PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
OHJANTUNGKU
Skenario
Seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak, pasien
mengaku keluhan diderita sejak 2 tahun yang lalu, keluhan sesak pada awalnya terasa
bila pasien malakukan aktivitas yang berat, dan berkurang saat istirahat. Namun sejak
1 minggu yang lalu keluhan semakin memberat dan menetap. Pasien juga mengeluhkan
cepat lelah dan bengkak pada kedua tungkainya, terkadang pandangan dirasakan kabur.
Pasien seorang perokok aktif, menderita hipertensi sejak 20 tahun, riwayat minum obat
hipertensi tidak rutin, dan tidak menderita kencing manis.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 190/110 mmHg, Nadi
102 kali/menit, RR: 30 kali/menit, Suhu: 36,8oC dan pada pemeriksaan jantung
didapatkan iktus kordis bergeser ke lateral bawah ICS 6-7 lateral kiri dan kuat angkat.
SpO2 92%. Dari hasil pemeriksaan EKG tidak didapatkan LVH, dan dari pemeriksaan
radiologi didapatkan CTR 55% serta didapatkan corakan bronkovaskuler bat wings.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien ini?
2.2 TERMINOLOGI
2.2.1 LVH : Penebalan atau penambahan massa otot atau miokardium dari ventrikel
kiri sebuah jantung
2.2.2 CTR : Suatu cara pengukuran besarnya jantung dengan mengukur perbandingan
antara ukuran jantung dengan lebarnya rongga dada pada foto thorax proyeksi PA
2.3 PERMASALAHAN
2.3.1 Bagaimana mekanisme terjadinya sesak dan bengkak pada kedua tungkai serta
hubungannya dengan kelainan pada pasien di skenario?
2
2.3.2 Mengapa pasien terkadang merasa pandangannya kabur?
2.3.3 Apa hubungan riwayat merokok dan riwayat hipertensi dengan keluhan pada
pasien di skenario?
2.3.4 Interpretasi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan EKG pada pasien di
skenario?
2.4 PEMBAHASAN
2.4.1 Bagaimana mekanisme terjadinya sesak dan bengkak pada kedua tungkai serta
hubungannya dengan kelainan pada pasien di skenario?
Jawab:
Gagal jantung kiri terjadi akibat kelemahan ventrikel, keadaan ini
menyebabkan meningkatnya tekanan pada vena pulmonalis sehingga
menyebabkan pasien sesak napas dan orthopnea. Gagal jantung kanan terjadi jika
kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal
primer/sekunder, tromboemboli paru kronik, sehingga terjadi kongesti vena
sistemik yang menyebabkan edema perifer, hepatomegali dan distensi vena
jugularis.
2.4.2 Mengapa pasien terkadang merasa pandangannya kabur?
Jawab:
Pandangan kabur pada skenario bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah yang dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kelainan pada retina
berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tudak teratur, eksudat
pada retina, edema dan perdarahan retina sehingga terjadinya gangguan nutrisi
atau vaskularisasi maupun oksidasi, pemberian oksigen dari darah yang kurang
mencukupi untuk kebutuhan jaringan mata, yang akan menyebabkan terjadinya
pandangan seperti terasa kabur.
3
2.4.3 Apa hubungan riwayat hipertensi dengan keluhan pada pasien di skenario?
Jawab:
4
b. Pemeriksaan EKG
1. Irama: sinus
2. Frekuensi jantung: 300 =150x/menit (Takikardi)
2
3. Gelombang P : positif di lead AVF, V2 sampai V6 morfologi normal selalu
di ikuti kompleks QRS
4. Axis kompleks QRS : irregular
5. Morfologi kompleks QRS : sempit dan durasinya tidak lebih dari 3 kotak
kecil atau kurang dari 0,12 detik (takikardi)
6. Segmen ST: ST elevasi lead II,III.
b. Etiologi
6
itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan
perkembangan gagal jantung.
c. Patofisiologi
Pada awal gagal jantung, akibat cardiac output yang rendah, didalam
tubuh terjadi aktivitas saraf simpatis dan system rennin angiotensin-
aldosteron, serta penglepasan arginin vasopressin yang kesemuanya
merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah
yang adekuat. Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel
kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini
menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem
Renin Angiotensin Aldosteron (sistem RAA) serta kadar vasopresin dan
7
natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung
sehingga aktivitas jantung dapat terjaga.
8
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard,
dengan kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance
ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat
diastolik. Penyebab tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi
dengan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain
penyebab lain seperti infiltrasi pada penyakit jantung amiloid.
d. Klasifikasi
9
Kelas Tidak terdapat batasan aktifitas fisik tanpa
IV keluhan, terdapat gejala saat istirahat. Keluhan
meningkat saat melakukan aktivitas
10
3) Klasifikasi KILLIP
Tabel 3. Klasifikasi gagal jantung menurut KILLIP
11
aktivitas mendaki berjalan menanjak, berjalan atau tangga
biasa setelah makan atau di angin dingin atau di bawah stres
emosional;
keterbatasan
Angina dapat terjadi setelah berjalan pada tingkat 1-2 III
aktivitas fisik
blok atau menaiki tangga 1 dalam kondisi normal pada
biasa
kecepatan normal
5) Klasifikasi Stevenson
12
Tabel 5. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif menurut Stevenson
e. Gejala Klinis
Tabel 6. Gambaran klinis Gagal Jantung Kanan dan Gagal Jantung Kiri
Gejala : Gejala :
13
3. Denyut nadi 4. Hepatomegali dan
(takikardi/aritmia) asites
4. Pergeseran apeks 5. Gerakan bergelombang
5. Efusi pleura parasternal
6. S3 atau S4 RV
7. Efusi pleura
Diagnosis ditegakkan dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor
dan dua kriteria minor harus ada di saat bersamaan.
14
2. HIPERTENSI
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tekanan
darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg,
pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan
pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.
b. Etiologi
Bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka
peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA.
Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering
menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan
denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup
atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan,
akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi
garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron
maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air
dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan
peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume
sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik.
15
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi,
kebutuhan ventrikel akan oksigensemakin meningkat sehingga ventrikel
harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai
tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.
c. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
16
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Sehigga semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
d. Klasifikasi Hipertensi
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari
A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension 2013)
Klasifikasi Sistolik Diastolik
17
Berdasarkan bentuk hipertensi diagi menjadi :
1. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.
Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik.Umumnya ditemukan pada usia lanjut.
3. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu
peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
18
Stres
Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan
darah tinggi.
Rokok
Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.
Disebabkan karena kandungan yang terdapat di dalam rokok itu
sendiri seperti nikotin.
Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh bisa menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
Alkohol
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan
darah tinggi.
Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah
dalam tubuh meningkat. Sehingga olahraga yang teratur mampu
menurunkan tekanan darah tinggi.
f. GEJALA KLINIS
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal
Kelelahan
Bingung
Keringat yang berlebihan
Mimisan
19
Kecemasan atau kegugupan
g. DIAGNOSA
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring
selama 5 menit.
Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai
hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya
berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama
memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali
dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk
meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya
menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan
untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis
ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama
pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
Retina(selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang
mata)
Merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa
menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola
(pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang
terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam
pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk
memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan
menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa
ditentukan beratnya hipertensi.
Perubahan di dalam jantung
Terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.Pada stadium awal,
perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan
ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk
menggambarkan keadaan jantung).
Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat)
20
Bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan
jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.
Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama
melalui pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan
albumin(sejenis protein) dalam urin bisa menjadi petunjuk
terjadinya kerusakan ginjal.
TATALAKSANA HIPERTENSI
Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang
menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
21
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap
awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 6 bulan. Bila setelah
jangka waktu tersebut,
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
22
Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bilapada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :
Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers(ARBs)
Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
h. Komplikasi Hipertensi
1) Stroke
Dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
23
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti,
orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah,
mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta
tidak sadarkan diri secara mendadak
2) Infark Miokard
3) Gagal ginjal
4) Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edma. Cairan
didalam paru paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
5) Ensefalopati
24
Dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya
kolap dan terjadi koma serta kematian.
25
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat
berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan
gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang
perlu dilakukan ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda gagal
jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang
berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko
disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tak terkontrol,
atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan fungsi
sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta
mengetahui risiko emboli.
26
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal
jantung. Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang
global maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolik, sedangkan
kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah kanan
(atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary
artery capillary wedge pressure.
b. Terapi
1. Terapi pertama. Yang dapat dilakukan adalah mengoreksi atau
stabilisasi berbagai keabnormalan yang terjadi yang dapat
menginduksi munculnya CHF, misalkan iskemia dapat dikontrol
dengan terapi medis atau pembedahan, hipertensi harus selalu
terkontrol, dan kelainan pada katup jantung dapat ditangani dengan
perbaikan pada katup tersebut.
2. Terapi non farmakologis. Dapat dilakukan dengan restriksi garam,
penurunan berat badan, diet rendah garam dan rendah kolesterol,
tidak merokok, olahraga.
3. Terapi farmakologis
I. Diuretics
II. Vasodilator Drugs
Nitrate (isosorbide)
Hydralazine (terutama apabila ditambah dengan regimen digoxin
dan terapi diuretic)
Ace inhibitors (captopril, enalapril) : obat ini bekerja dengan
menghambat conversi angiotensin 1 menjadi angiotensin 2
melalui angiotensinconverting enzyme (ACE).
ACE2 reseptor blocker (losartan) : obat ini mengeblok reseptor
A2, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat proliferasi dari
sel otot. Obat ini biasanya digunakan pada pasien yang
intolerance terhadap ACE inhibitor, akibat efek samping yang
dapat ditimbulkan yaitu batuk.
III. Inotropic Drugs Digitalis glycosides (digoxin)
IV. Beta blockers Obat ini memiliki fungsi untuk memperbaiki
fungsi ventrikel kiri, gejala, dan functional class, serta
27
memperpanjang survival dari pasien CHF.beta blocker juga
memiliki peranan dalam memodifikasi cytokine (interleukin-10,
tumor necrosis alpha (TNF-alpha) dan soluble TNF reseptor
(sTNF-R-1 dan R2) pada pasien dengan kardiomiopati.
28
diindikasikan pada pasien yang aktif dan tidak punya riwayat
emboli).
4. TERAPI INFASIF
a) Coronary Reperfusion, terutama pada akut gagal jantung berulang
dihubungkan dengan edema pulmonary.
b) Valvular Heart Disease.
c) Reduction ventriculoplasty meliputi eksisi pada bagian dari otot
ventrikel kiri yang diskinetik. Hal ini biasanya dilakukan pada
gagal jantung klas akhir.
d) Transmyocardial laser revascularization
e) Prosedur operasi perbaikan fungsi jantung
a) intra-aortic balloon pump
b) permanent implantable balloon pump
c) total artificial heart
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
31