Anda di halaman 1dari 5

SUDUT PANDANG akan mempengaruhi gaya bahasa

yang diucapkan.
DALAM Mengenali dengan baik karakter
CERITA; PEMBELAJAR aku adalah keharusan..

AN B. Aku sebagai tokoh bukan utama.


Penulis adalah aku dalam cerita tapi
bukan tokoh utama. Keberadaan aku
hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama.
1. Sudut Pandang Orang Pertama Aku adalah narator yang menceritakan
Tunggal. kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi
tokoh utama.
Penulis sebagai pelaku sekaligus narator Contoh:
yang menggunakan kata ganti aku. Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama,
A. Aku sebagai tokoh utama. sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali
Penulis adalah aku sebagai tokoh utama dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap
cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tertawa saat ingat kali pertama aku
tindakan, dan kejadian disekitarnya. melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama
Pembaca akan menerima cerita sesuai sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak
dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan mutiara jatuh dalam kotoran dan
dirasakan aku sebagai narator sekaligus ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya
pusat cerita. saja sebelum moncernya kembali. Dan
Contoh: rupanya dia tahu bagaimana cara
Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda
menit lalu di ruang pribadinya di lantai kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri.
paling atas pada gedung megah biru dunker, (Mimpimu Apa? Ardyan Amroellah)
inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi Catatan:
busa berukir khas jepara dibalik meja.
Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Teknik ini hampir mirip dengan
Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya
melirik buku yang tadi dibantingnya. saja narator ikut terlibat sebagai
Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas tokoh.
sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan Aku hanya mengomentari apa
mata ke tanda pengenal meja disebelah buku yang dilihat dan didengar saja. Aku
itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah bisa mengungkap apa yang dirasakan
menatapku. Kulengoskan kepala keluar atau dipikirkan tokoh utama, tapi
jendela, sementara mulutnya terus hanya berupa dugaan dan
mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal kemungkinan berdasar apa yang
aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? Ardyan aku amati dari tokoh utama.
Amroellah)
Catatan: 2. Sudut Pandang Orang Pertama
Jamak
Tokoh aku tak mungkin
mengungkapkan perasaan atau Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang
pikiran tokoh lain kecuali dengan Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan
perkiraan. kata ganti kami. Narator menjadi
Penulis harus memahami tokoh aku seseorang dalam cerita yang bicara mewakili
sesuai karakternya. Misalnya soal beberapa orang atau sekelompok orang.
bahasa, perlu dilihat apakah aku Contoh:
adalah orang tua atau anak muda. Itu Siang itu kami berkerumun di teras masjid,
membahas isu hangat yang merebak di
pondok. Secara beruntun, barang-barang Penulis seperti Tuhan dalam karyanya, yang
kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga mengetahui segala hal tentang semua tokoh,
celana dalam. Hal terakhir itu sangat peristiwa, tindakan, termasuk motif. Penulis
keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. juga bebas berpindah dari satu tokoh ke
Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan
sarung yang kami pakai saat ini. (Ronaldo apa yang ada dipikiran serta perasaan para
Dari Brazil Anin Mashud) tokohnya.
Contoh:
3. Sudut Pandang Orang Kedua Ibrahim?!
Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah
Penulis adalah narator yang sedang dipanggil pulang
berbicara kepada kata ganti kamu dan Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih
menggambarkan apa yang dilakukan kamu dliputi ketakpercayaan saat si guide
atau kau atau anda. bertudung memintanya melanjutkan jalan.
Contoh: Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju
Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus menjumpai pantai di matanya. Dan itu
sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia?
kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski
Mengecek baju, rambut, sampai riasan di Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia
wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan tadi menghirup susu di parit kecil pinggir
lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa jalan, dia tadi menatap wanitawanita elok
akan memesona teman-teman barumu di yang menyapa genit. Ranju bermainmain di
kantor nanti, kau mengambil parfum. pikiran sampaisampai si guide bertudun
Menyemprotkannya di belakang telinga, menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar
pergelangan tangan, selangkangan, dan ke pagar sebuah rumah kecil serupa rumah
udara. Sedetik berikutnya, kau melewati keluarga Amerika kelas menengah. (Lelaki
udara beraroma lili dan lavender itu, Di Tengah Lapangan Ardyan Amroellah)
berharap supaya wanginya menempel di
rambut dan blazer barumu. (Novel The Girls B. Sudut Pandang Orang Ketiga
Guide to Hunting and Fishing Melissa Terbatas.
Bank) Penulis melukiskan segala apa yang dialami
Catatan; tokoh hanya terbatas pada satu orang atau
dalam jumlah yang sangat terbatas. Penulis
Pembaca diperlakukan sebagai tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke
pelaku utama sehingga membuatnya tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada
menjadi merasa dekat dengan cerita satu atau dua tokoh saja.
karena seolah menjadi tokoh utama Contoh:
Penulis harus konsisten tak Selalu ada cita di dalam benaknya, untuk
menyebut aku untuk berbicara mabuk dan menyeret kaki di tengah malam,
dengan tokoh utama. menyusuri Jalan Braga menuju penginapan.
Dia akan menikmati bagaimana lampu-
4. Sudut Pandang Orang Ketiga lampu jalan berpendar seperti kunang yang
Tunggal. bimbang; garis-garis bangunan pertokoan
yang berderet tak putus acap kali
Penulis ada di luar cerita tak terlibat dalam menghilang dari pandangan; dan trotoar pun
cerita. Penulis juga menampilkan para tokoh terasa bergelombang seperti sisa ombak
dengan menyebut namanya atau kata ganti yang menepi ke pantai. (Lagu Malam Braga
dia. Kurnia Effendi)

A. Sudut Pandang Orang Ketiga C. Sudut Pandang Orang Ketiga


Mahatahu. Objektif
Narator melukiskan semua tindakan tokoh Biasanya teknik ini dipakai dalam
dalam cerita namun tak mengungkapkan cerita yang membutuhkan halaman
apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh banyak.
tokoh cerita. Penulis hanya boleh menduga Perlu ketelitian dalam setiap fragmen
apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh saat penulis mengubah sudut
tokoh ceritanya. pandang.
Contoh:
Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan SUDUT PANDANG ORANG KEDUA:
mengeluarkan pundi kulit dari kantung, PENJELASAN KHUSUS
membayar minuman dan meninggalkan
persenan setengah peseta. Si pelayan Dibandingkan unsurunsur pembentuk cerita
mengikutinya dengan mata ketika si lelaki lainnya, penulispenulis Indonesia
tua keluar. Seorang lelaki yang sangat tua cenderung lambat dalam mengeksperimen
yang berjalan terhuyung tetapi tetap dengan dan membarui penggunaan sudut pandang
penuh harga diri. dalam penerapannya pada karya. Selama ini
Kenapa tak kau biarkan saja dia minum secara umum kita hanya mengenal dua
sampai puas? tanya si pelayan lain. Mereka macam sudut pandang, yaitu Sudut Pandang
berdua menurunkan semua tirai. Belum jam Orang Pertama dan Sudut Pandang Orang
setengah dua. lanjutnya. Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan
Aku ingin cepat pulang dan tidur. (Tempat penggunaan Sudut Pandang Orang Kedua.
yang Bersih Terang Ernst Hemingway) Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis
ratarata sama. Sulit.
5. Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak
Sebagai gambaran singkat. Misalnya
Penulis menuturkan cerita berdasarkan seseorang yang bernama Andi, bercerita
persepsi atau kacamata kolektif. Penulis kepada temannya, Budi. Ada dua
akan menyebut para tokohnya dengan kemungkinan: Andi menceritakan dirinya
menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; dengan berkata, Pagi ini aku berangkat
mereka. pagi. Dalam hal ini, Andi menggunakan
Contoh: sudut pandang orang pertama (aku).
Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan Kemungkinan kedua, Andi menceritakan
dengan Don Vigiliani dan beberapa anak orang lain. Misalnya dengan, Tadi siang dia
lelaki dari kelompok pemuda. Dalam makan siang. Di sini, Andi menggunakan
perjalanan pulang, mereka melihat ibu sudut pandang orang ketiga (dia).
mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia
sedang duduk di dalam kafe itu; mereka MUNGKINKAH ANDI BERCERITA
melihatnya melalui sebuah jendela dan KEPADA BUDI TENTANG BUDI?
seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka
meletakkan syal tartarnya di atas meja. (Ibu Dalam keadaan normal, kejadian semacam
Natalia Ginzburg) ini mustahil terjadi sebab apa yang dialami
Budi tentunya Budi sendiri yang lebih tahu.
6. Sudut Pandang Campuran Hal itu seperti mengharapkan dalang
bercerita soal Arjuna kepada Arjuna yang
Penulis menempatkan dirinya bergantian menontonnya. Jelas Arjuna lebih tahu kisah
dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan dirinya sendiri dibanding dalang. Itu jika
sudut pandang yang berbeda-beda. aku, normal. Jika tak normal apakah bisa? Dan
kamu, kami, mereka, dan atau dia. bagaimana praktiknya jika bisa?
Catatan:
Kembali ke pengandaian diatas. Jawabannya
adalah bisa saja ketika Arjuna kehilangan
informasi tentang dirinya atau kejadian yang
dialaminya, karena mungkin dia pingsan
atau tidur, lalu Arjuna minta keterangan
dalang sehingga dalang akan
menginformasikan, Waktu tidur tadi kau
berjalan keluar kamar, tapi matamu meram.
Kondisi terakhir ini dapat melahirkan sudut
pandang orang kedua (kau, kamu) asalkan
dalang konsisten tak menyebut dirinya
sebagai aku.

Dalam bentuk cerita, pembaca hanya akan


melihat Arjuna yang disapa dengan kata
ganti kau, sedangkan dalang tak terlihat
dan dianggap oleh pembaca sebagai penulis
cerita. Jika dalang tergoda untuk
memasukkan dirinya ke dalam peristiwa,
misalnya dengan menambahkan, Lalu aku
menepuk pundakmu, maka sudut pandang
berubah menjadi orang pertama. Tetapi
sudut pandang akan tetap orang kedua jika
dalang menceritakan dirinya tidak dengan
kata ganti orang pertama, misalnya dengan
mengatakan, Lalu seseorang menepuk
pundakmu.

Dari pengertian ringkas di atas, dapat


dimengerti jika sudut pandang orang kedua
jarang sekali dipraktikkan oleh para penulis.
Tapi bukan berarti tak ada. Coba baca
Dadaisme karya Dewi Sartika, Cala Ibi
karya Nukila Amal, dan Kabar Buruk dari
Langit buatan Muhiddin M. Dahlan. Meski
sudut pandang orang kedua pada ketiga
novel ini tidak utuh atau tidak sepenuhnya
dipakai dalam keseluruhan novel.

Anda mungkin juga menyukai