
diri pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
PROSEDUR 1. Persiapan alat :
1.1. Pakaian bersih
1.2. Washlap
1.3. Air hangat
1.4. Tempat kain kotor
1.5. Sampiran
2. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat cuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Alat-alat didekatkan
3.4 Pakaian / popok yang basah dibuka / ditanggalkan
3.5 Tubuh pasien dibersihkan dan dilap dengan woshlap hangat kemudian
dikeringkan
3.6 Pasang pakaian bersih / popok kering
84
3.7 Pasien dirapihkan dan atur posisi sesuai kebutuhan
3.8 Alat-alat dibersihkan
3.9 Perawat cuci tangan
MENYISIR RAMBUT
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Mengatur rambut agar rapih dengan menggunakan sisir, dilaksanakan pada pasien yang
tidak dapat menyisir rambut sendiri.
TUJUAN 3. Memberikan rasa nyaman agar rapih dengan meningkatkan kepercayan diri
dalamdiri pasien
4. Memelihara rambut agar tetap rapih
5. Merangsang kulit kepala
6. Mencegah adanya kutu kepala dan kotoran lain
7. Mengetahui apakah ada kelainan pada kulit kepala
KEBIJAKAN Dilakukan kepada setiap pasien yang tidak mampu untuk higieny secara mandiri
( menyisir rambut)
2. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
1.1. Cuci tangan
1.2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
1.3. Menyisir rambut dapat dilakukan pada pasien dalam posisi duduk/berbaring
1.4. Kain penahan/handuk di letakan pada bahu/di bawah belikat
1.5. Rambut panjang dan kusut di beri minyak dan dibelah dua, kemudian disisir
secara bertahap dimulai dari bagian bawah (ujung rambut)
1.6. Rambut yang pendek disisir dari pangkal ke ujung
1.7. Rambut yang rontok dikumpulkan dan di bungkus dengan kertas kemudian
dibuang ke tempat yang tersedia
1.8. Rambut berkutu/ dengan kelainan kulit di masukan ke dalam larutan
desinfektan pada bengkok
1.9. Observasi respon pasien
1.10. Catat kelainan pada kulit kepala
1.11. Alat dibersihkan, dibereskan dan di kembalikan ke tempat semula
1.12. Cuci tangan
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan
MEMBERSIHKAN MULUT
86
SEKOLAH STAF DAN SKP/ /I/2016/RSBS 00 1 dari 1
PIMPINAN PERTAMA
POLRI
RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA SESPIMMA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua kotoran /sisa makanan dengan
mempergunakan kain kasa/kapas yang dibasahi air bersih
TUJUAN Sebagai acuan dalam rangka untuk kebersihan mulut, lidah dan gigi dari semua kotoran
dan sisa makanan agar tetap sehat dan tidak berbau
KEBIJAKAN Pada pasien yang tidak dapat menggunakan sikat gigi, stomatitis berat, pada penyakit
darah tertentu
PROSEDUR 1. Persiapan alat
1.1. Handuk/kain pengalas
1.2. Gelas berisi air bersih
1.3. Tong spate! yang telah dibungkus kain kasa
1.4. Bengkok
1.5. Kain kasa
1.6. Pinset
1.7. Borax gliserin
2. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat mencuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Alat-alat didekatkan
3.4 Handuk/ kain pengalas diletakan di bawah dagu dan pipi pasien
3.5 Ujung pinset dibungkus dengan kain kasa yang dibasahi sampai bersih
3.6 Basahi dengan air yang tersedia
3.7 Mulut pasien dibuka dengan tong spatel
3.8 Ronggamulut dibersihkan dengan kain kasa
87
3.9 Dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi sampai bersih
3.10 Kain kasa yang kotor dibuang dengan bengkok
3.11 Bibir dioles dengan gliserin
3.12 Observasi respon pasien
3.13 Catat kelainan pada gigi dan mulut di dalam status
3.14 Pasien dirapihkan dan alat-alat dibereskan
3.15 Mencuci tangan
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan
- Instalasi Gawat Darurat
MEMOTONG KUKU
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memotong kuku pasien yang panjang, karena pasien tidak dapat melakukan sendiri.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melaksanakan memotong kuku pada pasien yang di rawat
88
2. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan :
6.1 Perawat mencuci tangan
6.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
6.3 Alat-alat didekatkan
6.4 Pasang pengalas
6.5 Kuku tangan direndam dalam air hangat selama 2 menit untuk kuku tangan
dan 3 menit untuk kuku kaki
6.6 Bila kuku sangat kotor harus di sikat dan di sabuni lalu di bilas dangan air
hangat dan di keringkan dengan handuk
6.7 Tangan atau kaki diletakan di atas bengkok supaya potongan kuku
tidakberserakan
6.8 Bila kuku tangan disesuaikan dengan lengkungan kuku, bila kuku kaki
dipotong lurus lalu dibersihkan dengan sikat.
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan
MENGGOSOK GIGI
89
No. Dokumen No. Revisi Halaman
SEKOLAH STAF DAN SKP/ /I/2016/RSBS 00 1 dari 1
PIMPINAN PERTAMA
POLRI
RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA SESPIMMA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN 1. Suatu kegiatan menggosok gigi pasien oleh perawat di ruang rawat inap
2. Suatu kegiatan untuk membersihkan gigi dari kotoran (sisa makanan)
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melaksanakan menyikat gigi pada pasien yang dirawat
2. Memberi rasa nyaman
3. Mencegah infeksi
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat mencuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Alat-alat didekatkan
3.4 Handuk di letakakan di bawah dagu dan pipi
3.5 Siapkan sikat gigi yang sudah diberi pasta
3.6 Sikat gigi pasien dengan gerakan naik turun
3.7 Bilas mulut
90
3.8 Bibir dikeringkan dengan handuk
3.9 Posisi pasien diatur
3.10 Peralatan dibersihkan dan dibereskan
3.11 Observasi dan catat keadaan gusi dan gigi dalam status
3.12 Cuci tangan
UNIT TERKAIT - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Kebidanan
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO
4. Pelaksanaan :
2.1 Cuci tangan
2.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
2.3 Atur posisi pasien yang tepat dengan keinginan pasien
91
2.4 Atur ventilasi dan pencahayaan, hindarkan kebisingan suara
2.5 Pelihara kebersihan lingkungan
2.6 Persilahkan tamu meninggalkan pasien
2.7 Observasi dan catat respon pasien dalam status
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Trendelenburg adalah suatu posisi dimana kepala lebih rendah dari panggul dan kaki
TUJUAN Perawat pelaksana dalam mengatur posisi pasien untuk memudahkan tindakan tertentu
4. Pelaksanaan :
2.1 Cuci tangan
2.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
2.3 Tempat tidur bagian kaki ditinggikan
92
2.4 Atur sedemikian rupa sehingga kepala lebih rendah dari panggul dan kaki
sekitar 45
2.5 Observasi resppon pasien
2.6 Catat respon pasien dalam status
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah tidur setengah telungkup dengan lutut dan paha kanan ditarik keatas dan kaki kiri
lurus
TUJUAN Sebagai acuan perawat pelaksana dalam mengatur posisi pasien untuk memudahkan
tindakan tertentu
93
5. Untuk tidur pada wanita hamil.
2. Pelaksanaan :
2.1 Cuci tangan
2.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
2.3 Pasien tidur setengah telungkup dengan letak ke sisi lutut dan lutut kanan
ditarik ke atas dan kaki kiri lurus
2.4 Tarik lengan ke belakang sejajar dengan punggung dan mengenai tempat
tidur
2.5 Observasi resppon pasien
2.6 Catat respon pasien dalam status
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
94
PENGERTIAN Adalah tidur setengah duduk
TUJUAN Sebagai acuan perawat pelaksana dalam mengatur posisi pasien untuk memberikan rasa
nyaman
KEBIJAKAN 1. Pertahankan agar kasur yang digunakan dapat memberikan support yang baik bagi
tubuh
2. Jangan letakan satu bagian tubuh diatas bagian tubuh yang lain, terutama daerah
tonjolan tulang
3. Rencanakan perubahan posisi selama 24 jam dan lakukan secara teratur
2. Pelaksanaan :
2.1 Cuci tangan
2.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
2.3 Perawat berdiri di kiri dan kanan pasien
2.4 Bantu pasien untuk posisi setengah duduk
2.5 Bantal disusun sesuai kebutuhan/atur fungsional tempat tidur jika ada
2.6 Pasang penahan kaki
2.7 Observasi respon pasien
2.8 Catat respon pasien dalam status
2.9 Cuci tangan
95
MENGANGKAT JAHITAN LUKA
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
2. Persiapan pasien :
96
1.1 Beri informasi tentang rencana tindakan dengan teknik komunikasi
terapeutik
1.2 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan segi
keamanan dan kenyamanan pasien
3. Pelaksanaan :
3.1 Cuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Pasien disiapkan pada posisi yang menyenangkan dan memudahkan
pekerjaan
3.4 Alat-alat dibawa dekat pasien, pakai sarung tangan, perban dibuka, luka
dibersihkan dengan cairan NaCl 0,9 %
3.5 Kapas kotor dibuang pada tempatnya
3.6 Simpul jahitan ditarik sedikit ke atas secara hati-hati memakai pinset
chirurgis, sehingga kelihatan benang yang dari dalam kulit
3.7 Olesi luka dengan bethadin atau salf sesuai instruksi dokter
3.8 Luka ditutup dengan dengan kassa steril
3.9 Peralatan dibereskan, pasien dirapikan
3.10 Cuci tangan
Ditetapkan,
97
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah kegiatan mengganti colostomy bag yang penuh dengan yang baru
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah persiapan pasien dan alat dalam melaksanakan
mengganti kantong kolostomi pada pasien yang dirawat
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO.
PROSEDUR 1. Persiapan alat
1.1. Peralatan steril
Bak Instrumen
Pinset anatomis
Pinset chirurgis
Kassa steril
Hand scoen
2. Persiapan pasien :
2.1 Beri informasi tentang rencana tindakan dengan teknik komunikasi
terapeutik
2.2 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan segi
keamanan dan kenyamanan pasien
3. Pelaksanaan :
3.1. Perawat cuci tangan, pakai handscoen
3.2. Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3. Kantong kolostomi lama dibuka dan dimasukkan ketempat sampah
3.4. Daerah yang kotor dicuci dengan kassa NaCl dari daerah bersih ke daerah
kotor
98
3.5. Siram daerah yang sudah dicuci dengan kassa NaCl
3.6. Bersihkan dengan kassa steril disekitar lokasi dilap hingga kering dan
digunting ujung lubangnya
3.7. Ukur lubang kolostomi sesuai anus buatan
3.8. Lepas kertas perekat yang menempel dikantong kolostomi, tempelkan di
kulit yang sudah di lap dengan kassa kerina.
3.9. Peralatan dibereskan, pasien dirapikan
3.10. Cuci tangan
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Membersihkan daerah yang akan dioperasi dari kotoran, bulu rambut yang melekat pada
tubuh pasien.
99
1.3. Alat-alat cukur
1.4. Alkohol 70%
1.5. Kassa steril
1.6. Waskom berisi air hangat
1.7. Pengalas
1.8. Bengkok
2. Persiapan pasien :
2.1 Beri informasi tentang rencana tindakan dengan teknik komunikasi
terapeutik
2.2 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan segi
keamanan dan kenyamanan pasien
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat cuci tangan, pakai handscoen
3.2 Membersihkan daerah yang akan dioperasi dengan sabun.
3.3 Mencukur, menegangkan kulit yang akan dioperasi.
3.4 Mencukur ke arah luar
3.5 Membersihkan dengan waslap
3.6 Mengompres dengan alcohol
3.7 Memperhatikan reaksi pasien
3.8 Mencatat pada catatan perawatan
3.9 Alat-alat dibersihkan dan pasien dirapihkan
3.10 Cuci tangan
100
MENGUKUR SUHU TUBUH PADA BAYI
MELALUI RECTAL
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Memeriksa salah satu tanda vital pada bayi melalui anus
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
SPO.
2. Persiapan pasien :
2.1 Beri informasi tentang rencana tindakan dengan teknik komunikasi
101
terapeutik
2.2 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan segi
keamanan dan kenyamanan pasien
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat cuci tangan, pakai handscoen
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Bayi dibaringkan dalam posisi terlentang atau dimiringkan sedemikian rupa
agar anus mudah dicapai
3.4 Popok bayi dibuka, lalu daerah anus dibersihkan dengan kapas cebok
3.5 Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, lalu diujungnya
olesi dengan pelumas
3.6 Termometer dimasukkan melalui anus sampai batas air raksa (sekurang-
kurangnya 2 cm)
3.7 Setelah 2-5 menit termometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti.
3.8 Kemudian hasilnya dicatat pada status bayi
3.9 Peralatan dibersihkan, bayi dirapikan
3.10 Handscoen dibuang, cuci tangan.
102
SKIN TEST
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Tes yang dilakukan untuki menguji reaksi tubuh terhadap obat
103
1.7. Pulpen
1.8. Jam tangan
2. Persiapan pasien :
1.1 Beri informasi tentang rencana tindakan dengan teknik komunikasi
terapeutik
1.2 Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan segi
keamanan dan kenyamanan pasien
3. Pelaksanaan :
3.1 Perawat cuci tangan
3.2 Mengidentifikasi pasien (Nama, Tanggal Lahir)
3.3 Obat injeksi diencerkan, sesuai dengan antibiotic yang akan digunakan.
3.4 Ambil dalam spuit 1 cc yang 40 Unit sebanyak 12 strip.
3.5 Lakukan skin test dengan injeksi secara intra cutan
3.6 Buat lingkaran diameter 3 cm pada tempat yang akan di skin test.
3.7 Observasi reaksi obat sekitar 15 menit
3.8 Bila hasil skin test negatif, obat injeksi dapat diberikan. Dan jika hasil positif
dengan tanda-tanda merah atau gatal, obat jangan diberikan dan catat reaksi
pasien kedalam status pasien.
3.9 Bereskan alat-alat
3.10 Cuci tangan
104
PROSEDUR PENATALAKSANAAN MENGATASI SYOK
ANAFILATIK DI RUANGAN
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah Suatu keadaan pasien yang mengalami syok akibat reaksi obat atau gigitan
binatang.
105
4. Memeriksa dan memonitor tanda-tanda vital
5. Kolaborasi denagn dokter
6. Jalankan instruksi dokter
NB : Bila ada kejadian, segera lapor pada perawat supervisor dan dokter jaga
IGD
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
TUJUAN Kejang dapat diatasi dan suhu tubuh dapat turun
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Gangguan peredaran darah otak merupakan suatu keadaan klinik berupa deficit
neurologi
TUJUAN Kejang dapat diatasi dan suhu tubuh dapat turun
KEBIJAKAN Keputusan Karumkit Bhayangkara Sespimma Polri Nomor : Kep / / I / 2016 tentang
107
SPO.
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Adalah cara menggunakan obat-obatan live saving penggunaan, dosis dan efek samping.
TUJUAN Agar tenaga kesehatan dapat menggunakan obat-obatan live saving dengan benar.
108
KEBIJAKAN Obat dan alat live saving harus selalu siap di pakai sewaktu-waktu bias di gunakan dan
dan dalam tempat yang mudah di jangkau oleh semua petugas yang berhadapan dengan
pasien dalam kondisi gawat darurat.
PROSEDUR ADRENALIN
1. Penggunaan :
a. Memulai irama jantung pada henti jantung.
b. Mengurangi derajat blok jantung.
c. Meningkatkan tekanan darah [tetapi kurang dari norepinefrin]
2. Dosis :
a. 5 ml larutan 1 : 10.000 tiap lima menit
b. 0.5 ml larutan 1 :1000 tiap lima menit (tidak sering terlihat pada keadaan orang
dewasa).
3. Efek samping :
a. Disritmia ventrikel
b. Angina nyeri kepala, tremor
c. Pengeluaran urine berkurang
d. Ketakutan, Ansietas
ARAMINE (METARAMINOL )
1. Penggunaan :
a. Mengobati Hipotensi
b. Mengakhiri disritmia supraventrikular
2. Dosis :
a. 15-100 mg per 500 ml larutan dan dititrasi
b. 2-10 mg IM setiap 10 menit (untuk mencegah efek kumulatif)
3. Efek samping :
a. Bradikardia Refleks
b. Disrit mia ventrikel
c. Pengelupasan jaringan akibat penyuntikan SC
109
CARA PENGGUNAAN OBAT LIVE SAVING
PROSEDUR ATROPIN
1. Penggunaan :
a. Meningkatkan frekuensi denyut jantung
b. Mengurangi derajat blok AV
2. Dosis :
- 0,3-0,5 mg IV sampai 2,0 mg diberikan atau dicapai efek yang di inginkan.
3. Efek samping :
a. Ketidak mampuan berkemih, kekeringan mulut,glaukoma mata
akut,penurunansekresi bronkus.
b. Konfusi mental
c. PVCdan V-Tach
KALSIUM
1. Penggunaan :
a. Pada henti jantung, ia meningkatkan tonus dan kontraksi miokardium
b. Membuat gerakan V-Fib lebih kasar
2. Dosis :
a. Dewasa : Larutan kalsium klorida 10%, 3 cc-5cc IV, selama 3 menit.
b. Anak : Larutan kalsium glukonat 10%,10cc IVB
3. Efek samping :
110
a. Henti jantung dengan infus yang cepat
b. Mempontensiasi toksisitas digitalis.
c. Tidak boleh di campur dengan bikarbonat
DILANTIN
1. Penggunaan :
a. Mengobati distrimia yang di induksi digitalis, seperti
Tachikardi,Atrium,dengan blok PVC.
b. Menekan aktivitas pacu jantung.
2. Dosis : 0,4 mg ( 1 ml) IV, IM atau SC dan bisa diulangi pada interval 2-3 menit
bagi 3 dosis
3. Efek Samping :
a. Jarang efek samping
b. Mual dan muntah
KALIUM KLORIDA
1. Penggunaan :
a. Mengobati dan mencegah disritmia ventrikel, terutama yang
menyertaitoksisitas digitalis dan mengobati hipokalemia.
b. Mengobati toksisitas digitalis, jika tak ada cacat hantaran.
2. Dosis :15 meq dalam 50 ml D5W atau Saline normal yang diinfus dalam 1 jam.
3. Efek Samping :
a. Bradicardia, depresi sel-sel pacu jantung memperlambat hantaran ke titikblok
jantung.
b. Perubahan ECG.
c. Iritasi vena.
Henti jantung
VALIUM (DIAZEPAM)
1. Penggunaan : Menciptakan amnesia untuk kardioversi terencana
2. Dosis : 1 mg - 2 mg per menit 1VD sampai dengan dosis 10 mg - 15 mg dicapai
3. Efek Samping:
a. Hipotensi, bradicardia, takicardia
b. Meningkatnya reflek batuk, laringospasme, apnea
c. Bicara " glurred " flebitis, trombosis vena
b. Henti jantung
111
DIGOXIN (LANOXIN)
1. Penggunaan :
a. Mengobati disritmia supra ventricular
b. Mengobati CHF (Payah jantung kongestif)
2. Dosis :
a. Digitalisasi di fitrasi
b. 0,125 - 0.5 mg perhari, pemeliharaan
3. Efek Samping:
a. Hampir seluruh disritmia
b. Gangguan neurologi dan GI
c. Ginekomastia, rash kulit
d. Blok AV
Ditetapkan,
KARUMKIT BHAYANGKARA SESPIMMA
POLRI
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO) 04 Januari 2016
PENGERTIAN Kegawatan di ruang rawat inap adalah pasien rawat yang mengalami gangguan, sehingga
112
terancam jiwanya.
KEBIJAKAN Pelayanan yang cepat dan tepat akan menyelamatkan jiwa seseorang
PROSEDUR 1. Bila terjadi kegawatan di ruang perawatan maka perawat jaga melakukan Bantuan
Hidup Dasar
2. Salah satu perawat ruangan menghubungi dokter jaga IGD untuk memberikan
pertolongan
3. Bila dokter jaga ruangan atau dokter IGD datang, leader ( pimpinan ) dalam
penanganan pasien diambil alih oleh dokter jaga IGD
4. Selama melakukan pertolongan ke pasien atau setelah pasien stabil, dokter jaga
ruangan atau dokter jaga IGD atau perawat ruangan menghubugi dokter
penanggung jawab pasien dan membertahukan kondisi pasien serta menanyakan
langkah terapi selanjutnya
113