Anda di halaman 1dari 17

Pelaksanaan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi

Balai Besar Wilayah Sungai Brantas


(P3-TGAI) Tahun 2019

Oleh: Agus Mujiono (Konsultan Manajemen Balai)

Abstrak

Pembangunan yang dilaksanakan diberbagai bidang merupakan tujuan penting bagi


pemerintahan untuk menunjang kemajuan suatu negara. Negara Indonesia sebagai negara agraris
yang sebenarnya mampu menghasilkan swasembada beras. Pangan merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia, warga indonesia khususnya memilih beras sebagai makanan pokok.
Setiap hari konsumsi beras adalah suatu kewajiban pokok, akan tetapi permintaan terhadap beras
yang tinggi tidak mampu dipenuhi oleh petani lokal.
Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) dilaksanakan untuk
mendukung kedaulatan pangan nasional sebagai wujud kemandirian ekonomi. P3-TGAI ini
dilaksanakan untuk melakukan perbaikan, rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi secara
partisipatif di wilayah pedesaaan dengan melibatkan masyarakat petani dalam sebagai wujud
swakelola. Penerima P3-TGAI di wilayah Kabupaten Jember Tahap II terdiri dari 11 Kecamatan
terbagi menjadi 27 desa.
Pelaksanaan Kegiatan P3-TGAI mencakup beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1)
Persiapan; 2) Perencanaan; 3) Pelaksanaan; dan 4) Penyelesaian. Akhir dari palaksanaan kegiatan
ini ini kemudian dilakukan evaluasi terkait kinerja SDM baik dari KMB maupun TPM, guna
mengevaluasi untuk kinerja di program selanjutnya. Dengan adanya pembangunan saluran irigasi
Manfaat yang didapatkan oleh masyarakat petani pada pelaksanaan P3-TGAI 2019 adalah aliran air
bisa sampai ke hilir, hasil pertanian meningkat, dan tentunya ekonomipun ikut meningkat.

Kata Kunci: Irigasi, Saluran tersier, Padat karya, P3-TGAI.


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Air menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Air adalah sumber
daya alam yang dapat diperbaharui akan tetapi persediaan air semakin lama akan semakin
berkurang hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan penggunaan air sebagai faktor pokok
kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air,
termasuk kebutuhan air pada daerah pertanian, khususnya persawahan (Sahrirudin, dkk. 2014).
Diberbagai macam kebutuhan manusia, salah satunya air dimanfaatkan dalam sektor pertanian yaitu
sebagai irigasi. Air irigasi berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan produksi tanaman padi dilahan sawah (Sinaga, dkk. 2013).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam air irigasi adalah masalah kualitas air, dimana
nilai kualitas air irigasi menentukan batasan dan penggunaan dari air irigasi tersebut untuk
pertanian, dan juga untuk mengetahui apakah air tersebut tercemar dan tidaknya yang berakibat
tidak baik jika digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari dan juga air pertanian. Dalam memenuhi
kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air irigasi harus diberikan dalam jumlah,
waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada
gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengolahan Air dalam Sahrirudin,
2014). Menurut Sudjarwadi dalam Siswoyo, dkk (2016), menyatakan bahwa di Indonesia pengunaan
air terbesar adalah untuk keperluan irigasi yaitu 90%, pengunaan lainnya seperti air minum, air
rumah tangga, air kota, dan air industri hanya lebih kurang 10%.
Irigasi pertanian saat ini mengalami penurunan kuantitas, kualitas dan fungsi prasarananya
yang tekendala oleh banyaknya jaringan irigasi yang mengalami degradasi. Faktor lain akibat
adanya permasalahan pada lokasi yaitu sedimentasi, kerusakan saluran dan kebocoran air. Untuk
mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan usaha perbaikan jaringan irigasi. Cara
perbaikan jaringan irigasi ini dapat direalisasikan akan tetapi membutuhkan proses, waktu dan dana
yang besar.
Adanya Program Padat Karya Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas (P3-TGAI) ini guna menjawab permasalahan yang ada dimasyarakat
sebagai sarana untuk mendukung kedaulatan pangan nasional sebagai wujud kemandirian ekonomi.
P3-TGAI ini dilaksanakan untuk melakukan perbaikan, rehabilitasi, dan peningkatan jaringan irigasi
secara partisipatif di wilayah pedesaaan dengan melibatkan masyarakat petani sebagai wujud
swakelola.
Kebutuhan pangan sebagai salah satu peran strategis sektor pertanian merupakan tugas
yang yang tidak ringan sehingga pemerintah memberikan perhatian khusus dalam pencapaian target
swasembada berkelanjutan, sehingga diperlukan tindakan untuk mencapai target tersebut dengan
adanya program P3-TGAI.

2. Tujuan
Tujuan adanya kegiatan P3-TGAI ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja layanan irigasi kecil, irigasi desa dan irigasi tersier;
2. Menumbuhkan partisipasi masyarakat petani dalam kegiatan perbaikan dan peningkatan
jaringan irigasi;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani;
4. Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar;
5. Berkontribusi untuk ketahanan pangan.

3. Lingkup Pembahasan
Pada penulisan kali ini akan membahas tentang lokasi dampingan penerima Program P3-
TGAI. Lokasi dampingan yang dimaksud adalah lokasi yang diberikan oleh Balai Besar Wilayah
Sungai Brantas (BBWS) kepada Konsultan Manajemen Balai (KMB). Lokasi dampingan tersebut
yaitu Kabupaten Jember dan Kabupaten Sidoarjo dengan rincian sebabai berikut: (1) Kabupaten
Jember terdiri dari 11 kecamatan terbagi menjadi 27 desa; (2) Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 4
kecamatan terbagi menjadi 10 desa. Adapun gambaran kabupaten maupun nama-nama desa akan
dipaparkan dipembahasan lebih lanjut.

GAMBARAN UMUM LOKASI DAMPINGAN


Pada pembahasan ini akan dijelaskan gambaran lokasi dampingan penerima P3-TGAI, yaitu
Kabupaten jember dan Kabupaten Sidoarjo.
1. Kabupaten Jember
Jember adalah sebuah wilayah kabupaten yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa
Timur. Kabupaten Jember berada di lereng Pegunungan Yang dan Gunung Argopuro membentang
ke arah selatan sampai dengan samudera Indonesia. Secara geografis Kabupaten Jember terletak
pada posisi 6o 27’ 29” s/d 7o 14’ 35” Bujur Timur dan 7o 59’ 6” s/d 8o 33’ 56” Lintang Selatan
berbentuk dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang
memanjang sepanjang batas. Utara, Timur dan Samudera Indonesia sepanjang batas Selatan
dengan pulau Nusabarong merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94 Ha. Dari luas
wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa kawasan: 1) Hutan 121.039,61 ha; 2) Perkampungan
31.877 ha; 3) Sawah 86.568,18 ha; 4) Tegal 43.522,84 ha; 5) Perkebunan 34.590,46 ha; 6) Tambak
368,66 ha; 7) Rawa 35,62 ha; 8) Padang rumput 289,06 ha; 9) Tanah tandus 1.469,26 ha; 10) Lain-
lain 9.583,26 ha, (Jember Info, Tanpa Tahun).

Gambar 1. Peta administrasi Kabupaten Jember

Dari segi topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan merupakan
dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman pangan, sedangkan dibagian utara
merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik bagi pengembangan
tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Berikut adalah tabel daftar kecamatan dan desa dampingan di Kabupaten Jember
Tabel 1. Daftar Kecamatan dan Desa dampingan di Kabupaten Jember

No. Kabupaten Kecamatan Desa


1 Jember Jelbuk Panduman
2 Jenggawah Kertonegoro
3 Ledokombo Ledokombo
4 Ledokombo Sukogidri
5 Ledokombo Sumberbulus
6 Ledokombo Sumberlesung
7 Ledokombo Sumbersalak
8 Semboro Semboro
9 Sukorambi Dukuhmencek
10 Panti Glagahwero
11 Panti Pakis
12 Panti Serut
13 Rambipuji Curah Malang
14 Rambipuji Gugut
15 Silo Garahan
16 Silo Harjomulyo
17 Silo Pace
18 Silo Sempolan
19 Silo Sumberjati
20 Rambipuji Rowotamtu
21 Sumberjambe Randu Agung
22 Sumberjambe Rowosari
23 Sumberjambe Sumberpakem
24 Tanggul Tanggul Wetan
25 Umbulsari Gunungsari
26 Umbulsari Paleran
27 Umbulsari Tegalwangi

Berikut ini adalah gambaran umum desa yang menerima dana P3-TGAI di Kabupaten Jember:
1) Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk
Desa Panduman merupakan desa yang terletak dipegunungan, desa ini memiliki sumber air
yang tidak pernah kering, air ke saluran ini langsung berasal dari sumber pegunungan kemudian
mengalir menuju ke persawahan sekitar. Air irigasi ini selain dipergunakan untuk mengairi
persawahan juga digunakan untuk keperluan warga sekitar sebagai kebutuhan mandi dan mencuci.
2) Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah
Desa Kertonegoro merupakan desa yang dikililingi oleh perbukitan. Desa ini kering apabila
musim kemarau, tidak ada sumber mata air yang ada di desa tersebut. Saluran irigasi yang
dibangun ini akan teraliri apabila musim penghujan, oleh karena itu saluran ini sangat diperlukan
sekali oleh warga sekitar untuk memperluas sebaran air disaat musim tanam dan juga dengan
adanya saluran irigasi ini tidak hanya mengaliri sawah Desa Kertonegoro akan tetapi juga air sampai
dan mengaliri sawah di dasa sebelahnya.
3) Desa Ledokombo, Kecamatan Ledokombo
Desa Ledokombo merupakan desa yang terletak dipegunungan, desa ini memiliki banyak
sumber mata air yang tidak pernah kering. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan warga
untuk memperbaiki dan memperluas sebaran air ke persawahan sekitar.
4) Desa Sukogidri, Kecamatan Ledokombo
Desa Sukogidri merupakan desa yang berdekatan dengan Desa Ledokombo, desa ini tidak
jauh beda yaitu memiliki banyak sumber mata air yang tidak pernah kering. Saluran irigasi yang
dibangun ini sangat diperlukan warga untuk memperbaiki dan memperluas sebaran air ke
persawahan sekitar.
5) Desa Sumberbulus, kecamatan Ledokombo
Desa Sumberbulus merupakan desa yang berdekatan dengan Desa Sumberlesung, desa ini
memiliki sumber air yang tidak pernah kering, saluran yang dilalui air tersebut langsung dari sumber
pegunungan kemudian menuju ke persawahan sekitar. Disekitar persawahan tersebut ada sebuah
sumber mata air yang dipergunakan oleh warga sekitar untuk kebutuhan mandi dan mencuci.
6) Desa Sumberlesung, kecamatan Ledokombo
Desa Sumberlesung tidak jauh beda dengan desa-desa yang ada di Kecamatan
Ledokombo, Desa Sumberlesung terletak dipegunungan, desa ini memiliki sumber mata air yang
tidak pernah kering. Air irigasi ini selain dipergunakan untuk mengairi persawahan juga
dipergunakan untuk keperluan warga sekitar sebagai kebutuhan mandi dan mencuci.
7) Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo
Desa Sumbersalak merupakan desa yang bersebelahan dengan Desa Sumberlesung, desa
ini memiliki sumber air yang tidak pernah kering, saluran irigasi yang terdapat dihulu merupakan
tempat warga sekitar mandi dan mencuci. Saluran irigasi ini selain untuk mengaliri sawah petani
juga memperbaiki lokasi pemandian dan tempat mencuci bagi warga sekitar.
8) Desa Semboro, Kecamatan Semboro
Desa Semboro terletak dibagian Barat Daya Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Desa ini sedikit kering apabila musim kemarau, tidak ada sumber mata air yang ada di desa
tersebut. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan sekali oleh warga sekitar untuk
memperluas sebaran air disaat musim tanam dan juga dengan adanya saluran irigasi ini tidak hanya
mengaliri sawah Desa Semboro akan tetapi juga air mengaliri sawah di dasa sebelahnya.
9) Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi
Desa Dukuhmencek merupakan desa yang memiliki sumber air melimpah, disekitar lokasi
pembangunan irigasi terdapat sumur bor yang digunakan oleh warga untuk keperluan air minum.
Sebelum saluran dibangun air irigasi yang mengalir ke sawah warga mengalami kebocoran dibagian
samping saluran, akibatnya air yang mengalir melalui saluran irigasi tersebut banyak yang terbuang
sehingga air menyusut jika sampai ke hilir. Dengan adanya P3-TGAI ini warga masyarakat sangat
terbantu karena air bisa mengalir sampai ke hilir tanpa mengalami kebocoran yang berlebih.
10) Desa Glagahwero, Kecamatan Panti
Desa Glagahwero merupakan desa yang memliki sumber mata air melimpah seperti halnya
Desa Dukuhmencek, di sekitar lokasi kegiatan hampir seluruh warga memiliki sumur bor yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari baik mandi, mencuci, dan memasak. Sebelum saluran irigasi
persawahan di desa ini dibangun, saluran tersebut bocor dibagian samping saluran sehingga air
masuk ke sawah-sawah dipinggir saluran akibatnya air sampai ke hilir mengalami pengurangan.
Warga masyarakat berinisiatif memberikan talang pada saluran tersebut agar air bisa sampai ke hilir
dengan lancar. Selama 2 tahun kondisi saluran tersebut berjalan seperti itu, dan dengan adanya
bantuan P3-TGAI warga masyarakat sangat terbantu sehingga saluran bisa diperbaiki dan mengalir
dengan lancar sampai ke hilir.
11) Desa Pakis, Kecamatan Panti
Desa Pakis merupakan desa yang memiliki banyak bebatuan besar terutama di lokasi
sekitar saluran irigasi yang dibangun. Saluran ini menjadi bagus dan unik yang berbeda dengan
saluran irigasi pada umumnya. Pada saat musim kemarau saluran ini sedikit kering akan tetapi tidak
kekeringan air, karena selain saluran air irigasi juga dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci.
12) Desa Serut, Kecamatan panti
Desa Serut merupakan desa yang terletak di pegunungan. Desa ini kering apabila musim
kemarau, tidak ada sumber mata air yang ada di desa tersebut. Saluran irigasi yang dibangun ini
akan teraliri apabila musim penghujan, oleh karena itu saluran ini sangat diperlukan sekali oleh
warga sekitar untuk memperluas sebaran air disaat musim tanam dan juga dengan adanya
pembangunan saluran irigasi ini dapat memperbaiki saluran yang selama ini tergerus air karena arus
air yang sangat deras.
13) Desa Curah Malang, Kecamatan Rambipuji
Desa Curahmalang terletak dibagian Selatan Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Desa ini sedikit kering apabila musim kemarau, saluran irigasi yang dibangun ini sangat
diperlukan sekali oleh warga sekitar untuk memperluas sebaran air disaat musim tanam. Selain air
dimanfaatkan sebagai air irigasi juga digunakan oleh warga sebagai kebutuhan mandi, mencuci dan
memasak.
14) Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji
Desa Gugut terletak dibagian Barat tidak jauh dari Kota Jember yang lokasinya dataran
randah. Desa ini sedikit kering apabila musim kemarau, saluran irigasi yang dibangun ini sangat
diperlukan sekali oleh warga sekitar untuk memperluas sebaran air disaat musim tanam.
15) Desa Garahan, Kecamatan Silo
Desa Garahan merupakan desa yang terletak dipegunungan, desa ini memliki sumber mata
air melimpah. Sebelum saluran irigasi desa ini dibangun, saluran tersebut bocor dibagian samping
sehingga air masuk ke sawah-sawah dipinggir saluran, akibatnya air yang menuju ke hilir mengalami
pengurangan. Setelah adanya bantuan P3-TGAI warga masyarakat sangat terbantu sehingga
saluran bisa diperbaiki dan mengalir dengan lancar sampai ke hilir.
16) Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo
Desa Harjomulyo letaknya di daerah pegunungan, desa ini memliki sumber mata air
melimpah. Sumber ini berasal dari embung yang tidak pernah surut disetiap tahunnya. Dari embung
air di salurkan ke persawahan melalui saluran irigasi, beberapa meter saluran yang dekat embung
sudah dibangun akan tetapi saluran belum berfungsi secara maksimal karena baru dibangun satu
sisi saja. Setelah adanya bantuan P3-TGAI ini warga masyarakat sangat terbantu karena ditambah
bangunan saluran menjadi dua sisi sehingga saluran bisa berfungsi secara maksimal dan air mampu
mengalir dengan lancar sampai ke hilir.
17) Desa Pace, Kecamatan Silo
Desa Pace bersebelahan dengan desa Harjomulyo, desa ini tidak jauh beda dengan Desa
Harjomulyo yaitu memliki sumber mata air melimpah berasal dari embung yang tidak pernah surut
disetiap tahunnya. Dari embung air di salurkan ke persawahan melalui saluran irigasi yang
sebelumnya sudah dibangun satu sisi. Saluran tersebut membawa air tidak maksimal karena
bangunan saluran sudah tua dan mengalami kebocoran. Setelah adanya bantuan P3-TGAI warga
masyarakat sangat terbantu dengan mengganti dan memperbaiki saluran sehingga saluran bisa
dimaksimalkan sehingga air mampu mengalir dengan lancar sampai ke hilir.
18) Desa Sempolan, kecamatan Silo
Desa Sempolan terletak dipegunungan, desa ini memiliki sumber mata air yang tidak pernah
kering. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan warga untuk memperbaiki dan
memperluas sebaran air ke persawahan sekitar. Selain itu dengan adanya saluran ini jalan desa
sebelah saluran menjadi rapi dan lebar sehingga dapat digunakan untuk berpapasan kendaraan
besar.
19) Desa Sumberjati, kecamatan Silo
Desa Sumberjati merupakan desa di pegunungan yang memiliki sumber air melimpah dan
juga memiliki sawah berbentuk terasering. Penyebaran air dari sumber berpusat pada satu saluran
sehingga dibutuhkan saluran yang mampu membawa air dari sumber ke lahan persawahan sekitar.
Setelah adanya bantuan P3-TGAI ini saluran mampu mengalirkan air secara maksimal dari sumber
air ke persawahan yang letak sawahnya jauh dari sumber mata air.
20) Desa Rowotamtu, Kecamatan Rambipuji
Desa Rowotamtu terletak dibagian Selatan Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Desa ini kering apabila musim kemarau, tidak ada sumber mata air yang ada di desa
tersebut. Saluran irigasi yang dibangun ini akan teraliri apabila musim penghujan, oleh karena itu
saluran ini sangat diperlukan sekali oleh warga sekitar untuk menghidupkan kembali saluran yang
sudah tertimbun tanah dan juga pastinya akan memperluas sebaran air disaat musim tanam.
21) Desa Randu Agung, Kecamatan Sumberjambe
Desa Randu Agung merupakan desa yang terletak dipegunungan, desa ini memliki sumber
mata air melimpah. Sebelum saluran irigasi ini dibangun sebagian saluran ada yang ditutup atau
ditimbun oleh warga yang memiliki sawah tersebut, saluran ditimbun dibuat jalan pemilik sawah
untuk menuju ke sawahnya kemudian saluran dipindah dan dialirkan kesaluran lain dibangian
pinggiran sawah. Setelah adanya bantuan P3-TGAI ini warga masyarakat sangat terbantu sehingga
ada negosiasi HIPPA terhadap pemilik sawah untuk menghidupkan kembali saluran irigasi yang
ditimbun guna memperbaiki dan mengaliri sawah sekitar dengan lancar dan merata.
22) Desa Rowosari, Kecamatan Sumberjambe
Desa Rowosari merupakan desa di pegunungan yang memiliki sumber air melimpah dan
tidak pernah kering di setiap tahunnya. Di beberapa titik saluran terdapat banyak sumber mata air
yang keluar dari dalam tanah sehingga dalam pengerjaan bangunan saluran sangat terkendala oleh
kemunculan air tersebut. Air irigasi ini selain dipergunakan untuk mengairi persawahan juga
digunakan untuk keperluan warga sekitar sebagai kebutuhan mandi dan mencuci.
23) Desa Sumberpakem, Kecamatan Sumberjambe
Desa Sumberpakem ini adalah desa yang terletak dipegunungan, desa ini memiliki sumber
mata air yang tidak pernah kering dan juga memiliki persawahan yang membentang luas. Air irigasi
ini selain dipergunakan untuk mengairi persawahan juga dipergunakan untuk keperluan warga
sekitar sebagai kebutuhan mandi dan mencuci.
24) Desa Tanggul Wetan, kecamatan tanggul
Desa Tanggul Wetan terletak dibagian Barat Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan warga untuk memperbaiki dan
memperluas sebaran air ke persawahan sekitar. Selain itu dengan adanya saluran ini akses jalan
menuju persawahan rapi dan lebar sehingga dapat dilewati kendaraan untuk pengangkutan hasil
produksi pertanian.
25) Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari
Desa Gunungsari terletak dibagian Barat Daya Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Desa ini kering apabila musim kemarau, tidak ada sumber mata air yang ada di desa
tersebut. Saluran irigasi yang dibangun ini akan teraliri apabila musim penghujan, oleh karena itu
saluran ini sangat diperlukan sekali oleh warga sekitar untuk memperluas sebaran air disaat musim
tanam.
26) Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari
Desa Paleran terletak dibagian Barat Daya Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan sekali oleh warga sekitar yaitu menjadi
akses satu-satunya saluran air tersier yang digunakan untuk mengalirkan air dari pintu sekunder ke
persawahan, sehingga dengan adanya saluran ini dapat memperluas sebaran air ke seluruh
persawahan.
27) Desa Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari
Desa Tegalwangi terletak dibagian Barat Daya Kabupaten Jember yang lokasinya dataran
rendah. Saluran irigasi yang dibangun ini sangat diperlukan sekali oleh warga sekitar karena ada
kebocoran saluran dibagian samping saluran, kemudian ada sebagian saluran yang dibangun satu
sisi saja supaya dapat meperpanjang saluran dan memperluas sebaran air ke persawahan. Alasan
ada sebagian saluran yang dibangun satu sisi karena sisi satunya adalah jalan desa, jadi kebocoran
di sisi bagian jalan tersebut sangatlah kecil.

Beralih ke lokasi dampingan Kabupaten Sidoarjo, berikut adalah gambaran lokasi


dampingan penerima P3-TGAI Kabupaten Sidoarjo:
2. Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo merupakan salah satu daerah di tengah bagian Provinsi Jawa Timur, yang terletak
pada posisi antara 112,50-112,90 Bujur Timur dan 7,30-7,50 Lintang Selatan, dengan luas wilayah
mencapai 71.424,25 km2. Terbagi atas 18 kecamatan dan 322 desa dan 31 kelurahan. Secara rinci
kecamatan dan desa dampingan sebagaimana disajikan dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 2. Daftar Kecamatan dan Desa dampingan di Kabupaten Sidoarjo
No. Kabupaten Kecamatan Desa
1 Sidoarjo Balongbendo Seketi
2 Tanggulangin Kalisampurno
3 Tanggulangin Ketegan
4 Tanggulangin Randegan
5 Tanggulangin Kalidawir
6 Tanggulangin Ngaban
7 Candi Durungbanjar
8 Candi Kedungkendo
9 Sidoarjo Lebo
10 Tanggulangin Ganggangpanjang

Dari luas wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa kawasan: 1) Permukiman 26,65%; 2)
Kebun 4,97%; 3) industri 1,75%; 4) Lahan sawah 32,39%; 5) Pekarangan 3,61%; 6) kolam 26,14%;
7) Fasum 1,12%; 8) Bakau 1,41%; 9) Ruang terbuka hijau 0,66%; 10) dan lain-lain 1,61%. Dari data
diatas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar kabupaten Sidoarjo adalah
pertanian/sawah. Tingginya penggunaan lahan pertanian tersebut disebabkan Kabupaten Sidoarjo
merupakan daerah delta yang sangat subur. Aktifitas pertanian di Kabupaten Sidoarjo selain untuk
tanaman padi juga untuk menanam tebu, sayuran/palawija, serta buah-buahan.

Sistem hidrologi di Kabupaten Sidoarjo terdiri dari dua jenis yaitu sistem hidrologi alami dan
sistem hidrologi buatan. Sistem hidrologi alami terdiri dari sungai, sumur dan air tanah sedangkan
sistem hidrologi buatan yaitu drainase.

Berikut adalah peta Administrasi Kabupaten Sidoarjo


Gambar 2. Peta administrasi Kabupaten Sidoarjo

PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pelaksanaan
Persiapan awal pelaksanaan dengan penyusunan rencana kerja sebelumnya melakukan
rapat koordinasi antara koordinator KMB dengan KMB tahap II dalam pembagian wilayah
dampingan masing-masing KMB. Lokasi penugasan yang diberikan yaitu di Kabupaten Jember dan
Kabupaten Sidoarjo. Dalam proses pelaksanaan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahapan
persiapan, tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan tahapan penyelesaian.

1) Tahapan Persiapan
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya P3-TGAI pada kegiatan tahap persiapan ini yaitu
Pelatihan TPM, Mobilisasi TPM, Sosialisasi Desa, Musyawarah Desa.
a. Pelatihan TPM
Persiapan Kegiatan Padat Karya P3-TGAI dimulai dengan Pelaksanaan Kegiatan pelatihan Training
Of Trainers (TOT) TPM. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan meningkat pengetahuan
dan pemahaman TPM tentang pelaksanaan Kegiatan Padat Karya P3-TGAI serta memperkuat
kapasitas masing-masing TPM terkait keterampilan fasilitasi dan mengembangkan pemahaman
mereka dalam bidang perbaikan/ rehabilitasi/peningkatan jaringan irigasi.
b. Mobilisasi TPM
Mobilisasi TPM dilakukan setelah adanya kesepakatan kerja yang dituangkan dalam bentuk Kontrak
kerja antara TPM dengan Pihak Satker/PPK Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, hak dan
kewajiban telah diatur dalam pasal-pasal perjanjian kedua belah pihak yang disepakati bersama.
Mobilisasi Fasilitator dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2019 setelah mereka mendapatkan Surat
Perintah Tugas.
Sebelum melakukan tugas di wilayah masing-masing, kegiatan awal dimulai dengan Rakor bersama
antara KMB dan TPM untuk menyatukan persepsi dan menyusun jadwal rencana kegiatan.
Selanjutnya TPM melakukan kegiatan validasi ke desa sasaran kemudian melakukan koordinasi
serta perkenalan dengan Kepala desa sesuai wilayah tugasnya. Pada saat koordinasi dengan
kepala desa disampaikan maksud, tujuan dan tugas TPM, serta sosialisasi singkat P3-TGAI.
Kemudian selanjutnya TPM dengan pihak desa menyusun jadwal Sosialisasi Desa dan Musyawarah
Desa I.
c. Sosialisasi Desa
Sosialisasi Desa dilaksanakan dengan maksud menyampaikan pengertian program P3-TGAI,
Tahapan Pelaksanaan, Sumber dana dan mekanisme penyalurannya, penjelasan tugas dan
tanggung jawab penerima P3-TGAI. Kehadiran masyarakat desa minimal 20 orang dan harus ada
keterwakilan perempuan 30% dari jumlah yang hadir.
d. Musyawarah Desa I
Musyawarah Desa I dilaksanakan setelah sosialisasi desa dengan agenda menetapkan HIPPA/P3A
sebagai pelaksana P3-TGAI, Membentuk Tim Swakelola yang terdiri dari tim perencana, tim
pembelian bahan, tim pelaksana dan tim pengawas. Kemudian menetapkan sekretariat HIPPA/P3A
dan menentukan rencana Musyawarah Desa II. Kehadiran masyarakat desa minimal 20 orang dan
harus ada keterwakilan perempuan 30% dari jumlah yang hadir serta peran perempuan didalam Tim
Swakelola.

2) Tahapan Perencanaan
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya P3-TGAI, di kegiatan tahap perencanaan terdiri dari
survey lokasi perbaikan/rehabilitasi/peningkatan jaringan irigasi, Musyawarah Desa II dan
penyusunan RK HIPPA/P3A, dan pengajuan usulan RK-HIPPA/P3A ke PPK. Tahapan perencaan
adalah sebagai berikut:
a. Survey Lokasi
Survey lokasi dilaksanakan oleh HIPPA/P3A didampingi TPM, survey ini bertujuan untuk
menentukan lokasi, pengumpulan data dalam rangka penyusunan usulan perbaikan jaringan irigasi,
dan menghasilkan sket lokasi data ukur, untuk bahan desain gambar dan RAB.
b. Musyawarah Desa II
Musyawarah Desa II dilaksanakan oleh HIPPA/P3A dengan didampingi TPM yang bertujuan untuk
menentukan prioritas lokasi kegiatan P3-TGAI dalam perbaikan/rehabilitasi/peningkatan jaringan
irigasi. Kesepakatan yang dicapai dalam musyawarah desa antara lain: permasalahan irigasi serta
penanganannya pada lokasi rencana, kesepakatan pelaksanaan pekerjaan fisik dan tata cara
pengorganisasian dalam pengawasan pelaksanaannya. Kehadiran masyarakat desa minimal 20
orang dan harus ada keterwakilan perempuan 30% dari jumlah yang hadir.
c. Penyusunan Rencana Kerja (RK) dan Usulan HIPPA/P3A
Penyusunan RK-HIPPA/P3A merupakan usulan/proposal dari HIPPA/P3A kepada PPK dilengkapi
Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang telah disusun oleh Tim Perencana dibantu oleh TPM. RK-
HIPPA/P3A ini berisikan gambaran lokasi rencana jaringan irigasi, deskripsi dan status dari
HIPPA/P3A, tahapan persiapan kerja HIPPA/P3A, Jadwal pelaksanaan pekerjaan, jenis dan
kuantitas pekerjaan, menyusun RAB, Desain Gambar, tujuan dan manfaat (outcame) dari kegiatan
HIPPA/P3A.

3) Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya P3-TGAI, di kegiatan tahap pelaksanaan terdiri dari
Penandatangan pakta integritas, PKS, Pencairan dana tahap I dan tahap II, pelaksanaan,
pemantauan, pengawasan, montoring, evaluasi, pelaporan dan dokumentasi pelaksanaan
fisik/konstruksi. Tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
a. Penandatanganan Pakta Integritas dan PKS
Setelah usulan diverifikasi KMB dan disetujui PPK, maka ketua HIPPA/P3A dan Kepala Desa
menandatangani Pakta Integritas dan PKS yang merupakan dasar HIPPA/P3A melaksanakan
pekerjaan fisik/konstruksi.
b. Pencairan Dana Tahap I (70%)
Setelah ditandatanganinya PKS maka HIPPA/P3A membuat surat pengajuan pencairan dana tahap
I (70%) kepada Satker/PPK. Selanjutnya pihak satker memproses pengajuan dana tersebut dan
menyalurkan ke rekening bank atas nama HIPPA/P3A.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
Setelah dana dicairkan oleh HIPPA/P3A dari rekening bank, maka pelaksanaan pekerjaan
fisik/konstruksi segera dilaksanakan. Pelaksanaan, Pemantauan, Pengawasan Monitoring dan
Evaluasi (Monev), Pelaporan dan Pendokumentasian kegiatan perbaikan/rehabilitasi/peningkatan
jaringan irigasi. Kegiatan pelaporan Monev dan pengawasan dilakukan oleh HIPPA/P3A, Tim
Pengawas, TPM, dan KMB.
d. Pencairan Dana Tahap II (30%)
Setelah pekerjaan mencapai 50% fisik maka HIPPA/P3A membuat surat pengajuan pencairan dana
tahap II (30%) kepada Satker/PPK. Selanjutnya pihak satker memproses pengajuan dana tersebut
dan menyalurkan ke rekening bank atas nama HIPPA/P3A.

4) Tahapan Penyelesaian
Pelaksanaan kegiatan Padat Karya P3-TGAI, di kegiatan tahap penyelesaian pekerjaan
musyawarah desa III dan laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan P3-TGAI. Tahapan
penyelesaian adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah Desa III
Setelah pencairan dana tahap II (30%) dan pekerjaan fisik selesai 100%, maka HIPPA/P3A
melaksanakan musyawarah desa III sebagai laporan pertanggung-jawaban kepada masyarakat
desa. Di Musyawarah Desa III, HIPPA/P3A dibantu Tim Pelaksana menyampaikan hasil
penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan berdasarkan RK-HIPPA/P3A yang telah dibuat.
b. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K) P3TGAI
Setelah pertanggung-jawaban pekerjaan oleh HIPPA/P3A dan Tim Swakelola diterima oleh
masyarakat dalam Musyawarah Desa III, maka HIPPA/P3A/Tim Swakelola membuat LP2K yang
ditujukan kepada PPK. LP2K ini menjelaskan bahwa pekerjaan telah selesai 100% dan
diterima/disetujui oleh masyarakat desa, untuk kemudian dilakukan serah terima pekerjaan 100%
antara ketua HIPPA/P3A dan PPK.

2. Permasalahan di lapangan
Permasalahan utama yang timbul dalam pelaksanaan tahapan kegiatan Padat Karya
P3-TGAI di Kabupaten Jember dan Sidoarjo adalah sebagai berikut:
1) Dalam satu Desa terdapat dua HIPPA, HIPPA A mendapatkan 2 kali program P3-TGAI
sehingga HIPPA B tidak terima, kemudian HIPPA B tidak memperbolehkan HIPPA A dan
Depala Desa baru untuk tanda tangan Perjanjian Kerjanjan Kerjasama (PKS) di Balai Besar
Wilyah Sungai brantas.
2) Pembangunan saluran irigasi P3-TGAI bersamaan dengan Pembangunan jalan paving oleh
Dinas PU setempat, pembangunan jalan paving tersebut mengarah kejalan menuju
persawahan sehingga pembangunan sempat terkendala karena beberapa minggu jalan
ditutup.

2.4 Solusi
Hal-hal yang menjadi permasalahan maka perlu diberikan solusi sebagai berikut:
1) Koordinator KMB dan KMB turun ke desa guna menengahi perselisihan dan memutuskan
HIPPA B yang mendapatkan program P3-TGAI dengan menandatangani PKS susulan di
kantor Balai Besar wilayah Sungai Brantas
2) Menunggu pekerjaan Dinas PU selesai karena kendaraan material tidak bisa masuk ke
lokasi pembangunan, kemudian Kepala Desa membuat Surat Pernyataan yang berisi bahwa
pembangunan saluran irigasi P3-TGAI dapat diselesaikan tepat waktu.

SIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan uraian di atas yaitu kami KMB bersama TPM telah melakukan
pendampingan di masing-masing desa dengan maksimal dengan penuh rasa tanggung jawab.
Warga desa utamanya petani yang mendapat Program P3-TGAI merasa sangat terbantu dan masih
sangat berharap untuk mendapatkan pembangunan irigasi lagi sehingga harapannya hasil produksi
pertanian semakin meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Grace maria Ulfa. 2014. Pangan itu harga mutlak! (krisis) Pangan dan (Mitos) Budaya Pangan di
Indonesia. Universitas Brawijaya

Surat Edaran Direktur Jendral Sumber Daya Air Nomor 02/SE/D/2019. 2019. Petunjuk Teknis
Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI), Surabaya: Direktorat
Bina Operasi dan Pemeliharaan

Sahrirudin, Sulwan Permana, Ida Farida. 2014. Analisis Kebutuhan Air Irigasi untuk Daerah Irigasi
Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal Irigasi. Vol 13 (1) hal 2302-7312.

Sinaga I L, Jamilah, Mukhlis. 2013. Kualitas Air Irigasi di Desa Air Hitam Kecamatan Limapuluh
Kabupaten batubara. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2 (1) hal 186-191.

Siswoyo H, Wahyudi S I, Soedarsono. 2016. Analisis Efisiensi Jaringan Irigasi D.I Kabuyutan.
Program magister Teknik Sipil. Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Tim Pelaksana Kelompok Kerja PPSP Kabupaten Sidoarjo. 2011. Buku Putih Sanitasi. Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupatan Sidoarjo.

Jember Info. Tanpa tahun. Kondisi Umum Jember. Online, (https://www.jember.info/info/kondisi-


umum), diakses 29 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai