Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, telah mengamanatkan
bahwa Air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan harus
dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya, supaya dapat
memenuhi fungsinya, sehingga pengelolaan air dari hulu (upstream) sampai dengan
hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk
untuk irigasi. Prasarana-prasarana irigasi tersebut antara lain dapat berupa:
bendungan, bendung, saluran primer, sekunder, bangunan bagi, bagi sadap, sadap,
bangunan pelengkap, dan jaringan irigasi tersier. Rusaknya salah satu bangunan
irigasi tersebut akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga
mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun.

Sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,


bahwa kewenangan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi terbagi menjadi
kewenangan pusat, kewenangan daerah provinsi, dan kewenangan daerah
kabupaten/kota.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi menyatakan bahwa evaluasi
kinerja sistem irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi,
yang mana bahwa satu sistem irigasi merupakan satu kesatuan pengembangan dan
pengelolaan irigasi.
Berdasarkan Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No : S-
44/M.EKON/02/2016 tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan
Pengembangan Sistem Irigasi yang substansinya antara lain meminta Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan penilaian kinerja sistem irigasi
secara lengkap (dari waduk/bendung sampai dengan tersier).
Rekapitulasi penilaian kinerja sistem irigasi merupakan hasil penggabungan dari
hasil pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan sistem irigasi
tersier.
Dengan adanya rekapitulasi penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh ini, maka
akan didapatkan gambaran yang lebih nyata mengenai kinerja sistem irigasi di
Indonesia, khususnya untuk kewenangan pusat.

Dengan diketahuinya hasil penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh, dapat
dijadikan dasar bagi Pemerintah untuk menyusun perbaikan kebijakan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. Pada kebijakan yang baru nantinya

1
pelaksanaan pengelolaan irigasi akan dilakukan dengan pendekatan sebagai
kesatuan pengelolaan irigasi secara utuh dimulai dari sistem jaringan utama sampai
dengan jaringan tersier, sehingga diharapkan akan diperoleh suatu sistem
pengelolaan irigasi lebih efisien dan efektif.

1.2. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penilaian kinerja sistem irigasi melliputi penilaian kinerja sistem irigasi
utama dan tersier.
Ruang lingkup penilaian kinerja sistem irigasi utama meliputi :
- komponen prasarana fisik jaringan utama,
- komponen produktivitas tanam,
- komponen sarana penunjang,
- komponen organisasi personalia,
- komponen dokumentasi,
- komponen perkumpulan petani pemakai air (GP3A/IP3A).

Sedangkan ruang lingkup penilaian kinerja sistem irigasi tersier meliputi :


- komponen prasarana fisik jaringan tersier,
- komponen produktivitas tanam,
- komponen kondisi O&P,
- komponen petugas pembagi air/organisasi personalia,
- komponen dokumentasi,
- komponen Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk membantu Direktorat Bina O&P/
BBWS/BWS pada khususnya dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat pada umumnya dalam
pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier pada Daerah Irigasi
yang menjadi kewenangan Pusat.

1.3.2. Tujuan
Tujuan dari petunjuk pelaksanaan ini adalah agar pengelola irigasi mampu
melaksanakan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier pada Daerah Irigasi
yang menjadi kewenangan pusat secara akurat.

2
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a. mengetahui kinerja sistem irigasi secara utuh (sistem irigasi utama dan sistem
irigasi tersier) pada setiap Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pusat;
b. Mengetahui kondisi fisik daerah irigasi (dari bangunan utama, jaringan primer
sampai dengan jaringan tersier) pada setiap Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan Pusat;
c. mendapatkan data luasan baku, potensial, dan fungsional pada setiap Daerah
Irigasi yang menjadi kewenangan pusat. Data tersebut dilakukan verifikasi oleh
Tim Konsultan kepada BBWS/BWS terkait untuk mengetahui kebenarannya di
lapangan;
d. mendapatkan data jaringan irigasi tersier yang belum dan sudah dibangun
termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum pada setiap
Daerah Irigasi kewenangan Pusat;
e. mengetahui data dan kebutuhan ideal untuk petugas OP, Sarana dan Prasarana
OP serta indeks pertanaman dan produktivitas pertanian dalam satu layanan
jaringan irigasi pada setiap Daerah Irigasi kewenangan Pusat;
f. mendapatkan Data Inventarisasi P3A/GP3A/IP3A dan mengetahui kondisi di
tingkat usaha tani termasuk kondisi kegiatan OP tersier pada setiap Daerah
Irigasi kewenangan Pusat;
g. meningkatkan partisipasi petani dalam pengelolaan jaringan irigasi.

1.4. Manfaat
Manfaat dari petunjuk pelaksanaan ini adalah untuk memberikan panduan pada
pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh (sistem irigasi utama dan
sistem irigasi tersier) pada setiap Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pusat,
sehingga diperoleh hasil yang sesuai yang diharapkan oleh Direktorat Bina
O&P/BBWS/BWS pada khususnya dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat pada umumnya.

1.5. Istilah dan Definisi


Istilah dan definisi yang digunakan antara lain:
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

3
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Sistem irigasi utama meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia pada jaringan
irigasi utama (primer dan sekunder).
4. Sistem irigasi tersier meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia dalam petak
tersier.
5. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
6. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
7. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
8. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
9. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai
prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta
bangunan pelengkapnya
10. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan mengevaluasi.
11. Petak Tersier adalah bagian dari daerah irigasi yang mendapat air irigasi dari
satu bangunan sadap tersier dan dilayani oleh satu jaringan tersier.
12. Petak Kuarter adalah bagian dari petak tersier yang mendapat air dari boks
tersier/kuater dan dilayani oleh satu saluran kuarter
13. Pengembangan dan pengelolaaî sistim irigasi partisipatif (PPSIP) adalah
penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta masyarakat petani mulai dari
pemikiran awa,, pengambilan keutusan, sampai dengan pelaksanaan kegiatan
pada tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan, operasi,
pengembangan, dan rehabilitasi;

4
14. Penelusuran jaringan irigasi, adalah kegitan pemeriksaan bersama dengan
P3A/GP3A/IP3A, dari hulu sampai ke hilir untuk mengamati kondisi dan fungsi
jaringan irigasi dengan periode 6 bulanan pada saat pengeringan dan awal
musim hujan atau sesuai dengan kebutuhan.
15. PSETK (Profil Sosio Ekonomo Teknik dan Kelembagaan) adalah analisis dan
gambaran keadaan sosial ekonomi,teknis dan kelembagaan yang terdapat pada
satu atau sebagian daerah irigasi dalam kurun waktu tertentu.
16. Masyarakat petani pemakai air adalah kelompok masyarakat yang bergerak
dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum tergabung
dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air;
17. Induk perkumpulan petani pemakai air (IP3A) adalah kelembagaan sejumlah
P3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan
irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer,atau
satu daerah irigasi.
18. Gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A) adalah kelembagaan
sejumlah P3A yang bersepakat bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan
jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok
sekunder atau satu daerah irigasi.
19. Perkumpulan petani pemakai air (P3A),adalah kelembagaan pengelolaan
irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam satu petak tersier atau
desa yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis,
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
20. Peta daerah irigasi adalah peta yang menggambarkan batas daerah irigasi dan
tata letak saluran induk & sekunder, bangunan air, pembagian areal layanan
irigasi, batas wilayah kerja antara lain : wilayah kerja UPTD/pengamat, wilayah
kerja mantri/juru pengairan, wilayah kabupaten/kota, wilayah provinsi, dalam
skala 1 : 10.000 atau 1 : 5.000
21. Peta Petak tersier, adalah peta yang menggambarkan / menunjukkan segala
informasi, lokasi dan arah saluran pembawa / pembuang, bangunan utama /
pelengkap, jalan batas petak tersier, saluran yang dapat diairi berdasarkan
keadaan topografi daerah tersebut, dalam skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000.
22. Skema Jaringan Irigasi adalah sketsa yang menggambarkan letak dan nama-
nama saluran induk & sekunder, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap,
bangunan sadap, dan bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang
saluran, petak tersier dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan
yang masing-masing dilengkapi dengan nomenklatur.

5
23. Skema Jaringan irigasi tersier adalah sketsa yang menggambarkan letak dan
nama-nama saluran tersier, bangunan sadap, boks tersier, boks kuarter dan
bangunan lainnya yang ada disetiap ruas dan panjang saluran, petak kuarter
dengan data debit rencana, luas petak, kode golongan yang masing-masing
dilengkapi dengan nomenklatur.
24. Skema Bangunan, adalah sketsa yang menggambarkan letak dan nama nama
saluran induk dan sekunder, Bendung, bangunan bagi, bangunan bagi/sadap,
bangunan sadap dan bangunan pelengkap lainnya.
25. Skema Bangunan tersier, adalah sketsa yang menggambarkan letak dan nama
nama saluran tersier, boks tersier, boks kuarter, dan bangunan pelengkap
lainnya.
26. Gambar purna laksana (as built drawing) adalah gambar kerja purna/pasca
konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
27. Bangunan utama, adalah bangunan pengambilan/penampungan air yang
berfungsi menyadap air pada sumbernya yang digunakan untuk irigasi
(Bendungan, bendung, Free intake, Station Pompa).
28. Bangunan bagi, adalah bangunan yang terletak pada saluran primer/sekunder
yang berfungsi membagi air ke saluran sekunder lainnya.
29. Bangunan sadap, adalah bangunan yang terletak di saluran primer / sekunder
yang dapat memberi air langsung ke petak tersier.
30. Bangunan Bagi / sadap, adalah kombinasi kedua bangunan diatas.
31. Bangunan pengatur muka air, adalah bangunan yang dibuat di saluran, yang
berfungsi untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan yang dikehendaki.
32. Bangunan pelengkap/silang, adalah bangunan yang ada dijaringan irigasi
diluar bangunan utama dan bangunan bagi/sadap misal : gorong-gorong, talang
siphon dll.
33. Gorong-gorong, adalah bangunan yang mengalirkan air irigasi yang melintasi,
dibawah bangunan lain (jalan, saluran).
34. Talang, adalah bangunan yang mengalirkan air irigasi, melintas lembah/ sungai/
saluran, bisa tertutup atau terbuka, digunakan manakala waking cukup aman.
35. Siphon, adalah bangunan yang mengalirkan air, berada dibawah sungai /
saluran / jalan, digunakan manakala elevasi muka air banjir terlalu dekat dengan
dasar saluran.
36. Talang Siphon, adalah bangunan kombinasi dari kedua bangunan diatas.
37. Bangunan terjun, adalah bangunan pematah energi yang ada pada saluran
irigasi, dibuat manakala kemiringan medan jauh lebih besar dari kemiringan
saluran.

6
38. Got miring, adalah bangunan pematah energi merupakan saluran dengan
pasangan yang mempunyai kemiringan lebih besar dari kemiringan saluran,
digunakan bila pembuatan bangunan terjun tidak memungkinkan.
39. Pelimpah, adalah bangunan pengamanan yang ada disaluran/sungai yang
berfungsi untuk melewati air pada saat elevasi m.a saluran melebihi elevasi m.a
rencana
40. Boks Tersier adalah bangunan bagi di saluran tersier untuk membagi air ke
seluruh petak tersier dan kuarter melalui saluran tersier/kuarter
41. Boks Kuarter adalah bangunan bagi di saluran tersier untuk membagi air ke
petak kuarter melalui saluran kuanter
42. Saluran tersier adalah saluran pembawa yang mendapat air dari bangunan
sadap pada saluran sekunder/induk untuk mengairi satu petak tersier.
43. Saluran kuarter adalah saluran pembagi/bagi yang mendapat air dari boks
tersier/kuarter pada saluran tersier untuk mengairi satu petak kuarter.
44. Saluran pembuang tersier adalah saluran alam/buatan yang terletak di dan
antara petak-petak tersier untuk menampung air /buangan dari saluran
pembuang kuarter dan sering merupakan batas antara petak-petak tersier.
45. Saluran pembuang kuater adalah saluran buatan yang terletak di dalam petak
tersier berfungsi untuk menampung air kelebihan /buangan dari areal
persawahan dan membuang air ke saluran pembuang tersier.
46. Saluran pembawa utama adalah saluran irigasi yang berfungsi membawa air
dari bangunan utama/pengambilan sampai bangunan sadap terakhir yang terdiri
dari saluran primer dan sekunder, termasuk saluran suplesi dan saluran muka.
47. Saluran pembawa tersier adalah saluran irigasi yang berfungsi membawa air
dari bangunan sadap tersier di jaringan utama sampai boks bagi kuarter yang
terakhir atau saluran tersier.

1.6. Acuan Normatif


Acuan normatif pelaksanaan kegiatan Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier adalah:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi;

7
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
30/PRT/M/2015 Tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
34/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
9. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No : S-44/M.EKON/02/2016
tanggal 26 Februari 2016 tentang Pendataan dan Pengembangan Sistem Irigasi;
10. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi Nomor 01 – 09.

8
BAB II
METODOLOGI

2.1. Pangkal Pikir

Irigasi mempunyai peran sangat penting dalam upaya untuk mencapai produksi
tanaman sehingga pelaksanaanya juga harus dilakukan secara sepadan. Untuk itu
sangat diperlukan suatu upaya pengumpulan data dan informasi secara akurat dan
tersistem secara nasional, untuk itu Pemerintah telah memberikan satu arahan dalam
bentuk aturan pelaksanaan Permen PUPR nomor 12 tahun 2015 dan Permen PUPR
nomor 30 tahun 2015. Dua Peraturan Menteri tersebut juga mengamanatkan bahwa
pengelolaan irigasi di Indonesia harus dilaksanakan secara partisipatif.

Mengingat bahwa keberadaan data itu sangat penting, maka semua upaya
pengumpulan data dan informasi bagi pengelolaan irigasi akan dilakukan secara
serentak di Indonesia khususnya untuk daerah irigasi kewenangan pusat. Selain
aturan penerbitan aturan hukum, Pemerintah pada tahun 2016 juga telah
menggerakkan masyarakat melalui gerakan Cinta OP SDA dengan melakukan
penandatanganan MoU dengan perguruan tinggi sebagai komponen masyarakat.
Dengan demikian perguruan tinggi dapat ikut berperan serta dalam upaya
pengumpulan data ini.

Selama ini bahwa fokus pengelolaan irigasi kewenangan pusat masih bertumpu pada
jaringan irigasi utama, karena pemerintah selama ini mempunyai kewenangan dalam
pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi utama. Adanya perubahan
lingkungan strategis menyebabkan peran jaringan tersier yang selama ini dikelola oleh
organisasi petani menjadi terabaikan. Mengingat bahwa pengelolaan irigasi harus
dilakukan secara utuh dan menyeluruh, maka penilaian kinerja sistem irigasi tersier
juga harus dilakukan guna melengkapi penilaian kinerja sistem irigasi secara
keseluruhan.

2.2. Isu-isu
Kegiatan penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh tidak terlepas dari isu-isu yang
ada saat ini, antara lain:
1. Adanya perubahan lingkungan yang mempengaruhi kinerja irigasi dalam bentuk
lingkungan strategis, ekologis, dan fisik.
2. Berkembangnya pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi secara
cepat.

9
3. Adanya kesepakatan bersama antara Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan
beberapa perguruan tinggi di Indonesia terlibat dalam Gerakan Cinta OP sesuai
kemampuan perguruan tinggi.
4. Dengan adanya pemisahan kewenangan pengelolaan sistem irigasi utama dan
tersier menyebabkan kinerja dan tingkat layanan jaringan irigasi tidak optimal,
karena masyarakat tani kurang mampu melakukan pengelolaan sistem irigasi
tersier dengan baik.

2.3. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan


2.3.1. Piranti Lunak
Diperlukan piranti lunak yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:
- Peta Citra Satelit, Google Earth Pro, easy google downloader
- Aplikasi berbasis GIS
- Aplikasi penilaian kinerja sistem irigasi yang dapat bekerja secara online
maupun offline.
2.3.1. Piranti Keras
Piranti keras yang digunakan dalam kegiatan ini, antara lain:
- Seperangkat GPS
- Kamera, handycam, smartphone, laptop, current meter.
- Perangkat pendukung lainnya
2.3.2. Lain-lain
Alat dan bahan lainnya yang digunakan antara lain:
- blanko-blanko, data sekunder sesuai dengan kebutuhan
- pendukung alat tulis, dapat berupa kertas, pulpen, pensil, penghapus, mistar.

2.4. Langkah Kerja/Diagram Alir

2.4.1. Metode
Metode yang digunakan dalam penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh adalah
dengan inventarisasi dan pengukuran langsung di lapangan untuk penilaian kinerja
sistem irigasi utama dan tersier sehingga diperoleh data primer, sedangkan
inventarisasi data-data yang sudah tersedia seperti peta daerah irigasi, skema
jaringan dan bangunan, peta RBI/Peta Google Earth, data P3A/GP3A/IP3A dan data
lainnya untuk mendapatkan data sekunder sebagai pendukung.

10
2.4.2. Diagram Alir

Mulai

Daerah Irigasi

(1) Persiapan
I. Workshop
II. Sosialisasi Rencana Kegiatan (Tingkat Balai)
III. Pengumpulan Data Awal:
1. Peta RBI/Peta Google Earth
2. Data pendukung : formulir (survei, kapasitas saluran pembawa & pembuang) dan template
3. Pengumpulan data awal, antara lain : skema jaringan irigasi, bangunan, peta DI
IV. Aplikasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi

(2) Survei dan Inventarisasi Data


I. Sosialisasi materi survei (tingkat DI)
II. Inventarisasi Data (termasuk luasan fungsional)
III. Penelusuran (termasuk dokumentasi cetak dan visual)

(2a) (2b)
Jaringan Utama Jaringan Tersier

(3) Data Based DI

(4) Analisis

(5a) (5b) (5c) (5d)


Kinerja Kinerja Sistem Irigasi Kinerja Sistem Irigasi Peta
P3A/GP3A/IP3A Utama Tersier
(6d)
(6b) (6c)
(6a) Draft Pelaporan Peta
Draft Pelaporan Kinerja Draft Pelaporan Kinerja
Draft Pelaporan Kinerja
Sistem Irigasi Utama Sistem Irigasi Tersier
P3A/GP3A/IP3A

(7) Lokakarya

1. Laporan Kinerja Jaringan


2. Laporan Analisis
3. Peta

(8) Dokumentasi

(9a) Rekomendasi (9) Rekomendasi


Manajerial Kebijakan

Selesai

11
BAB III
PELAKSANAAN

3.1. Persiapan
Tahapan persiapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam penilaian kinerja
sistem irigasi secara utuh, meliputi sistem irigasi utama dan tersier adalah:

3.1.1. Workshop
Workshop dilaksanakan di Jakarta selama 2 hari, bertujuan untuk menyamakan
persepsi dalam pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier,
sehingga dalam pelaksanaan nantinya terjadi kesamaan pelaksanaan di lapangan
pada 30 BBWS/BWS. Setiap BBWS/BWS mengirimkan 3 wakil sebagai berikut :
a. Wakil dari BBWS/BWS;
b. SKPD TP-OP Dinas PU/PSDA Provinsi; dan
c. Pakar/Praktisi irigasi/Wakil dari Perguruan Tinggi.

3.1.2. Pelaksanaan Sosialisasi


Sosialisasi dilaksanakan Konsultan bersama Direksi/Tim Teknis terhadap rencana
pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier terhadap Daerah
Irigasi yang menjadi kewenangan Pusat, pelaksanaan di daerah masing-masing.
Sasaran sosialisasi adalah BBWS/BWS, Dinas PU Provinsi, Dinas PU Kab/Kota,
pengamat/UPTD, juru pengairan, ketua P3A/GP3A/IP3A serta perwakilan
perguruan tinggi yang berada pada lokasi kegiatan.

3.1.3. Training (Pelatihan)


Pelaksanaan Training bertujuan untuk :
a. Penyampaian tujuan dan penyamaan persepsi dalam pelaksanaan penilaian
kinerja sistem irigasi utama dan tersier terhadap Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan Pusat;
b. Penjelasan Metodologi dan rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam
penelusuran jaringan irigasi; dan
c. Pembagian tugas dalam pelaksanaan penelusuran jaringan irigasi.
Pelaksanaan Training di daerah masing-masing, dilaksanakan oleh konsultan dikuti
oleh pengamat, juru pengairan, P3A dan wakil perguruan tinggi yang nantinya akan
melaksanakan penelusuran jaringan dalam pelaksanaan penilaian kinerja sistem
irigasi tersier.

12
3.1.4. Inventarisasi Data Jaringan Utama
a. Inventarisasi data seluruh jaringan irigasi utama pada Daerah Irigasi
kewenangan Pusat antara lain data: peta daerah irigasi, skema jaringan irigasi
utama, skema bangunan, jaringan irigasi yang belum dan sudah dibangun
termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum, dan melakukan
pendataan dan plotting luasan baku, potensial, dan fungsional pada Daerah
Irigasi yang menjadi kewenangan pusat kedalam format peta citra satelit.
b. Inventarisasi dan menganalisis kebutuhan data petugas OP ideal meliputi
Pengamat, Staf Pengamat, Juru, PPA, POB dan Pekarya Saluran sesuai dengan
Permen PU-PR No. 12 Tahun 2015 menggunakan blanko yang diterbitkan oleh
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan.
c. Inventarisasi dan menganalisis kebutuhan ideal sarana dan prasarana OP serta
fasilitas penunjang OP menggunakan blanko yang diterbitkan oleh Direktorat
Bina Operasi dan Pemeliharaan.

3.1.5. Inventarisasi Data Petak Tersier


Konsultan berkewajiban melakukan inventarisasi data seluruh petak tersier pada
Daerah Irigasi kewenangan Pusat antara lain data: peta petak tersier, skema
jaringan irigasi tersier, jaringan irigasi yang belum dan sudah dibangun termasuk
luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum.

3.1.6. Inventarisasi Data P3A/GP3A/IP3A yang telah terbentuk pada setiap Daerah Irigasi
kewenangan Pusat sesuai dengan blanko yang diterbitkan oleh Direktorat Bina
Operasi dan Pemeliharaan.

3.1.7. Inventarisasi Data Indeks Pertanaman dan Produktivitas Padi pada setiap Daerah
Irigasi kewenangan Pusat sesuai dengan blanko yang diterbitkan oleh Direktorat
Bina Operasi dan Pemeliharaan.

3.2. Pelaksana yang Terlibat


Unsur pelaksana yang terlibat dalam penilaian kinerja sistem irigasi utama dan
tersier adalah:
1. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A),
2. Juru dan Pengamat Pengairan,
3. Perguruan Tinggi,
4. Surveyor,
5. Mantri Pertanian/Penyuluh Pertanian (dapat dilibatkan)

13
3.3. Tahapan Penilaian Kinerja
3.3.1. Pelaksanaan Penelusuran Jaringan
Dalam pelaksanaan penelusuran jaringan setiap tim yang terbentuk harus diwakili/
mengikutkan juru, P3A/GP3A/IP3A, wakil dari Perguruan Tinggi dan Konsultan
(surveyor).
Walkthrough (penelusuran jaringan) untuk penilaian kinerja sistem irigasi (Sistem
Irigasi Primer sampai dengan Sistem Irigasi Tersier) pada setiap Daerah Irigasi
kewenangan pusat untuk mendapatkan :
- Penilaian kinerja sistem irigasi secara utuh (sistem irigasi primer sampai
dengan sistem irigasi tersier);
- Data inventarisasi jaringan irigasi utama (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang);
- Penilaian kondisi fisik daerah irigasi (dari bangunan utama, jaringan utama
sampai dengan jaringan tersier);
- Data inventarisasi jaringan irigasi tersier (jumlah bangunan, panjang
saluran, termasuk saluran pembuang), yang belum dan sudah dibangun
termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum ;
- Pembuatan Peta Petak Tersier (yang menunjukkan trase saluran tersier dan
batas petak tersier);
- Dokumentasi berupa foto-foto dan video hasil penelusuran jaringan di
lapangan.

3.3.2. Komponen Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Komponen penilaian kinerja sistem irigasi terdiri dari komponen penilaian kinerja
sistem irigasi utama dan tersier
Pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian kinerja sistem irigasi utama
ada 6 (enam) komponen yang dimonitor dan dievaluasi terdiri dari :
1. Prasarana Fisik Jaringan Utama
Perhitungan kondisi dan fungsi jaringan irigasi dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi fisik jaringan irigasi utama, apakah masih berfungsi dengan baik atau
sudah terjadi perubahan fungsi. Sub komponen yang dihitung pada bagian sub
komponen kondisi dan fungsi jaringan irigasi utama terdiri dari:
i. Bangunan Utama
ii. Saluran Pembawa
iii. Bangunan pada saluran pembawa
iv. Saluran Pembuang dan Bangunannya
v. Jalan Masuk/Inspeksi
vi. Kantor, Perumahan, dan Gudang

14
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. pemenuhan kebutuhan air (faktor K)
ii. realisasi luas tanam (IP)
iii. produktivitas padi
3. Sarana Penunjang terdiri dari:
i. Peralatan O&P
ii. Transportasi
iii. Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD
iv. Alat Komunikasi
4. Organisasi Personalia terdiri dari:
i. Organisasi O&P telah disusun dengan batasan-batasan tanggungjawab dan
tugas yang jelas Petugas OP yang ada sudah terlatih
ii. Personalia
5. Dokumentasi terdiri dari:
i. Buku data daerah irigasi
ii. Peta dan gambar-gambar
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) terdiri dari:
i. GP3A/IP3A sudah berbadan hukum
ii. Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A
iii. Rapat Ulu-ulu/GP3A/IP3A dengan ranting/Pengamat/UPTD
iv. GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan
v. Partisipasi GP3A/IP3A dalam jaringan dan Penanganan Bencana Alam
vi. Iuran P3A digunakan untuk perbaikan jaringan
vii. Partisipasi P3A dalam perencanaan Tata Tanam dan Pengalokasian Air

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam pelaksanan penilaian kinerja sistem


irigasi tersier juga ada 6 (enam) komponen yang dimonitor dan dievaluasi terdiri
dari :
1. Prasarana Fisik Jaringan Tersier
Perhitungan kondisi dan fungsi jaringan irigasi dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi fisik jaringan irigasi tersier, apakah masih berfungsi dengan baik atau
sudah terjadi perubahan fungsi. Sub komponen yang dihitung pada bagian sub
komponen kondisi dan fungsi jaringan irigasi tersier terdiri dari:
i. Saluran Pembawa
ii. Bangunan pada saluran pembawa
iii. Saluran Pembuang dan Bangunannya

15
2. Produktivitas tanam terdiri dari:
i. pemenuhan kebutuhan air (faktor K)
ii. realisasi luas tanam (IP)
iii. produktivitas padi
3. Kondisi O&P Jaringan Tersier terdiri dari:
i. Bobolan (pengambilan liar) dari saluran induk, sekunder, dan tersier
ii. Giliran pembagian air pada waktu debit kecil
iii. Pembersihan saluran tersier secara gotong royong/diborongkan
iv. Perlengkapan pendukung O&P
4. Petugas Pembagi Air/Organisasi Personalia/SDM terdiri dari:
i. Tersedianya petugas teknis P3A
ii. Petugas OP yang ada sudah terlatih
iii. Mampu dan sering berkomunikasi dengan petani dan juru, termasuk PPL.
5. Dokumentasi terdiri dari:
i. Buku data petak tersier meliputi : Buku Administrasi Organisasi, Manual OP
Tersier, Jadwal dan Pola Tanam,
ii. Peta dan gambar-gambar meliputi : Peta wilayah kerja, peta petak tersier,
skema jaringan tersier, skema bangunan, dan gambar purna laksana.
6. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) terdiri dari:
i. Status badan hukum P3A
ii. Kondisi kelembagaan
iii. Aktivitas P3A
iv. Partisipasi anggota P3A dalam OP
v. Iuran OP untuk tersier
vi. Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam perencanaan tata tanam dan
pengalokasian air
vii. Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi.

3.4. Pengendalian Mutu


Untuk menjaga kualitas hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier, perlu
dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Konsultan membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang disetujui oleh Direksi
2. Secara periodik dilakukan tinjauan audit proses dan hasil pekerjaan/kaji ulang
manajemen
3. Penerimaan hasil pekerjaan apabila pekerjaan telah sesuai dengan yang
dipersyaratkan.

16
3.5. Keluaran Kegiatan
Dari kegiatan penilaian kinerja sistem utama dan irigasi tersier diperoleh keluaran
kegiatan sebagai berikut:
1. Skema jarigan irigasi, skema bangunan, dan peta daerah irigasi per daerah
irigasi yang menjadi kewenangan pusat yang telah dihimpun oleh konsultan
2. Data tabular luasan baku, potensial, dan fungsional pada daerah irigasi yang
menjadi kewenangan pusat
3. Peta dalam format citra satelit (luasan baku, potensial, dan fungsional) dengan
skala 1:5.000 pada Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan pusat dan dicetak
dalam skala fit format A-3
4. Data inventarisasi jaringan irigasi utama dan tersier yang belum dan sudah
dibangun termasuk luasan lahan sawah yang sudah dicetak atau belum pada
setiap daerah irigasi kewenangan pusat
5. Peta petak tersier (yang menunjukkan trase saluran tersier dan batas petak
tersier) dengan skala 1:5.000 dicetak dalam skala fit format A-3
6. Data penilaian kondisi fisik jaringan irigasi utama dan tersier dan kinerja sistem
irigasi utama dan tersier pada setiap daerah irigasi yang menjadi kewenangan
pusat
7. Data eksisting dan analisis kebutuhan petugas OP ideal pada setiap daerah
irigasi kewenangan pusat
8. Data eksisting dan analisis sarana dan prasarana OP serta fasilitas penunjang
OP pada setiap daerah irigasi kewenangan pusat
9. Data indeks pertanaman dan produktivitas padi pada petak tersier yang ada
pada setiap daerah irigasi kewenangan pusat
10. Data kondisi kelembagaan petani termasuk inventarisasi data P3A/GP3A/IP3A
pada setiap daerah irigasi kewenangan pusat
11. Data kondisi usaha tani pada setiap daerah irigasi kewenangan pusat
12. Data kondisi kegiatan O&P jaringan irigasi utama dan tersier pada setiap daerah
irigasi kewenangan pusat
13. Dokumentasi pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi (permukaan)
kewenangan pusat di 30 BBWS/BWS.

17
BAB IV
BOBOT DAN INDIKATOR
PENILAIAN KINERJA SISTEM IRIGASI UTAMA DAN TERSIER

4.1. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Utama


4.1.1. Pembobotan
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi utama dengan
mempertimbangkan keterkaitan beberapa komponen dalam pengelolaan sistem
irigasi utama dengan bobot maksimum sebagai berikut :
a. Prasarana Fisik : 45 %
terdiri dari:
- Bangunan utama : 13 %;
- Saluran pembawa : 10 %;
- Bangunan pada saluran pembawa : 9 %;
- Saluran pembuang dan bangunannya : 4%
- Jalan masuk/inspeksi : 4%
- Kantor, perumahan, dan Gudang : 5%

b. Produktivitas tanam : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%

c. Sarana Penunjang : 10 %
terdiri dari:
- Peralatan O&P : 4 %;
- Transportasi : 2 %;
- Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD : 2%
- Alat komunikasi : 2%

d. Organisasi personalia : 15 %
terdiri dari:
- Organisasi O&P telah disusun dengan
batasan-batasan tanggungjawab dan tugas
yang jelas : 5 %;
- Personalia : 10 %;

e. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data DI : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;

18
f. Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A/IP3A) : 10 %
terdiri dari:
- GP3A/IP3A sudah berbadan hukum : 1,5 %
- Kondisi kelembagaan GP3A/IP3A : 0,5 %
- Rapat Ulu-ulu/P3A Desa/GP3A/IP3A
dengan Ranting/Pengamat/UPTD : 2%
- GP3A/IP3A aktif mengikuti survei/penelusuran jaringan : 1 %
- Partisipasi anggota GP3A/IP3A dalam perbaikan
jaringan dan penanganan bencana alam : 2%
- Iuran GP3A/IP3A untuk partisipasi perbaikan
jaringan utama : 2%
- Partisipasi GP3A/IP3A dalam Perencanaan Tata
Tanam dan Pengalokasikan Air : 1%

4.1.2. Indikator penilaian


Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi dan
kinerja sebagai berikut :
a. Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri :
- Kondisi baik sekali(> 90-100%) atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Kondisi baik (> 80-90%) atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Kondisi sedang (> 60-80%) atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Kondisi jelek (< 60%) atau tingkat kerusakan : > 40 %
b. Untuk non fisik (produktivitas tanaman, sarana penunjang, organisasi
personalia, dokumentasi dan GP3A/IP3A) ada 4 indikator kinerja terdiri :
- Kinerja baik sekali : > 90-100%
- Kinerja baik : > 80-90%
- Kinerja cukup : > 60-80%
- Kinerja kurang : < 60%

4.1.3. Indeks kinerja sistem irigasi utama


Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 45 25 35
2 Produktivitas tanam 15 10 12,5
3 Sarana Penunjang 10 5 7,5
4 Organisasi Personalia 15 7,5 10
5 Dokumentasi 5 2,5 5
6 GP3A/IP3A 10 5 7,5
JUMLAH 100 55 77,5

19
4.1.4. Kategori Kinerja
Berdasarkan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dihasilkan Indeks kinerja
dengan nilai :
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang
 < 55 : kinerja jelek

4.2. Bobot dan Indikator Penilaian Sistem Irigasi Tersier


4.2.1. Pembobotan
Dalam menentukan bobot penilaian kinerja sistem irigasi tersier dengan
mempertimbangkan keterkaitan beberapa Komponen dalam pengelolaan sistem
irigasi tersier dengan bobot maksimum sebagai berikut :
a. Prasarana Fisik : 25 %
terdiri dari:
- Saluran pembawa : 14 %;
- Bangunan pada saluran pembawa : 8 %;
- Saluran pembuang dan bangunannya : 3%

b. Produktivitas tanaman : 15 %
terdiri dari:
- Pemenuhan kebutuhan air (faktor K) : 9 %;
- Realisasi luas tanam : 4 %;
- Produktivitas padi : 2%

c. Kondisi O&P : 20 %
terdiri dari:
- Tingkat adanya bobolan : 6 %;
- Giliran pembagian air waktu debit kecil : 4 %;
- Pembersihan saluran tersier : 6%
- Perlengkapan pendukung OP : 4%

d. Petugas O&P/Organisasi personalia : 15 %


terdiri dari:
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tersedia : 6 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A tlh terlatih : 4,5 %;
- Ulu-ulu/petugas teknis P3A sering komunikasi
dengan petani dan juru pengairan : 4,5 %

e. Dokumentasi : 5%
terdiri dari:
- Buku data petak tersier : 2 %;
- Peta dan gambar-gambar : 3 %;

f. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) : 20 %


terdiri dari:
- Status badan hukum P3A : 2%

20
- Kondisi kelembagaan : 3%
- Aktivitas rapat-rapat P3A : 2%
- Aktivitas survey/penelusuran jaringan : 3%
- Partisipasi anggota P3A dalam perbaikan -
jaringan dan penanganan bencana alam :3%
- Iuran OP untuk tersier : 2%
- Kemampuan fungsional dan koordinasi dalam
perencanaan tata tanam dan pengalokasian air : 3%
- Keterlibatan P3A dalam Monitoring dan evaluasi : 2%

4.2.2. Indikator penilaian


Dalam penentuan indikator penilaian dibagi dalam beberapa kelompok kondisi dan
kinerja sebagai berikut :
c. Prasarana Fisik ada 4 indikator terdiri :
- Kondisi baik sekali(> 90-100%) atau tingkat kerusakan : > 0 - 10 %
- Kondisi baik (> 80-90%) atau tingkat kerusakan : > 10 - 20%
- Kondisi sedang (> 60-80%) atau tingkat kerusakan : > 20 - 40 %
- Kondisi jelek (< 60%) atau tingkat kerusakan : > 40 %

d. Untuk non fisik (produktivitas tanaman, kondisi OP, petugas OP/organisasi


personalia, dokumentasi dan P3A) ada 4 indikator kinerja terdiri dari:
- Kinerja baik sekali : > 90-100%
- Kinerja baik : > 80-90%
- Kinerja cukup : > 60-80%
- Kinerja kurang : < 60%

4.2.3. Indeks kinerja sistem irigasi tersier


Yg ada Maks Min Optimum
No. Komponen Keterangan
(%) (%) (%) (%)
1 Prasarana fisik 25 15 20
2 Produktivitas tanaman 15 10 12.5
3 Kondisi OP 20 10 15
4 Petugas OP/Org/SDM 15 7.5 10
5 Dokumentasi 5 2.5 5
6 P3A 20 10 15
JUMLAH 100 55 77.5

21
4.2.4. Kategori Kinerja
Berdasarkan hasil penilaian kinerja system irigasi tersier dihasilkan Indeks kinerja
dengan nilai :
 80 - 100 : kinerja sangat baik
 70 - <80 : kinerja baik
 55 - <70 : kinerja kurang
 < 55 : kinerja jelek

4.3. Format Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi


Rekapitulasi hasil penilaian kinerja sistem irigasi diperoleh dari penjumlahan hasil
penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier, dengan komposisi pembobotan
berdasarkan luas layanan irigasi, yang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok sebagai
berikut:
1. Kelompok 1 untuk DI lebih dari 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 80%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 20%.
2. Kelompok 2 untuk DI antara 150 ha - 1000 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 60%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 40%.
3. Kelompok 3 untuk Daerah Irigasi < 150 ha
- bobot jaringan utama terhadap total kinerja sebesar 50%.
- bobot jaringan tersier terhadap total kinerja sebesar 50%.

Contoh rekapitulasi hasil penilaian kinerja sistem irigasi dengan nilai maksimum untuk
kewenangan pusat (luas DI lebih besar dari 3.000 ha) masuk dalam kelompok 1,
seperti pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi

SISTEM IRIGASI UTAMA SISTEM IRIGASI TERSIER


Indeks Indeks NILAI
Kondisi Bobot Kondisi Bobot TOTAL
No. KOMPONEN No. KOMPONEN
yang (80%) yang (20%)
Ada Ada
PRASARANA
1. PRASARANA FISIK 45 36 1. 25 5 41
FISIK
PRODUKTIVITAS PRODUKTIVITAS
2. 15 12 2. 15 3 15
TANAM TANAM
SARANA
3. 10 8 3. KONDISI OP 20 4 12
PENUNJANG
ORGANISASI ORGANISASI
4. 15 12 4. 15 3 15
PERSONALIA PERSONALIA
5. DOKUMENTASI 5 4 5. DOKUMENTASI 5 1 5

6. GP3A/IP3A 10 8 6. P3A 20 4 12

100 80 100 20 100

22
BAB V
REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

5.1. Rekomendasi
Hasil pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja sistem irigasi utama dan tersier ini
dapat dibagi masing-masing dalam 6 komponen.
a. Penilaian kinerja sistem irigasi utama terdiri dari:
1) komponen prasarana fisik jaringan utama,
2) komponen produktivitas tanam,
3) komponen sarana penunjang jaringan utama,
4) komponen organisasi personalia,
5) komponen dokumentasi,
6) komponen perkumpulan petani pemakai air (GP3A/IP3A).

b. Penilaian kinerja sistem irigasi tersier terdiri dari:


1) komponen fisik jaringan tersier,
2) komponen produktivitas pertanaman,
3) komponen kondisi O&P jaringan tersier,
4) komponen petugas pembagi air/organisasi personalia,
5) komponen dokumentasi,
6) komponen Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

Rekomendasi diberikan berdasarkan hasil penilaian kinerja sistem irigasi utama dan
tersier yang dilakukan pada masing-masing komponen tersebut.

5.2. Tindak Lanjut


Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan penilaian kinerja sistem irigasi, dapat
mengusulkan program penanganan pengelolaan jaringan irigasi, yang dikelompokkan
berdasarkan kriteria sesuai Peraturan Menteri PUPR Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi sebagai berikut :

i. Nilai 80-100 : kinerja sangat baik, maka diperlukan penanganan operasi dan
pemeliharaan rutin (tingkat kerusakan < 10%),

ii. Nilai 70-<80 : kinerja baik, maka diperlukan penanganan operasi, pemeliharaan
rutin dan pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan (tingkat
kerusakan : 10%-20%),

23
iii. Nilai 55-<70 : kinerja kurang dan perlu perhatian, maka diperlukan penanganan
operasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
(tingkat kerusakan : >20%-40%),

iv. Nilai < 55 : kinerja jelek dan perlu perhatian segera, maka diperlukan
penanganan operasi, pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan
berat/penggantian, rehabilitasi dan/atau peningkatan kondisi jaringan
irigasi (tingkat kerusakan > 40%).

24
Lampiran-lampiran :
Lampiran I : Form Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
1. Form I : Data Umum
2. Form II : Isian Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
Form IIA : Isian Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama dengan kantong
lumpur
Form IIB : Isian Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama tanpa kantong
lumpur
3. Tabel Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
4. Form 1-U : Indeks Pertanaman dan Produktivitas Padi
Form 1A-UJ : Realisasi Tanam Tingkat Primer/Sekunder
Form 1B-UD : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Daerah Irigasi
Form 1C-UB : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat BBWS/BWS
Form 1D-UP : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Provinsi
Form 1E-UN : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Nasional
5. Form 2-U : Inventarisasi Bangunan dan Jaringan Irigasi Utama
Form 2A-UJ : Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Tingkat Jaringan
Utama
Form 2B-UB : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Utama
Tingkat BBWS/BWS
Form 2C-UP : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Utama
Tingkat Provinsi
Form 2D-UN : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Utama
Tingkat Nasional
6. Form 3 : Inventarisasi Data Tenaga Operasi dan Pemeliharaan
Form 3A : SDM Tenaga OP Tingkat Pengamat
Form 3B : Rekapitulasi SDM Tenaga OP Tingkat Daerah Irigasi
Form 3C : Rekapitulasi SDM Tenaga OP Tingkat BBWS/BWS
Form 3D : Rekapitulasi SDM Tenaga OP Tingkat Provinsi
Form 3E : Rekapitulasi SDM Tenaga OP Tingkat Nasional

25
7. Form 4 : Inventarisasi P3A/GP3A/IP3A
Form 4A : Kondisi Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tingkat Jaringan
Form 4B : Rekapitulasi Kondisi Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tingkat Daerah
Irigasi
Form 4C : Rekapitulasi Kondisi Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tingkat
BBWS/BWS
Form 4D : Rekapitulasi Kondisi Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tingkat
Provinsi
Form 4E : Rekapitulasi Kondisi Kelembagaan P3A/GP3A/IP3A Tingkat
Nasional
8. Form 5 : Inventarisasi Data Sarana dan Prasarana Serta Fasilitas
Pendukung Operasi dan Pemeliharaan
9. Form 6-U : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
Form 6A-UD : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Tingkat Sub Sistem Irigasi
Utama
Form 6B-UB : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
Tingkat BBWS/BWS
Form 6C-UP : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
Tingkat Provinsi
Form 6D-UN : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Utama
Tingkat Nasional

Lampiran I : Form Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier


1. Form I : Data Umum
2. Form II : Isian Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
3. Tabel Kriteria dan Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
4. Form 1-T : Indeks Pertanaman dan Produktivitas Padi
Form 1A-TJ : Realisasi Tanam Pada Petak Tersier Tingkat Primer/Sekunder
Form 1B-TD : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Daerah Irigasi
Form 1C-TB : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat BBWS/BWS
Form 1D-TP : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Provinsi
Form 1E-TN : Rekapitulasi Realisasi Tanam Tingkat Nasional

26
5. Form 2-T : Inventarisasi Bangunan dan Jaringan Irigasi Tingkat Petak
Tersier
Form 2A-TJ : Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Per Petak Tersier
Tingkat Pengamat
Form 2B-TB : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Tersier
Tingkat BBWS/BWS
Form 2C-TP : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Tersier
Tingkat Provinsi
Form 2D-TN : Rekapitulasi Inventarisasi Saluran dan Bangunan Irigasi Tersier
Tingkat Nasional
6. Form 3-T : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Form 3A-TD : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Tingkat Daerah Irigasi
Form 3B-TB : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Tingkat BBWS/BWS
Form 3C-TP : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Tingkat Provinsi
Form 3D-TN : Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Sistem Irigasi Tersier
Tingkat Nasional

27

Anda mungkin juga menyukai