TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis
Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata I
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Disusun Oleh :
ANALISIS PENGGUNAAN
STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA
PADA GEDUNG BNI 46 WILAYAH 05
SEMARANG
Disusun Oleh :
Disetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-
Nya yang tak ternilai. Sholawat dan salam selalu tertuju pada Nabi Muhammad SAW
yang senantiasa mendoakan keselamatan umatnya. Tak ada yang pantas terucap
selain Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam
menganalisis penggunaan struktur pondasi sarang laba-laba pada pembangunan
gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
Laporan tugas akhir ini diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan
akademis bagi mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata I (S-I) di
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Tugas akhir merupakan salah satu cara agar mahasiswa dapat belajar dan
memahami serta mengerti hal-hal dan permasalahan dan dapat membandingkan serta
menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat di bangku kuliah.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
isi laporan ini. Keterbatasan pikiran, kemampuan, tidak membatasi penulis untuk terus
berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan
mengharapkan masukan demi kesempurnaan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing selama proses penyusunan
laporan ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Ir. Sri Sangkawati, MS selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Ir. Arif Hidayat, CES, MT selaku Koordinator Bidang Akademik Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
4. Ibu Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah
sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak Ir. Muhrozi, MS selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah
membimbing dan juga memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
tugas ini.
6. Bapak Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng dan Bapak Ir. Hari Warsianto, MS selaku
Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP Semarang.
7. Bapak Ir. Aris, Site Manager PT. Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor
pelaksana pada proyek pembangunan gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
8. Seluruh staf PT. Hutama Karya (Persero) yang telah membantu dan memberikan
data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Seluruh staf pengajaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang membantu dalam pengurusan surat perijinan sehingga
penulis dapat melaksanakan tugas akhir dengan lancar.
10. Tirta thank,s to Mama, Papa, Abang, Torri, Prima, Dedek, Andin, dan Tipong.
Akhirnya
11. Tirta special thanks to Angela Thea Kalangsari for the spirit, sweetest memories
and for the unforgettable moments, juga untuk kesabaran, kesetiaaan, menemani,
menunggu, di setiap keadaan apapun. Terima kasih bi...
12. Tirta thanks to Gondrong, Ringgo, Ari Gondrong. Ayo semangat bro, masa depan
telah menunggu kita. Dan untuk H 3946 JG (No comment).
13. Teman-teman semua, terutama mahasiswa Teknik Sipil khususnya angkatan 2000,
terus berjuang.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Setitik air akan sangat berarti saat kita berada ditengah padang pasir yang
kering. Itulah harapan penulis, meskipun sedikit, namun laporan ini diharapkan
bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta memberi warna yang indah bagi
perkembangan ilmu rekayasa sipil, khususnya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang. Amin.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Uraian ----------------------------------------------------------------------------------------------- I-1
1.2 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------- I-1
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ----------------------------------------------------- I-3
1.4 Maksud dan Tujuan ----------------------------------------------------------------------------- I-4
1.5 Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------------- I-4
1.6 Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------------------- I-5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya --------- II-22
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman Dan Kemiringan Untuk Persamaan
Daya Dukung Meyerhof -------------------------------------------------------------- II-26
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah ------------------------------------------- II-26
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata -------- II-30
Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi Dan Kekakuan
Pondasi (Iw) ----------------------------------------------------------------------------- II-32
Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio () Menurut Jenis Tanah -------------------------------- II-32
Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah ----------------------- II-33
Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI 46 Semarang -------------------------- IV-3
Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg --- IV-4
Tabel 4.3 Friction Ratio (fr) ----------------------------------------------------------------------- IV-5
Tabel 4.4 Conus Resistence (qc) --------------------------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.5 Korelasi Antara Jenis tanah Nilai Gs ------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.6 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah Nilai --------------------------------------- IV-6
Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart (N - SPT) --------------------------------------- IV-7
Tabel 4.8 Hasil Korelasi Antara qc --------------------------------------------------------- IV-7
Tabel 4.9 Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e) ---------------------------------- IV-7
Tabel 4.10 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)--------------------------- IV-8
Tabel 4.11 Korelasi Antara e Cc ---------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir ------------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data Sampai -35.00 m -------------------------------- IV-8
Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark ---------------------------------------------------------- IV-19
Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (P) ------------ IV-20
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po) -------------------------------- IV-22
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement -------------------------------------- IV-25
DAFTAR SIMBOL
1.1 URAIAN
Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek
keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap
hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik.
Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di
bidang Teknik Sipil seperti pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi,
jembatan dan struktur-struktur yang lainnya.
Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem
pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan
kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang
digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut
dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain
seperti mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin
kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun.
Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu pelaksanaan pembangunan
struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana
gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di
dalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan.
Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami
kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Menurut Suyono (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain adalah :
1. Keadaan tanah pondasi, meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras dan lainnya.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban, penyebaran beban), sifat dinamis bangunan atas (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya).
3. Batasan-batasan di sekelilingnya, meliputi kondisi lokasi proyek, pekerjaan pondasi
tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan
sekitarnya.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya waktu berbanding lurus
dengan biaya pelaksanaan, semakin sedikit waktu yang digunakan maka dapat
mereduksi biaya proyek. Akan tetapi hal ini tidak mutlak terjadi, karena masih ada
berbagai faktor yang andil dalam proses pembangunan di antaranya mutu material
yang digunakan, jenis peralatan yang dipakai dan lain-lain.
1.5 SASARAN
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu kurikulum yang harus
ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Adapun sasaran yang hendak
dicapai dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menerapkan beberapa mata kuliah yang telah diterima selama menempuh
pendidikan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.
Sumber : Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam, penerbit Gunadarma &
Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng
Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan Tinggi
di Bawahnya
Dengan,
t = tebal plat
b = tebal rib
h = tinggi rib
te = tebal ekivalen
tb = tebal volume penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya
dinyatakan sebagai pelat menerus tanpa rib
Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi
luasan konstruksi bangunan bawah dalam petak-petak segitiga yang masing-
masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi
keuntungan-keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan
bangunan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi
perbaikan tanah terhadap kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif
dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut tanah dan kemungkinan
timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu menambah
kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.
Kolom Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan
konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai
gambaran, misal tinggi rib konstruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom
dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan, pada
pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal
pondasinya (kisarannya antara 50 - 80 cm).
2.4.3 Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban
Proses penyebaran beban pada pondasi KSLL pada Gambar 2.11 di atas,
kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terdapat beban P1 dan P2 pada kolom
Melalui tulangan melingkar yang terdapat di sekeliling kolom, beban P1 dan P2
disebarkan ke pondasi KSLL (rib beton dan tanah yang dipadatkan)
Beban lalu diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran beban sebesar
450. Pada gambar 2.11, beban P1 dan P2 diuraikan menjadi beban yang nilainya
lebih kecil dan tersebar secara merata untuk melawan tekanan tanah w.
2. Beban Hidup
Yaitu beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu
yang diberikan. Meskipun berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan
bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau
penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk beban
penggunaan adalah berat manusia, perabot, dan sebagainya. Beban yang diakibatkan
oleh salju atau air hujan, juga temasuk beban hidup. Semua beban hidup mempunyai
karakteristik dapat berpindah atau bergerak. Secara umum beban ini bekerja dengan
arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah horisontal.
Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada atap = 100 kg/m2
Lantai rumah tinggal = 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, rumah sakit = 200 kg/m2
Panggung penonton = 500 kg/m2
Lantai ruang olah raga, lantai pabrik, bengkel, gudang, tempat
orang berkumpul, perpustakaan, toko buku, masjid, gereja,
bioskop, ruang alat, atau mesin = 400 kg/m2
Balkon, tangga = 300 kg/m2
Lantai gedung parkir :
I. Lantai bawah = 800 kg/m2
II. Lantai atas = 400 kg/m2
3. Beban Khusus
Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan pondasi, tekanan tanah,
tekanan air atau pengaruh temperatur / suhu. Untuk beban akibat tekanan tanah atau
air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah,
seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah (basement).
Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah lateral. Jika struktur-
struktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya, maka perlu juga diperhitungkan
tekanan hidrostatis dari air pada struktur. Sebagai ilustrasi, di bawah ini diberikan
pembebanan yang bekerja pada dinding dan lantai dari suatu ruang bawah tanah.
Beban
Ruang Bawah
Muka air
Tanah
Hisapan
Tekanan
Bangunan
Kecepatan angin
Denah Bangunan
0,02+0,4
0,4
Kemiringan atap ()
0,9 0,4
Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan
Beban Gempa
Menyusul maraknya peristiwa gempa bumi di Indonesia akhir-akhir ini,
bangunan tahan gempa menjadi tren dalam permintaan desain gedung yang akan
dibangun. Jika dulu beban gempa tidak terlalu dianggap penting, kecuali untuk daerah-
daerah rawan gempa, maka sekarang beban gempa mendapat perhatian serius dari
perencana-perencana bangunan. Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur
bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu massa dan kekakuan struktur, waktu
getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah
kegempaan di mana struktur bangunan tersebut didirikan
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena
beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut
hukum gerak dari Newton besarnya adalah :
V = m.a = (W/g).a
Dimana :
a : percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa
m : massa bangunan = berat bangunan dibagi percepatan gravitasi (W/g)
V = W.(a/g) = W.C
Dimana C = koefisien gempa (a/g). Dengan demikian gaya gempa merupakan gaya
yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat
pada lantai-lantai bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada
setiap lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya
gempa pada suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari
permukaan tanah. Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-
2003), besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan,
dinyatakan sebagai berikut :
C .I
V = Wt
R
Dimana,
C : Koefisien gempa, besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar struktur
Harga C ditentukan dari Diagram Respon Spektrum, setelah terlebih dahulu
dihitung waktu getar dari struktur
I : Faktor keutamaan struktur
R : Faktor reduksi gempa
Wt : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan
sebagai berikut :
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, hotel,
asrama, rumah sakit = 0,30
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah = 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran = 0,50
Gedung perkantoran : kantor, bank = 0,30
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko,
toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir = 0,50
Bangunan industri : pabrik, bengkel = 0,90
2. Beban Impak
Yaitu beban akibat ledakan atau benturan, getaran mesin dan pengereman
kendaraan. Secara sistematis, klasifikasi beban tersebut diuraikan sebagi berikut :
Beban Mati :
Beban akibat berat sendiri struktur
Beban akibat berat elemen struktur
Beban Hidup :
Beban Beban akibat hunian atau penggunaan
(peralatan, kendaraan)
Statik
Beban akibat air hujan
Beban pelaksanaan / konstruksi
Beban Khusus :
Beban Pada
Struktur Pengaruh penurunan pondasi
Pengaruh tekanan tanah/tekanan air
Pengaruh temperatur / suhu
qult
qu =
FK
qu = c Nc + q Nq + 0,5 B N
qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,4 B N
Pondasi lingkaran :
qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,3 B N
Dimana,
c = Kohesi (kg/m2)
= Sudut geser dalam ( )
B = Lebar alas pondasi (m)
Q = . Df = Effective Overburden Pressure
Nc, Nq, N = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi.
a2
Nq =
2 cos 2 (45 / 2)
a = e tan ( 0.75 - / 2 )
Nc = ( Nq - 1 ) cot g.
tan
Ng = . ( Kp/cos2 - 1 )
2
Nilai Sc dan Sg :
Bentuk : Sc Sg
a. Menerus 1.0 1.0
b. Lingkaran 1.3 0.6
c. Bujur sangkar 1.3 0.8
D
Kp =0
B
dq = d = 1
Kemiringan 0 Semua
Ic = iq = 1
90 0 > 10o
0
i = 1 0 =0
i = 1
Di mana Kp = tan2 ( 450 + /2 )
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan
Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof
Nc Nq N Nq/Nc
Tan
0 5,7 1,0 0,0 0,180,00
5 7,3 1,6 0,5 0,220,08
10 9,6 2,7 1,2 0,280,18
15 12,9 4,4 2,5 0,340,27
20 17,7 7,4 5,0 0,420,36
25 25,1 12,7 9,7 0,510,47
30 37,2 22,5 19,7 0,600,56
35 57,8 41,4 42,4 0,720,70
40 95,7 81,3 100,4 0,850,84
Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Eng.
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah
q = (Df D) + D
Dengan :
= sat w = berat volume efektif dari tanah
Gs e
sat. = w
1 e
q = Df
q = Df
Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi Dangkal
(a) keadaan I, (b) keadaan II, (c) keadaan III
q
Q ijin = u
Fs
Didapatkan persamaan :
(z)o = q ( 2mn(m2+n2+1)1/2 m2+n2+2 ) + tan-1 2mn(m2+n2+1)1/2
4 m2+n2+m2n2+1 m2+n2+1 m2+n2-m2n2+1
n
m
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
0.1 0.0047 0.0092 0.0132 0.0168 0.0198 0.0222 0.0242 0.0258 0.0270 0.0279
0.2 0.0092 0.0179 0.0259 0.0328 0.0387 0.0435 0.0474 0.0504 0.0528 0.0547
0.3 0.0132 0.0259 0.0374 0.0474 0.0559 0.0629 0.0686 0.0731 0.0766 0.0794
0.4 0.0168 0.0328 0.0474 0.0602 0.0711 0.0801 0.0873 0.0931 0.0977 0.1013
0.5 0.0198 0.0387 0.0559 0.0711 0.0840 0.0947 0.1034 0.1104 0.1158 0.1202
0.6 0.0222 0.0435 0.0629 0.0801 0.0947 0.1069 0.1168 0.1247 0.1311 0.1361
0.7 0.0242 0.0474 0.0686 0.0873 0.1034 0.1168 0.1277 0.1365 0.1436 0.1491
0.8 0.0258 0.0504 0.0731 0.0931 0.1104 0.1247 0.1365 0.1461 0.1537 0.1598
0.9 0.0270 0.0528 0.0766 0.0977 0.1158 0.1311 0.1436 0.1537 0.1619 0.1684
1.0 0.0279 0.0547 0.0794 0.1013 0.1202 0.1361 0.1491 0.1598 0.1684 0.1752
1.2 0.0293 0.0573 0.0832 0.1063 0.1263 0.1431 0.1570 0.1684 0.1777 0.1851
1.4 0.0301 0.0589 0.0856 0.1094 0.1300 0.1475 0.1620 0.1777 0.1836 0.1914
1.6 0.0306 0.0599 0.0871 0.1114 0.1324 0.1503 0.1652 0.1836 0.1874 0.1955
1.8 0.0309 0.0606 0.0880 0.1126 0.1340 0.1521 0.1672 0.1874 0.1899 0.1981
2.0 0.0311 0.0610 0.0887 0.1134 0.1350 0.1533 0.1686 0.1899 0.1915 0.1999
2.5 0.0314 0.616 0.895 0.1145 0.1363 0.1548 0.1704 0.1915 0.1938 0.2024
3.0 0.0315 0.0618 0.898 0.1150 0.1368 0.1555 0.1711 0.1938 0.1947 0.2034
5.0 0.0316 0.0620 0.0901 0.1154 0.1374 0.1561 0.1719 0.1947 0.1956 0.2044
10.0 0.0316 0.0620 0.0902 0.1154 0.1375 0.1562 0.1720 0.1956 0.1958 0.2046
~ 0.0316 0.0620 0.0902 0.1154 0.1375 0.1562 0.1720 0.1958 0.1958 0.2046
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata
Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark
Si = q . B 1 2 . Iw
Es
Dimana :
q = besarnya tegangan kontak
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan
pondasi (tabel 2.5)
= angka poisson ratio (tabel 2.6)
Es = sifat elastisitas tanah (tabel 2.7)
Dimana :
qekstrim = besarnya tegangan
R = P = resultante beban vertikal
A = B x L = luas bidang pondasi
My = P.x = momen total sejajar respektif terhadap sumbu y
Mx = P.y = momen total sejajar respektif terhadap sumbu x
Type of soil
Clay saturated 0.4 0.5
Clay unsaturated 0.1 0.3
Sandy clay 0.2 0.3
Silt 0.3 0.35
Sand (dense) 0.2 0.4
Coarse (void ratio = 0.4-0.7) 0.15
Fined-grained (void ratio = 0.40.7) 0.25
Rock 0.1 0.4
(depends somewhat on type of rock)
Loess 0.1 0.3
Ice 0.36
Conerate 0.15
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50
Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio () Menurut Jenis Tanah
Gambar 2.20 Grafik penyajian penurunan konsolidasi primer dan konsolidasi sekunder
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi kedua, Joseph E. Bowles
Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi
Cv
Tv = . t primer Tv = . .U2
H2
Dimana :
Scp = penurunan / Settlement ( cm )
Cc = indeks kompresi tanah
eo = angka pori
Tv = ttotal = waktu perencanaan
tprimer = waktu terjadinya penurunan konsolidasi
H = tebal lapisan tanah
Cv = koefisien konsolidasi ( cm2/detik )
U = derajat konsolidasi
P = tambahan tegangan
Po = effective overburden layer
Pc = preconsolidation pressure
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 35
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Tanah over konsolidasi
Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang lebih besar dari Po,
maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami over konsolidasi. Tanah over
konsolidasi adalah tanah yang pernah menderita beban tekanan efektif yang lebih
besar daripada tegangan yang sekarang.
2) Penurunan konsolidasi sekunder
Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi pada saat
terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang ditinjau (atau pada
contoh di laboratorium). Pada tanah yang jenuh tidak akan mungkin terdapat
pengurangan angka pori tanpa terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih.
Tingkat penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak
dapat diukur. Tekanan sekunder merupakan penyesuaian kerangka tanah yang
berlangsung beberapa saat sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang.
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan persamaan :
Dimana :
Scs = penurunan / Settlement (cm)
C = indeks pemampatan sekunder
eo = angka pori
H = tebal lapisan tanah
Jadi penurunan total (St) yang terjadi adalah :
St = Si + Scp + Scs
Dimana :
St = penurunan total
Si = penurunan seketika
Scp = penurunan konsolidasi primer
Scs = penurunan konsolidasi sekunder
2
.Rt 2 4b(hk t 2 )
y
2.Rt 8b(hk t)
1 3
Ix (2.R)(t e )
12
12.I x
te 3
2 .R
Dimana :
q ult
qa pondasi rakit = (n = angka keamanan = 3)
n
qult = c.Ncsc.ic.dc + g.Df.Nqsq.iq.dq + 0,5 g.B.Ngsg.i g.dg
Untuk = 0, maka :
qult = 5,14 c (1 + sc + dc + ic) + q
B = jarak terkecil antara kolom
Df = kedalaman rib settlement KSLL
Nc, Nq, Ng = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi
ic, iq, ig = faktor-faktor inklinasi pembebanan
X Y
1 eX eY
qo R( )
A IY IX
Dimana :
R = P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom dan beban-
beban dinding diatas KSLL.
A = Luasan KSLL
Ix,Iy = Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y
LB3 BL3
Ix = Iy =
12 12
ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan pondasi
x,y = Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau
BAB III
METODOLOGI
1. Data Proyek
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Gedung Kantor
Wilayah 05 Bank Negara Indonesia 1946 Tbk
Semarang.
Lokasi Proyek : Jl. Dr. Cipto 128 Semarang.
Fungsi Bangunan : Kantor Wilayah 05 Bank Negara Indonesia
1946 Tbk Semarang.
Pemilik Proyek : PT. Bank Negara Indonesia 1946 Tbk.
Kontraktor Pelaksana : PT. Hutama Karya (Persero).
Jumlah Lantai : 6 (enam).
Penyelidikan Tanah : Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.
Struktur Bangunan bawah : Konstruksi Sarang Laba-Laba dibawahnya
dikakukan dengan rib-rib.
2. Struktur Utama
Struktur utama pada bangunan gedung terdiri dari pelat, balok, dan kolom,
menggunakan beton ready mix k275, sedangkan untuk struktur bawah (pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba) menggunakan beton ready mix K-225.
3. Data Tanah
Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro Semarang, terdiri dari:
Data Sondir
Data Boring
Direct Shear Test
Atterberg Limits
Grain Size Analysis
Consolidation
Dari data tanah diatas dapat dianalisis karakteristik tanah, kkususnya pada struktur
bawah bangunan (pondasi).
Perumusan Masalah
Analisis Data
Perhitungan Penurunan
Selesai
Titik
Kedalaman ( m ) Jenis Tanah Dasar N SPT
Bor
Lempung kepasiran lunak
BH. I 0,00m s/d -3,00m
(coklat)
Pasir lepas mengandung cangkang
-3,00m s/d -8,50m 5 10
(abu-abu)
Lempung kelanauan sangat lunak
-8,50m s/d -16,45m 23
mengandung humus (abu-abu)
Lempung kelanauan teguh mengandung pasir
-16,45m s/d -24,00m 68
halus (abu-abu)
Lempung kepasiran sangat kaku
-24,00m s/d -29,45m 20 30
(abu-abu kekuningan)
Lempung sangat kaku mengandung pasir
-29,45m s/d -32,60m 35
(hitam)
Pasir kelempungan padat
-32,60m s/d -34,20m 29
(abu-abu kecoklatan)
Lempung sangat kaku sampai sangat kaku
-34,20m s/d -47,50m 23 27
(abu-abu kecoklatan)
Lempung kelanauan sangat kaku sedikit pasir
-47,50m s/d -60,00m 26 34
halus dan kerikil (abu-abu kekuningan)
Keterangan :
Gs : Spesific Gravity e : AngkaPori
IP : Indeks Plastisitas Cc : Indeks Pemampatan
Dari pembacaan grafik dan data sondir mulai kedalaman -15,00 sampai -
35,00 m, tanah dibagi dalam 3 (tiga) lapis, yaitu :
Lapis 1 : -15,00 s/d -20,00 m
Lapis 2 : -20,00 s/d -25,00 m
Lapis 3 : -25,00 s/d -35,00 m
Hasil pembacaan grafik dan data sondir ketiga lapisan tersebut diatas, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Kedalaman (m)
Parameter
-15,00 s/d -20,00 -20,00 s/d -25,00 -25,00 s/d -35,00
fr SM.1 (%) 4,44 8,89 3,03 6,67 5,33 6,49
fr Rata-rata (%) 5,00 7,00 4,00 5,00 6,00
fr SM.2 (%) 6,67 10,00 0,74 10,00 4,64 7,41
fr Rata-rata (%) 7,00 9,00 1,00 9,00 5,00 6,00
fr SM.3 (%) 6,67 13,33 3,92 10,00 3,92 6,49
fr Rata-rata (%) 7,00 - 12,00 4,00 9,00 4,00 5,00
fr SM.4 (%) 2,67 8,89 3,92 8,00 4,44 6,67
fr Rata-rata (%) 3,00 7,00 4,00 7,00 5,00
fr analisis (%) 7,00 4,00 5,00
Tabel 4.3 fr (friction ratio)
Menurut Miki dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, 2000, untuk
pengujian penetrasi dengan bikonus Belanda (Dutch Cone Penetration Test) harga qc
dapat dikorelasikan untuk mencari harga N (jumlah tumbukan yang dilakukan untuk
mengambil sampel) yaitu dengan rumus :
qc
qc = 3N atau N =
3
qc b d
Kedalaman (m) Sifat Tanah
(kg/cm2) (KN/m3) (KN/m3) (KN/m3)
15,00 20,00 Kohesif 3,00 14 18 16,26 9,96
20,00 25,00 Kohesif 5,00 14 18 16,89 12,59
25,00 35,00 Kohesif 35,00 14 18 16,95 11,80
Tabel 4.8 Hasil korelasi antara qc -
Menurut Nagaraj dan Murthy (1985), persamaan untuk Indeks kompresi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Cc = 0.2343 x e
Dengan memasukkan nilai e pada rumus diatas akan didapatkan nilai Cc,
yang ditunjukkan pada tabel 4.11.
Kedalaman (m) Angka Pori (e) Cc
15,00 20,00 1,50 0,3515
20,00 25,00 1,09 0,2554
25,00 35,00 1,22 0,2858
Tabel 4.11 Korelasi antara e Cc
Sehingga dari hasil boring dan sondir didapatkan Summary of Soil Data dari
kedalaman -0.00 m s/d -35.00 m, sebagai berikut :
Kedalaman b d sat C
Gs o 3 3 e 3 Cc 2
(m) () (t/m ) (t/m ) (t/m ) (Kg/cm )
0,00 5,00 2,7054 24 1,7511 1,3964 0,9377 1,8801 0,2197 0,04
5,00 10,00 2,6427 6,5 1,6453 1,1100 1,3816 1,6897 0,5486 0,105
10,00 15,00 2,6285 7,5 1,6327 1,0243 1,5661 1,6346 0,4995 0,12
15,00 20,00 2,6151 9 1,626 0,996 1,50 1,6460 0,3515 0,135
20,00 25,00 2,6343 23 1,689 1,259 1,09 1,7820 0,2554 0,23
25,00 35,00 2,6221 17,5 1,695 1,180 1,22 1,7307 0,2858 0,33
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data sampai -35.00 m
93 94 95 96 97 98 99 100
85 86 87 88 89 90 91 92
77 78 79 80 81 82 83 84
69 70 71 72 73 74 75 76
63 64 65 66 67 68
Dimana :
q
q ult n = angka keamanan = 3
a(pondasirakit) n
qult = c.Nc.Sc.ic.dc + .D.Nq.sq.iq.dq + 0,5..B.N.s.i.d
B = jarak terkecil antara kolom
D = Kedalaman rib settlement KSLL
M.T
b = 1,7511 gr/cm3 = 24
2
c = 0,04 kg/cm Gs = 2,7054
1,75 m D
0,15 m
L = 22 m B = 22 m
1 e x e y y R My.x Mx.x
qo R x atau qo
A Iy Ix A Iy Ix
Dimana,
R = P : resultante dari gaya-gaya vertikal dari beban-beban kolom dinding
diatas KSLL.
A : Luasan KSLL.
Ix, Iy : momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y.
ex, ey : eksentrisitas dari gaya-gaya vertikal terhadap titik pusat luasan pondasi.
x, y : koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau.
A
93 94 95 96
85 86 87 88
y
ex ey x
77 78 79 80
y = 10,335 m
1 69 70 71 72
x = 11,515 m
Panjang pelat pondasi (L) = 22 m
Lebar pelat pondasi (B) = 22 m
Tebal pelat pondasi (D) = 0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi = 1,9 m
beton = 2,5 t/m3
tanah = 1,7 t/m3
L3 .B 2200 3.2200
Iy =
12 12
= 1,952.1012 cm4
R = P
= (P69+P70+P71+P72+P77+P78 + P79 + P80+P85+P86+P87+P88+P93+P94+P95+P96) + (q . L)
=(179,733+265,689+268,033+222,198+207,070+303,219+306,465+254,570+179,6
76+265,677+268,008+222,096+106,205+173,146+173,630+136,206) + (4,54.22)
= 3531,621 t
My = P . x
= (P67+P77+P85+P93) (-11) + (P70+P78+P86+P94) (-4) + (P71+P79+P87+P95) (4) +
(P72+P80+P88+P96) (11)
= (179,733+207,070+179,676+106,205)(-11)(265,689+303,219+265,677+173,146)
(-4) + (268,033+306,465+268,008+173,630) (4) + (222,198+254,570+222,096+
136,206) (11)
= 1816,866 tm
Mx = P . y
= (P69+P70+P71+P72) (-11) + (P77+P78+P79+P80) (-3) + (P85+P86+P87+P88) (5) +
(P93+P94+P95+P96) (11)
= (179,733+265,689+268,033+222,198)(11)+(207,070+303,219+306,465+254,570)
(-3)+(179,676+265,677+268,008+222,096)(5)+(106,205+173,146+173,630+
136,206) (11)
= -2347,817 tm
Menentukan nilai eksentrisitas :
Statis momen terhadap as 1 = 0
1
y = {(P77+P78+P79+P80).8 + (P85+P86+P87+P88).16 + (P93+P94+P95+P96).22} .
R
={(207,070+303,219+306,465+254,570).8+(179,676+265,677+268,008+222,096).1
1
6+(106,205+173,146+173,630+136,206).22)}.
3531,621
8570,592 14967,312 12962,114
=
3531,621
= 10,335 m
R My.x Mx.y
qo
A Iy Ix
3531,621 1816,866x 2347,813y
=
22.22 1 3 1 3
.22.22 .22.22
12 12
= (7,297 0,093x (-2,575.10-3y))
q max q min
Kolom x (m) y (m)
(t/m2) (t/m2)
69 -11 -11 6,302 8,292
70 -11 -4 6,284 8,309
71 -11 4 6,264 8,330
72 -11 11 6,246 8,348
77 -3 -11 7,046 7,548
78 -3 -4 7,028 7,566
79 -3 4 7,008 7,586
80 -3 11 6,989 7,604
85 5 -11 7,790 6,804
86 5 -4 7,772 6,822
87 5 4 7,752 6,842
88 5 11 7,734 6,860
93 11 -11 8,348 6,246
94 11 -4 8,330 6,294
95 11 4 8,310 6,284
96 11 11 8,292 6,302
Jadi, dari hasil perhitungan diatas didapat tegangan tanah maksimum sebesar
8,348t/m2.
y = q . I
E F G 22 m
A I B
22 m
22 m
D C
22 m
A B
Z
11 m
D H
22 m
A I
Z
11 m
E F
Z
22 m
D C
11 m
E G
Z
Si = q. B 1 2 . Iw
Es
Dimana,
q = beban merata yang bekerja pada pondasi
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi
( tabel 2.5 )
= angka poisson ratio ( tabel 2.6 )
Es = sifat elastisitas tanah ( tabel 2.7 )
Iw = 1,15
= 0,1 0,3 ( clay unsaturated ) diambil 0,2
Es = 5 25 MPa ( soft clay ) diambil 15 MPa = 15000 kN/m2
8,348 kN/m
22 m 22 m
1 2 1 0,2 2
Si q . B . . I w 8,348kN/m 2 . 22m . . 1,15
Es 15000kN/m 2
= 0,0135 m = 1,35 cm
Jadi Penurunan segera/langsung ialah sebesar : 1,35 cm.
b) Penurunan Konsolidasi
Ialah penurunan yang disebabkan oleh pembebanan baik itu beban / berat
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi yang disertai
dengan keluarnya air pori. Adapun persamaan mencari penurunan / settlement akibat
konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) yaitu:
C c .H p p
S= log o
1 eo po
Kedalaman Po p Settlement
Cc eo 2 2
(m) ( t/m ) ( t/m ) ( cm )
1 0,2197 0,9377 1,7511 - 0
2 0,2197 0,9377 3,5022 - 0
3 0,2197 0,9377 5,2533 4,6771 3,136
4 0,2197 0,9377 7,0044 4,6206 2,495
5 0,2197 0,9377 7,8845 4,5434 2,241
6 0,5486 1,3816 8,5742 4,4599 4,189
7 0,5486 1,3816 9,2639 4,2429 3,771
8 0,5486 1,3816 9,9536 4,0618 3,423
9 0,5486 1,3816 10,6433 3,9402 3,15
10 0,5486 1,3816 11,333 3,7984 2,891
11 0,4995 1,5661 11,9676 3,6230 2,236
12 0,4995 1,5661 12,6022 3,4394 2,040
13 0,4995 1,5661 13,2368 3,2140 1,838
14 0,4995 1,5661 13,8714 2,8884 1,599
15 0,4995 1,5661 14,506 2,8592 1,521
16 0,3515 1,50 15,152 2,5378 0,946
17 0,3515 1,50 15,298 2,4960 0,923
18 0,3515 1,50 16,444 2,1246 0,863
19 0,3515 1,50 17,09 2,1246 0,716
20 0,3515 1,50 17,736 2,0682 0,691
21 0,2554 1,09 18,518 2,0682 0,562
22 0,2554 1,09 19,3 1,6571 0,540
23 0,2554 1,09 20,082 1,6571 0,421
24 0,2554 1,09 20,864 1,5820 0,406
25 0,2554 1,09 21,646 1,5820 0,374
26 0,2858 1,22 22,3767 1,5820 0,363
27 0,2858 1,22 23,1074 1,1520 0,370
28 0,2858 1,22 23,8381 1,1520 0,264
29 0,2858 1,22 24,5688 1,1520 0,256
30 0,2858 1,22 25,2995 1,1520 0,249
31 0,2858 1,22 26,0302 1,1520 0,242
32 0,2858 1,22 26,7609 1,0518 0,217
33 0,2858 1,22 27,4916 1,0518 0,211
34 0,2858 1,22 28,2223 1,0518 0,206
35 0,2858 1,22 28,953 1,0518 0,201
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement
0,63585.(3 5 m 2 )
t =
0,0045cm 2 / det
2
778,91625 m
t =
0,00000045 m 2 / det
t = 1730925000 det
1730925000 det
t =
365 x 24 x 60 x 60
t = 54,887 tahun
Kolom = 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm
tebal rib = 15 cm
hk = 200 cm
P
A
qa
306,465
R = 1,02 m = 102 cm
.93,46
check :
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
hk t
t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y
1
2 2
Rt 2 4b (hk 2 t 2 )
y
2Rt 8b (hk t)
306,465
93,46 t/m2
7,08
43,286 t/m2 93,46 t/m2...........................Aman !!
Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan
jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gaya-
gaya dalam terbesar yang bekerja.
q
q = tegangan maksimum
= 8,348 t/m
7,5 m
Bidang Momen Bidang Momen :
M = 1 .
12 q.L2
39,131 tm 39,131 tm = 1 .
12 8,348 . 7,52
= 39,131 tm
- - Mmax = 1
24 . q.L2
+ = 1
24 . 8,348 . 7,52
19,566 tm = 19,566 tm
= 1
2 . 8,348 . 7,5
= 31,305 t
31,305 t
4 16
10 15 cm
200
10 15 cm
4 19
15
4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400
As 11,34
0,0039
b.d 15.193
As' 8,04
' 0,0028
b.d 15.193
14 14
min 0,0058
fy 2400
Rl d' 6000
> . . . dan < max, maka :
1 fy d 6000 fy
F ' .
fy 2400
0,005. 0,079
Rl 152,065
F 0,079
K F 1 0,079 1 0,076
2 2
4 16
10 15 cm
200
10 15 cm
4 19
15
Vu
terpakai 296,851
Vn 494,752 kN
0,6
2 2
. f' c .b.d . 17,89 .150.1940, 5 820764,979 N = 820,765 kN
3 3
Vn Vc = 494,752 209,295 = 285,457 kN
2
Vn Vc < . f' c .b.d
3
285,457 kN < 820,765 kN, berarti penampang cukup.
Vc 209,925
. 0,6. 62,789 kN
2 2
Vc
Vu > .
2
313,05 kN > 62,789 kN berarti perlu tulangan geser.
.Vc 0,6.209,295 125,577 kN
Vu > .Vc
313,05 kN > 125,577 kN
Vn Vc = 285,457 kN = 285457 N
d 1940,5
S = 254 mm < 970,25 mm
2 2
Penulangan Pelat
Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,056 = 5,234 tm fc = 17,89 MPa
fy = 240 Mpa t = 15 cm = 150 mm
p = 40 mm tul. Utama = 4 cm = 40 mm
4500 f' c
max 1. .0,85.
6000 fy fy
4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400
14 14
min 0,0058
fy 2400
Tinggi efektif tulangan :
dx = t 2p 2 . tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10
= 60 mm
dy = t 2p 2 . tul. atas - tul. bawah
= 150 2 . 40 2 . . 10 - 2 . 10
= 40 mm
Mlx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c
2400
444 = . 0,8 . 2400 1 - 0,588
178,9
As 5,24.10 4
Check : = =
b.dx 1.0,06
= 0,0087
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!
Mly 3,5 . 10 - 4
= = 0,21875 t = 218,75 kg
b.dy 2 1.0,04 2
Mly fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c
2400
218,75 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 218,75
= 1 . 10-5
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,058 . 1 . 0,04
= 2,32 . 10-4 m2
= 232 mm2
As = 232 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
Check :
As 5,24.10 4
= =
b.dy 1.0,04
= 0,0131
min < < max
0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!!
Mty 3,28 . 10 - 3
= = 2,05 t = 2050 kg
b.dy 2 1.0,04 2
Mty fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c
2400
2050 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
1 = 15145,355 2 1920 . 104 + 2050
= 1,07 . 10-4 m2
Mtx 8 . 10 - 4
= = 0,2222 t = 222,2 kg
b.dx 2 1.0,06 2
Mtx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c
2400
222,2 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
1 = 15145,355 2 1920 . 104 + 222,2
= 1,16 . 10-5 m2
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,0058 . 1. 0,06
= 3,48 . 10-4 m2
= 348 mm2
As = 348 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
As 5,24.10 4
Check : = =
b.dx 1.0,06
= 0,0087
min < < max
Kolom = 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm
tebal rib = 15 cm
hk = 250 cm
P
A
qa
306,465
R = 1,02 m = 102 cm
.93,46
Check :
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
hk t
t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y
1
2 2
306,465
93,46 t/m2
10,087
30,38 t/m2 93,46 t/m2...........................Aman !!
Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan
jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gaya-
gaya dalam terbesar yang bekerja.
q
q = tegangan maksimum
= 8,348 t/m
8m
Bidang Momen Bidang Momen :
44,523 tm 44,523 tm M = 1 .
12 q.L2
= 1 .
12 8,348 . 82
- - = 44,523 tm
+ Mmax = 1
24 . q.L2
22,261 tm = 1
24 . 8,348 . 82
= 22,261 tm
Bidang Geser Bidang Geser
33,392 t D = 1
2 . q.L
= 1
2 . 8,348 . 8
= 33,392 t
33,392 t
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
15
4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400
As 11,34
0,0031
b.d 15.244,05
As' 8,04
' 0,0022
b.d 15.244,05
14 14
min 0,0058
fy 2400
Rl d' 6000
> 1. . . dan < max, maka :
fy d 6000 fy
F ' .
fy 2400
0,004. 0,0631
Rl 152,065
F 0,0631
K F 1 0,0631 1 0,0611
2 2
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
15
2 2
. f' c .b.d . 17,89 .150.2440,5 1032247,83 9 N = 1032,248 kN
3 3
Vn Vc = 522,578 263,223 = 259,355 kN
2
Vn Vc < . f' c .b.d
3
259,355 kN < 1032,248 kN, berarti penampang cukup.
Vc 263,223
. 0,6. 78,967 kN
2 2
Vc
Vu > .
2
333,92 kN > 78,967 kN berarti perlu tulangan geser.
.Vc 0,6.263,223 157,934 kN
Vu > .Vc
333,92 kN > 157,934 kN
Vn Vc = 259,355 kN = 259355 N
d 2440,5
S = 355 mm < 1220,25 mm
2 2
Penulangan Pelat
Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,13 = 12,15 tm fc = 17,89 MPa
fy = 240 MPa t = 15 cm = 150 mm
p = 40 mm Lx = 0,13 m
tul. atas = 1 cm = 10 mm Ly = 0,24 m
tul. bawah = 1 cm = 10 mm
4500 f' c
max 1. .0,85.
6000 fy fy
4500 178,9
= 0,85. .0,85.
6000 2400 2400
= 0,0289
14 14
min = 0,0058
fy 2400
Tinggi efektif tulangan :
dx = t 2p 2 . tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10
= 60 mm
dy = t 2p 2 . tul. bawah - tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10 - 2 . 10
= 40 mm
Mlx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c
2400
4166,7 = . 0,8 . 2400 1 - 0,588
178,9
As 5,24.10 4
Check : = = = 0,0087
b.dx 1.0,06
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!
Mly 5,54 . 10 - 3
= = 3,465 t = 3465 kg
b.dy 2 1.0,04 2
Mly fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c
2400
3465 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 3465
= 1,8 . 10-4
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,0058 . 1 . 0,04
= 2,32 . 10-4 m2 = 232 mm2
As = 232 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
2 1,13 2,50 2,50 5,00 2,50 5,00 10 100 150 100 150 50 33 25 18 11 2003,00
3 0,81 1,80 2,50 5,00 1,80 5,00 10 100 150 100 150 50 33 18 13 2 263,97
4 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 2 737,77
1 5 0,80 4,00 2,50 5,00 4,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 40 28 2 516,23
6 1,35 3,00 2,50 5,00 3,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 30 21 2 435,77
7 0,20 2,00 2,50 5,00 2,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 20 14 1 124,36
8 0,78 3,10 1,25 5,00 3,10 5,00 10 100 150 100 150 50 33 31 22 3 543,92
9 0,63 2,50 0,63 2,50 2,50 2,50 10 100 150 100 150 25 17 25 18 2 146,82
13256,19
1 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 23 8115,47
2 1,13 2,50 2,50 5,00 2,50 5,00 10 100 150 100 150 50 33 25 18 11 2003,00
3 0,81 1,80 2,50 5,00 1,80 5,00 10 100 150 100 150 50 33 18 13 2 263,97
2-5 4 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 2 737,77
5 0,80 4,00 2,50 5,00 4,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 40 28 2 516,23
6 1,35 3,00 2,50 5,00 3,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 30 21 2 435,77
7 0,20 2,00 2,50 5,00 2,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 20 14 1 124,36
12196,56
VI - 14
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
BAB V
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
Pasal 8
Syarat Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Peserta Pelelangan
1. Pemborong / rekanan yang mempunyai tanda lulus Prakualifikasi, sesuai dengan
kualifikasi dan tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu.
2. Dapat menyediakan / mempunyai peralatan kerja.
3. Mempunyai Surat Fiskal yang masih berlaku dan mempunyai NPWP.
4. Adalah nasabah bank yang baik.
5. Tunduk dalam ketentuan yang termuat dalam ketentuan ini.
6. Telah menyerahkan Surat Jaminan Bank, Polis asuransi jasa raharja, atau
Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang
besarnya ditentukan menurut pasal 10 ayat 1 peraturan ini.
7. Pemborong / rekanan harus memilih dengan pasti tempat kediaman / domisili pada
Pengadilan Negeri setempat.
8. Diundang oleh Panitia Pelelangan dengan penjelasan.
Pasal 9
Surat Penawaran
1. Surat penawaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : bermaterai cukup,
ditandatangani oleh Direktur Utama Perusahaan, dicap perusahaan, bertanggal
dan diajukan dalam sampel tertutup.
2. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya harus dibuat sebagai berikut :
a. Surat Penawaran rangkap 3 (tiga) dan untuk asli dari kertas HVS tanpa kop
perusahaan, tembusannya kertas doorslag, untuk aslinya memakai materai Rp.
2.000,00, diberi tanggal, stempel, dan tandatangan Direktur Utama
Perusahaan.
b. Lampiran I berisi perincian biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
c. Lampiran II berisi daftar analisa biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
Pasal 12
Penyampaian Surat Penawaran
1. Surat penawaran beserta lampirannya termaktup dalam pasal 9 ayat 1 dan 2
sekaligus dimasukkan dalam kotak tertutup yang terkunci dan tersegel.
2. Kotak disediakan oleh panitia di tempat yang telah ditentukan sesuai pasal 9 ayat
5.
3. Surat penawaran tidak boleh dikirim atau dialamatkan kepada panitia atau pejabat.
Pasal 13
Pembukaan Surat Penawaran
1. Pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pasal 9 ayat 5, panitia estela
menyatakan dihadapan para peserta lelang bahwa saat penyampaian surat
penawaran telah ditutup, maka selanjutnya membuka kotak dan sampul surat
penawaran.
2. Setelah saat penyampaian surat-surat penawaran ditutup, tidak lagi dapat diterima
surat penawaran, surat keterangan dan sebagainya dari para peserta.
3. Pembukaan surat penawaran dilakukan oleh panitia disaksikan oleh semua yang
hadir. Perubahan dan susulan pemberian bahan serta penjelasan secara lisan atau
tertulis juga atas dasar surat penawaran yang telah disampaikan tidak diterima,
kecuali untuk memenuhi kekurangannya pada pasal 8 ayat 1.
4. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dengan keras sehingga
terdengar oleh semua yang hadir dan kemudian dilampirkan pada Berita Acara.
Pembukaan surat penawaran termaktub dalam pasal 13 ayat 1.
5. Panitia menyatakan dari semua surat penawaran yang disampaikan, mana yang
sah dan mana yang tidak serta menyatakan Berita Acara yang bersangkutan.
6. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dalam surat
penawaran dinyatakan pula Berita Acara yang bersangkutan.
Pasal 14
Penetapan Calon Pemenang Pelelangan
1. Apabila dalam harga penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan
mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan serta telah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka panitia menetapkan 3 (tiga) peserta
yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan dalam artian :
a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tesebut hdala terendah diantara penawar-penawar lainnya yang
memenuhi syarat-syarat dalam sub ayat 1a dan sub ayat 1b.
2. Keputusan tersebut diambil oleh panitia dalam suatu rapat yang dihadiri lebih 2/3
dari jumlah anggota. Apabila rapat pertama tidak tercapai kuorum, maka rapat
berikutnya dapat diambil keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah
anggota.
3. Apabila kepada para peserta diberikan rumus-rumus yang digunakan dan
sebagainya sampai pada penentuan calon pemenang, Berita Acara hasil
pelelangan tersebut ditandatangani oleh ketua dan semua anggota panitia.
4. Setelah Berita Acara hasil pelelangan selesai, panitia membuat laporan kepada
pejabat berwenang untuk mengambil keputusan penetapan pemenang pelelangan
dengan disertai usul berikut penjelasan-penjelasan tambahan yang didasari
penetapan calon pemenang pelelangan dan keterangan-keterangan lainnya yang
dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Dalam
hal ini pejabat yang berwenang adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia.
Pasal 15
Penetapan Pemenang Pelelangan
1. Pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan pemenang
pelelangan adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia.
Pasal 16
Pengumuman Pemenang Lelang
1. Keputusan pejabat yang berwenang tentang penetapan pemenang pelelangan
diumumkan kepada para peserta dalam suatu pertemuan yang diadakan untuk
keperluan tersebut. Penetapan pemenang pelelangan selanjutnya diumumkan
secara luas
2. Kepada para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan
diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang, menetapkan pemenang selambat-lambatnya dalam 6
(enam) hari kerja setelah diterimanya keputusan tersebut dalam ayat 1 pasal ini.
3. Jawaban atas sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya 6 (enam)
hari kerja setelah diterima sanggahan tersebut.
Pasal 17
Penunjukan Pemenang Lelang
1. Penunjukan pemenang lelang hanya dapat dilakukan setelah tidak ada sanggahan
atau telah ada sanggahan yang sudah diterima oleh Direktur PT. Bank Negara
Indonesia.
2. Berdasrkan keputusan penetapan pemenang pelelangan termaktub dalam pasal 15
ayat 2, Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia menunjuk pemenang
pelelangan tersebut sebagai pelaksana pekerjaan.
3. Peserta ysng menang wajib menerima penunjukan tersebut dalam ayat 1 pasal ini.
Apabila tenyata peserta yang menang mengundurkan, dalam hal ini hanya dapat
dilakukan dengan alasan yang dapat diterima oleh Direktur Utama PT. Bank
Negara Indonesia, dalam hal yang demikian jaminan penawaran yang
bersangkutan menjadi pemilik proyek.
4. Dalam hal pemenang pertama pelelangan mengundurkan diri sebagaimana
tersebut dalam ayat 3 diatas, maka pemenang urutan kedua ditunjuk sebagai
pelaksana pemborongan, apabila pemenang yang bersangkutan menerima
pelelangan ulang.
5. Apabila pemenang urutan kedua tidak bersedia menerima pernyataan tersebut,
maka harus diadakan pelelangan ulang sesuai dengan pasal 15 peraturan ini.
Pasal 6
Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan pengawas
yang telah ditunjuk oleh pemilik proyek.
2. Pada setiap saat konsultan pengawas maupun petugas-petugasnya harus dapat
dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan,
setiap bahan, pengelolaan maupun sumber-sumbernya.
3. Bagian-bagian yang telah dilaksanakan tetapi lepas dari pengawasan konsultan
pengawas menjadi tanggung jawab pemborong atau kontraktor. Pekerjaan tersebut
jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
pemeriksaan termasuk bagian-bagian yang berjalan dalam jam kerja proyek.
4. Jika diperlukan pengawasan diluar jam kerja, maka pemborong / kontraktor harus
memberitahukan atau mengajukan permohonan secara tertulis kepada konsultan
pengawas. Permohonan harus dengan surat yang disampaikan kepada konsultan
pengawas 2 (dua) hari sebelumnya. Konsultan pengawas dalam persetujuannya
akan memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor yang bersangkutan dalam
waktu 1 x 24 jam setelah diterimanya surat permohonan tersebut.
Pasal 7
Jangka Waktu Pelaksanaan
1. Kesanggupan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan oleh peserta lelang harus
dicantumkan dalam surat penawaran dan dihitung dalam hari kalender.
2. Kecuali ketentuan lain, maka jangka waktu pelaksanaan dihitung dari tanggal yang
disebut dalam Surat Perintah Kerja.
Pasal 9
Kebersihan dan Ketertiban
Pasal 10
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor maupun oleh sub kontraktor harus
memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku menurut Undang-
Undang.
2. Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan pekerja.
3. Apabila terjadi kecelakaan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang
perla untuk keselamatan korban dengan segala biaya ditanggung kontraktor dan
kontraktor harus segera memberitahukan kepada pemilik proyek.
4. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan atau PPPK memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan ditempat pekerjaan dan setiap kali selesai dipergunakan harus
segera dilengkapi kembali.
5. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja seperti helm
pengaman, safety shoes dan sebagainya yang diperlukan untuk keselamatan kerja.
6. Kontraktor harus melakukan pencegahan kecelakaan kerja semaksimal mungkin
dengan papan-papan peringatan kerja di lokasi pekerjaan.
Pasal 13
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan pada prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan
pemborong sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak maupun penilaian dari
Direksi.
1. Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut :
Pasal 15
Kenaikan Harga Bahan dan Upah
1. Untuk pekerjaan ini tidak akan diadakan penambahan biaya akibat kenaikan harga.
2. Kecuali kenaikan harga akibat tindakan Pemerintah dibidang moneter, maka
pemborong dapat mengajukan klaim sampai dengan keputusan Pemerintah dan
pedoman resmi dari Pemerintah Indonesia.
Pasal 16
Penyerahan Pekerjaan
1. Pekerjaan diserahkan apabila selesai 100% dan dapat diterima dengan baik oleh
Pemilik Proyek disertai dengan Berita Acara dan dilampirkan daftar kemajuan
pekerjaan, paling lambat 756 hari kalender setelah dikeluarkan Surat Perintah
Kerja. Pada penyerahan pertama, keadaan sekitar harus dalam keadaan bersih.
2. Sewaktu diadakan penelitian dan pemeriksaan secara teknis dalam rangka
penyerahan pertama. Maka surat pernyataan teknis dijukan pemilik proyek serta
dengan melampirkan :
Daftar kemjuan pekerjaan 100% yang ditandatangani oleh direktur pemborong dan
oleh konsultan pengawas.
1 (satu) album berisi foto-foto berwarna ukuran post-card, yang menyatakan
prestasi pekerjaan telah mencapai 100%.
Pasal 17
Perpanjangan Waktu Penyerahan
1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang dilakukan
kepada pemilik proyek harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari sebelum batas waktu penyerahan yang pertama kali terakhir dan surat-surat
tersebut dilampiri :
Data lengkap
Time schedule baru yang sudah direncanakan masak-masak
Pasal 19
Pekerjaan tambah dan Kurang
1. Hanya untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh pemilik
proyek, pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Setelah pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan pemilik
proyek mengenai daftar rencana anggaran biaya, agar pemilik proyek dapat
memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat dibayar atau tidak.
3. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan mempergunakan
harga satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran atau kontrak.
4. Bilamana harga satuan belum tercantum dalam surat penawaran yang diajukan,
maka digunakan harga satuan yang diajukan pada waktu pelelangan.
5. Untuk dapat memudahkan penelitian, sewaktu-waktu diadakan pemeriksaan teknis
dalam rangka penyerahan pertama maka surat permohonan pemeriksaan teknis
yang diajukan oleh kontraktor supaya dilampiri data sebagai berikut :
Pasal 20
Denda Keterlambatan Pekerjaan
1. Apabila jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati diatas
dilampaui maka pihak pemborong dikenakan denda 1/1000 per hari dari jumlah
harga borongan, kecuali jika keterlambatan disebabkan oleh force majeur.
2. Besarnya denda maksimum yang diperkenankan adalah 10%.
3. Denda ayat 1 pasal ini diperhitungkan pada waktu pembayaran termijn
penyelesaian 100%.
Pasal 21
Pencabutan Pekerjaan
1. Sesuai dengan peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia,
Direksi atau Pemilik Proyek berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari
tangan pemborong bila ternyata pemborong menyerahkan pada pihak ketiga,
semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan dari pekerjaan tersebut.
2. Apabila ternyata pihak kedua tidak mengindahkan tanggung jawab dan perbaikan-
perbaikan selama masa pemeliharaan, maka pihak kesatu dapat memberikan
waktu yang mana pihak kedua sekali lagi diberi kesempatan untuk dapat
memenuhi kewajiban.
3. Jika pihak kedua tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang tercantum dalam
ayat-ayat diatas sewaktu melaksanakan pekerjaan selanjutnya mengulangi lagi
kesalahan-kesalahan yang sama, maka pihak kesatu akan melaksanakan sendiri
pekerjaan tersebut atau menyerahkan kepada pihak lain dengan pembiayaan
sepenuhnya dipikul pihak kedua.
4. Pada pencabutan pekerjaan, pihak kedua hanya menerima pembayaran sebatas
pekerjaan yang telah diperiksa dan disetujui oleh pemilik proyek.
Pasal 22
Dokumentasi
1. Sebelum kegiatan dimulai, keadaan lapangan atau tempat dimana pekerjaan akan
dilaksanakan masih dalam keadaan fisik 0% atau dimana tanah masih dalam
keadaan seperti semula serta belum adanya kegiatan ataupun bangunan.
Pasal 23
Force Majeur
1. Yang dimaksud dengan force majeur adalah kejadian-kejadian bencana alam atau
musibah yang terjadi pada saat pelaksanaan seperti gempa, kerusuhan, tanah
longsor, banjir dan sebagainya yang terjadi diluar kekuasaan pemborong untuk
mengatasinya yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
2. Bila terjadi force majeur, maka pemborong diwajibkan membuat laporan kepada
pemilik proyek selambat-lambatnya 7 x 24 jam setelah terjadinya force majeur.
Apabila pemilik proyek tidak atau belum menjawab pengajuan pemborong, maka
dianggap force majeur disetujui oleh pemilik proyek.
3. Untuk pekerjaan permanent atau pekerjaan sementara atau bahan-bahan didaerah
kerja yang mengalami kehancuran atau kerusakan akibat force majeur, maka
pemborong berhak atas biaya perbaikan pekerjaan permanent atau pekerjaan
sementara yang telah diselesaikan atau telah dibayar oleh pemilik proyek dalam
sertifikat bulanan sesuai dengan perhitungan biaya kerusakan oleh konsultan.
Pasal 24
Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelesaian pekerjaan, maka penyelesaian
perselisihan tersebut melalui jalan musyawarah.
Pasal 25
Tanggung Jawab
1. Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mendapat
persetujuan oleh direksi tidak berarti membedakan kontraktor atas tanggung
jawabnya kepada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
2. Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga yang ahli atau terlatih dan
berpengalaman dalam bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk dari
direksi.
3. Kontraktor harus mengusahakan atas pertanggungjawaban, langkah-langkah,
peralatan yang perlu untuk melindungi pekerja-pekerja, atau bahan-bahan yang
digunakan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
4. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan
direksi untuk memperlancar pekerjaan serta menjamin kualitas pekerjaan.
5. Kontraktor harus selalu membuat laporan-laporan secara tertulis hal ikhwal yang
terjadi dalam angka pelaksanaan proyek kepada direksi secara periodik.
Pasal 26
Penyerahan Pekerjaan Pada Sub Kontraktor
1. Pada dasarnya pekerjaan harus diselesaikan oleh pihak kedua dan apbila bagian-
bagian pekerjaan tersebut oleh pihak kedua akan diborongkan kepada pihak ketiga
atau sub kontraktor dan golongan ekonomi lemah setempat, maka terlebih dahulu
mendapat persetujuan pihak kesatu atau direksi dan tanggung jawab penyelesaian
pekerjaan tetap di pihak kedua.
2. Apabila terdapat kepastian bahwa pihak kedua telah diborongkan pada pihak
ketiga tanpa persetujuan pihak kesatu, maka setelah pihak kesatu memberikan
pernyataan tertulis pada pihak pemborong, pihak kedua harus mengembalikan
keadaan sehingga sesuai dengan perjanjian pemborong ini dan semua biaya yang
Pasal 28
Penggunaan Bahan-Bahan Bangunan
1. Pemborong didalam melaksanakan pekerjaan ini supaya mengutamakan untuk
menggunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.
2. Semua bahan bangunan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini sebelum
digunakan harus mendapat persetujuan pemakaiannya terlebih dahulu dari
pengawasan.
3. Semua bahan bangunan yang dinyatakan tidak dapat digunakan atau ditolak oleh
direksi atau pengawas lapangan harus segera disingkirkan jauh-jauh dari lokasi
pekerjaan dalam tempo 24 jam dan hal ini menjadi tanggung jawab pemborong.
4. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas kesamaan bahan, alat yang
disimpan dalam gudang dan lokasi pekerjaan. Apabila terjadi kebakaran atau
pencurian maka pemborong harus segera mendatangkan gantinya.
Pasal 29
Lain-Lain
1. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam RKS akan dijelaskan dalam aanzwijzing.
2. Surat penawaran atau RAB supaya dibuat seperti contoh terlampir.
3. Apabila jenis pekerjaan yang tercantum dalam contoh daftar RAB ternyata kurang
maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan menurut pos-posnya masing-
masing dengan cara menambah huruf abjad pada nomor terakhir pada pos yang
bersangkutan misalnya pos terakhir 5, maka penambahannya tidak 6 tapi 5a, 5b
dan seterusnya.
Pasal 4
Pekerjaan Pagar Proyek
1. Pagar pengaman dibuat sebagai batas bangunan (satu sisi) setinggi 2m terbuat
dari seng gelombang. Pada jalan keluar dibuat pintu yang kuat dan dapat dibuka
sempurna, serta dibuat pos penjagaan pada bagian tertentu.
2. Pagar proyek harus dijaga keutuhannya selama pembangunan.
3. Pembongkaran dilakukan setelah mendapat ijin dari pengawas dan bekas
pembongkaran pagar proyek menjadi milik pemborong.
Pasal 5
Gambar Gambar Pekerjaan
1. Gambar-gambar rencana pekerjaan.
Terdiri dari gambar bestek, gambar detail situasi dan lain sebagainya yang akan
disampaikan kepada pemborong atau kontraktor beserta dokumen-dokumen
lainnya. Kontraktor tidak boleh menambah atau mengurangi tanpa persetujuan dari
pemilik proyek atau direksi, gambar-gambar tersebut tidak boleh diserahkan
kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan borongan ini
atau digunakan untuk maksud-maksud lain.
2. Gambar-gambar tambahan.
Pemborong atau kontraktor harus membuat gambar detail (gambar kerja) yang
disahkan direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik direksi.
3. As-built drawing.
Yang dimaksud dengan as-built drawing adalah gambar-gambar yang disesuaikan
dengan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan ulang yang belum ada dalam bestek,
kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan dan memperhatikan perbedaan antara gambar kontrak dan gambar
pelaksanaan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan rangkap tiga dan biaya
pembuatannya ditanggung oleh kontraktor.
4. Gambar-gamabar ditempat pekerjaan.
Pemborong harus menyimpan ditempat satu bendel gambar kontrak lengkap
termasuk RKS, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule dan semuanya dalam
keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas), termasuk perubahan-perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, hal ini untuk menjaga jika pemberi tugas atau
wakilnya sewaktu-waktu memerlukannya.
Pasal 7
Daerah Kerja
1. Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Tugas,
penggunaan daerah yang disediakan menjadi tanggung jawab dan atas usaha
pemborong.
2. Kontraktor harus menutup daerah kerja bagi umum untuk keamanan kerja alat dan
bahan selama pelaksanaan kerja berlangsung.
3. Pada daerah yang telah disediakan, pemborong harus merencanakan penggunaan
yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Rencana
tersebut harus disetujui oleh direksi, sebelum penggunaan areal kerja.
4. Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya guna
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
5. Sebelum pelaksanaan dimulai seluruh daerah kerja harus dibersihkan terlebih
dahulu.
Pasal 8
Peralatan Kerja
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dengan baik dan siap dipakai yang
diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini pemberi tugas atau direksi tidak menyediakan
atau meminjamkan atau menyewakan peralatan kerja.
3. Untuk pengamanan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menyediakan alat-alat
keselamatan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
Pasal 9
Pengukuran
1. Ukuran-ukuran, patokan-patokan dan ketinggian telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dan peil bangunan 0.00 diambil pada permukaan tanah asli.
Pasal 12
Air Kerja
1. Pemborong atau kontraktor harus memperhitungkan air kerja untuk keperluan
bangunan, air minum dan untuk keperluan lainnya dengan membuat sumur pompa
atau dengan cara memenuhi persyaratan kebersihan.
2. Air kerja ini harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai dengan hasil
penelitian laboratorium yang ditunjuk atau diijinkan oleh direksi.
Pasal 13
Pekerjaan Galian
1. Tanah dimana bangunan akan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran
tumbuhan dan lain-lain yang dapat mengganggu konstruksi yang akan
dilaksanakan.
2. Penggalian tanah untuk saluran, pondasi harus dilakukan dengan kedalaman
sebagaimana tersebut dalam gambar, terkecuali ditetapkan lain oleh direksi
berkenaan dengan keadaan tanah setempat.
3. Lebar galian harus cukup memberikan ruang kerja yang sesuai dengan lebar
pondasi yang akan dibuat.
4. Kemiringan tebing harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi longsoran.
Apabila terpaksa dibuat curam, maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan.
5. Dalam pekerjaan penggalian ini termasuk juga pekerjaan pembersihan segala apa
yang terdapat didalam tanah galian tersebut.
6. Untuk tanah galian yang tidak terpakai untuk timbunan tanah, maka harus dibuang
ketempat lain dan diatur sebaik-baiknya sesuai petunjuk direksi.
Semen
1. Kecuali ditentukan oleh pengawas, semen yang digunakan adalah semen tipe I
sesuai ASTM C 150 dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI
71. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu.
2. Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk itu telah memenuhi suatu tes standart
yang lazim digunakan untuk material itu.
3. Bila diminta oleh pengawas, kontraktor wajib melakukan tes untuk semen, dimana
biaya pelaksanaan ditanggung oleh kontraktor dengan pengawasan dari
pengawas. Pengetesan harus dilakukan dari material yang diambil dari tempat
penyimpanannya. Pengujian harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71, terutama
untuk menentukan tingkat pengikatannya yang mana dapat diikuti tes dari ASTM C
227 dengan tidak memperlihatkan sesuatu yang merugikan beton dalam kurun
waktu sedikitnya 3 bulan.
Besi Tulangan
1. Besi tulangan harus memenuhi ketentuan dalam PBBI 1971 dengan mutu fy = 400
Mpa dan fy = 240 Mpa. Kontraktor harus memberikan sertifikat dan hasil tes dari
pabrik kepada pengawas untuk setiap pengiriman.
2. Semua besi tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari kotoran-
kotoran, lapisan lemak minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
3. Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu besi tulangan yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan
pengawas sejumlah minimum 3 batang untuk tiap-tiap jenis baik mutu maupun
pengiriman masal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu besi tulangan
yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor, sedangkan panjang setiap benda uji adalah
100 cm.
Pasal 15
Transportasi dan Penimbunan Material
1. Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
lembab dan sinar matahari. Semen dikirim ke lapangan dalam jumlah yang harus
mendapat ijin dari pengawas, dengan memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.
Pasal 16
Perbandingan Adukan
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya dan
harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang
diminta dalam spesifikasi.
2. Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, kontraktor
harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakan kepada
pengawas, usul-usul gradasi dari agregat, komposisi adukan, metode pengadukan
yang dipakai, metode pengecoran, harus ikut diberitahukan kepada pengawas.
Setelah itu kontraktor harus membuat trial tes (percobaan pendahuluan), dengan
membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dilakukan dengan diawasi
pengawas dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang sesuai dengan
kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak pengawas puas
dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang akan digunakan akan
menghasilkan beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang
Pasal 17
Testing
1. Testing mutu beton harus dilakukan kontraktor dengan diawasi pengawas.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar pengambilan sampel dapat diawasi
dengan mudah. Pengambilan sampel harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
PBI 71. Mutu beton yang dipakai untuk semua pekerjaan beton adalah fc = 35
Mpa. Benda uji yang dipergunakan harus berupa silinder diameter 15 cm setinggi
30 cm, cetakan untuk benda uji harus terbuat dari besi.
Pasal 18
Pengadukan
1. Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis selalu dalam keadaan baik, sehingga dapat menghasilkan mutu adukan
yang homogen. Jumlah tiap-tiap bagian dari komposisi adukan harus diukur
Pasal 21
Pemadatan Adukan Beton
1. Adukan beton harus dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang maksimum
sehingga didapat adukan beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul
antara celah-celah koral, gelembung udara dan adukan tadi harus benar-benar
memenuhi ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya
terbenam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus
dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan
pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses
pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari
rongga, pemisah unsur-unsur pembentuk beton.
2. Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran
dengan sedikitnya selama 2 hari. Pembasahan harus dilakukan dengan menutup
permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air
yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan
adukan beton.
Pasal 22
Pemeliharaan Beton
1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
2. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air teru menerus selama 1 minggu atau lebih sesuai dengan ketentuan
dalam SKSNI-T-16-1991-03.
3. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan oleh pekerjaan lain.
Pasal 23
Perbaikan Beton
Pasal 24
Joints
1. Lokasi dan tipe dari construction joint harus sesuai dengan gambar rencana
ditentukan pengawas. Penambahan construction joint yang dikehendaki kontraktor
demi pertimbangan pelaksanaan, harus mendapat persetujuan pengawas terlebih
dahulu. Penentu letak joint tadi harus memperhatikan gaya-gaya yang bekerja
ataupun untuk menghindari terjadinya retak.
2. Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila terjadi
penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran
nantinya beton baru tidak akan tercampur dengan beton lama, maka batas tadi
harus diperlakukan seperti construction joint, dimana permukaan construction joint
tersebut harus dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih.
3. Pengecoran struktur balok yang belum selesai dicor hendaknya tetap memberi
penyangga terhadap balok yang sudah dicor (disampingnya)
Pasal 25
Pekerjaan Pondasi
1. Pondasi yang dikerjakan adalah jenis pondasi sarang laba-laba yang disetujui
pengawas.
Pasal 26
Pekerjaan Pile Cap dan Sloof
1. Setelah pekerjaan pondasi sarang laba-laba selesai dan disetujui oleh pengawas,
dilakukan pekerjaan pile cap dan sloof yang dimulai dengan pemasangan tulangan.
2. Tulangan harus dipastikan terbebas dari karat yang dapat mengurangi daya lekat
beton dengan tulangan.
3. Pengecoran dilakukan setelah penulangan selesai dan disetujui oleh pengawas.
Pasal 27
Bekisting (Acuan Beton)
Umum
Kontraktor harus menyerahkan semua perhitungan dan gambar rencana dan
bekistingnya kepada pengawas untuk mendapat persetujuan bilamana diminta
pengawas. Dalam hal bekisting ini walaupun pengawas telah menyetujui untuk
digunakan suatu rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
Material
Pelaksanaan
1. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan
pengaku-pengaku dan pengikat untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun
perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada
bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan
alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan
bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus
direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton
untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
2. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, bekisting yang telah digunakan berulang
kali harus segera disingkirkan atau bila mungkin diperbaiki agar kembali sempurna.
3. Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar
harus ditarik 25 cm.
Pembongkaran Bekisting
1. Secara umum semua bekisting harus disingkirkan dari permukaan beton. Untuk
memungkinkan tidak tergantungnya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera
dilakukan langkah perbaikan, bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah
beton mempunyai kekerasan dan kekuatan. Bekisting bagian atas dari bidang
Pasal 28
Pekerjaan Besi Tulangan
Umum
Pemasangan besi tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI 71. Besi
tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana atau seperti yang
diinstruksikan pengawas. Pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus
dilakukan terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai
ukuran, bentuk panjang, posisi dan banyaknya yang akan diperiksa setelah kondisi
terpasang.
Pembersihan
Sebelum dipasang, besi tulangan harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat,
kotoran, lemak atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi tulangan
tadi yang dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi
tulangan. Kebersihan ini harus dijaga sampai proses pengerasan beton.
Pembongkaran
Pelurusan
Besi tulangan tidak dapat dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi tulangan tersebut. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus
atau bengkok tidak sesuai dengan gambar tidak diperkenankan dipakai.
Pemasangan
Besi tulangan harus dipasang dengan teliti agar sesuai gambar rencana dan harus
diikat dengan kuat menggunakan kawat pengikat dan didudukkan pada support dari
beton, besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak berubah. Pengikat dan
tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting apabila beton yang
dicor jenis beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada balok beton kecil, balok
tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya
harus menjamin diperolehnya beton yang baik. Kekakuan pada pemasangan baja
tulangan harus menjamin agar tidak terjadi perubahan bentuk dan tempat bila pekerja
berjalan atau memanjat lokasi tersebut. Ujung-ujung dari kawat pengikat ditekuk
kearah dalam beton dan tidak diperkenankan mengarak keluar. Selama proses
pengecoran beton, kontraktor yang khusus mengawasi dan memperbaiki pembesian
dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul,
dan bila tidak dapat dihindari hal-hal tadi, maka harus segera diperbaiki. Pemasangan
besi tulangan harus mengingat jarak bersih antar tulangan atau antar tulangan dengan
angkur, atau antar benda-benda metal tertanam dengan tidak boleh kurang dari 25 mm
atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI 71.
Selimut Beton
Besi tulangan harus dipasang dengan minimum selimut beton sebagaimana tertera
pada gambar rencana atau ditentukan pengawas. Dalam segala hal tebal selimut
beton tidak boleh diambil kurang dari 20 mm.
Pasal 29
Pekerjaan Dinding
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.
2. Pekerjaan dinding ini bukan merupakan pekerjaan inti namun dapat berupa
pekerjaan penunjang dari pekerjaan inti, meliputi seluruh detail yang ditunjukkan
dalam gambar.
Persyaratan Bahan
1. Batu bata harus memenuhi NI 10
2. Semen portland harus memenuhi NI 3
3. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2
4. Air harus memenuhi PUBI 1981 pasal 9
Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 1 PC : 2 PS, untuk kondisi
tidak kedap air.
2. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 2 PC : 3 PS, untuk kondisi
kedap air.
3. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah
setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang ada pada gambar
menggunakan simbol adukan trassram / kedap air digunakan adukan rapat air
dengan campuran 2 semen : 3 pasir.
4. Batu bata yang digunakan batu bata merah ex-lokal dengan kualitas yang terbaik
yang disetujui pengawas / perencana, siku sama ukurannya 5 x 11 x 24 cm.
5. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air hingga jenuh.
6. Setelah bata terpasang dengan adukan, nad / siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm
dan dibersihkan dengan sapu lidi kemudian disiram air.
Persyaratan Bahan
1. Semen portland harus memenuhi NI 8
2. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2
3. Air harus memenuhi NI 3 pasal 10
4. Penggunaan adukan plesteran :
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air dengan ditambah
cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran seluruh dinding lainnya dengan
ditambah cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pengawas / perencana, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang lantai beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh pengawas / perencana
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran dan bentuk profilnya.
Pasal 32
Pekerjaan Keramik
1. Untuk lantai digunakan ubin keramik ukuran 30 x 30 cm.
2. Ubin keramik yang dipasang adalah yang telah melalui proses seleksi dengan
bentuk dan ukuran yang sama, tidak ada bagian yang retak dan pecah, dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas / perencana.
3. Ubin keramik yang dipasang dengan menggunakan adukan campuran 1 semen : 2
pasir minmal setebal 2 cm diatas pelat beton.
4. Jarak antara masing-masing unit harus sama dan membentuk garis lama. Bidang
permukaan lantai keramik harus rata dan tidak ada bagian yang bergelombang.
5. Tiap hari setelah pemasangan ubin keramik selesai dengan rapi, dilaporkan
kepada pengawas / perencana untuk memeriksa dan persetujuannya, dilakukan
pengecoran lubang dengan menggunakan semen yang sesuai warna keramiknya.
Pasal 34
Pekerjaan Plafond
1. Untuk plafond dipakai rangka plafond dari kayu, bentuk dan cara pemasangannya
sesuai dengan gambar.
2. Seluruh rangka kayu bagian bawah diserut rata dan cara pemasangannya
menggunakan sistem klos yang dibuat dari reng, seluruh rangka digantungkan
dengan baik pada balok kayu dan plat yang kelihatan.
3. Pemasangan rangka plafond sesuai dengan gambar dengan bidang permukaan
yang harus rata, harus waterpass dan tidak ada bagian yang berlubang. Kemudian
diberi lapisan pengawet atau diberi garam wolman sampai rata untuk seluruh
permukaan kayu.
4. Penutup plafond bangunan sesuai gambar digunakan asbes pelat 100 x 100 cm.
Pasal 35
Pekerjaan Sanitasi
1. Meliputi pekerjaan kamar mandi, kloset, instalasi air kotor dan air bersih harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk dari pengawas.
2. Untuk hal-hal yang belum tercantum dalam gambar rencana, seperti bahan
finishing dan lainnya harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.
Pasal 36
Pekerjaan Drainase
Pekerjaan drainase ini dimaksudkan supaya saluran air bisa mengalir secara lancar
dan tidak terjadi genangan pada saat hujan yang dapat menimbulkan banjir disekitar
lokasi. Saluran ini dipasang pada tepi bangunan atau sesuai gambar rencana.
Pasal 37
Pekerjaan Jalan Keluar dan Masuk
1. Jalan masuk dan keluar dari dan ke lokasi gedung perkantoran harus dikerjakan
sesuai dengan gambar rencana.
2. Permukaan jalan ditutup dengan paving block yang bermutu baik. Penentuan merk
dan warna yang digunakan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari pimpinan
proyek.
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pagar sementara dari seng gelombang per 1 m panjang, tinggi 2 m
1,250 btg Kayu dolken 14.000 17.500 17.500
0,072 m3 Kayu kruing 63.000 4.536 4.536
2,500 kg Portland cement 737,5 1.843,75 1.843,75
0,005 m3 Pasir beton 130.000 650 650
3
0,009 m Kerikil 140.000 1.260 1.260
0,060 kg Paku 8.000 480 480
0,450 kg Meni besi 18.000 8.100 8.100
1,200 lbr Seng gelombang 42.000 48.000 48.000
0,020 org Mandor 35.000 700 700
0,020 org Kep. Tukang kayu 40.000 800 800
0,200 org Tukang kayu 35.000 7.000 7.000
0,400 org Pekerja 25.000 10.000 10.000
18.500 82.369,75 100.869,75
II PEKERJAAN TANAH
1 Galian tanah biasa sedalam 1 m
0,040 org Mandor 35.000 1.400 1.400
0,400 org Pekerja 25.000 10.000 10.000
11.400 11.400
3
3 Tanah diratakan dan dipadatkan per m
0,050 org Mandor 35.000 1.750 1.750
0,500 org Pekerja 25.000 12.500 12.500
14.250 14.250
4 1 m2 bongkar bekisting
0,007 Pekerjaan cetakan 248.500 1.739,5
V PEKERJAAN PLESTERAN
1 Plesteran 1 Pc : 3 Ps tebal 20 mm
9,300 kg Portland cement 737,5 6.858,75 6.858,75
0,018 m3 Pasir pasang 110.000 1.980 1.980
0,260 org Pekerja 25.000 6.500 6.500
0,200 org Tukang batu 35.000 7.000 7.000
0,020 org Kep. Tukang batu 40.000 800 800
0,013 org Mandor 35.000 455 455
14.755 8.838,75 23.593,75
VI PEKERJAAN KAYU
1 Pekerjaan kusen-kusen pintu / jendela dari kayu jati
1,200 m3 Kayu jati, balok 16.500.000 19.200.000 19.200.000
0,300 org Mandor 35.000 10.500 10.500
6,000 org Pekerja 25.000 150.000 150.000
20,00 org Tukang kayu 35.000 700.000 700.000
2,000 org Kep. Tukang kayu 40.000 80.000 80.000
2. Balok Anak
Tulangan Utama
Jml Pjg Tul
D L Tul. Tump Tul. Lap Volume
Lt Balok Tump Lap
mm mm Atas Bawah Atas Bawah Buah mm mm kg
1 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
2 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
3 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
4 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
5 12 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 293,040
16 = 1,578 kg/m
12 = 0,888 kg/m
3. Balok induk
Tulangan Tulangan Tul. Jml
D L Pjg Tul. Volume
Lt Tumpuan Lapangan Bagi Balok
mm mm Atas Bwh Atas Bwh D Pjg buah Tump Lap kg
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
1 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 463,28
2500 3 2 2 2 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 4 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 102,23
22 4000 4 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 136,31
8.066,48
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
2 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 463,28
2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 5 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 111,19
22 4000 5 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 148,25
8.087,36
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
3 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 425,98
2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 5 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 102,23
22 4000 5 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 136,31
8.029,18
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pagar Proyek 142,492 m 100.869,75 14.373.132,42
2. Pengukuran 1,000 ls 3.000.000,00 3.000.000,00
3. Pembersihan Lahan 1210,888 m2 7.750,00 9.384.382,00
4. Fasilitas Kerja 1,000 ls 15.000.000,00 15.000.000,00
5. Mobilisasi Bahan dan alat 1,000 ls 10.000.000,00 10.000.000,00
6. Pemasangan Bouwplank 192,000 m 38.991,00 7.486.272,00
7. Pekerjaan papan nama 1,000 bh 100.000,00 100.000,00
8. Administrasi dan dokumentasi 1,000 ls 5.000.000,00 5.000.000,00
64.343.786,42
II PEKERJAAN TANAH
1.Galian tanah biasa 635,860 m3 11.400,00 7.248.804,00
3
2.Mengurug tanah kembali 301,549 m 5.465,00 1.647.965,29
3.Tanah diratakan dan dipadatkan 301,549 m3 14.250,00 4.297.073,25
4.Urugan pasir 301,549 m3 113.600,00 34.255.966,40
47.449.808,94
1.035.420.436,00
IV PEKERJAAN STRUKTUR
1. Lantai 1
a. Pekerjaan beton
Kolom 103,84 m3 401.700,00 41.712.528,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
3
Pelat lantai 134,925 m 401.700,00 54.199.372,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,6
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 10.975,112 kg 7.928,50 87.016.175,49
Balok Induk 8.066,48 kg 7.928,50 63.955.086,68
Balok anak 701,492 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 13.256,19 kg 7.928,50 105.101.702,40
Tangga 265,638 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 45.741.520,00
103,84
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 134,925 m3 440.500,00 59.434.462,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
103,84 m3 1.739,50 180.629,68
Balok Induk
148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak
13,917 m3 1.739,50 24.208,62
Pelat lantai m3 1.739,50 234.702,04
134,925
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27
489.277.610,59
2. Lantai 2
a. Pekerjaan beton
Kolom 103,84 m3 401.700,00 41.712.528,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 12.234,35 kg 7.928,50 97.000.043,98
Balok Induk 8.807,36 kg 7.928,50 69.829.153,76
Balok anak 701,492 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 45.741.520,00
103,84
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 122,325 m3 440.500,00 53.884.162,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00
618.858.327,51
3. Lantai 3
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 15.873,85 kg 7.928,50 125.855.819,70
Balok Induk 8.029,18 kg 7.928,50 63.659.353,63
Balok anak 701,49 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 35.636.450,00
80,90
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 122,325 m3 440.500,00 53.884.162,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
80,90 m3 1.739,50 140.725,55
Balok Induk
148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak
13,917 m3 1.739,50 24.208,62
Pelat lantai m3 1.739,50 212.784,34
122,325
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27
618.858.327,51
4. Lantai 4
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 17.194,95 kg 7.928,50 136.330.161,10
Balok Induk 7.444,91 kg 7.928,50 59.026.968,94
Balok anak 701,49 kg 7.928,50 5.561.763,47
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 35.636.450,00
80,90
722.026.271,83
5. Lantai 5
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 126,075 m3 401.700,00 50.644.327,50
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 11.524,21 kg 7.928,50 91.369.698,99
Balok Induk 7.458,34 kg 7.928,50 59.133.448,69
Balok anak 473,792 kg 7.928,50 3.756.459,87
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
80,90 m3 440.500,00 35.636.450,00
Balok Induk m3 440.500,00 65.440.680,00
148,56
Balok anak m3 440.500,00 6.130.438,50
13,917
Pelat lantai 126,075 m3 440.500,00 55.536.037,50
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
Balok Induk 80,90 m3 1.739,50 140.725,55
Balok anak 148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Pelat lantai 13,917 m3 1.739,50 24.208,62
126,075 m3 1.739,50 219.307,46
562.755.169,66
V PEKERJAAN FINISHING
1. Pekerjaan pasangan
a. Pasangan batu bata 729,28 m3 40.068,50 29.221.155,68
b. Keramik 3.370,36 m2 45.135,00 152.121.198,60
2. Pekerjaan plesteran 4.732,12 m2 23.593,75 111.648.456,30
3. Pekerjaan kayu
a. Kusen-kusen pintu / jendela 20,09 m3 20.140.500,00 404.622.645,00
b. Daun pintu / jendela kaca 481,38 m3 326.900,00 157.363.122,00
c. Langit-langit 4.686,09 lbr 183.937,50 861.947.679,40
4. Pekerjaan pengecatan
a. Cat tembok 10.774,80 m2 17.644,50 190.115.958,60
b. Cat kayu / besi 909,85 m2 17.222,50 15.669.891,63
5. Pekerjaan mekanikal
dan elektrikal
a. Genset 1,00 ls 5.000.000,00 5.000.000,00
b. Instalasi kabel 1,00 ls 10.000.000,00 10.000.000,00
c. Fuse Box 5,00 bh 50.000,00 2.500.000,00
d. Sekering 10,00 bh 5.000,00 50.000,00
e. Lampu neon 120,00 titik 50.000,00 6.000.000,00
f. Stop kontak 75,00 titik 4.500,00 337.500,00
g. Saklar 75,00 bh 10.000,00 750.000,00
6. Sanitasi
a. Septic tank 2,00 unit 205.000 410.000,00
b. Kloset jongkok tipe C-1 35,00 unit 55.000,00 175.000,00
c. Bak mandi 35,00 bh 200.000,00 7.000.000,00
d. Wastafel meja oval
tipe L-2394 WMK-38 M 15,00 bh 630.000,00 9.450.000,00
e. Plumbing 1,00 ls 25.000.000,00 25.000.000,00
7. Pekerjaan drainase 1,00 ls 5.000.000,00 5.000.000,00
8. Pekerjaan paving block 285,53 m2 58.200,00 16.617.846,00
9. Pembersihan lahan kembali 1,00 ls 1.000.000,00 1.000.000,00
7.497.020.333,00
7.1 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pada analisis pondasi sarang laba-laba pada gedung
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Semarang, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Daya dukung tanah KSLL (qa) sebesar 93,46 t/m2.
Daya dukung yang dihasilkan menjadi lebih besar dari 1,5 kali daya dukung pada
pondasi rakit. Hal ini disebabkan bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan
dari Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) :
Memiliki kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan pondasi rakit.
Adanya pemadatan tanah yang efektif didalam Konstruksi Sarang Laba-Laba.
Bekerjanya tegangan geser pada rib settlement terluar dari Konstruksi Sarang
Laba-Laba.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak di bagian atas rib,
sehingga beban yang timbul sudah merata pada lapisan pendukung.
Memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan
tanah didalamnya.
2. Tebal ekivalen :
Rib konstruksi = 135 cm
Rib settlement = 166 cm
Bentuk konstruksi sarang laba-laba akan menimbulkan kekakuan atau tebal
ekivalen yang tinggi, sehingga mampu mereduksi differential settlement.
3. Tegangan tanah maksimum sebesar : 8,348 t/m2.
Sama juga dengan perhitungan pada pondasi dangkal, yang perlu memperhatikan
tegangan tanah maksimum yang timbul. Demikian juga dalam perhitungan pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba.
4. Dimensi dan penulangan rib konstruksi dan rib settlement, ditunjukkan pada
gambar dibawah ini :
10 15 cm
15
4 16
10 15 cm
200 10 15 cm
4 19
As = 4 16
As = 4 19 15
Rib Settlement
10 15 cm
15
4 16
10 15 cm
250
10 15 cm
4 19
As = 4 16
As = 4 19 15
7.2 SARAN
Dari hasil analisis terhadap tugas akhir ini, maka diberikan beberapa saran
dan masukan sebagai berikut :
1. Dalam menganalisis secara manual diperlukan ketelitian dan pemahaman dalam
menentukan rumus pendekatan yang akan digunakan.
2. Untuk bangunan gedung bertingkat sedang (3 8 lantai) disarankan menggunakan
pondasi konstruksi sarang laba-laba, dengan alternatif lain yaitu pondasi plat penuh
(mat foundation) dan pondasi rakit.
3. Untuk meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi penurunan pondasi
dapat digunakan pondasi cerucuk dolken.
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmanto, Indrastono, Ir., Diktat Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa, Himpunan
Mahasiswa Sipil, Semarang, 2005.
2. Bowles, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga,
Jakarta, 1992.
3. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1,
Erlangga, Jakarta, 1991.
4. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2,
Erlangga, Jakarta, 1993.
5. Hardiyanto, Christady, H., Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987.
6. Indarto, Himawan, Ir., MS., Diktat Mata Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
7. Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur
Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3,
Erlangga, Jakarta, 1993.
8. Peck, Ralph B, Teknik Fondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986.
9. Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit Gunadarma,
Jakarta, 1997.
10. Ryantori, Ir., dan Sutjipto, Ir., Konstruksi Sarang Laba-Laba, Penerbit PT.
Dasaguna, Surabaya, 1984.
11. Sunggono, Ir., K.H., Mekanika Tanah, Nova, Jakarta, 1984.
12. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T15-1991-
03, Jakarta, 1997.
13. Terzaghi, Karl, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1, Erelangga,
Jakarta, 1987.
14. Udiyanto, Ir., Menghitung Beton Bertulang, Biro Pengembangan Profesionalisme
Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2000.
15. Vis, Ir., W.C., dan Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., Grafik dan Tabel Perhitungan
Beton Bertulang Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta, 1997.
16. Wesley, L.d., Mekanika Tanah, Badan Penerbit Umum, Jakarta, 1987.
17. Widjatmoko, Ir., Struktur Beton, Badan Penerbit Universitas Semarang, Semarang,
1999.