Anda di halaman 1dari 45

Agus Mujiono_1

KLASIFIKASI DAN PERKEMBANGAN JEMBATAN

1.1. Pengertian dan Perkembangan Jembatan


Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan juga termasuk jembatan sebagai bagian dari
sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar
daerah. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana trasportasi
jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang dapat dilintasi oleh
sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus akibat suatu rintangan atau sebab
lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu
dan apabila jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan
jalan kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut
dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat dengan
konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang
menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk rintangan melalui konstruksi
struktur bangunan atas. Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan
perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar, minimum
jembatan dapat digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk
melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang
baik. Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang dibangun,
biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas, sehingga
biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan pelebaran perlu disiapkan desain dari
seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga
pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya yang murah dan konstruksi menjadi mudah. Pada
saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian yang tepat
untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan, sesuai dengan tahapan
pekerjaan yang benar dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_2

pelaksanaan yang efektif dan efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah
ditentukan.
Sebagai bagian dari transportasi, khususnya transportasi darat, teknologi jembatan
berkembang sejalan dengan peradapan manusia. Dan hingga sekarang bidang teknologi
jembatan sangat maju. Namun kemajuan yang dialami diawali dengan proses cut and try.
Dapat dikatakan bahwa ide teknologi jembatan muncul dari pengalaman kehidupan
manusia. Misalnya pengalaman manusia dimana pohon yang tumbang melintasi sungai
pada saat banjir, dapat dimamafatkan untuk penyebrangan. Atau contoh alamiah lain yang
dapat melahirkan ide jembatan gantung adalah menyebrangnya hewan atau mausia dengan
memanfaatkan akar pohon dari satu pohon ke pohon lain.
Pengalaman praktis dari kehidupan manusia dalam mengatasi alam, didukung
dengan pengetahuan akan ilmu-ilmu gaya, melahirkan teknologi jembatan yang kian hari
bertambah maju. Hal ini dapat kita lihat dan jumpai dalam kenyataan sekarang ini, dimana
teknologi jembatan sudah sangat maju.
Sebagaimana uraian sebelumnya, perkembangan teknologi jembatan diawali dari
proses cut and try. Selanjutnya dengan metode empiris, dibuatlah beberapa pikiran
intelegensi tentang kekuatan bahan dalam membangun jembatan.

1.1.1 Teknologi Jembatan Zaman Purba


Pemikiran-pemikiran zaman purba telah menjadi sumbangan yang sangat
berharga bagi teknologi jembatan. Manusia zaman purba menyebrangi sungai
dengan memasang tiang-tiang batu dan pilar-pilar batu, kayu gelondongan, atau
pohon yang tumbang dengan bentang yang sangat pendek. Juga manusia purba
menyebrangi sungai dengan memanfatkan cabang-cabang atau akar- akar yang
bergantungan sebagai jembatan gantung, dengan cara berayun dari satu pohon ke
pohon lain.
Tipe jembatan zaman purba adalh jembatan balok sederhana, dan digunakan
hanya untuk bentangan yang pendek. Namun, pada era ini juga ditemukan tipe
jembatan pelengkung, walau bentuk dan meterial konstruksi masih sangat
sederhana.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_3

Gambar 1.1 Jembatan Jaman Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.2 Teknologi Jembatan Periode Romawi Kuno


Teknologi jembatan pada periode ini, telah membangun jembatan dari kayu,
batu dan beton. Untuk jembatan batu dan beton, bentuknya sama seperti pada
periode jembatan purba yaitu berbentuk lengkung. Namun periode ini, telah
berhasil mengatasi permasalahan yang rumit, seperti

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_4

membuat perhentian konstruksi yang dibangun di atas pilar yang berada


dibawah air dan melindunginya dari bahaya banjir.

Gambar 1.2 Jembatan Romawi Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.3 Teknologi Jembatan Zaman Pertengahan

Konstruksi jembatan pada periode ini tidak berbeda jauh dari periode
Romawi Kuno. Bentuk lengking dan pilar-pilar batu masing sering digunakan
sekitar abad ke-12 di Prancis, pilar jembatan dibual dalam bentuk segi tiga pada
bagan huludan dikenal dngan is tilah streaminglining dari kayu.
Pada periode ini, tiang-tiang pancang telah dipakai untuk mengatasi masalah
tanah dasar. Tiang-tiang tersebut dipancang secara berkelompok dengan jarak yang
rapat sehingga membentuk satu kasatuan kelompok tiang yang solid. Bagian atas
tiang dilapisi tiga lapisan kayu sebagai kepala tiang (pile cap) dan dijepit dengan
besi. Kemudian lapisan batu ditempatkan sebagai pangkal jembatan dan dibuat
lengkung.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_5

Gambar 1.3 Jembatan Jaman Pertengahan(Sumber :Google.com)

1.1.4 Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja


Era jembatan besi dan baja sejalan dengan adanya revolusi industri.
Pada zaman ini jembatan besi dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip
bentuk lengkung, terutama untuk jembatan jalan raya. Untuk jembatan jalan rel
menggunakan jembatan bentuk pipa.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_6

1.4. Jembatan Abad Sekarang (Sumber:Google.com)

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_7

1.2. Klasifikasi Jembatan


Untuk memahami berbagai bentuk struktur jembatan, terlebih dahulu perlu ditinjau
tentang klasifikasi jembatan. Klasifikasi jembatan dapat dibagi berdasarkan material super
strukturnya, penggunanya, sistem struktur yang digunakan, dan kondisi pendukung. Selain itu
juga perlu dipahami desain konseptual jembatan agar dapat menentukan jenis jembatan yang
sesuai.
A) Klasifikasi material superstruktur
Menurut material superstrukturnya jembatan diklasifikasikan atas:
1). Jembatan Bambu, Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua
dengan kualitas baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu gombong, bambu tali, dan
bambu betung,. Bambu ini memiliki kekuatan, keuletan, dan keawetan yang baik, atau jenis
lain dengan persyaratan antara lain :
- Bambu harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau hijau tua,
berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan mengkilat, buku-
bukunya tidak boleh pecah.
- Pelupuh dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus terbuat dari bambu
yang terndam dengan baik, tahan lama dan terbuat dari jenis bambu dengan garis
tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari kulit bambu.
- Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis yang tahan lama
dengan garis tengah minimum 8 cm.

Gambar 1.5. Jembatan Bambu (Sumber : Google.com)

2 ) . J e m b a t a n Kayu adalah jembatan yang struktur atasnya menggunakan


rangka kayu

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_8

Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat diperbaharui


(renewable). Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih
banyak pada bidang industri kayu lapis furnitur, dan dapat dikatakan sangat sedikit
pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung sebagai konstruksi utama.
Pemakaian kayu sebagai bahan jembatan mempunyai beberapa keuntungan antara
lain:
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat
dikerjakan dengan alat yang sederhana
Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli yang tinggi
Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga menguntungkan
untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix
concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat
biaya
Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar dan dipadukan
dengan lingkungan sekitar

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk konstruksi
jembatan berat dengan bentang sangat panjang sudah tidak ekonomis lagi. Jadi jembatan
kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang pendek.

Gambar 1.6. Jembatan Kayu (Sumber : Google.com)

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_9

3). Jembatan Beton


Penggunaan semen alam untuk konstruksi pertama kali digunakan pada abad ke-19.
Perkembangan industri semen portland mendominasi sebagai jembatan setelah tahun 1865.
Beton massa banyak digunakan untuk jembatan lengkung dan struktur bawah konstruksi
jembatan.
Pada tahun 1890-an banyak dibangun jembatan beton lengkung, dan semakin meningkat
pemakainnya selama awal dekade abad ke-20. Slab dan gelagar jembatan beton bertulang
secara luas digunakan untuk bentangan- bentangan pendek lama beberapa dekade.

Jembatan beton adalah jembatan yang menggunakan bahan beton bertulang dan beton
prategang, Dalam hal ini mutu beton Mutu beton dipengaruhi oleh:
Mutu material : pasir, batu
Mutu alat : pencampur, pengangkut,
Mutu perencanaan campuran
Mutu formwork.
Mutu proses pengecoran.
Mutu pemeliharaan.

Gambar 1.7. menunjukkan jenis bagian beton bertulang yang biasa


digunakanpada superstruktur jembatan jalan raya.

Gambar 1.7. Tipikal potongan superstruktur jembatan beton bertulang


(a) solid slab, (b) balok T, dan (c) gelagar kotak Sumber: Chen & Duan, 2000

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_10

(a) Slab beton bertulang


Slab beton bertulang merupakan supersturktur jembatan yang paling ekonomis untuk
bentang sekitar 40 ft / 12.2 m. Slab mempunyai detail yang sederhana, formwork standar,
rapi, sederhana, dan tampilan menarik. Umumnya bentang berkisar antara 16 -44 ft
(4.9 13.4 m) dengan perbandingan ketebalan dan bentang struktur 0.06 untuk
bentang sederhana dan 0.045 untuk bentang menerus.
(b) Balok T ( gelagar dek)
Balok T seperti yang terlihat pada Gambar 1.12, ekonomis untuk bentang 40 60 ft
(12.2 18.3 m) tetapi untuk jembatan miring memerlukan formwork yang rumit.
Perbandingan tebal dan bentang struktur adalah 0.07 untuk bentang sederhana dan 0.065
untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada jembatan balok-T tergantung pada lebar
jembatan secara keseluruhan, ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1 .5 kali
ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6 10 ft ( 1 .8 3.1 m).
(c) Gelagar kotak cast-in-place
Gelagar kotak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.11. sering digunakan untuk
bentang 50 120 ft (15.2 36.6 m). Formwork untuk struktur miring lebih sederhana
daripada untuk balok-T. Terkait dengan pembelokan akibat beban mati, penggunaan
gelagar sederhana beton bertulang melebihi bentang 100 ft (30.5 m) atau lebih menjadi
tidak ekonomis. Perbandingan tebal dan bentang struktur umumnya 0.06 untuk bentang
sederhana dan 0.55 untuk bentang menerus dengan ruang gelagar 1 .5 kali ketebalan
struktur. Ketahanan puntir gelagar kotak yang besar membuat gelagar tersebut dapat
digunakan untuk bentuk lengkung seperti lereng pada jalan. Garis lengkung yang lembut
menjadi hal yang menarik pada kota metropolitan.
(d) Jembatan Pratekan / Prategang
Pada tahun 1950-an, dikembangkan jembatan beton prategang segmental untuk
pertama kalinya di Eropa Barat menggunakan sistem ini pada pada jembatan
Finsterwalder di Jerman.
Jembatan segmental dapat pula disebut pracetak atau cetak ditempat dengan menggunakan
metode konstruksi kantilever yang dikerjakan bentangan demi bentangan, dipasang tahap
demi tahap atau dengan sistem incremental launching. Konstruksi jembatan beton
prategang segmental dapat mencapai panjang bentang

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_11

250m atau bentang seri 300m. Bila digunakan dalam jembatan cable stayed, jarak bentang
dapat mencapai 450m.

Beton pratekan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik untuk
jembatan bentang panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada struktur jembatan sejak
tahun 1950-an.
Pembangunan jembatan beton yang terbagi menjadi beberapa segmen sukses
dikembangkan dengan konsep kombinasi pratekan, gelagar kotak, dan konstruksi
kantilever. Jembatan gelagar kotak dengan segmen pratekan telah dibangun pertama
kali di Eropa Barat pada 1950. Jembatan Californias Pine Valley seperti yang
ditunjukkan gambar 2.23. terdiri 3 bentangan 340 ft (103.6 m), 450 ft (137.2 m), dan
380 ft (115.8 m) dengan pier setinggi 340 ft (103.6), merupakan jembatan cast-in-place
segmental pertama yang dibangun di Amerika Serikat tahun 1974.
Jembatan pratekan segmental dengan segmen pratekan atau cast-in-place dapat
diklasifikasikan menurut metode konstruksi menjadi:
(1)kantilever penyeimbang, (2) bentang per bentang,
(3) pengadaan incremental, dan
(4) pentahapan. Pemilihan antara segmen cast-in-place, pratekan atau berbagai metode
konstruksi yang lain tergantung pada jenis proyek, kondisi lapangan, batasan
lingkungan dan publik, waktu pelaksanaan konstruksi, dan ketersediaan alat.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_12

Gambar 1.8. Jembatan Presstres


Tabel 1.1. Apliksi tipe jembatan berdasar panjang
bentangnya

(e) Jembatan Baja


Seiring dengan kemajuan teknologi jembatan dalam hal pemanfaatan meterial maka
jembatan dalam bentangan yang panjang tidak dapat dibuat atau dibangun dari bahan
kayu yang terbatas panjang dan kemampuan dukungannya. Karena itu diupayakan
meterial lain yang dapat mengatasi kesulitan tersebut. Rangka baja adalah salah satu
solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan di atas.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_13

Gambar 1.8. Jembatan Pelengkung Baja

Gambar 1.9. Jembatan Rangka Baja


Universitas Negeri malang
Agus Mujiono_14

B) Klasifikasi berdasarkan penggunanya


Jembatan jalan adalah jembatan untuk lalu lintas kendaraan bermotor
Jembatan kereta api jembatan untuk lintasan kereta api
Jembatan kombinasi adalah jembatan yang digunakan sebagai lintasan kendaraan
bermotor dan kereta api
Jembatan pejalan kaki Jembatan yang digunakan untuk lalu lintas pejalan kaki
Jembatan aquaduct Jembatan untuk menyangga jaringan perpipaan saluran air

C) Klasifikasi berdasarkan sistem struktur yang digunakan oleh -


- Jembatan IGirder.
Gelagar utama terdiri dari plat girder atau roled-I. Penampang I efektif menahan beban
tekuk dan geser.

Gambar 1.11. Jembatan I Girder (Sumber : Google.com)

-Jembatan gelagar kotak (box girder)


Gelagar utama terdiri dari satu atau beberapa balok kotak baja fabrikasi dan
dibangun dari beton, sehingga mampu menahan lendutan, geser dan torsi secara efektif.

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_15

Gambar 1.11. Jembatan Box Girder (Sumber : Google.com)

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_16

- Jembatan Balok T (T-Beam)


T beam atau dalam bahasa Indonesianya adalah balok T, adalah balok yang
pengecorannya dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau sering
disebut (monolit). Sehingga plat beton diperhitungkan sebagai sayap dari balok, dengan
lebar sayap tertentu. Secara umum balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir
(exterior) dan balok tengah (interior) l.

Gambar 1.12. Jembatan Balok T (Sumber : Google.com)


- Jembatan Gelagar Komposit
Plat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja sama
mendukung beban sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama menahan tarik
sedangkan plat beton menahan momen lendutan.

Gambar 1.13. Jembatan Komposit (Sumber : Google.com)

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_17

- Jembatan Rangka Batang (Truss)


Elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur
segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada
ujungnya. Setiap bagian menahan beban axial juga tekan dan tarik. Gambar 1.14.
menunjukkan Jembatan truss Warren dengan elemen vertikal yang disebut through
bridge, plat dek diletakkan melintasi bagian bawah jembatan

Gambar 1.14. Jembatan Truss (S u m b e r : C h e n & D u a n , 2 0 0 0 )

- Jembatan Pelengkung (arch)


Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan
axial

Gambar 1.15. Jembatan Pelengkung (Sumber : Google.com)

Universitas Negeri malang


Agus Mujiono_18

- Jembatan Kabel Tarik (Cable stayed)


Gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara.
Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak panjang
Selama lebih dari tiga dekade jembatan cable stayed digunakan secara luas di Eropa
Barat dan bagian lain di dunia. Keberhasilan penggunaan sistem cable stayed dicapai
dengan ditemukannya baja berkekuatan tinggi dan tipe deck-orthotropik, kemajuan
teknik las.
Penelitian menunjukkan jembatan cable stayed lebih unggul dibanding jembatan
gantung. Kelebihannya antara lain rasio panjang bentang utama dan tinggi pylon yang
lebih murah. Defleksi akibat pembebanan simertis dan asimetris pada lebih dari
separuh bentang jembatan gantung mempunyai defkesi yang lebih besar di tengah
bentang dari pada cable stayed.
Keuntungan yang menonjol dari cable stayed adalah tidak diperlukannya
pengangkeran kabel yang berat dan besar seperti pada jembatan gantung. Gaya-gaya
angker pada ujung kabel bekerja secara vertikal dan biasanya diseimbangkan dengan
berat dari pilar dan fondasi tanpa menambah biaya konstruksi lagi. Komponen
horisontal gaya pada kabel dilimpahkan pada struktur atas gelagar berupa tekanan atau
tarik.

Gambar 1.16. Jembatan Cable Stayed (Sumber : Google.com)


Agus Mujiono_19

- Jembatan Gantung
Gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang
kemudian digantungkan pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari
tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain
ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang.
Jembatan gantung tertua dan terbesar pada abad ke-18 adalah jembatan Menai
Straits di Inggris yang dibangun pada tahun 1825. Jembatan ini masih menggunakan
menara batu dan kabel dari rantai besi untuk menggantung jalan raya. Pada tahun 1939
kabel penggantung diganti dengan baja batangan.
Awal kemajuan inovasi jembatan gantung ialah pada saat dibangunnya jembatan
gantung Niagara di Amerika Serikat. Struktur jembatan ini mempunyai dua dek, dek
bagian atas untuk jalan rel dan bagian bawah untuk lalu-lintas jalan raya. Dek ini
berupa stiffeningtruss yang terbuat dari kayu. Bentang jembatan digantung pada 4
kelompok kabel, didukung dengan 4 bangunan menara dan ujung kabel diangkitkan
dalam solid rok dibelakangnya.
Penggunaan kabel baja (wire steel) menggantikan kabel besi untuk pertama kali
digunakan pada jembatan gantung Brooklyn, New York (1867). Ciri khusus
jembatan ini adalah kabel yang menjari terarah dek dari tower, yang lebih stabil
terhadap angin.

Gambar 1.17. Jembatan Gantung (Sumber : Google.com)


Agus Mujiono_20

- Jembatan Pelengkung

STRUKTUR JEMBATAN
Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu struktur atas
struktur bawah dan pondasi.
1. Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat
sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban
pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
o Sandaran dan tiang sandaran,
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).

2. Struktur Bawah (Substructures)


Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang
ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan
Agus Mujiono_21

dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh
fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a) Pangkal jembatan (Abutment),
o Dinding belakang (Back wall),
o Dinding penahan (Breast wall),
o Dinding sayap (Wing wall),
o Oprit, plat injak (Approach slab)
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).
b) Pilar jembatan (Pier),
o Kepala pilar (Pier Head),
o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
o Tumpuan (Bearing).

3. Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan
sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis,
antara lain :
a) Fondasi telapak (spread footing)
b) Fondasi sumuran (caisson)
c) Fondasi tiang (pile foundation)
o Tiang pancang kayu (Log Pile),
o Tiang pancang baja (Steel Pile),
o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
o Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile), spun pile,
o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
o Tiang pancang komposit (Compossite Pile).
Agus Mujiono_22

Istilah Pada Struktur Jembatan


Jembatan : Adalah suatu struktur yang memungkinkan route transportasi
melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan Kereta Api dan
lain-lain.
Route Transportasi berupa, jalan Kereta Api jalan trem, pejalan
kaki, rentetan kendaraan dan lain - lain. Jembalan yang
melintasi diatas jalan biasanya disebut viaduct.
Bangunan-atas : Sesuai dengan istilahnya berada pada bagian atas sualu
jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dan
kemudian menyalurkannya kepada hangunan bawah
Landasan : Bagian ujung bawah dari Suatu bangunan atas
yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari
bangunan atas kepada bangunan bawah.
Menurut fungsinya dibedakan landasan - sendi (fixed
bearing) dan landasan Gerak (movable bearing
Agus Mujiono_23

bangunan-bawah : Bangunan-bawah pada umumnya terlelak disebelah bawah


bangunan atas.Fungsinya menerima memikul beban-beban
yang diherikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya
oleh pondasii disalurkan ke tanah.
Oprit-jembatan : oprit berupa limbunan tanah dibelakang abutment timbunan
tanah ini harus dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari
terjadinya penurunan settlement) hal ini tidak mengenakkan
bagi pengendara. Apabila ada penurunan, terjadi
kerusakan pada expansi joint yaitu bidang pertemuan antara
bangunan atas dengan abutment. Untuk menghindari ini,
Agus Mujiono_24

pemadatan harus sernaksimurn mungkin dan diatasnya


dipasang plat injak dibelakang abutment.

Bangunan Pengaman Jembatan


Berfungsi sebagai pengamanan terhadap pengaruh sungai yang
bersangkutan baik secara langsung maupun tak langsung_ Kadang-
kadang disamping jembatannya harus diamankan, sungainyapun
harus diamankan, dimana biaya pengamanan sungai Iebih mahal dari
pengamanan jembatan.
Abutment Abutment atau kepala jembatan adalah
bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai
pendukung bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah.

Pilar Jembatan Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung bangunan


atas. Bila pilar ada pada suatu bangunan jembatan
letaknya diantara keduaabutment dan jumlahnya
tergantung keperluan, seringkali pilar tidak diperlukan
Agus Mujiono_20

Pondasi Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah


dan menyalurkannya ke tanah. Secara umum, pondasi
dapat dibedakan sebagai herikut :

Pondasi

Pondasi Langsung : Digunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah


diperhitungkan rnarnpu memikul beban-beban diatasnya,
terletak pada lokasi yang dangkal dari tanah setempat.
Pondasi-Dalam Digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu memikul
beban Ietaknya cukup dalam.
Sehingga beban-beban harus disalurkan melalui suatu konstruksi penerus yang juga
disebut tiang pancang dan pondasi sumuran.
Agus Mujiono_21

KRITERIA PERANCANGAN JEMBATAN


1. Survei dan Investigasi
Dalam perencanaan teknis jembatan perlu dilakukan survei dan investigasi yang meliputi :
a) Survei tata guna lahan,
b) Survei lalu-lintas,
c) Survei topografi,
d) Survei hidrologi,
e) Penyelidikan tanah,
f) Penyelidikan geologi,
g) Survei bahan dan tenaga kerja setempat.

Hasil survei dan investigasi digunakan sebagai dasar untuk membuat rancangan teknis yang
menyangkut beberapa hal antara lain :
a) Kondisi tata guna lahan, baik yang ada pada jalan pendukung maupun lokasi jembatan
berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada.
b) Ketersediaan material, anggaran dan sumberdaya manusia.
c) Kelas jembatan yang disesuaikan dengan kelas jalan dan volume lalu lintas.
d) Pemilihan jenis konstruksi jembatan yang sesuai dengan kondisi topografi, struktur tanah,
geologi, hidrologi serta kondisi sungai dan perilakunya.

2. Analisis Data
Sebelum membuat rancangan teknis jembatan perlu dilakukan analisis data hasil survei dan
investigasi yang meliputi, antara lain :
a) Analisis data lalu-lintas.
Analisis data lalu-lintas digunakan untuk menentukan klas jembatan yang erat hubungannya
dengan penentuan lebar jembatan dan beban lalu-lintas yang direncanakan.
b) Analisis data hidrologi.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan, kecepatan aliran,
dan gerusan (scouring) pada sungai dimana jembatan akan dibangun.
c) Analisis data tanah.
Data hasil pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan yang berupa pengujian sondir,
SPT, boring, dsb. digunakan untuk mengetahui parameter tanah dasar hubungannya dengan
pemilihan jenis konstruksi fondasi jembatan.
Agus Mujiono_22

d) Analisis geometri.
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi jembatan yang erat hubungannya dengan
alinemen vertikal dan panjang jalan pendekat (oprit).

3. Pemilihan Lokasi Jembatan


Dasar utama penempatan jembatan sedapat mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang
dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan.
Beberapa ketentuan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan memperhatikan kondisi setempat
dan ketersediaan lahan adalah sebagai berikut :
a) Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan kebutuhan
lahan yang besar sekali.
b) Lahan yang dibutuhkan harus sesedikit mungkin mengenai rumah penduduk sekitarnya, dan
diusahakan mengikuti as jalan existing.
c) Pemilihan lokasi jembatan selain harus mempertimbangkan masalah teknis yang menyangkut
kondisi tanah dan karakter sungai yang bersangkutan, juga harus mempertimbangkan masalah
ekonomis serta keamanan bagi konstruksi dan pemakai jalan.

4. Bahan Konstruksi Jembatan


Dalam memilih jenis bahan konstruksi jembatan secara keseluruhan harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
a) Biaya konstruksi,
b) Biaya perawatan,
c) Ketersediaan material,
d) Flexibilitas (konstruksi dapat dikembangkan atau dilaksanakan secara bertahap),
e) Kemudahan pelaksanaan konstruksi,
f) Kemudahan mobilisasi peralatan.

Tabel berikut menyajikan rangkuman jenis konstruksi, bahan konstruksi dan bentang maksimum
jembatan standar Bina Marga yang ekonomis dalam keadaan normal yang sering digunakan.
Agus Mujiono_23

Tabel Bentang maksimum jembatan standar untuk berbagai jenis dan bahan
BAHAN JENIS BENTANG MAX.(M)
Beton Culvert 4.00 6.00
Slab bridge 6.00 8.00
T-Girder, I-Girder 6.00 25.00
Beton PCI-Girder 15.00-35.00
Prategang Prestressed Box 40.00 50.00
Girder
Baja Truss bridge 60.00 100.00
Komposit Compossite bridge 10.00 40.00

Contoh jembatan non-standar yang telah dibangun di Indonesia, dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini.

Tabel Contoh jembatan non-standar di Indonesia


NAMA JEMBATAN JENIS JEMBATAN BENTANG
(M)
Jembatan Serayu Prestressed Concrete 128.00
Kesugihan, Jateng Cantilever Box Girder
Jembatan Tonton, Nipah Balance Cantilever 160.00
Batam Concrete Box Girder
Jembatan Kahayan Steel Arch Bridge 150.00
Kalteng
Jembatan Rempang, Concrete Arch Bridge 245.00
Galang Batam
Jembatan Mahakam 2 Suspension Bridge 270.00
Kaltim
Jembatan Batam, Tonton Cable Stayed Bridge 350.00
Batam
Agus Mujiono_24

Untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan dan jenis konstruksi
jembatan yang akan dibangun di suatu daerah, perlu dilakukan evaluasi dengan memberi
penilaian pada masing-masing bahan dan jenis konstruksi jembatan tersebut seperti contoh yang
disajikan pada Tabel dibwah ini.

Tabel Contoh perbandingan bahan dan jenis konstruksi jembatan


Perbandingan Beton Beton Baja Komposit
prestress
Ketersediaan bhn 4 2 4 2
Fabrikasi 4 2 4 3
Waktu perakitan 4 3 1 2
Tenaga kerja 4 3 4 4
Ancaman korosi 4 3 1 2
Erection 1 2 4 3
Mobilisasi 1 2 4 3
Umur konstruksi 4 4 4 4
Expandable 4 3 1 2
Perawatan 4 3 1 1
Bentang tersedia 2 3 4 3
Perancah 4 3 1 2
Bekisting lantai 2 2 2 2
Kontrol elemen 4 4 2 2
Total nilai 46 39 37 35

Keterangan nilai :
4 = sangat menguntungkan,
3 = menguntungkan,
2 = cukup menguntungkan,
1 = kurang menguntungkan.
Agus Mujiono_25
Agus Mujiono_26
Agus Mujiono_27
Agus Mujiono_28
Agus Mujiono_29
Agus Mujiono_30
Agus Mujiono_31
Agus Mujiono_32
Agus Mujiono_33
Agus Mujiono_34
Agus Mujiono_35
Agus Mujiono_36
Agus Mujiono_37
Agus Mujiono_38
Agus Mujiono_39
Agus Mujiono_40

Anda mungkin juga menyukai