Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANEMIA

Di Buat Oleh:

Kelompok V

VIDIA AMANDA INDAH SARI


RI NI FITRIANI
SITI NURJANAH
SABHAN RAMADHAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN SEMESTER V


TAHUN AJARAN 2016/2017
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMADIYAH PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas berkat,
rahmat dan limpahan karunia-Nyalah kami kelompok V dapat menyelesaikan
makalah Sistem Imun dan Hematologi tentang Asuhan Keperawatan dengan
Anemia. Semoga apa yang kami tulis dan paparkan dalam makalah ini bermanfaat
bagi kita semua, dan khususnya mahasiswa/i STIK Muhammadiyah Pontianak

Penyusun

Kelompok V
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, 40% Wanita Subur menderita Anemia. Kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap anemia menyebabkan sekitar 4,5 milyar
orang di seluruh dunia mengalami kekurangan zat besi, dan 1 dari 3 di antara
mereka menderita anemia atau kekurangan darah parah. Di Indonesia sendiri,
40% dari wanita subur mengalami anemia.
Ahli penyakit dalam dari Divisi Hematologi Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dr Nadia Ayu Mulansari mengatakan,
anemia terjadi ketika kadar hemaglobin dalam darah kurang dari normal. Jika
dalam kondisi demikian, kadar oksigen dalam darah pun akan berkurang.
Hal ini disebabkan oleh karena oksigen kehilangan kendaraan untuk
beredar ke seluruh tubuh, kata Nadia, di sela-sela media briefing tentang
anemia, di Jakarta, Rabu (27/3).
Salah satu pengurus besar Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI) ini menambahkan, dalam jangka panjang anemia dapat merusak
sistem kekebalan tubuh. Selain itu mengganggu kerja organ vital dan memicu
berbagai penyakit berbahaya.
Misalnya, anemia menyebabkan jantung meningkatkan kinerjanya untuk
meningkatkan jumlah darah yang beredar. Jika terjadi dalam waktu lama,
jantung akan mengalami perubahan bentuk, berupa pembesaran otot jantung
yang dapat memicu terjadinya gagal jantung.
Bahaya lain dari anemia yaitu bisa menjadi indikasi awal kanker. Anemia
yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat
besi. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, terutama
untuk pembentukan hemoglobin.
Adapun gejala anemia adalah kulit dan mata pucat, rambut rontok, mulut
dan kerongkongan kering, tubuh lemah, mudah lelah, mudah sakit, napas
pendek, jantung berdebar, serta sulit konsentrasi. Gejala anemia baru
dirasakan pada stadium lanjut, meskipun kekurangan zat besi sudah terjadi
sejak stadium awal.
Anemia dapat terjadi pada siapa saja dan segala usia. Namun, perempuan
lebih besar risiko kemungkinan terkena anemia daripada laki-laki karena
berbagai faktor.
Penelitian menyebutkan, 50-63% perempuan hamil di Indonesia mengalami
anemia, lalu 48% pada anak usia 2 tahun, 35% pada anak usia prasekolah, dan
25% pada pria. Data poliklinik hematologi medik FKUI/RSCM 2012
menemukan, perempuan usia 26-40 tahun mengalami anemia.
Yang juga harus dicatat adalah bahwa perempuan cenderung lebih berisiko
terkena anemia ketika sedang hamil, menyusui, haid maupun melakukan diet
makanan yang mengandung zat besi, ucapnya.
Menurutnya, anemia sebetulnya bukanlah penyakit, melainkan sebuah
gejala awal adanya penyakit. Karena itu penting sekali untuk mengetahui
gejala anemia sejak dini. Sayangnya, banyak masyarakat menganggap
kekurangan zat besi adalah hal biasa, padahal kondisi ini berpengaruh
terhadap produktifitas dan keadaan lain. Misalnya ibu hamil yang kekurangan
zat besi dapat berpengaruh kepada janin dan bayi yang dilahirkan.
Nadia menekankan pentingnya mengetahui anemia sejak dini, mengingat
gejala awal baru muncul ketika tubuh sudah sangat kekurangan zat besi.
Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sumber
zat besi, baik dari sumber hewani maupun nabati.
Sumber hewani, seperti hati, daging, unggas dan ikan, sedangkan sumber
nabati, seperti sayuran hijau. Anemia juga dapat dicegah dengan
mengonsumsi suplemen zat besi, tidur cukup, olah raga dan mengurangi
konsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan
kopi.
Mengacu pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa pencegahan
paling mudah adalah melalui edukasi. Edukasi yang baik mengenai anemia
dapat meningkatkan produktivitas nasional sampai 20%.
Anemia terjadi bahkan sejak usia anak-anak, dan ini tentu berpengaruh
kepada fungsi kognitif, sehingga dalam jangka panjang mempengaruhi
produktifitas nasional. Penelitian menunjukkan 20%produktifitas nasional
dipengaruhi karena anemia. Karena itu, edukasi sangat penting, di mana
semakin tinggi pengetahuan tentang anemia, semakin besar peluang untuk
mencegah dan menghindarkan diri dari gangguan kesehatan ini.
Maka dari itu kami tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan
anemia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan keperawatan dengan Anemia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi anemia
b. Mengetahui batas normal kadar Hb dalam darah
c. Mengetahui klasifikasi anemia
d. Mengetahui etiologi anemia
e. Mengetahui patofisiologi anemia
f. Mengetahui manifestasi klinis anemia
g. Mengetahui komplikasi anemia
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang anemia
i. Mengetahui asuhan keperawatan dengan anemia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan
komponen darah, eleman tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doengoes, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hemotokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100ml
darah (Price, 2006).
Kesimpulan anemia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
sel darah merah yang dibawah normal, sehingga menyebabkan pengangkutan
oksigen oleh darah terganggu.

B. Batas Normal Kadar Hb dalam Darah


Batas normal kadar Hb dalam darah menurut WHO
Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl)
Anak-anak 6-59 bulan 11,0
5-11 tahun 11,5
12-14 tahun 12,0
Dewasa Wanita > 15 tahun 12,0
Wanita hamil 11,0
Laki laki > 15 tahun 13,0
C. Klasifikasi Anemia
1. Anemia Hipoproliferatif
a. Anemia aplastik
Disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum tulang dan
penggantian susm-susm tulang dengan lemak. Berbagai macam infeksi
dan kehamilan dapat mencetuskan atau dapat pula disebabkan oleh obat,
bahan kimia atau kerusakan radiasi
b. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia ini terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir
sangat bervariasi, tetapi secara umum, terjadi pada pasien dengan nitrogen
urea darah (BUN) yang lebih 10 mg / dl. Anemia ini disebakan oleh
menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritropoesis. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi di luar ginjal,
karena terdapat ertitropoesis yang masih terus berlangsung bahkan pada
pasien yang ginjalnya telah diangkat.
c. Anemia karena kekurangan zat besi
Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatukeadaan dimana jumlah
sel drah merah atau hemoglobin dalam darah berada dibawah normal,
yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan
dalam pembentukan sel darah merah. Dimana kandungan besi tubuh total
turun di bawah tingkat normal (besi diperlukan untuk sistesa hemoglobin)

2. Anemia Megaloblastik
a. Anemia karena kekurangan asam folat
Anemia karena kekurangan asam folat adalah anemia megaloblastik yang
disebabkan kekurangan asam folat. Asam folat adalah vitamin yang
terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging: tetapi proses
memasak biasanya dapat merusak vitamin ini. Karena tubuh hanya
menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang
sedikit mengandung asam folat, akan menyebabkan kekurangan asam folat
dalam waktu beberapa bulan.
b. Anemia karena kekurangan vitamin B12
Anemia karena kekurangan vitamin B1w (anemia pernisiosa) adalah
anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.
Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat
untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya,
bisa terjadi anemia megaloblastik. Pada anemia jenis ini sumsum tulang
menghasilkan sel darah merahh yang besar dan abnormal (megaloblastik)

c. Anemia Hemolitika
Pada anemia hemolitika, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan
memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih disbanding kecepatan
normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran
laboratories yang sama: jumlah retikulosit meningkat, fraksi biliusin indirek
meningkat dan haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin bebas)
1) Anemia hemolitika turunan
a) Sferositosis turunan
Merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah
kecil berbentuk sferis dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan
ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat terlewat sampai
dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penanganannya adalah
pengambilan limpa secara bedah

b) Anemia sel sabit


Adalah anemia hemolitika berat yang akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri
2) Anemia hemolitika di dapat
Terdapat berbagai macam anemia hemolitik di dapat, termasuk
hemoglobinuria nukturnal paroksismal, anemia hemolitik imun, anemia
hemolitika mikroangiopati, hemolisis katup jantung, dan anemia sel spur.
3) Anemia hemolitik imun
Ketika antibodi bergabung dengan sel darah merah mereka dapat menjadi
isoantibodi, bereaksi dengan sel asing (seperti pada reaksi transfusi atau
eritroblastolis fetalis) atau antibodi yang bereaksi dengan sel individu itu
sendiri. Hemolisis imun terjadi bisa sangat berat.

d. Anemia Karena Kelainan Pada Sel Darah Merah


Penghancuran sel darah merah bisa terjadi karena:
1) Sel darah merah memiliki kelainan bentuk
2) Sel darah merah memiliki selaput yang lemah dan mudah robek
3) Kekurangan enzim yang di perlukan supaya bisa berfungsi sebagaimana
mestinya san enzim yang menjaga kelenturan sehingga memungkinkan
sel darah merah mengalir melalui pembuluh darah yang sempit

e. Anemia Karena Kekurangan Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin C adalah sejenis anemia yang jarang
terjadi, yang di sebebkan oleh kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka
waktu yang lama. Rutin melalui air kemih.

f. Anemia Karena Kekurangan G6PD


Kekurangan G6PD adalah suatu penyakit di mana enzim G6PD (glukosa 6
fosfat dehidrogenase) hilang dari selaput sel darah merah. Enzim G6PD
membantu mengolah glukosa (gula sederhana yang merupakan sumber energi
utama untuk sel darah merah) dan membantu menghasilkan glutation
(mencegah pecahnya sel).
g. Anemia Karena Penyakit Kronik
Penyakit kronik yang biasa menyebabkan anemia, terutama pada penderita
usia lanjut. Keadaan-keadaan seperti infeksi, peradangan dan kanker,
menekan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang, karena cadangan
zat besi di dalam tulang tidak dapat di pergunakan oleh sel darah merah yang
baru, maka anemia ini sering di sebut penggunaan ulang zat besi.

h. Anemia Karena Perdarahan Hebat


Anemia karena perdarahan hebat dalah berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang di sebabkan oleh
perdarahan hebat. Seperti: kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecahnya
pembuluh darah, pendarahan hidung dan wasir, perdarahan menstruasi yang
sangat banyak

D. Etiologi
1. Etiologi secara umum
Perdarahan hebat (akut), kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah
pembuluh darah, penyakit kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir
(hemoroid), ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor
ginjal atau kandung kemih, perdarahan menstruasi yang banyak,
berkurangnya pembentukan sel darah merah, kekurangan zat besi, kekurangan
vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin C, meningkatnya
penghancuran sel darah merah, pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada
sel darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria
nokturnal paroksimal, sferositosis herediter, elliptositosis herediter,
kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit hemoglobin C, penyakit
hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E, thalasemia (Burton, 1990)
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilang sel darah merah yang berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah juga dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang di sebut
terakhir, masalah dapat akibat sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah
merah yang menyebabkan desrtuksi sel darah merah. Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama di sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada scelera).
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang di tandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap dan kalau sudah rusak tidak dapat di perbaiki.

F. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:
1. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
2. Sakit kepala, dan mudah marah
3. Tidak mampu berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi
4. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendik dan rapuh,
pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menenlan
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dn kedalaman serta
distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan
indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku telapak tangan dan membran
mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai
kepucatan
Takikardi dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran
darah yang meningkat) mengambarkan beban kerja dan curah jantung yang
meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada pendeita yang tua dengan
stenosis koroner,dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia
berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung yang
kekurangan oksigen tidak dapat menyusaikan diri dengan beban kerja jantung
yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani menurapan manifestasi berkurangnya
pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung)
dapat mengambarkann berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada
anemia yang verat dapata juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya
berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia,
nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis. Gejala klinis yang muncul
merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai system tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologic yang dimanisfestasikan dalam perubahan
perilaku, anoreksia, oica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenali anemia dengan 5L,
yaitu lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bias dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sclera. Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala meraa melayang.
Jika anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia juga bisa
menganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemotokrit menurun
2. Jumlah eritrosi: menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP), pansitopenia
3. Jumlah retikulosit: bervariasi, missal: menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang belakang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasi tipe khusus anemia)
5. LED: peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, missal:
peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi
6. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnose anemia,
missal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek
7. Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB)
8. SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (deferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit: menurun
aplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
9. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
10. Bilirubin serum (tak terkonjungasi): meningkat (AP,hemolitik). Folat serum
dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubung dengan
defisiensi masukan/absopsi
11. Besi serum: tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
12. TBC serum: meningkat (DB)
13. Feritin serum: meningkat (DB)
14. Masa perdarahan: memanjang (aplastik)

I. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum:
a. Penatalaksaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang
b. Transfusi sel darah merah
c. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
d. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
e. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivasi yang membutuhkan
f. Memberikan Oksigen
g. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
h. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayur hijau
i. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya)

2. Penatalaksanaan sesuai klasifikasi


a. Anemia defisiensi besi: mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur, dan sayur.
Pemberian preparat fe perrosulfat 3x200 mg/hari//peroral sehabis makan.
Peroglukonat 3x200 mg/hari//peroral sehabis makan
b. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12
c. Anemia asam folat: asam folat 5 mg/hari/oral
d. Anemia karena perdarahan: mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah

J. Asuhan Keperawatan Anemia


1. Anamnesa
a. Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh lemas, lesu, dan pusing.
c. Riwayat kesehatan :
a) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakuakan pasien
untuk menangulanginya
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah mengalami perdarahan hebat dan
apakah pasien dulu pernah kekurangan mkanan yang mengandung
asam folfat, fe.
c) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan penyakit anemia merupakan
salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada
beberapa keturunan dan anemia defisiensi besi yang cenderung
diturunkan secara genetik
2. Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala :
1) keletihan,kelemahan,malaise umum.
2) kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja
3) toleransi terhadap latihan rendah
4) kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

Tanda :
1) takikardia/taipnea, dispnea pada bekerjaatau istirahat
2) letargi, menarik diri apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
3) kelemahan otot dan penurunan kekuatan
4) ataksia, tubuh tidak tegak
5) bahu menurun, postur lunglai berjalan lambat dan tanda tanda lain
yang menunjukan keletihan

b. sirkulasi
Gejala :
1) riwayat kehilangan darah kronis, misalnya, perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
2) riwayat endokarditis infektif kronis
3) palpitasi (takitargia kompensasi)

Tanda :
1) TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar,hipotensi postural.
2) distritnia abnoirmalitas EKG, misal, depresi ST dan pendataran atau
depresi gelombang T : takikardia
3) bunyi jantung : murmur sistolik (DB)
4) ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa (
konjungtiva,mulut, faring,bibir) dan dasar kuku (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan);kulitseperti
berlian pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
5) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
6) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokontriksi kompensasi)
7) Kuku : Mudah patah , berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
8) Rambut : Kering , mudah putus , menipis , tumbuh uban secara
prematur (AP)

c. Integritas Ego
Gejala :
1) Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal :
penolakan transfusi darah

Tanda :
1) Depresi

d. Eliminas
Gejala :
1) Riwayat pielonofritis , gagal ginjal
2) Flatulen , sindrom malabsorbsi (DB)
3) Hematemesis , feses dengan darah segar , melena
4) Diare atau konstipasi
5) Penurunan saluran urine

Tanda :
1) Distensi abdomen

e. Makanan/Cairan
Gejala :
1) Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/
masukan produk sereal tinggi (DB)
2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
3) Mual/muntah dispepsia, anoreksia
4) Tidak pernah puas mengunyah untuk es, kotoran, tepung jagung, cat
tanah liat dan sebagainya (DB)

Tanda :
1) Lidah tampak merah daging : defisiensi asam folat dan vitamin B12
2) Membran mukosa kering pucat
3) Turgor kulit : buruk , kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
4) Stomatis dan glositis (status defisiensi)
5) Bibir : Selitis, misal inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)

f. Higiene
Tanda :
1) Kurang bertenaga , penampilan tak rapih

g. Neurosensori
Gejala :
1) Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
2) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
3) Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki
(AP)
4) Sensasi menjadi dingin

Tanda :
1) Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
2) Mental tak mampu berespon, lambat dan dangkal
3) Oftalmik : hemoragis retina (aplastik , AP)
4) Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
5) Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda
romberg positif, paralisi (AP)

h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri abdomen samar , sakit kepala (DB)

i. Pernapasan
Gejala :
1) Riwayat TB, abses paru
2) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

Tanda :
1) Takipnea, ortopnea dan dispnea

j. Keamanan
Gejala :
1) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya bnzen,
insektisida, fenilbutazon, naftalen
2) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan
3) Riwayat kanker, terapi kanker
4) Tidak toleran terhadap dingin dan/ atau panas
5) Transfusi darah sebelumnya
6) Gangguan penglihatan
7) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi

Tanda :
1) Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
2) Limfadenopati umum
3) Petekie dan ekimosis (aplastik)

k. Seksualitas
Gejala :
1) Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB)
2) Hilang libido (pria dan wanita)
3) Impoten

Tanda :
1) Serviks dan dinding vagina pucat

3. Pemeriksaan SADT
Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat
hipokrom, mikrositik, kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk
pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit rendah sebanding dengan derajat
anemia.

4. Pemeriksaan Fisik
1) Anemis, tidak disertai ikterus
2) Organomegali dan limphadenopati
3) Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
4) Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
5) Jantung

5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke
jaringan
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksi, mual,
muntah, tidak mau makan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan miokard
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan
tubuh
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan
darah

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Gangguan rasa Klien akan menunjukkan a. Kaji keluhan a. Nyeri pada


nyaman nyeri kebutuhan oksigen nyeri, lokasi anemia
b.d penurunan terpenuhi. dan lamanya membuat
O2 ke jaringan (skala 0-10) hipoksia dan
Kriteria Hasil (KH) : b. Observasi dapat
a. Menunjukkan petunjuk menimbulkan
postur badan nyeri non infark
rileks. verbal. Misal b. Petunjuk non
b. Bebas bergerak : dengan verbal yang
c. Mampu istirahat bergerak, dapat
dengan tepat ekspresi membantu
wajah mengevaluasi
c. Biarkan anak nyeri dan
mengambil keefektifan
posisi yang terapo
nyaman c. Meningkatkan
misal kenyamanan
gunakan dan resiko
posisi miring, terjadinya
tinggikan cedera
kepala sedikit menurunkan
pada tempat nyeri dan
tidur tanpa meningkatkan
menggunaka kenyamanan
n bantal d. Membantu
d. Lakukan menurunkan
pijatan lokal tegangan otot
hati-hati pada e. Hangat
area luka menyebabkan
e. Lakukan vasodilatasi,
kompres meningkatkan
hangat, basah sirkulasi,
untuk sendi Dingin
yang menyebabkan
sakit/nyeri vasokontriksi.
2 Intoleransi Setelah dilakukan a. Observasi a. Merencanakan
aktifitas tindakan keperawatan adanya tanda intervensi yang
berhubungan selama 1x24 jam kerja fisik tepat
dengan diharapkan klien (dispnea, b. Untuk
kelemahan melaporkan peningkatan sesak nafas, mencegah
umum intoleransi aktifitas. kunang- kelelahan
kunang), c. Meningkatkan
KH : keletihan istirahat
a. Menunjukkan b. Antisipasi dengan tenang
pernafasan dan bantu serta
normal. dalam mencegah
b. Mendapatkan aktifitas kebosanan dan
istirahat yang kehidupan menarik diri
cukup sehari-hari d. Untuk
c. TD dalam c. Beri mendorong
keadaan normal pengalihan kepatuhan
aktifitas pada
bermain kebutuhan
d. Pilih teman istirahat
sekamar yang e. Untuk
sesuai pertukaran
dengan usia udara yang
dan minat optimal
yang sama f. Untuk
e. Pertahankan menentukan
posisi fowler nilai dasar
tinggi perbandingan
f. Ukur tanda selama periode
vital selama aktifitas
istirahat
3 Nutrisi kurang Setelah dilakukan a. Berikan susu a. Terlalu banyak
dari kebutuhan tindakan keperawatan pada bayi minum susu,
berhubungan selama 1x24 jam sebagai akan
dengan diharapkan anak makanan menurunkan
anoreksia, mendapatkan kebutuhan suplemen masukan
mual, muntah, nutrisi yang tepat. setelah makanan padat
tidak mau makanan b. Mengurangi
makan KH : padat resiko
a. Berat badan anak diberikan penurunan
kembali normal b. Sajingan terjadi muntah
b. Anak makanan c. Untuk
mendapatkan sedikit tapi memenuhi
suplemen yang sering dari kebutuhan
dibutuhkan missal pada 3 kali nutrisi dan
(FE) dalam porsi suplemen yang
c. Tidak mengalami besar dibutuhkan
tanda malnutrisi c. Instruksikan oleh tubuh
keluarga d. Klien mungkin
untuk hanya makan
memberikan sedikit karena
asupan kehilangan
makanan minat pada
yang cukup makanan serta
dan suplemen mengalami
(FE) mual
d. Dorong klien e. Makanan yang
untuk makan mereka makan
semua pasti
makanan atau dihabiskan
makanan f. Memberikan
tambahan informasi
e. Berikan tentang
pilihan kebutuhan
makanan pemasukan
yang mereka atau defisensi
sukai
f. Ukur
masukan diet
harian
dengan
jumlah kalori
4 Pola nafas Setelah dilakukan a. Auskultasi a. Indikasi dema
tidak efektif perawatan selama 2x24 bunyi nafas paru, sekunder
b.d ketidak jam tidak terjadi b. Kaji adanya akibat
seimbangan perubahan pola nafas dg edema dekompensasi
suplai oksigen k.h : c. Posisikan jantung
dengan TD : 120/80 mmHg pasien pada b. Curiga gagal
kebutuhan Suhu : 37 C keadaan semi kongestif/kele
miokard HR : 60 x/i fowler bihan volume
RR : 20 X/I d. Berikan cairan
oksigen c. Agar
dengan memaksimalka
sesuai n ekpansi paru
indikasi d. Memenuhi
e. Kolaborasi kebutuhan
pemberian oksigen
diuretik e. Diuretik
bertujuan
untuk
menurunkan
volume plasma
dan
menurunkan
retensi cairan
di jaringan,
sehingga
menurunkan
resiko terjadi
edema paru
5 Resiko tinggi Setelah dilakukan a. Tingkatkan a. Menceha
terjadinya tindakan keperawatan cuci tangan terjadinya
infeksi selama 1x24 jam mampu yang baik kontaminasi
berhubungan untuk mengidentifikasi oleh pemberi bakterial
dengan sistem perilaku untuk mencegah perawatan b. Menurunkan
pertahanan menurunkan infeksi. dan klien resiko infeksi
tubuh b. Pertahankan bakteri
KH : teknik c. Menurunkan
a. Klien dan aseptik ketat resiko
keluarga pada kerusakan kulit
b. Klien tidak prosedur atau jaringan
menunjukkan perawatan d. Untuk
bukti infeksi c. Berikan meminimalkan
perawatan pemejanan
kulit pada
d. Lindungi organisme
klien dari infektif
kontak e. Adanya bukti
dengan infeksi dan
individu yang membutuhkan
terinfeksi pengobatan
e. Pantau suhu
6 Resiko Setelah diberikan a. Awasi nadi, a. Peningkatan
perdarahan b/d tindakan keperwatan TD, dan CVP nadi dengan
penurunan selama 24 jam bila ada penurunan TD
faktor diharapkan anak dapat b. Catat dan CVP dapat
pembekuan menurunkan resiko perubahan menunjukkan
darah perdarahan mental atau kehilangan
tingkat volume darah
KH : kesadaran sirkulasi,
a. Mempertahankan c. Dorong memerlukan
homeastasis menggunaka evaluasi lanjut
dengan tanpa n sikat gigi b. Perubahan
perdarahan halus dapat
b. Menunjukkan d. Gunakan menunjukkan
perilaku jarum kecil perubahan
penurunan resiko untuk injeksi, perfusi
perdarahan tekan lebih jaringan
lama pada serebral
bagian bekas sekunder
suntikan terhadap
e. Hindarkan hipovolemia,
penggunaan hipoksemia
produk yang c. Pada adanya
mengandung gangguan
aspirin faktor
kolaborasi pembekuan,
f. Awasi Hb/Ht trauma
dan faktor minumal dapat
pembekuan menyebabkan
g. Berikan obat perdarahan
sesuai mukosa.
indikasi, d. Meminimalkan
vitamin kerusakan
tambahan jaringan,
(contoh : vit menurunkan
K , D ,C) resiko
perdarahan/
hematoma
e. Koagulasi
memanjang,
berpotensi
untuk resiko
perdarahan
f. Indikator
anemia,
perdarahan
aktif/terjadinya
komplikasi
(contoh : KID)
g. Meningkatkan
sintesis
protombin dan
koagulasi
6. Pencegahan anemia
a. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-
sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting
untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak

b. konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat


konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang,
sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain

c. makanan yang mengandung Vitamin B 12


Bisa di dapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu

d. Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C


Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa
membantu penyerapan zat besi. jenis-jenis Makanan yang banyak
mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri.
itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara alami.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penyakit anemia di Indonesia mencapai 40% pada Wanita Subur. Akibat kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap anemia menyebabkan sekitar 4,5 milyar orang di
seluruh dunia mengalami kekurangan zat besi. Anemia pada ibu hamil lebih
beresiko untuk terjadi kematian.
Cara mencegah penyakit anemia yaitu melakukan deteksi dini anemia untuk
pencegahan. : pencegahannya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi, vitamin B12, dan vitamin C. seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
buah-buahan segar.

Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari
itu sebaiknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara
engatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dpaat mencegah
penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan
pencegahan terhadap penyakit anemia daripada kita sudah terkena
dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Burton,J.L.1990.Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Binarupa
Aksara
Doenges,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. ed3.Jakarta:EGC
Price Sylvia A & Wilson Lorraine M C.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai