Anda di halaman 1dari 51

Pengertian dan Tipe-Tipe Jembatan

Pengertian

Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu bangunan yang memungkinkan


suatu jalan melewati menyilang sungai, saluran air, lembah atau menyilang
jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Jembatan adalah salah satu
bangunan dari prasarana jalan.

Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana


trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya,
yang dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang
terputus akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati
rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila
jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti.
UU 38 Tahun 2004

Jalan dan juga termasuk jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui
pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antar daerah.
Teknologi Jembatan Zaman Purba

Pemikiran-pemikiran zaman purba telah menjadi sumbangan yang sangat


berharga bagi teknologi jembatan. Manusia zaman purba menyebrangi sungai
dengan memasang tiang-tiang dan pilar-pilar batu, kayu gelondongan, atau
pohon yang tumbang dengan bentang yang sangat pendek. Juga manusia
purba menyebrangi sungai dengan memanfatkan cabang-cabang atau akarakar
yang bergantungan sebagai jembatan gantung, dengan cara berayun dari satu
pohon ke pohon lain.
Jembatan Jaman Kuno (Sumber : Google.com)
Teknologi Jembatan Periode Romawi Kuno

Teknologi jembatan pada periode ini, telah membangun jembatan dari kayu,
batu dan beton. Untuk jembatan batu dan beton, bentuknya sama seperti
pada periode jembatan purba yaitu berbentuk lengkung. Namun periode ini,
telah berhasil mengatasi permasalahan yang rumit, seperti membuat
perhentian konstruksi yang dibangun di atas pilar yang berada di bawah air
dan melindunginya dari bahaya banjir.
Teknologi Jembatan Zaman Pertengahan

Konstruksi jembatan pada periode ini tidak berbeda jauh dari periode
Romawi Kuno. Bentuk lengking dan pilar-pilar batu masing sering digunakan
sekitar abad ke-12 di Prancis, pilar jembatan dibual dalam bentuk segi tiga
pada bagan huludan dikenal dngan istilah ”streaminglining” dari kayu. Pada
periode ini, tiang-tiang pancang telah dipakai untuk mengatasi masalah
tanah dasar.
Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja

Era jembatan besi dan baja sejalan dengan adanya revolusi industri. Pada
zaman ini jembatan besi dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip
bentuk lengkung, terutama untuk jembatan jalan raya. Untuk jembatan
jalan rel menggunakan jembatan bentuk pipa. Era jembatan besi dan baja
sejalan dengan adanya revolusi industri. Pada zaman ini jembatan besi
dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip bentuk lengkung, terutama
untuk jembatan jalan raya. Untuk jembatan jalan rel menggunakan
jembatan bentuk pipa.
Klasifikasi Jembatan
Klasifikasi jembatan dapat dibagi berdasarkan material super strukturnya,
penggunanya, sistemstruktur yang digunakan, dan kondisi pendukung.
Selain itu juga perlu dipahami desain konseptual jembatan agar dapat
menentukan jenis jembatan yang sesuai.

A). Klasifikasi material superstruktur

1). Jembatan Bambu

Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua


dengan kualitas baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu
gombong, bambu tali, dan bambu betung,. Bambu ini memiliki
kekuatan, keuletan, dan keawetan yang baik, atau jenis lain dengan
persyaratan antara lain :
- Bambu harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau hijau tua,
berbintik putih pada pangkalnya, berserat padat dengan permukaan
mengkilat, buku-bukunya tidak boleh pecah.

- Pelupuh dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus terbuat
dari bambu yang terndam dengan baik, tahan lama dan terbuat dari jenis
bambu dengan garis tengah minimum 4 cm dan harus terbuat dari kulit
bambu.

- Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis yang
tahan lama dengan garis tengah minimum 8 cm.
Jembatan Bambu (Sumber : Google.com)
2. Jembatan Kayu adalah jembatan yang struktur atasnya
menggunakan rangka kayu

Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat


diperbaharui (renewable). Kayu adalah sumber daya alam yang
pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih banyak pada bidang industri kayu
lapis, iannya dalam bidang jembatan secara langsung sebagai konstruksi
utama.
Pemakaian kayu sebagai bahan jembatan mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:

· Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan
dapat dikerjakan dengan alat yang sederhana

· Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan


khusus dan tenaga ahli yang tinggi

· Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga


menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi
pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat
ipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat biaya
· Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton

· Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar
dan dipadukan dengan lingkungan sekitar

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk


konstruksi jembatan berat dengan bentang sangat panjang sudah tidak
ekonomis lagi. Jadi jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana
dengan bentang pendek.
Jembatan Kayu (Sumber : Google.com)
Penggunaan semen alam untuk konstruksi pertama kali Digunakan
pada abad ke-19. Perkembangan industri semen portland
mendominasi sebagai jembatan setelah tahun 1865.

Beton massa banyak digunakan untuk jembatan lengkung dan


struktur bawah konstruksi jembatan. Pada tahun 1890-an banyak
dibangun jembatan beton lengkung, dan semakin meningkat
pemakainnya selama awal dekade abad ke-20. Slab dan gelagar
jembatan beton bertulang secara luas digunakan untuk
bentanganbentangan pendek lama beberapa dekade.

Jembatan beton adalah jembatan yang menggunakan bahan beton


bertulang dan beton prategang, Dalam hal ini mutu beton Mutu
beton dipengaruhi oleh:
- Mutu material : pasir, batu
- Mutu alat : pencampur, pengangkut,
- Mutu perencanaan campuran
- Mutu formwork.
- Mutu proses pengecoran.
- Mutu pemeliharaan.
Gambar di bawah menunjukkan jenis bagian beton bertulang yang
biasa digunakan pada superstruktur jembatan jalan raya.

Tipikal potongan
superstruktur jembatan
beton bertulang

(a)solid slab,
(b)balok T, dan
(c)gelagar kotak
3.a.
Slab
Slab beton bertulang merupakan supersturktur jembatan yang
paling ekonomis untuk bentang sekitar 40 ft / 12.2 m. Slab
mempunyai detail yang sederhana, formwork standar, rapi,
sederhana, dan tampilan menarik.

Umumnya bentang berkisar antara 16-44 ft (4.9 – 13.4 m)


dengan perbandingan ketebalan dan bentang struktur 0.06
untuk bentang sederhana dan 0.045 untuk bentang menerus.

3.b. Balok T ( gelagar dek)

Balok T seperti yang terlihat pada Gambar 1.12, ekonomis untuk


bentang 40 – 60 ft (12.2 – 18.3 m) tetapi untuk jembatan miring
memerlukan formwork yang rumit. Perbandingan tebal dan
bentang struktur adalah 0.07 untuk bentang sederhana dan
0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada
jembatan balok-T tergantung pada lebar jembatan secara
keseluruhan, ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1 .5
kali ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6 –
10 ft ( 1 .8 – 3.1 m).
3.c. Gelagar kotak cast-in-place

Gelagar kotak seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas


sering digunakan untuk bentang 50 – 120 ft (15.2 – 36.6 m).
Formwork untuk struktur miring lebih sederhana daripada untuk
balok-T. Terkait dengan pembelokan akibat beban mati,
penggunaan gelagar sederhana beton bertulang melebihi
bentang 100 ft (30.5 m) atau lebih menjadi tidak ekonomis.
Perbandingan tebal dan bentang struktur umumnya 0.06 untuk
bentang sederhana dan 0.55 untuk bentang menerus dengan
ruang gelagar 1 .5 kali ketebalan struktur. Ketahanan puntir
gelagar kotak yang besar membuat gelagar tersebut dapat
digunakan untuk bentuk lengkung seperti lereng pada jalan.
Garis lengkung yang lembut menjadi hal yang menarik pada kota
metropolitan.
4). Jembatan Pratekan / Prategang

Pada tahun 1950-an, dikembangkan jembatan beton prategang


segmental untuk pertama kalinya di Eropa Barat menggunakan
sistem ini pada pada jembatan Finsterwalder di Jerman.

Jembatan segmental dapat pula disebut pracetak atau cetak


ditempat dengan menggunakan metode konstruksi kantilever
yang dikerjakan bentangan demi bentangan, dipasang tahap demi
tahap atau dengan sistem incremental launching. Konstruksi
jembatan beton prategang segmental dapat mencapai panjang
bentang 250m atau bentang seri 300m. Bila digunakan dalam
jembatan cable stayed, jarak bentang dapat mencapai 450m
Apliksi tipe jembatan berdasar panjang bentangnya
5). Jembatan Baja

Seiring dengan kemajuan teknologi jembatan dalam hal


pemanfaatan meterial maka jembatan dalam bentangan yang
panjang tidak dapat dibuat atau dibangun dari bahan kayu yang
terbatas panjang dan kemampuan dukungannya. Karena itu
diupayakan meterial lain yang dapat mengatasi kesulitan
tersebut. Rangka baja adalah salah satu solusi yang tepat untuk
mengatasi persoalan di atas.

Jembatan
Pelengkung
Baja
Jembatan Pelengkung Baja
Jembatan Rangka Baja
Klasifikasi jembatan berdasarkan penggunanya

- Jembatan jalan adalah jembatan untuk lalu lintas kendaraan


bermotor

- Jembatan kereta api jembatan untuk lintasan kereta api

- Jembatan kombinasi adalah jembatan yang digunakan sebagai


lintasan kendaraan bermotor dan kereta api

- Jembatan pejalan kaki Jembatan yang digunakan untuk lalu


lintas pejalan kaki

- Jembatan aquaduct Jembatan untuk menyangga jaringan


perpipaan saluran air
Klasifikasi berdasarkan sistem struktur yang digunakan

- jembatan I–Girder.

Gelagar utama terdiri dari plat girder atau roled-I. Penampang I


efektif menahan beban tekuk dan geser.
Jembatan I – Girder
- Jembatan gelagar kotak (box girder)

Gelagar utama terdiri dari satu atau beberapa balok kotak baja
fabrikasi dan dibangun dari beton, sehingga mampu menahan
lendutan, geser dan torsi secara efektif.

Jembatan Box Girder


Jembatan Balok T (T-Beam)

T beam atau balok T, adalah balok yang pengecorannya


dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau
sering disebut (monolit). Sehingga plat beton diperhitungkan
sebagai sayap dari balok, dengan lebar sayap tertentu. Secara
umum balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir (exterior) dan
balok tengah (interior).

Jembatan
Balok T
Jembatan Gelagar Komposit

Plat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja


yang bekerja sama mendukung beban sebagai satu kesatuan
balok. Gelagar baja terutama menahan tarik sedangkan plat
beton menahan momen lendutan.

Jembatan Komposit
Jembatan Rangka Batang (Truss)

Elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar


menerus dalam struktur segitiga kaku. Elemen-elemen tersebut
dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian
menahan beban axial juga tekan dan tarik. Gambar di bawah
menunjukkan Jembatan truss Warren dengan elemen vertikal
yang disebut ”through bridge”, plat dek diletakkan melintasi
bagian bawah jembatan

Jembatan Truss
Jembatan Pelengkung (arch)

Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu


menahan beban tegangan axial

Jembatan Pelengkung
Jembatan Kabel Tarik (Cable stayed)

Gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau


lebih menara. Desain ini lebih sesuai untuk jembatan jarak
panjang

Penelitian menunjukkan jembatan cable stayed lebih unggul


dibanding jembatan gantung. Kelebihannya antara lain rasio
panjang bentang utama dan tinggi pylon yang lebih murah.
Defleksi akibat pembebanan simertis dan asimetris pada lebih
dari separuh bentang jembatan gantung mempunyai defkesi yang
lebih besar di tengah bentang dari pada cable stayed.
Keuntungan yang menonjol dari
cable stayed adalah tidak
diperlukannya pengangkeran kabel
yang berat dan besar seperti pada
jembatan gantung. Gaya-gaya
angker pada ujung kabel bekerja
secara vertikal dan biasanya
diseimbangkan dengan berat dari
pilar dan fondasi tanpa menambah
biaya konstruksi lagi. Komponen
horisontal gaya pada kabel
dilimpahkan pada struktur atas
gelagar berupa tekanan atau tarik.
Jembatan Gantung

Gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati


vertikal yang kemudian digantungkan pada kabel penggantung
utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan
lainnya. Beban diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai
dengan jembatan dengan bentang yang terpanjang.

Jembatan Gantung
BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN

Jembatan dapat dibagi atas 2


(dua) bangunan utama

1. Bangunan atas.
2. Bangunan bawah.

Pada umumnya suatu bangunan


jembatan terdiri dari enarn (6)
bagian pnkok sebagai berikut :

1. Bangunan atas.
2. Landasan
3. Bangunan bawah.
4. Pondasi.
5. Oprit.
6. Bangunan pangaman
jembatan.
Istilah Pada Struktur Jembatan
Jembatan : Adalah suatu struktur yang memungkinkan route
transportasi melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan Kereta
Api dan lain-lain. Route Transportasi berupa, jalan Kereta Api jalan
trem, pejalan kaki, rentetan kendaraan dan lain - lain. Jembalan
yang melintasi diatas jalan biasanya disebut viaduct.

Bangunan-atas : Sesuai dengan istilahnya berada pada bagian atas


sualu jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan dan kemudian
menyalurkannya kepada hangunan bawah

Landasan : Bagian ujung bawah dari Suatu bangunan atas yang


berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas
kepada bangunan bawah. Menurut fungsinya dibedakan landasan -
sendi (fixed bearing) dan landasan Gerak (movable bearing)
Bangunan-bawah : Bangunan-bawah pada umumnya terlelak
disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya menerima memikul
beban-beban yang diherikan bangunan atas dan kemudian
menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut selanjutnya
oleh pondasii disalurkan ke tanah.

Oprit-jembatan : oprit berupa limbunan tanah dibelakang abutment


Timbunan tanah ini harus dibuat sepadat mungkin, untuk
menghindari terjadinya penurunan settlement) hal ini tidak
mengenakkan bagi pengendara. Apabila ada penurunan, terjadi
kerusakan pada expansi joint yaitu bidang pertemuan antara
bangunan atas dengan abutment. Untuk menghindari ini, pemadatan
harus sernaksimurn mungkin dan diatasnya dipasang plat injak
dibelakang abutment.
Bangunan Pengaman Jembatan, berfungsi sebagai pengamanan
terhadap pengaruh sungai yang bersangkutan baik secara
langsung maupun tak langsung_ Kadang-kadang disamping
jembatannya harus diamankan, sungainyapun harus diamankan,
dimana biaya pengamanan sungai Iebih mahal dari pengamanan
jembatan.

Abutment atau kepala


jembatan adalah bagian
bangunan pada ujung-
ujung jembatan, selain
sebagai pendukung bagi
bangunan atas juga
berfungsi sebagai
penahan tanah.
Pilar Jembatan Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung
bangunan atas. Bila pilar ada pada suatu bangunan jembatan
letaknya diantara kedua abutment dan jumlahnya tergantung
keperluan, seringkali pilar tidak diperlukan.

Pondasi Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah


dan menyalurkannya ke tanah. Secara umum, pondasi dapat
dibedakan sebagai herikut :

Pondasi
Pondasi langsung : Digunakan bila lapisan tanah pondasi yang
telah diperhitungkan rnarnpu memikul beban-beban diatasnya,
terletak pada lokasi yang dangkal dari tanah setempat.

Pondasi-dalam: Digunakan apabila lapisan tanah keras yang


mampu memikul beban Ietaknya cukup dalam. Sehingga beban-
beban harus disalurkan melalui suatu konstruksi penerus yang
juga disebut tiang pancang dan pondasi sumuran.
Jembatan Standard Berbagai Jenis Bahan
Jembatan Non Standard di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai