Bulletin API I LITE PDF
Bulletin API I LITE PDF
Daftar Isi
Dari Redaksi Bulletin ini didukung oleh :
HAZ
Beberapa kasus pada pengelasan baja & besi cor
Pengelasan basah bawah air sebagai solusi
alternatif perbaikan lepas pantai
Asian Welding Competition
WPS, Kunci keberhasilan pengelasan
Agenda
Kerjasama dengan Negeri Sakura
Dari Forum AWF Meeting
Seminar Welding Metalurgi Redaksi menerima kiriman artikel yang berkenaan dengan
welding secara teknis / umum, baik berupa tulisan sendiri maupun
saduran (dengan mencantumkan sumbernya tentu saja)
HAZ
BEBERAPA KASUS PADA PENGELASAN BAJA
DAN BESI COR *
Oleh : Prof Dr Rochim Suratman
Pada daerah 3
3 (daerah yang dipengaruhi panas) :
Ketiga daerah tersebut adalah daerah logam las Akan terjadi kombinasi antara pembentukan butir-butir
(daerah 1), daerah fusi atau daerah pencampuran yang kasar sebagai akibat terekpos pada suhu tinggi
antara logam las dengan logam induk (daerah 2) dan dengan timbulnya transformasi fasa, dari fasa padat ke
daerah yang dipengaruhi panas (daerah 3) fasa padat yang lain. Menurut Hall-Petch, pengkasaran
butir akan menyebabkan kekuatan logam menurun
Pada daerah logam las (daerah 1) : sedangkan transformasi fasa yang terjadi di daerah
Terjadi proses pembekuan dari logam las (weld tersebut juga akan diiringi dengan perubahan volume.
metal) atau logam pengsisi (filler metal). Fenomena fenomena metalurgi yang terjadi di daerah 3 menjadi
pembekuan akan memunculkan struktur dendritik sangat kompleks dengan adanya temperatur gradien.
yang kasar diiringi dengan timbulnya segregasi Secara umum di daerah ini terjadi proses perlakuan
sebagai akibat adanya laju pendinginan yang relatif panas dengan segala macam aspek yang
cepat. Adanya pengkasaran ukuran butir dan mempengaruhinya seperti tinggi dan lamanya
segregasi di daerah logam las akan menurunkan sifat temperatur pemanasan, laju pendinginan, termasuk ada
mekanik. Penurunan sifat mekanik yang terjadi atau tidaknya pre heat dan post heat dan jenis fasa yang
jangan sampai melampaui sifat mekanik logam induk. akan dihasilkannya.
Karena itu berdasarkan hal tsb dan mengingat
menurut standar bagian logam las tidak Perlu digarisbawahi bahwa ketiga daerah tersebut akan
diperkenankan untuk gagal, maka untuk selalu muncul pada saat menerapkan proses
mengkompensasi penurunan tsb dipilih kualitas pengelasan yang melibatkan adanya proses pencairan,
mekanik logam las minimal 15% lebih tinggi dari sifat baik pada saat mengelas logam yang sama (similar
logam induk. Disamping itu pada saat logam las metal welding) maupun pada saat mengelas dua logam
membeku (bertransformasi fasa) senantiasa diiringi yang berbeda (dissimilar metal welding). Khusus pada
dengan perubahan volume (dalam hal ini menyusut). saat mengelas dua jenis logam yang berbeda, aspek
Perubahan volume yang mengiringi transformasi fasa lain diluar fenomena metalurgi yang perlu
merupakan cikal bakal timbulnya destorsi pada dipertimbangkan adalah :
sambungan las bahkan menjadi cikal bakal timbulnya *** Apakah perbedaan koefisien muai akan ber-
pengaruh terhadap umur sambungan ?
*** Apakah korosi galvanik akan menjadi masalah ? Dengan memperhitungkan %Ni.eq dan %Cr.eq dari
Pada beberapa jenis baja paduan dan besi cor, kombinasi komposisi yang akan terjadi di daerah fusi
keseluruhan aspek tsb diatas merupakan hal-hal yang dan menerapkannya pada diagram Schaeffler, tampak
patut menjadi perhatian yang cermat dan akurat agar bahwa kombinasi komposisi F11 dan SAE 304L jatuh di
hasil pengelasan yang dilakukan dapat menghasilkan daerah austenit. Jika hal seperti ini yang terjadi, maka
sambungan yang baik dan memenuhi persyaratan pemilihan jenis logam las maupun logam pengisi sudah
yang sudah ditetapkan dalam WPS. tepat. Yang harus dihindari adalah apabila kombinasi
komposisi menghasilkan fasa Martensit. Keberadaan
BEBERAPA CONTOH KASUS fasa martensit seringkali dikaitkan dengan masalah
Untuk menganalisis fenomena metalurgi seperti kegetasannya. Namun yang paling berbahaya dari
diuraikan diatas dapat dilihat pada contoh-contoh keberadaan martensit adalah bahwa pembentukannya
pengelasan berikut : kadang-kadang diikuti dengan munculnya retak rambut
(fissure) yang seringkali sulit dideteksi dengan
1. Mengelas baja Cr-Mo dengan peralatan ultrasonic. Kalaupun terdeteksi seringkali
baja tahan karat austenitik dinyatakan sebagai minor defect.
Pada industri petrokimia seringkali dijumpai baja Cr-
Mo, baik dari tipe ASTM A387 grade 11 (F11) maupun Analisis berikutnya adalah fenomena yang terjadi di
F12 (dissimilar) ; disambungkan dengan baja tahan daerah HAZ terutama di daerah interface antara logam
karat austenitik atau baja F11 disambungkan dengan induk dengan logam cair. Jika Ni berdifusi, maka akibat
baja F11 (similar). adanya gradien kadar Ni maka kombinasi komposisi di
Lazimnya pada kedua pengelasan tersebut seringkali daerah tersebut akan menghasilkan martensit.
menggunakan logam pengisi dari jenis baja tahan karat Untuk mengatasi hal tsb maka dilakukan proses pre
austenitik atau dari jenis paduan Ni-Cr-Fe seperti heat yang besarnya harus diatas temperatur Ms dari
paduan Incoloy 825 atau paduan Inconel 625. kombinasi komposisi yang menghasilkan martensit.
Jenis Logam Fe Cr Ni C Mn Si Mo P S Cb Cu
Jadi apabila F11 disambungkan dengan SAE 304L Kemungkinan timbulnya retak yang tertunda (delay
,misalnya menggunakan logam pengisi juga SAE 304L, crack), dapat juga di"ramal"kan dengan
maka di daerah Fusi di sisi F11 akan terjadi dilusi memperhitungkan suatu harga faktor yang dibuat oleh
antara logam induk (F11) dengan logam pengisi (SAE Miyano dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
304L). Untuk membantu menganalisis apakah
pemilihan logam las dari jenis baja tahan karat SAE
304L sudah tepat dan jenis fasa apa yang akan terjadi
di daerah fusi di sisi F11 dapat digunakan diagram
Schaeffler yang sudah dimodifikasi oleh Schneider
seperti terlihat pada gambar 2
Miyano mengatakan bahwa besarnya faktor dari hasil
perhitungan diatas kurang dari 200, maka tidak akan
timbul retak. Namun apabila harganya diatas 200, maka
pada suatu saat akan timbul retak. Patokannya adalah
makin besar faktor tsb, kemunculan retak semakin
dekat.
Persamaan ini telah diadopsi oleh API pada bagian
pembahasan tentang RBI (Risk Base Inspection) denga
menyebut persamaan ini sebagai J-factor, namun
harganya diubah bukan 200, melainkan 100.
2. Mengelas besi cor kelabu
Pada perkembangan berikutnya, mengingat kesulitan-
Karakteristik besi cor kelabu adalah adanya grafit yang kesulitan yang sering dijumpai dalam mengelas besi cor
berbentuk serpih. Keberadaan grafit dengan bentuk kelabu, maka telah dikembangkan metoda-metoda baru
seperti ini menyebabkan besi cor kelabu sangat sensitif yang lazim dikenal dengan istilah :
terhadap timbulnya retak apabila dibebani dengan
beban tarik. # Metoda Pouring (buring in)
Kenyataan ini yang menjadi penyebab mengapa besi # Metoda Powder filling
cor kelabu sulit dilas, karena pada saat logam las # Metoda Draoplet spray, dan
membeku (yang diiringi dengan penyusutan, maka # Metoda Turbulence Flow Casting (TFC)
lazimnya akan muncul retak di kiri kanan logam las).
Disamping itu laju pendinginan sangat berpengaruh Metoda-metoda tersebut pada hakekatnya
terhadap timbulnya besi cor putih yang bersifat sangat mengupayakan menuangkan logam cair (dalam hal ini
keras. besi cor kelabu yang cair sama) ke bagian yang akan
untuk mengatasi hal tsb, mengelas besi cor kelabu disambungkan sehingga antara logam las di daerah
lazim diterapkan preheat yang relatif tinggi untuk sambungan dengan logam induk tidak terjadi
memperlambat laju pendinginan sehingga perbedaan material sehingga mampu menghasilkan
pembentukan besi cor putih dapat dihambat. ikatan metalurgi yang baik dan homogen tanpa terjadi
Saat ini untuk mengelas besi cor kelabu digunakan penggetasan (lihat gambar 3 dan 4)
proses pengelasan SMAW dengan menggunakan metoda-metoda tsb diatas bahkan akhir-akhir ini telah
logam las atau logam pengisi dari jenis besi cor kelabu mulai diujicobakan untuk mengelas logam-logam yang
dengan kadar Si yang sangat tinggi (Super silicon cast memiliki afinitas terhadap oksigen yang besar seperti
iron) dengan jenis flux yang terdiri dari borat, soda ash, baja tahan karat, paduan aluminium dan titan.
sedikit ammonium sulfat dan oksida besi. selain itu
kadang-kadang digunakan logam las yang
menganduing Nikel atau bahkan Nikel murni.
(1) * Makalah ini disampaikan dalam Seminar sehari pengelasan, yg diselenggarakan oleh API-IWS pada 29 Juni 2007
(2) Guru besar ITB, Course Manager IWE Course B4T, anggota API-IWS
HAZ
Pengelasan Basah Bawah Air Sebagai Solusi Alternatif
Untuk Perbaikan Struktur Lepas Pantai
Oleh : Ato Suyanto
Pendahuluan
PEMECAHAN
CIS: 190
Europe: 630 kT
kT Sdr Endro menerima hadiah sebagai runner-
N America: 460 Korea: 180
up. Insert : Sdr Endro
kT China: 1,900 kT
kT Kalem, itulah kesan pertama yang didapat dari diri Sdr
Japan: 340
kT
Endro Yukristiono, wakil API/IWS dalam (Asian)
India: 170 Thailand Welding Competition 2006. Sosok pria berusia
Afriica: 60
kT
kT 35 tahun ini langsung ramah begitu kita terlibat obrolan
Asean: 250 dengannya.
kT Berbekal pengalaman sehari-harinya sebagai welder di
S America: 160 PT PAL Surabaya, rekan kita ini mengikuti kompetisi
kT pengelasan yang diadakan serangkaian dengan acara Asian
Welding Federation (AWF) Meeting di Bangkok pada
November 2006 lalu.
Kompetisi diikuti oleh peserta yang merupakan wakil dari
negara-negara Asia. Dengan semangat dan kerja keras serta
didukung oleh bapak Sabandi Ismadi selaku mentor dari PT
Asia 62.3% Africa 1.4% Gamma Buana Persada, posisi runner up bisa diraihnya.
Europe Others 3.9% Persaingan ketat terjadi terutama dengan tuan rumah
18.6% Total 4,400 kT Thailand yang akhirnya memang menjadi juara pertama.
America (100%)
13.9% *Dikutip dari JWES
WPS , suatu pengantar
WPS, suatu akronim yang umum diketahui oleh praktisi di dunia fabrikasi pengelasan. Merupakan suatu langkah paling awal
sebelum proses panjang fabrikasi dilakukan.
Tulisan pengantar berikut adalah ulasan singkat mengenai apa itu WPS, bagaimana langkah pembuatannya serta bagaimana
mengkualifikasinya. Pengantar ini ditulis oleh Ir Farid Moch Zamil dari PT Dinamika Energi Nusantara
Peserta sedang konsentrasi mengikuti pelatihan Berfoto bersama usai menyelesaikan pelatihan
Faktor Utama yang Diperhitungkan Dalam Bagaimana mengkualifikasi WPS
Penyusunan WPS Langkah-langkah dalam mengkualifikasi prosedur
Ada beberapa faktor utama, yaitu : pengelasan yaitu :
a. Jenis material induknya (base metal) a. Membuat test coupon
b. Proses pengelasan yang digunakan b. Melakukan pengelasan pada test coupon dengan
c. Jenis kawat las yang dipakai parameter-parameter sesuai yang tercantum pada
d. Kondisi pemakaian alat yang akan dilas draft WSP tsb. Hal-hal yang dianjurkan adalah
mencatat semua variabel essential, non essential
Selain itu juga terdapat persyaratan lain : maupun suplementary essential.
a. Compability antara kawat las dan base material c. Memotong test coupon untuk dijadikan specimen
b. Sifart-sifat metallurgy dari material tsb, khususnya test DT (Destructive Test)
weldability-nya d. Jika hasil test DT dinyatakan acceptd harus
c. Proses pemanasan (Preheat, Post heat, Interpass dicatat pada Procedure Qualification Record (PQR)
temperatur dan PWHT) e. Membanding hasil PQR dengan parameter yang
d. Design sambungan dan beban ada di WPS untuk menjamin bahwa range dan
e. Mechanical properties yang diinginkan parameter yang tercantum di WPS tercover pada
f. Lingkungan kerja pada equipment tersebut PQR.
g. Kemampuan welder
h. Safety
Iklan
KERJASAMA DENGAN NEGERI SAKURA
Asian Welding Federation (AWF) micro structure and hardness of mig Selain itu juga dilakukan serah terima
merupakan federasi asosiasi welded aluminium alloy 5083 jabatan president AWF dari Prof Dr
pengelasan se-Asia. Dibentuk tahun Sedangkan dari hasil pertemuan Takashi Miyata (JWES) kepada Mr
1993, organisasi ini mempunyai tujuan AWF tersebut diantaranya adalah : Suchin Takavut (TWS) dan terpilih
utama yaitu melakukan standarisasi ~ penetapan nama-nama personil dari sebagai 1st vice president adalah Prof
welding skill dan qualification yang masing-masing negara untuk duduk Wu Yixiong (China) dan 2nd vice
memberikan keuntungan pada semua sebagai anggota tim MOS dan ISO task president adalah Ir Achdiat
negara Asia dan lebih memperluas force Atmawinata (API/IWS)
informasi welding technical & Untuk MOS Indonesia menempatkan : Juga disepakati bahwa meeting
scientific dan transfer welding ~ Ir Romy Lesmana (PT BKI) berikutnya pada tahun 2007 akan
knowledge & skill. ~ Ir Setyo Budi (Akamigas Cepu) diadakan di Korea Selatan dan
Tujuan akhirnya adalah untuk Sedangkan untuk ISO : Indonesia.
membangun Asia yang lebih baik lagi. ~ Dr Ir Winarto (UI)
Meeting setengah tahunan terakhir ~ Dr Ir Zaed Yuliadi (PT PAL)
diselenggarakan di Bangkok, Thailand
pada 21-24 November 2006 lalu. API /
IWS mengirimkan delegasinya ntuk
mengukuti meeting tsb, termasuk
seorang welder yaitu Sdr Endro
Yukristiono dari PT PAL untuk
mengikuti Asian Welding Competition
yang diadakan bersamaan dengan acara
tsb
Salah satu anggota delegasi API / Pada kesempatan tersebut juga
IWS yaitu Dr Ir Winarto,MSc hadir dilakukan pertemuan antara delegasi
dalam The First South East Asian IIW API/IWS dengan pihak IIW yaitu Mr
International Welding Conggres dan Chris Smallbone (President IIW) dan
menyampaikan makalahnya yang Mr Daniel Beaufils (Chief Executive
berjudul : IIW) yang mana membicarakan
The Influence of heat input & filler wire tentang keanggotaan kembali
containing zirconium on the haz API/IWS pada badan dunia
pengelasan ini.