TENTANG
Di Buat Oleh:
Kelompok V
Penyusun
Kelompok V
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, 40% Wanita Subur menderita Anemia. Kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap anemia menyebabkan sekitar 4,5 milyar
orang di seluruh dunia mengalami kekurangan zat besi, dan 1 dari 3 di antara
mereka menderita anemia atau kekurangan darah parah. Di Indonesia sendiri,
40% dari wanita subur mengalami anemia.
Ahli penyakit dalam dari Divisi Hematologi Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dr Nadia Ayu Mulansari mengatakan,
anemia terjadi ketika kadar hemaglobin dalam darah kurang dari normal. Jika
dalam kondisi demikian, kadar oksigen dalam darah pun akan berkurang.
Hal ini disebabkan oleh karena oksigen kehilangan kendaraan untuk
beredar ke seluruh tubuh, kata Nadia, di sela-sela media briefing tentang
anemia, di Jakarta, Rabu (27/3).
Salah satu pengurus besar Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI) ini menambahkan, dalam jangka panjang anemia dapat merusak
sistem kekebalan tubuh. Selain itu mengganggu kerja organ vital dan memicu
berbagai penyakit berbahaya.
Misalnya, anemia menyebabkan jantung meningkatkan kinerjanya untuk
meningkatkan jumlah darah yang beredar. Jika terjadi dalam waktu lama,
jantung akan mengalami perubahan bentuk, berupa pembesaran otot jantung
yang dapat memicu terjadinya gagal jantung.
Bahaya lain dari anemia yaitu bisa menjadi indikasi awal kanker. Anemia
yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat
besi. Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, terutama
untuk pembentukan hemoglobin.
Adapun gejala anemia adalah kulit dan mata pucat, rambut rontok, mulut
dan kerongkongan kering, tubuh lemah, mudah lelah, mudah sakit, napas
pendek, jantung berdebar, serta sulit konsentrasi. Gejala anemia baru
dirasakan pada stadium lanjut, meskipun kekurangan zat besi sudah terjadi
sejak stadium awal.
Anemia dapat terjadi pada siapa saja dan segala usia. Namun, perempuan
lebih besar risiko kemungkinan terkena anemia daripada laki-laki karena
berbagai faktor.
Penelitian menyebutkan, 50-63% perempuan hamil di Indonesia mengalami
anemia, lalu 48% pada anak usia 2 tahun, 35% pada anak usia prasekolah, dan
25% pada pria. Data poliklinik hematologi medik FKUI/RSCM 2012
menemukan, perempuan usia 26-40 tahun mengalami anemia.
Yang juga harus dicatat adalah bahwa perempuan cenderung lebih berisiko
terkena anemia ketika sedang hamil, menyusui, haid maupun melakukan diet
makanan yang mengandung zat besi, ucapnya.
Menurutnya, anemia sebetulnya bukanlah penyakit, melainkan sebuah
gejala awal adanya penyakit. Karena itu penting sekali untuk mengetahui
gejala anemia sejak dini. Sayangnya, banyak masyarakat menganggap
kekurangan zat besi adalah hal biasa, padahal kondisi ini berpengaruh
terhadap produktifitas dan keadaan lain. Misalnya ibu hamil yang kekurangan
zat besi dapat berpengaruh kepada janin dan bayi yang dilahirkan.
Nadia menekankan pentingnya mengetahui anemia sejak dini, mengingat
gejala awal baru muncul ketika tubuh sudah sangat kekurangan zat besi.
Pencegahan anemia dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan sumber
zat besi, baik dari sumber hewani maupun nabati.
Sumber hewani, seperti hati, daging, unggas dan ikan, sedangkan sumber
nabati, seperti sayuran hijau. Anemia juga dapat dicegah dengan
mengonsumsi suplemen zat besi, tidur cukup, olah raga dan mengurangi
konsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi, seperti teh dan
kopi.
Mengacu pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa pencegahan
paling mudah adalah melalui edukasi. Edukasi yang baik mengenai anemia
dapat meningkatkan produktivitas nasional sampai 20%.
Anemia terjadi bahkan sejak usia anak-anak, dan ini tentu berpengaruh
kepada fungsi kognitif, sehingga dalam jangka panjang mempengaruhi
produktifitas nasional. Penelitian menunjukkan 20%produktifitas nasional
dipengaruhi karena anemia. Karena itu, edukasi sangat penting, di mana
semakin tinggi pengetahuan tentang anemia, semakin besar peluang untuk
mencegah dan menghindarkan diri dari gangguan kesehatan ini.
Maka dari itu kami tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan
anemia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan keperawatan dengan Anemia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi anemia
b. Mengetahui batas normal kadar Hb dalam darah
c. Mengetahui klasifikasi anemia
d. Mengetahui etiologi anemia
e. Mengetahui patofisiologi anemia
f. Mengetahui manifestasi klinis anemia
g. Mengetahui komplikasi anemia
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang anemia
i. Mengetahui asuhan keperawatan dengan anemia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan
komponen darah, eleman tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doengoes, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hemotokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100ml
darah (Price, 2006).
Kesimpulan anemia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
sel darah merah yang dibawah normal, sehingga menyebabkan pengangkutan
oksigen oleh darah terganggu.
2. Anemia Megaloblastik
a. Anemia karena kekurangan asam folat
Anemia karena kekurangan asam folat adalah anemia megaloblastik yang
disebabkan kekurangan asam folat. Asam folat adalah vitamin yang
terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging: tetapi proses
memasak biasanya dapat merusak vitamin ini. Karena tubuh hanya
menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang
sedikit mengandung asam folat, akan menyebabkan kekurangan asam folat
dalam waktu beberapa bulan.
b. Anemia karena kekurangan vitamin B12
Anemia karena kekurangan vitamin B1w (anemia pernisiosa) adalah
anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.
Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat
untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya,
bisa terjadi anemia megaloblastik. Pada anemia jenis ini sumsum tulang
menghasilkan sel darah merahh yang besar dan abnormal (megaloblastik)
c. Anemia Hemolitika
Pada anemia hemolitika, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan
memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih disbanding kecepatan
normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran
laboratories yang sama: jumlah retikulosit meningkat, fraksi biliusin indirek
meningkat dan haptoglobin (protein yang mengikat hemoglobin bebas)
1) Anemia hemolitika turunan
a) Sferositosis turunan
Merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah merah
kecil berbentuk sferis dan pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan
ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat terlewat sampai
dewasa karena gejalanya sangat sedikit. Penanganannya adalah
pengambilan limpa secara bedah
D. Etiologi
1. Etiologi secara umum
Perdarahan hebat (akut), kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah
pembuluh darah, penyakit kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir
(hemoroid), ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor
ginjal atau kandung kemih, perdarahan menstruasi yang banyak,
berkurangnya pembentukan sel darah merah, kekurangan zat besi, kekurangan
vitamin B12, kekurangan asam folat, kekurangan vitamin C, meningkatnya
penghancuran sel darah merah, pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada
sel darah merah, reaksi autoimun terhadap sel darah merah, hemoglobinuria
nokturnal paroksimal, sferositosis herediter, elliptositosis herediter,
kekurangan G6PD, penyakit sel sabit, penyakit hemoglobin C, penyakit
hemoglobin S-C, penyakit hemoglobin E, thalasemia (Burton, 1990)
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilang sel darah merah yang berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah merah juga dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang di sebut
terakhir, masalah dapat akibat sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah
merah yang menyebabkan desrtuksi sel darah merah. Lisis sel darah merah
(disolusi) terjadi terutama di sistem fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada scelera).
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang di tandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting, salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap dan kalau sudah rusak tidak dapat di perbaiki.
F. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:
1. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah
2. Sakit kepala, dan mudah marah
3. Tidak mampu berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi
4. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendik dan rapuh,
pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menenlan
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dn kedalaman serta
distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan
indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku telapak tangan dan membran
mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai
kepucatan
Takikardi dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran
darah yang meningkat) mengambarkan beban kerja dan curah jantung yang
meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada pendeita yang tua dengan
stenosis koroner,dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia
berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung yang
kekurangan oksigen tidak dapat menyusaikan diri dengan beban kerja jantung
yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani menurapan manifestasi berkurangnya
pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung)
dapat mengambarkann berkurangnya oksigenisasi pada susunan saraf pusat. Pada
anemia yang verat dapata juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya
berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia,
nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis. Gejala klinis yang muncul
merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai system tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologic yang dimanisfestasikan dalam perubahan
perilaku, anoreksia, oica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenali anemia dengan 5L,
yaitu lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bias dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sclera. Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala meraa melayang.
Jika anemia berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia juga bisa
menganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL): hemoglobin dan hemotokrit menurun
2. Jumlah eritrosi: menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP), pansitopenia
3. Jumlah retikulosit: bervariasi, missal: menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang belakang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasi tipe khusus anemia)
5. LED: peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, missal:
peningkatan kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi
6. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnose anemia,
missal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup
lebih pendek
7. Tes kerapuhan eritrosit: menurun (DB)
8. SDP: jumlah sel total sama dengan sel darah merah (deferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit: menurun
aplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
9. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
10. Bilirubin serum (tak terkonjungasi): meningkat (AP,hemolitik). Folat serum
dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubung dengan
defisiensi masukan/absopsi
11. Besi serum: tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
12. TBC serum: meningkat (DB)
13. Feritin serum: meningkat (DB)
14. Masa perdarahan: memanjang (aplastik)
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum:
a. Penatalaksaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang
b. Transfusi sel darah merah
c. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
d. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
e. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivasi yang membutuhkan
f. Memberikan Oksigen
g. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
h. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayur hijau
i. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya)
Tanda :
1) takikardia/taipnea, dispnea pada bekerjaatau istirahat
2) letargi, menarik diri apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
3) kelemahan otot dan penurunan kekuatan
4) ataksia, tubuh tidak tegak
5) bahu menurun, postur lunglai berjalan lambat dan tanda tanda lain
yang menunjukan keletihan
b. sirkulasi
Gejala :
1) riwayat kehilangan darah kronis, misalnya, perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
2) riwayat endokarditis infektif kronis
3) palpitasi (takitargia kompensasi)
Tanda :
1) TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar,hipotensi postural.
2) distritnia abnoirmalitas EKG, misal, depresi ST dan pendataran atau
depresi gelombang T : takikardia
3) bunyi jantung : murmur sistolik (DB)
4) ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membran mukosa (
konjungtiva,mulut, faring,bibir) dan dasar kuku (catatan: pada pasien
kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan);kulitseperti
berlian pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
5) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara (DB)
6) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokontriksi kompensasi)
7) Kuku : Mudah patah , berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)
8) Rambut : Kering , mudah putus , menipis , tumbuh uban secara
prematur (AP)
c. Integritas Ego
Gejala :
1) Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misal :
penolakan transfusi darah
Tanda :
1) Depresi
d. Eliminas
Gejala :
1) Riwayat pielonofritis , gagal ginjal
2) Flatulen , sindrom malabsorbsi (DB)
3) Hematemesis , feses dengan darah segar , melena
4) Diare atau konstipasi
5) Penurunan saluran urine
Tanda :
1) Distensi abdomen
e. Makanan/Cairan
Gejala :
1) Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/
masukan produk sereal tinggi (DB)
2) Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
3) Mual/muntah dispepsia, anoreksia
4) Tidak pernah puas mengunyah untuk es, kotoran, tepung jagung, cat
tanah liat dan sebagainya (DB)
Tanda :
1) Lidah tampak merah daging : defisiensi asam folat dan vitamin B12
2) Membran mukosa kering pucat
3) Turgor kulit : buruk , kering, tampak kusut/hilang elastisitas (DB)
4) Stomatis dan glositis (status defisiensi)
5) Bibir : Selitis, misal inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah (DB)
f. Higiene
Tanda :
1) Kurang bertenaga , penampilan tak rapih
g. Neurosensori
Gejala :
1) Sakit kepala berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
2) Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
3) Kelemahan keseimbangan buruk, kaki goyah, parestesia tangan/kaki
(AP)
4) Sensasi menjadi dingin
Tanda :
1) Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis
2) Mental tak mampu berespon, lambat dan dangkal
3) Oftalmik : hemoragis retina (aplastik , AP)
4) Epistaksis perdarahan dari lubang-lubang (taplastik)
5) Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda
romberg positif, paralisi (AP)
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri abdomen samar , sakit kepala (DB)
i. Pernapasan
Gejala :
1) Riwayat TB, abses paru
2) Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda :
1) Takipnea, ortopnea dan dispnea
j. Keamanan
Gejala :
1) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya bnzen,
insektisida, fenilbutazon, naftalen
2) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan
3) Riwayat kanker, terapi kanker
4) Tidak toleran terhadap dingin dan/ atau panas
5) Transfusi darah sebelumnya
6) Gangguan penglihatan
7) Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda :
1) Demam rendah, mengiggil, berkeringat malam
2) Limfadenopati umum
3) Petekie dan ekimosis (aplastik)
k. Seksualitas
Gejala :
1) Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB)
2) Hilang libido (pria dan wanita)
3) Impoten
Tanda :
1) Serviks dan dinding vagina pucat
3. Pemeriksaan SADT
Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) memperlihatkan sel-sel eritrosit bersifat
hipokrom, mikrositik, kadang ditemukan target cell dan poikilosit berbentuk
pensil/ pencil cell. Jumlah retikulosit rendah sebanding dengan derajat
anemia.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Anemis, tidak disertai ikterus
2) Organomegali dan limphadenopati
3) Stomatitis angularis, atrofi papil lidah
4) Ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran
5) Jantung
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke
jaringan
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksi, mual,
muntah, tidak mau makan
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan miokard
e. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan
tubuh
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan
darah
1. Kesimpulan
Penyakit anemia di Indonesia mencapai 40% pada Wanita Subur. Akibat kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap anemia menyebabkan sekitar 4,5 milyar orang di
seluruh dunia mengalami kekurangan zat besi. Anemia pada ibu hamil lebih
beresiko untuk terjadi kematian.
Cara mencegah penyakit anemia yaitu melakukan deteksi dini anemia untuk
pencegahan. : pencegahannya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi, vitamin B12, dan vitamin C. seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
buah-buahan segar.
Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari
itu sebaiknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Cara
engatasi anemia yaitu dengan cara pola hidup yang sehat dpaat mencegah
penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan indah dengan melakukan
pencegahan terhadap penyakit anemia daripada kita sudah terkena
dampaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Burton,J.L.1990.Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Binarupa
Aksara
Doenges,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. ed3.Jakarta:EGC
Price Sylvia A & Wilson Lorraine M C.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.2002.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta:EGC