Anda di halaman 1dari 183

ANALISIS PENGGUNAAN

STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA


PADA GEDUNG BNI 46 WILAYAH 05
SEMARANG
Analysis of Spider Web Foundation Structure
at BNI 46 Building Region 05 Semarang

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis
Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata I
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Disusun Oleh :

RATNA SARI CIPTO HARYONO


L2A000147

TIRTA RAHMAN MAULANA


L2A000172

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2007
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENGGUNAAN
STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA
PADA GEDUNG BNI 46 WILAYAH 05
SEMARANG

Disusun Oleh :

Ratna Sari Cipto Haryono NIM L2A000147


Tirta Rahman Maulana NIM L2A000172

Semarang, Mei 2007

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT Ir. Muhrozi, MS


NIP. 130896243 NIP. 131672478

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Ir. Bambang Pudjianto, MT


NIP. 131459442
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
kata pengantar Tirta Rahman Maulana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-
Nya yang tak ternilai. Sholawat dan salam selalu tertuju pada Nabi Muhammad SAW
yang senantiasa mendoakan keselamatan umatnya. Tak ada yang pantas terucap
selain Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam
menganalisis penggunaan struktur pondasi sarang laba-laba pada pembangunan
gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
Laporan tugas akhir ini diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan
akademis bagi mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata I (S-I) di
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Tugas akhir merupakan salah satu cara agar mahasiswa dapat belajar dan
memahami serta mengerti hal-hal dan permasalahan dan dapat membandingkan serta
menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat di bangku kuliah.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
isi laporan ini. Keterbatasan pikiran, kemampuan, tidak membatasi penulis untuk terus
berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan
mengharapkan masukan demi kesempurnaan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing selama proses penyusunan
laporan ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Ir. Sri Sangkawati, MS selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Ir. Arif Hidayat, CES, MT selaku Koordinator Bidang Akademik Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
4. Ibu Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah
sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
5. Bapak Ir. Muhrozi, MS selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah
membimbing dan juga memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
tugas ini.
6. Bapak Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng dan Bapak Ir. Hari Warsianto, MS selaku
Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP Semarang.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
iii
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
kata pengantar Tirta Rahman Maulana

7. Bapak Ir. Aris, Site Manager PT. Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor
pelaksana pada proyek pembangunan gedung BNI 46 wilayah 05 Semarang.
8. Seluruh staf PT. Hutama Karya (Persero) yang telah membantu dan memberikan
data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Seluruh staf pengajaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang membantu dalam pengurusan surat perijinan sehingga
penulis dapat melaksanakan tugas akhir dengan lancar.
10. Tirta thank,s to Mama, Papa, Abang, Torri, Prima, Dedek, Andin, dan Tipong.
Akhirnya
11. Tirta special thanks to Angela Thea Kalangsari for the spirit, sweetest memories
and for the unforgettable moments, juga untuk kesabaran, kesetiaaan, menemani,
menunggu, di setiap keadaan apapun. Terima kasih bi...
12. Tirta thanks to Gondrong, Ringgo, Ari Gondrong. Ayo semangat bro, masa depan
telah menunggu kita. Dan untuk H 3946 JG (No comment).
13. Teman-teman semua, terutama mahasiswa Teknik Sipil khususnya angkatan 2000,
terus berjuang.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Setitik air akan sangat berarti saat kita berada ditengah padang pasir yang
kering. Itulah harapan penulis, meskipun sedikit, namun laporan ini diharapkan
bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta memberi warna yang indah bagi
perkembangan ilmu rekayasa sipil, khususnya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang. Amin.

Semarang, Mei 2007

Ratna Sari Cipto Haryono


Tirta Rahman Maulana

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
iv
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
daftar isi Tirta Rahman
Maulana
DAFTAR ISI
Halaman Judul --------------------------------------------------------------------------------------- i
Lembar Pengesahan ------------------------------------------------------------------------------- ii
Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------------------ v
Daftar Gambar---------------------------------------------------------------------------------------- viii
Daftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------------------- x
Daftar Simbol ----------------------------------------------------------------------------------------- xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Uraian ----------------------------------------------------------------------------------------------- I-1
1.2 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------- I-1
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ----------------------------------------------------- I-3
1.4 Maksud dan Tujuan ----------------------------------------------------------------------------- I-4
1.5 Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------------- I-4
1.6 Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------------------- I-5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum ---------------------------------------------------------------------------------- II-1
2.2 Klasifikasi Tanah --------------------------------------------------------------------------------- II-2
2.2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir -------------------------------------- II-2
2.2.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO -------------------------------- II-2
2.2.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED ------------------------------------- II-3
2.3 Klasifikasi Pondasi ------------------------------------------------------------------------------ II-4
2.3.1 Pondasi Dalam (Deep Foundation) -------------------------------------------------- II-4
2.3.2 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) -------------------------------------------- II-5
2.4 Konstruksi Sarang Laba-Laba ---------------------------------------------------------------- II-7
2.4.1 Tinjauan Umum --------------------------------------------------------------------------- II-7
2.4.2 Keistimewaan Sistem Konstruksi dan Bentuk Pondasi Sarang
Laba-Laba ---------------------------------------------------------------------------------- II-10
2.4.3 Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban--------------------------- II-15
2.5 Pembebanan Pada Struktur Atas ----------------------------------------------------------- II-16
2.5.1 Beban Statik ------------------------------------------------------------------------------- II-16
2.5.2 Beban Dinamik---------------------------------------------------------------------------- II-19

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
v
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
daftar isi Tirta Rahman
Maulana
2.6 Analisis Dan Perancangan Struktur Bawah ----------------------------------------------- II-24
2.6.1 Daya Dukung Tanah -------------------------------------------------------------------- II-24
2.6.2 Pengaruh Muka Air Tanah ------------------------------------------------------------- II-27
2.6.3 Daya Dukung Ijin ------------------------------------------------------------------------- II-28
2.6.4 Analisis Tegangan Tanah -------------------------------------------------------------- II-29
2.6.5 Penurunan / Settlement ---------------------------------------------------------------- II-30
2.6.6 Perancangan Struktur Bawah --------------------------------------------------------- II-36
2.7 Perhitungan Konstruksi Sarang Laba-Laba----------------------------------------------- II-38
2.7.1 Ketebalan Ekivalen Pada KSLL ------------------------------------------------------ II-38
2.7.2 Perkiraan Daya Dukung Tanah ------------------------------------------------------- II-39
2.7.3 Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum yang Timbul ----------------------- II-40
2.7.4 Perhitungan Rib Konstruksi------------------------------------------------------------ II-40
2.7.5 Perhitungan Pelat ------------------------------------------------------------------------ II-42
2.7.6 Kontrol KSLL ------------------------------------------------------------------------------ II-43

BAB III METODOLOGI


3.1 TinjauanUmum ----------------------------------------------------------------------------------- III-1
3.2 Metode Pengumpulan Data ------------------------------------------------------------------- III-1
3.2.1 Data Primer -------------------------------------------------------------------------------- III-1
3.2.2 Data Sekunder ---------------------------------------------------------------------------- III-2
3.3 Metode Perhitungan Dan Analisis ----------------------------------------------------------- III-3
3.4 Penyajian Laporan ------------------------------------------------------------------------------ III-4

BAB IV ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN


4.1 Analisis Data -------------------------------------------------------------------------------------- IV-1
4.2 Analisis Data Tanah ---------------------------------------------------------------------------- IV-1
4.2.1 Hasil Penyelidikan Laboratorium ----------------------------------------------------- IV-3
4.2.2 Hasil Penyelidikan Sondir -------------------------------------------------------------- IV-4
4.3 Analisa Pembebanan --------------------------------------------------------------------------- IV-9
4.3.1 Beban Balok ------------------------------------------------------------------------------- IV-9
4.3.2 Beban Kolom ------------------------------------------------------------------------------ IV-9
4.4 Analisis Daya Dukung Pondasi -------------------------------------------------------------- IV-11
4.5 Analisa Penurunan / Settlement ------------------------------------------------------------- IV-16
4.5.1 Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan ---------------------------------------- IV-16
4.5.2 Tekanan Tanah Efektif (Po) ----------------------------------------------------------- IV-20

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
vi
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
daftar isi Tirta Rahman
Maulana
4.5.3 Perhitungan Penurunan / Settlement ----------------------------------------------- IV-22
4.6 Perhitungan Rib Konstruksi ------------------------------------------------------------------- IV-26
4.6.1 Tebal Ekivalen Rib Konstruksi -------------------------------------------------------- IV-26
4.6.2 Tinggi Rib Konstruksi-------------------------------------------------------------------- IV-28
4.6.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Konstruksi ------------------------------------------ IV-29
4.7 Perhitungan Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-38
4.7.1 Tebal Ekivalen Rib Settlement -------------------------------------------------------- IV-38
4.7.2 Tinggi Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-39
4.7.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Settlement ----------------------------------------- IV-40

BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT


5.1 Syarat Syarat Umum ------------------------------------------------------------------------- V-1
5.2 Syarat Syarat Administrasi ----------------------------------------------------------------- V-9
5.3 Syarat Syarat Teknis ------------------------------------------------------------------------- V-22

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA


6.1 Daftar Harga Satuan Bahan Bangunan ---------------------------------------------------- VI-1
6.2 Daftar Harga Satuan Upah Pekerja --------------------------------------------------------- VI-1
6.3 Daftar Analisa Harga Satuan ----------------------------------------------------------------- VI-2
6.4 Perhitungan Volume Pekerjaan -------------------------------------------------------------- VI-6
6.5 Rencana Anggaran Biaya --------------------------------------------------------------------- VI-16
6.6 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ---------------------------------------------------- VI-20

BAB VII PENUTUP


7.1 Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------------------- VII-1
7.2 Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------- VII-3

Daftar Pustaka --------------------------------------------------------------------------------------- xii


Lampiran : 1) Surat-surat
2) Data-data Proyek
3) Gambar-gambar Proyek

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
vii
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
daftar gambar Tirta Rahman Maulana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B 4) --------------------------------------------------------- II-5


Gambar 2.2 Pondasi Dangkal (D/B 1)------------------------------------------------------ II-5
Gambar 2.3 Pondasi Dangkal ------------------------------------------------------------------- II-6
Gambar 2.4 Flow Chart Klasifikasi Pondasi Telapak -------------------------------------- II-6
Gambar 2.5 Tipe-Tipe Pondasi Rakit / Pelat / Mat (Raft) Footing ---------------------- II-7
Gambar 2.6 Konstruksi Sarang laba-Laba --------------------------------------------------- II-8
Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan
Tinggi di Bawahnya ---------------------------------------------------------------- II-10
Gambar 2.8 Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan
Kekakuan Ekivalen Pada Pondasi KSLL ------------------------------------- II-11
Gambar 2.9 Rib Settlement ---------------------------------------------------------------------- II-12
Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib -------------------------- II-12
Gambar 2.11 Perbandingan Proses Penyebaran Beban Sampai ke Dasar Rib ----- II-15
Gambar 2.12 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Struktur Basement ---------------------- II-18
Gambar 2.13 Pengaruh Angin Pada Bangunan Gedung----------------------------------- II-19
Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan -------- II-20
Gambar 2.15 Klasifikasi Beban Pada Struktur Atas ----------------------------------------- II-22
Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung
Pondasi Dangkal ------------------------------------------------------------------- II-28
Gambar 2.17 Beban Merata Berbentuk Persegi ---------------------------------------------- II-30
Gambar 2.18 Penurunan Seketika (Immediately Settlement) ----------------------------- II-31
Gambar 2.19 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) ----------------------- II-34
Gambar 2.20 Grafik Penyajian Penurunan Konsolidasi Primer dan Konsolidasi
Sekunder ----------------------------------------------------------------------------- II-34
Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi ------------- II-35
Gambar 2.22 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum memikul Momen ------- II-41
Gambar 2.23 Luasan Daerah Penyebaran Beban Setelah Memikul Momen --------- II-42
Gambar 2.24 Pembebanan Lajur Pada Pelat Selebar C ----------------------------------- II-42

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Analisis -------------------------------------------------- III-3

Gambar 4.1 Bagan Klasifikasi Tanah ---------------------------------------------------------- IV-5


Gambar 4.2 Pondasi Rakit ------------------------------------------------------------------------ IV-11
Gambar 4.3 Denah Floating Foundation Yang Dianalisis -------------------------------- IV-16

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
viii
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
daftar gambar Tirta Rahman Maulana

Gambar 4.4 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik B


Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-16
Gambar 4.5 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik I
Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-17
Gambar 4.6 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik F
Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-17
Gambar 4.7 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik G
Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-18
Gambar 4.8 Distribusi Beban Merata Pada Luas Bangunan ---------------------------- IV-23
Gambar 4.9 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen ------- IV-28
Gambar 4.10 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen ------- IV-39

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
ix
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
daftar tabel Tirta Rahman Maulana

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya --------- II-22
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman Dan Kemiringan Untuk Persamaan
Daya Dukung Meyerhof -------------------------------------------------------------- II-26
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah ------------------------------------------- II-26
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata -------- II-30
Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi Dan Kekakuan
Pondasi (Iw) ----------------------------------------------------------------------------- II-32
Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio () Menurut Jenis Tanah -------------------------------- II-32
Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah ----------------------- II-33

Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI 46 Semarang -------------------------- IV-3
Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg --- IV-4
Tabel 4.3 Friction Ratio (fr) ----------------------------------------------------------------------- IV-5
Tabel 4.4 Conus Resistence (qc) --------------------------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.5 Korelasi Antara Jenis tanah Nilai Gs ------------------------------------------- IV-6
Tabel 4.6 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah Nilai --------------------------------------- IV-6
Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart (N - SPT) --------------------------------------- IV-7
Tabel 4.8 Hasil Korelasi Antara qc --------------------------------------------------------- IV-7
Tabel 4.9 Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e) ---------------------------------- IV-7
Tabel 4.10 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)--------------------------- IV-8
Tabel 4.11 Korelasi Antara e Cc ---------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir ------------------------------------------------------------------- IV-8
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data Sampai -35.00 m -------------------------------- IV-8
Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark ---------------------------------------------------------- IV-19
Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (P) ------------ IV-20
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po) -------------------------------- IV-22
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement -------------------------------------- IV-25

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
x
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
daftar simbol Tirta Rahman Maulana

DAFTAR SIMBOL

As = Luas penampang tulangan tarik


As = Luas penampang tulangan tekan
d = Tinggi efektif penampang
d = Jarak dari serat tekan / tarik terluar beton ke pusat tulangan tekan / tarik
D = Diameter tulangan ulir
fc = Kuat tekan beton
fy = Tegangan leleh untuk tulangan
Mu = Momen lentur terfaktor
qc = Conus resistance
R1 = Tegangan tekan pada penampang beton = 0,85 fc
Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang
= Faktor reduksi kekuatan
= Rasio (perbandingan) luas penampang tulangan tarik terhadap luas
penampang efektif beton
= Rasio (perbandingan) luas penampang tulangan tekan terhadap luas
penampang efektif beton
b = Rasio penulangan tarik pada kondisi balance
= Perbandingan tinggi balok tegangan terhadap tinggi garis netral di ukur
1
dari serat tekan beton terluar suatu penampang beton
d = Berat isi kering / dry soil weight (gr/m2)
b = Berat isi basah / wet soil weight (gr/m2)

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
xi
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 URAIAN
Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek
keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap
hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik.
Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di
bidang Teknik Sipil seperti pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi,
jembatan dan struktur-struktur yang lainnya.
Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem
pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan
kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang
digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut
dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain
seperti mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin
kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun.
Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu pelaksanaan pembangunan
struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar.
Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana
gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di
dalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan.

1.2 LATAR BELAKANG


Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah, selain sebagai pusat
pemerintahan, juga menjadi urat nadi bagi perekonomian Jawa Tengah. Kota
Semarang adalah salah satu kota besar dengan tingkat keamanan yang paling baik,
jika dibandingkan dengan Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya di Indonesia. Hal
ini jelas akan berdampak terhadap iklim investasi yang terus menggeliat di Kota
Semarang. Mulai banyaknya investor-investor yang menanamkan modalnya, membuat
semakin meningkatnya kegiatan perbankan di Kota Semarang.
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk merupakan salah satu bank pemerintah
terbesar dan dipercaya oleh jutaan penduduk Indonesia, merasa perlu untuk

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-1
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membangun suatu kantor
wilayah yang representatif dan memadai sebagai antisipasi dari hal tersebut.
Pembangunan Gedung Kantor Wilayah Bank Negara Indonesia 1946 Tbk,
direncanakan 6 (enam) lantai dengan sub structure (struktur bawah) menggunakan
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba.
Pemilihan jenis pondasi merupakan salah satu tahap penting dalam
perencanaan sebuah bangunan. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem
rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri
kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya (Bowles, 1997).
Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin dan harus mampu mendukung
beban bangunan di atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa dan
lain-lain. Jika terjadi kegagalan konstruksi pada pondasi, misalnya retak atau patah,
dapat terjadi hal-hal seperti :
Kerusakan pada dinding, retak, miring.
Lantai pecah, retak, bergelombang.
Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain.

Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami
kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi.
Menurut Suyono (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain adalah :
1. Keadaan tanah pondasi, meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras dan lainnya.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar
beban, arah beban, penyebaran beban), sifat dinamis bangunan atas (statis
tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya).
3. Batasan-batasan di sekelilingnya, meliputi kondisi lokasi proyek, pekerjaan pondasi
tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan
sekitarnya.
4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya waktu berbanding lurus
dengan biaya pelaksanaan, semakin sedikit waktu yang digunakan maka dapat
mereduksi biaya proyek. Akan tetapi hal ini tidak mutlak terjadi, karena masih ada
berbagai faktor yang andil dalam proses pembangunan di antaranya mutu material
yang digunakan, jenis peralatan yang dipakai dan lain-lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan jenis pondasi secara garis


besar ditentukan berdasarkan faktor teknis, ekonomis dan lingkungan. Kompleksnya

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-2
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
sifat, perilaku dan parameter tanah membuat Sarjana Sipil terus berusaha mencari
solusi yang tepat untuk membuat suatu sistem pondasi yang tepat berdasarkan faktor
teknis, ekonomis dan lingkungan sehingga dapat digunakan pada kondisi tanah yang
sesuai. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan daya dukung tanah relatif
rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi ataupun rendah atau antara 3
sampai 8 lantai) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu menjadi
salah satu solusi yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam, misalnya
dengan tiang pancang, maka harga bangunan akan naik hingga 30%, sedangkan jika
digunakan pondasi dangkal harus mempertimbangkan resiko penurunan bangunan
secara tidak merata (irregular differential settlement) ditambah dengan total settlement.
Konstruksi Sarang Laba-Laba merupakan struktur kombinasi yang
memungkinkan adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan antara sistem
pondasi plat beton pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak pipih
tapi tinggi dengan sistem perbaikan tanah dibawah plat atau diantara rib-rib. Sejak
tahun 1976 sampai saat ini, Konstruksi Sarang Laba-Laba telah digunakan pada lebih
dari 1000 bangunan di Indonesia.
Pada proyek pembangunan Gedung Bank Negara Indonesia 1946 Tbk
Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang, dikarenakan kondisi tanahnya kurang baik,
artinya dengan daya dukung rendah dan konsolidasi yang tinggi, digunakan Pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba. Selain itu, Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba juga
mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain :
1. Bentuk dan sistem konstruksinya yang sederhana, maka memungkinkan untuk
dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana.
2. Memungkinkan untuk dilaksanakan lebih cepat dibandingkan dengan sistem-sistem
pondasi lain.
3. Tahan terhadap gempa.

1.3 RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH


Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini mencakup analisis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba yang meliputi daya
dukung tanah, tebal ekivalen, tekanan tanah maksimum, kontrol terhadap tegangan
geser, dimensi dan penurunan (settlement).
Sedangkan batasan masalah dari penyusunan Tugas Akhir ini meliputi :
1. Analisis secara konvensional
2. Konstruksi Sarang Laba-Laba

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-3
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
Secara sederhana Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) dapat digambarkan
sebagai berikut :
Merupakan pelat pipih menerus, yang bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang
pipih tapi tinggi.
Rib-rib tegak pengaku penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga denah /
tampak atas dari pada susunan rib-rib tersebut membentuk petak-petak segitiga.
Dalam penggunaannya sebagai pondasi yang memikul beban-beban terpusat /
kolom maka susunan rib-rib diatur sedemikian rupa sehingga titik-titik pertemuan
rib-rib dengan titik kerja beban / kolom berimpit.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan perhitungan


berdasarkan teori-teori dasar Teknik Pondasi dan Mekanika Tanah, sehingga penulis
menyadari bahwa perhitungan yang terdapat pada Laporan Tugas Akhir ini mungkin
tidak sama persis dengan perhitungan aslinya mengingat perhitungan asli pondasi
KSLL dilindungi hak paten dan hanya diketahui oleh pencipta pondasi KSLL sendiri,
yaitu Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan disusunnya Tugas Akhir ini adalah :
1. Melakukan perhitungan dan menganalisis kekuatan sub structure (struktur bawah /
pondasi) pada Gedung Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto
128 Semarang.
2. Melakukan analisis terhadap keamanan konstruksi pondasi sarang laba-laba dilihat
dari jenis tanah, keadaan lingkungan dan pembebanan pada Gedung Bank Negara
Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang, meliputi dimensi rib,
besarnya tegangan tanah maksimum, daya dukung pondasi Sarang Laba-Laba
dan penurunan / settlement yang terjadi.

1.5 SASARAN
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu kurikulum yang harus
ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Adapun sasaran yang hendak
dicapai dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menerapkan beberapa mata kuliah yang telah diterima selama menempuh
pendidikan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-4
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
2. Melakukan perhitungan dan analisis secara cermat, tepat sasaran dan efisien
dengan menggunakan asumsi yang tepat sehingga diperoleh hasil perencanaan
struktur pondasi yang aman, ekonomis dan efisien.
3. Menjadikan penyusunan Laporan Tugas Akhir sebagai latihan awal dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan selesai
tepat waktu sebelum terjun di masyarakat.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam 3 bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran, daftar gambar, daftar tabel,
dan daftar simbol. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, surat-sarat, data-data
proyek, dan gambar-gambar proyek.
Sebagian besar dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini terletak pada
bagian pokok yang garis besar sistematikanya adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi uraian umum, latar belakang, ruang lingkup dan batasan
masalah, maksud dan tujuan, sasaran, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisi landasan teori tentang klasifikasi tanah, jenis-jenis pondasi,
landasan teori pondasi KSLL dan perhitungannya, pembebanan pada
struktur atas, analisis daya dukung dan tegangan tanah, penurunan /
settlement, dan perancangan struktur bawah.
BAB III : METODOLOGI
Berisi tentang tinjauan umum, metode-metode dan langkah-langkah
yang dipakai dalam menyelesaikan dan menyusun Laporan Tugas
Akhir.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN
Berisi perhitungan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba berdasarkan
keadaan tanah dan pembebanan pada struktur, serta analisisnya
terhadap daya dukung, tegangan dan tekanan tanah, dimensi, dan
penurunan / settlement.
BAB V : RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
Berisi tentang rencana kerja pembangunan proyek dan syarat-syarat
yang berlaku di proyek.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-5
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB I PENDAHULUAN Tirta Rahman
Maulana
BAB VI : RENCANA ANGGARAN BIAYA
Berisi tentang estimasi anggaran biaya yang dibutuhkan dalam
pembangunan proyek dari awal hingga selesai.
BAB VII : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis KSLL serta
kesimpulan terhadap hasil perhitungan anggaran biaya nya dan juga
saran-saran berdasarkan kesimpulan yang telah diambil.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
I-6
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM


Dalam pembangunan suatu struktur perlu dilakukan suatu analisis ataupun
desain dengan dibatasi oleh berbagai kriteria yang digunakan sebagai ukuran terhadap
struktur yang akan didirikan.
Dalam proses perancangan perlu dicari derajat kedekatan antara sistem
struktural yang digunakan dengan tujuan desain (tujuan yang dikaitkan dengan
masalah arsitektural, efisiensi, serviceability, kemudahan pelaksanaan dan biaya).
Aspek Arsitektural
Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk struktur yang dipilih dikaitkan dari segi
arsitektur.
Aspek Fungsional
Berkaitan dengan kegunaan dari struktur yang akan dibangun.
Kekuatan dan Stabilitas Struktur
Berkaitan dengan kemampuan struktur untuk menerima beban-beban yang bekerja
baik beban lateral maupun vertikal, dan kestabilan struktur.
Faktor Ekonomi dan Kemudahan Pelaksanaan
Biasanya dalam perancangan suatu struktur terdapat berbagai alternatif
pembangunan, maka salah satu faktor yang berperan di dalamnya adalah masalah
biaya (yang dalam hal ini dikaitkan dengan keadaan ekonomi pada saat
pembangunan) dan kemudahan pelaksanaan pembangunan di lapangan.
Faktor Kemampuan Struktur Mengakomodasi Sistem Layan Gedung
Pemilihan sistem struktur yang digunakan juga harus mempertimbangkan
kemampuan struktur dalam mengakomodasikan sistem layan yang digunakan.
Sistem layan ini menyangkut masalah pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
Maraknya kasus kegagalan konstruksi karena eksploitasi tanah yang melebihi
daya dukungnya tentulah amat disayangkan. Untuk menghindari kasus yang serupa
maka ada beberapa point yang harus diperhatikan agar pelaksanaan suatu proyek
dapat dikategorikan berhasil :
Input data dengan ketelitian tinggi
Perencanaan yang mantap dan pelaksanaan konstruksi dengan metode kerja yang
tepat
Pengawasan pada saat pelaksanaan yang ketat.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 1
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
2.2 KLASIFIKASI TANAH
Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya penyaluran
beban yang ditimbulkan akibat dari konstruksi suatu bangunan yang dibuat diatasnya.
Tanah mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
pemahaman yang baik tentang masalah tanah ini.
Klasifikasi tanah diperlukan untuk memberikan gambaran sifat-sifat tanah
dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu konstruksi. Beberapa metode klasifikasi
tanah :
1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO
3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED

2.2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir


Kebanyakan sistem-sistem klasifikasi terdahulu banyak menggunakan ukuran
butir sebagai dasar pembuatan sistem klasifikasi. Dikarenakan deposit tanah alam
pada umumnya terdiri atas berbagai ukuran-ukuran partikel, maka perlu dibuat suatu
batasan-batasan berdasarkan distribusi ukuran butir yang kemudian menentukan
prosentase tanah bagi setiap batasan ukuran.
Meskipun ukuran butir tanah menyajikan cara yang sangat baik dalam
mengkasifikasikan tanah, tetapi masih juga mempunyai kekurangan yaitu hanya sedikit
sekali hubungan antara ukuran butir dan sifat-sifat fisis bagi tanah butir halus, misalnya
karakteristik konsistensi dan plastisitas dari fraksi halus tanah yang ada.

2.2.2 Kasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO


Klasifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO pada mulanya dikembangkan
pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration Clasification System. Sistem ini
sudah mengalami beberapa perbaikan, versi yang saat ini berlaku adalah yang
diajukan oleh Comittee on Classification of Materials for Subgrade and Granular Type
Road of the Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard no D-3282,
AASHTO metode M145). Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan
dalam tabel 1.
Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu
A-1 sampai dengan A-7. Klasifikasi tanah A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah berbutir di
mana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No. 200. Tanah
di mana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 2
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7
tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi ini didasarkan
pada kriteria di bawah ini :
a. Ukuran Butir
Kerikil :
Bagian tanah yang lolos ayakan 75 mm dan tertahan pada ayakan No. 20
(2mm).
Pasir :
Bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2mm) dan tertahan pada ayakan No. 200
(0,075 mm).
Lanau dan Lempung :
Bagian tanah yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm).
b. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai
indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana
bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau
lebih.
c. Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan
ditentukan klasifikasinya, maka batuan-batuan tersebut terlebih dahulu harus
dikeluarkan. Persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.

2.2.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED


Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Cassagrande pada tahun 1942
dan dikenal sebagai sistem AIRFIELD. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit
modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S. Corps of Engineers pada tahun
1952. Pada tahun 1969, American Society for Testing and Material (ASTM) telah
mengakui sistem UNIFIED sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah
untuk maksud rekayasa. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam 3 kelompok
besar, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), yaitu tanah kerikil dan pasir di mana
kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), yaitu tanah di mana lebih dari 50% berat
total contoh tanah lolos ayakan No. 200.
3. Tanah sangat organis, yaitu tanah yang memiliki kadar organik yang tinggi
(gembur).

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 3
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini yang perlu diperhatikan :
1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.40
3. Koefisien keseragaman (Uniformity Coefficient, Cu) dan koefisien gradasi
(Gradation Coefficient, Cc) untuk tanah di mana 0-12% lolos ayakan No. 200
4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40
(untuk tanah di mana 5% atau lebih lolos ayakan No. 200).

2.3 KLASIFIKASI PONDASI


Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan diatas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain :
1. Terhadap tanah dasar :
Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga
tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja.
Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata.
Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling.
2. Terhadap struktur pondasi sendiri :
Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja.
Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah (Sub
Structure) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban
yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannya
dan sebagainya. Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
pondasi dalam (deep foundation) dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).

2.3.1 Pondasi Dalam (Deep Foundation)


Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu
menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang
dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang
terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan,
tiang dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile).
Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya
dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 4
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan
keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai
batuan keras.
b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile)
Kadang-kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam
sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka
untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar
ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam
ini disebut friction pile atau juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating
piles).
Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B
4).

Gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B 4)

2.3.2 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)


Dinamakan sebagai alas, telapak, telapak sebar / pondasi rakit (Mats).
Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B 1 tetapi mungkin agak lebih.

Gambar 2.2 Pondasi Dangkal (D/B 1)

Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal sebagai berikut :


Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka
pondasi tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 5
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah
dibawahnya yang berupa lapisan penyangga (bearing stratum) lebar pondasi.

Gambar 2.3 Pondasi Dangkal


Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu pondasi yang
mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan
tanah yang cukup tebal dan berkualitas baik yang mampu mendukung suatu bangunan
pada permukaan tanah.
Pondasi telapak dapat dibedakan sebagai berikut :

Pondasi tumpuan Pondasi menerus


Pondasi kombinasi
Pondasi Telapak Pondasi setempat

Pondasi pelat / Pelat datar


Rakit / Mat Pelat dengan pertebalan di bawah kolom
Pelat dengan balok pengaku dua arah
Pelat datar dengan kolom pendek
Pelat dengan struktur seluler
Pondasi pelat terapung

Sumber : Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam, penerbit Gunadarma &
Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng

Gambar 2.4 Flow Chart Klasifikasi Pondasi Telapak

Pondasi Pelat / Rakit (Raft / Mat Foundation)


Merupakan pondasi gabungan yang sekurang-kurangnya memikul tiga kolom
yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh bangunan menggunakan satu
telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh telapak melebihi setengah luas bangunan,
lebih ekonomis digunakan pondasi rakit, dan juga untuk mengatasi tanah dasar yang

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 6
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
tidak homogen, misal ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan
penurunan cukup besar. Secara struktur, pondasi rakit merupakan pelat beton
bertulang yang mampu menahan momen, gaya lintang, geser pons yang terjadi pada
pelat beton, tetapi masih aman dan ekonomis. Apabila beban tidak terlalu besar dan
jarak kolom sama maka pelat dibuat sama tebal (gb.2.5a). Untuk mengatasi gaya
geser pons yang cukup besar, dilakukan pertebalan pelat dibawah masing-masing
kolom atau diatas pelat (gb.2.5b dan gb.2.5d). Pemberian balok pada kedua arah
dibawah pelat bertujuan menahan momen yang besar (gb.2.5c) dapat juga dipakai
pelat dengan struktur seluler (gb.2.5e). Sedangkan untuk mengurangi penurunan pada
tanah yang kompresible dibuat pondasi yang agak dalam, struktur ini disebut pondasi
pelat terapung / floating foundation (gb.2.5).

Sumber: Rekayasa Pondasi II, Ir Indrastono Dwi Atmanto, Meng


Gambar 2.5 Tipe-Tipe Pondasi Rakit / Pelat / Mat (Raft) Footing

2.4 KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA


2.4.1 Tinjauan Umum
Pondasi KSLL merupakan kombinasi konstruksi bangunan bawah
konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus yang di
bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem perbaikan tanah di
antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling
menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan
(rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan
sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk
sarang laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu
berada dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi,

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 7
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
untuk septic tank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib
(tulang iga) KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja
pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib
konstruksi terhadap lipatan puntir.
Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2
bagian konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi beton
Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya
dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi.
Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib
settlement dan rib pengaku.
Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap
kebawah).
Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas
membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).

Gambar 2.6 Konstruksi Sarang Laba-Laba

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 8
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Keterangan :
1a - pelat beton pipih menerus
1b - rib konstruksi
1c - rib settlement
1d - rib pembagi
2a - urugan pasir dipadatkan
2b - urugan tanah dipadatkan
2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan
2. Perbaikan tanah / pasir
Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir
yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2
atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum
(Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut
dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa
memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL
merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik.
Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi
itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui
bahwa jika pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang
timbul akan semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban
terpusat. Dan sebaliknya, jika pondasi semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan /
stress tanah akan semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal
penurunan yang dialami pondasi.
Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih
tinggi, maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit
dengan rib-rib beton yang saling mengunci.
Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004
oleh Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah,
disimpulkan kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut :
1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan
yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation).
2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi
irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 9
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses
pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib.
4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat
rendah (2 lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan
total settlement yang mungkin terjadi.
5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu
lingkungan sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di
daerah terpencil.
6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton.
7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan
secara padat karya.
8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang,
lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara
sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana.

2.4.2 Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-


Laba
Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis dan
dari segi pelaksanaan.
1. Aspek Teknis
Pelat Pipih Menerus Yang Di Bawahnya Dikakukan Oleh Rib-Rib Tegak, Pipih Dan
Tinggi.

Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan Tinggi
di Bawahnya
Dengan,
t = tebal plat
b = tebal rib
h = tinggi rib
te = tebal ekivalen
tb = tebal volume penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya
dinyatakan sebagai pelat menerus tanpa rib

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 10
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit (tb) akan diperoleh
pelat yang memiliki kekakuan/tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umumnya te =
2.5 - 3.5 tb, dengan variasi tergantung desain. Bentuk ketebalan ekivalen tersebut
tidak berbentuk merata, melainkan bergelombang.

Gambar 2.8 Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban


dan Kekakuan Ekivalen pada Pondasi KSLL

Penempatan Pelat Di Sisi Atas Rib Dan Sistem Perbaikan Tanah.


Dengan susunan konstruksi seperti di atas, akan dihasilkan penyebaran beban
seperti pada gambar tersebut, di mana untuk mendapatkan luasan pendukung
pada tanah asli selebar b cukup dibutuhkan pelat efektif selebar a. Hal ini
disebabkan karena proses penyebaran beban dimulai dari bawah pelat yang
berada pada sisi atas lapisan perbaikan tanah.
Susunan Rib-Rib Yang Membentuk Titik-Titik Pertemuan Dan Penempatan Kolom /
Titik Beban Pada Titik Pertemuan Rib-Rib.
Dengan susunan rib seperti pada gambar 2.8 diperoleh ketebalan ekivalen yang
tidak merata. Pada titik pertemuan rib-rib diperoleh ketebalan maksimum,
sedangkan makin jauh dari titik pertemuan rib-rib ketebalan ekivalen makin
berkurang.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 11
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi bangunan gedung harus
sedemikian rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja
beban/kolom-kolom tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang
identik bentuknya dengan grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi
yang dihasilkan (pelat dan rib) lebih ekonomis.
Susunan rib yang membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku
menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh
gerakan / gaya horisontal.
Rib-Rib Settlement Yang Cukup Dalam

Gambar 2.9 Rib Settlement

Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi
luasan konstruksi bangunan bawah dalam petak-petak segitiga yang masing-
masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi
keuntungan-keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan
bangunan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi
perbaikan tanah terhadap kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif
dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut tanah dan kemungkinan
timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu menambah
kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro.
Kolom Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib

Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib

Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan
konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai
gambaran, misal tinggi rib konstruksi 120 cm, maka hubungan antara kolom
dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan, pada
pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal
pondasinya (kisarannya antara 50 - 80 cm).

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 12
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib-Rib
Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib-rib selesai dicor dan berumur
sedikitnya 3 hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus
dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petak-
petak yang bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai
kepadatan yang tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah
di dalam petak rib-rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan
walaupun tidak mencapai kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak rib-
rib. Hal itu pun sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan
kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan
(settlement).
Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton
Dan Sistem Perbaikan Tanah.
Rib-rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding
penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan
dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100 % kepadatan maksimum
Standar Proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi
perbaikan tanah terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan
degradasi. Perbaikan tanah akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti
lapisan batu karang sehingga dapat memperkecil dimensi ribnya.
2. Aspek Ekonomis
Di atas telah dijelaskan aspek-aspek teknis yang juga memberi keuntungan
dilihat dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah
sebagai bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya.
Aspek ekonomis yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan
pondasi yang memerlukan waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan
padat karya serta sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi. Selain itu
pembesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum, pada umumnya,
hanya diperlukan volume beton 0,2 0,35 m3 beton/m2 luas pondasi, dengan
pembesian 90 - 120 kg/m3 beton. Pondasi KSLL memanfaatkan tanah hingga mampu
berfungsi sebagai struktur bangunan bawah dengan komposisi sekitar 85 persen tanah
dan 15 persen beton.
Dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum dalam point-point berikut :
I. Aspek Teknis
a) Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian minimum.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 13
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
b) Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya tegangan
akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini juga disebabkan
oleh penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga membagi luasan pondasi
KSLL menjadi petak-petak yang masing-masing luasnya tidak lebih dari 200 m2
sehingga pondasi KSLL memiliki ketahanan tinggi terhadap differential settlement.
c) Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada lapisan
tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif pada
lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya tegangan geser pada rib
terluar dari KSLL.
d) Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan suatu
konstruksi yang monolit dan kaku.
e) Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena
adanya perlindungan dari rib-rib KSLL
f) KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain fungsinya
sebagai pondasi, antara lain :
Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga
Sebagai sloof/balok-balok pengaku
Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar)
Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah
Dinding penahan urugan di bawah lantai
Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada
di bawah lantai
Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar
Kolom di bawah peil lantai dasar
Septic tank dan resapan
Bak reservoir (bila diperlukan)
Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
II. Sistem Pelaksanaan
a) Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk dilaksanakan
dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.
b) Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi lainnya.
III. Ekonomis
Dibandingkan dengan sistem pondasi lain, KSLL dapat menekan biaya yang cukup
besar. Secara umum diperoleh penghematan sebesar :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 14
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai
b) 20 % untuk bangunan 2 lantai
c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I
Sumber : Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir. Sutjipto

2.4.3 Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada
Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban

Gambar 2.11 Perbandingan Proses Penyebaran Beban

Proses penyebaran beban pada pondasi KSLL pada Gambar 2.11 di atas,
kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terdapat beban P1 dan P2 pada kolom
Melalui tulangan melingkar yang terdapat di sekeliling kolom, beban P1 dan P2
disebarkan ke pondasi KSLL (rib beton dan tanah yang dipadatkan)
Beban lalu diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran beban sebesar
450. Pada gambar 2.11, beban P1 dan P2 diuraikan menjadi beban yang nilainya
lebih kecil dan tersebar secara merata untuk melawan tekanan tanah w.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 15
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
2.5 PEMBEBANAN PADA STRUKTUR ATAS
Dalam perencanaan struktur pondasi, harus diketahui terlebih dahulu
pembebanan pada struktur bangunan atas (upper structure), setelah itu didapat beban
yang bekerja pada struktur bawah (sub structure) yaitu pondasi tersebut.

2.5.1 Beban Statik


Beban statik adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur. Beban statik juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara perlahan-
lahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap (steady states).
Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan
cukup perlahan sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban tersebut
dikelompokkan sebagai beban statik (static load). Deformasi dari struktur akibat beban
statik akan mencapai puncaknya jika beban ini mencapai nilai yang maksimum. Beban
statis pada umumnya dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban khusus.
1. Beban Mati
Yaitu beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan
mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan
partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat diitentukan dengan mudah
dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu
elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume
elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah ditentukan dan telah
banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan.
Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan komponen
bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau Peraturan Tahun 1987.
Adapun nilai-nilai berat satuan atau berat sendiri mati untuk gedung adalah :
Baja = 7850 kg/m3
Beton = 2200 kg/m3
Batu belah = 1500 kg/m3
Beton bertulang = 2400 kg/m3
Kayu = 1000 kg/m3

Pasir kering = 1600 kg/m3

Pasir basah = 1800 kg/m3
Pasir kerikil = 1850 kg/m3
Tanah = 1700 - 2000 kg/m3

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 16
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Berat dari beberapa komponen bangunan dapat ditentukan sebagai berikut :
Atap genting, usuk, dan reng = 50 kg/m2
Plafon dan penggantung = 20 kg/m2
Atap seng gelombang = 10 kg/m2
Adukan/spesi lantai per cm tebal = 21 kg/m2
Penutup lantai/ubin per cm tebal = 24 kg/m2
Pasangan bata setengah batu = 250 kg/m2
Pasangan batako berlubang = 200 kg/m2
Aspal per cm tebal = 15 kg/m2

2. Beban Hidup
Yaitu beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu
yang diberikan. Meskipun berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan
bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau
penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk beban
penggunaan adalah berat manusia, perabot, dan sebagainya. Beban yang diakibatkan
oleh salju atau air hujan, juga temasuk beban hidup. Semua beban hidup mempunyai
karakteristik dapat berpindah atau bergerak. Secara umum beban ini bekerja dengan
arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah horisontal.
Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada atap = 100 kg/m2
Lantai rumah tinggal = 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, rumah sakit = 200 kg/m2
Panggung penonton = 500 kg/m2
Lantai ruang olah raga, lantai pabrik, bengkel, gudang, tempat
orang berkumpul, perpustakaan, toko buku, masjid, gereja,
bioskop, ruang alat, atau mesin = 400 kg/m2
Balkon, tangga = 300 kg/m2
Lantai gedung parkir :
I. Lantai bawah = 800 kg/m2
II. Lantai atas = 400 kg/m2

Pada suatu bangunan gedung bertingkat banyak, kecil kemungkinannya


semua lantai tingkat akan dibebani secara penuh oleh beban hidup. Demikian juga
kecil kemungkinannya suatu struktur bangunan menahan beban maksimum akibat
pengaruh angin atau gempa yang bekerja secara bersamaan. Desain struktur dengan
meninjau beban-beban maksimum yang mungkin bekerja secara bersamaan, adalah

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 17
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
tidak ekonomis. Berhubung peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang
membebani semua bagian dan semua elemen struktur pemikul secara serempak
selama umur rencana bangunan sangat kecil, maka pedoman-pedoman pembebanan
mengijinkan untuk melakukan reduksi terhadap beban hidup yang dipakai.
Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup dengan
suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan.
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal, ditentukan :
Perumahan : Rumah tinggal, asrama hotel, rumah sakit = 0,75
Gedung pendidikan : Sekolah, ruang kuliah = 0,90
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa dan pergelaran = 0,90
Gedung perkantoran : Kantor, bank = 0,60
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan :
Toko, pasar, toserba, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : Garasi, gedung parkir = 0,90
Bangunan industri : Pabrik, bengkel = 1,00

3. Beban Khusus
Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan pondasi, tekanan tanah,
tekanan air atau pengaruh temperatur / suhu. Untuk beban akibat tekanan tanah atau
air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah,
seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah (basement).
Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah lateral. Jika struktur-
struktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya, maka perlu juga diperhitungkan
tekanan hidrostatis dari air pada struktur. Sebagai ilustrasi, di bawah ini diberikan
pembebanan yang bekerja pada dinding dan lantai dari suatu ruang bawah tanah.

Beban

Ruang Bawah
Muka air
Tanah

Tekanan lateral Tekanan Tekanan


akibat beban tanah hidrostatis
Tekanan air
ke atas

Gambar 2.12 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Struktur Basement

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 18
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Akibat tanah dan air, pada dinding basement akan mendapat tekanan lateral
berupa tekanan tanah dan tekanan hidrostatis. Sedangkan pada pelat lantai basement
akan mendapat pengaruh tekanan air ke atas (uplift pressure). Jika pada permukaan
tanah di sekitar dinding basement tersebut dimuati, misalnya oleh kendaraan, maka
akan terdapat tambahan tekanan lateral akibat beban kendaraan pada dinding.

2.5.2 Beban Dinamik


Yaitu beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumya,
beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamik
ini juga akan berubah-ubah secara cepat.
1. Beban Dinamik Bergetar
Yaitu beban yang diakibatkan getaran gempa, angin atau getaran mesin.
Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau
dapat berhenti. Akibatnya, energi kinetik angin akan berubah menjadi energi
potensial berupa tekanan atau hisapan pada struktur. Besarnya beban angin yang
bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa
udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur.
Pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut :
Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2
Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus
diambil minimum 40 kg/m2
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mengakibatkan
tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan
rumus empris : p = V2/16 (kg/m2), dimana V adalah kecepatan angin (m/detik).

Hisapan
Tekanan

Bangunan

Kecepatan angin

Denah Bangunan

Gambar 2.13 Pengaruh Angin pada Bangunan Gedung

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 19
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka
berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien-koefisien bentuk
tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari penggunaan
koefisien-koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh, pada
bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan
mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan
kemiringan atap. Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan
tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan lantai dan dinding yang memberikan kekakuan
yang cukup, struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin.

0,02+0,4
0,4

Kemiringan atap ()

0,9 0,4

Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan

Beban Gempa
Menyusul maraknya peristiwa gempa bumi di Indonesia akhir-akhir ini,
bangunan tahan gempa menjadi tren dalam permintaan desain gedung yang akan
dibangun. Jika dulu beban gempa tidak terlalu dianggap penting, kecuali untuk daerah-
daerah rawan gempa, maka sekarang beban gempa mendapat perhatian serius dari
perencana-perencana bangunan. Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur
bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu massa dan kekakuan struktur, waktu
getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah
kegempaan di mana struktur bangunan tersebut didirikan
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena
beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut
hukum gerak dari Newton besarnya adalah :

V = m.a = (W/g).a
Dimana :
a : percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa
m : massa bangunan = berat bangunan dibagi percepatan gravitasi (W/g)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 20
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Gaya gempa horisontal :

V = W.(a/g) = W.C

Dimana C = koefisien gempa (a/g). Dengan demikian gaya gempa merupakan gaya
yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat
pada lantai-lantai bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada
setiap lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya
gempa pada suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari
permukaan tanah. Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-
2003), besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan,
dinyatakan sebagai berikut :

C .I
V = Wt
R

Dimana,
C : Koefisien gempa, besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar struktur
Harga C ditentukan dari Diagram Respon Spektrum, setelah terlebih dahulu
dihitung waktu getar dari struktur
I : Faktor keutamaan struktur
R : Faktor reduksi gempa
Wt : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan
sebagai berikut :
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, hotel,
asrama, rumah sakit = 0,30
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah = 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran = 0,50
Gedung perkantoran : kantor, bank = 0,30
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko,
toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir = 0,50
Bangunan industri : pabrik, bengkel = 0,90

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 21
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Besarnya nilai faktor keutamaan struktur (I) ditentukan pada tabel berikut :
Faktor Keutamaan
Kategori Gedung / Bangunan
I1 I2 I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan 1,0 1,0 1,0
perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental. 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, pembangkit 1,4 1,0 1,4
tenaga listrik, instalasi air bersih, pusat penyelamatan dalam
keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, 1,6 1,0 1,6
produk minyak bumi, asam, bahan beracun.
Cerobong, tangki di atas menara 1.5 1,0 1,5
Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya

2. Beban Impak
Yaitu beban akibat ledakan atau benturan, getaran mesin dan pengereman
kendaraan. Secara sistematis, klasifikasi beban tersebut diuraikan sebagi berikut :

Beban Mati :
Beban akibat berat sendiri struktur
Beban akibat berat elemen struktur

Beban Hidup :
Beban Beban akibat hunian atau penggunaan
(peralatan, kendaraan)
Statik
Beban akibat air hujan
Beban pelaksanaan / konstruksi

Beban Khusus :
Beban Pada
Struktur Pengaruh penurunan pondasi
Pengaruh tekanan tanah/tekanan air
Pengaruh temperatur / suhu

Beban Dinamik (Bergetar) :


Beban akibat getaran gempa/angin
Beban akibat getaran mesin
Beban
Dinamik
Beban Dinamik (Impak) :
Beban akibat ledakan atau benturan
Beban akibat getaran mesin
Beban akibat pengereman kendaraan

Gambar 2.15 Klasifikasi Beban pada Struktur Atas

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 22
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Pada umumnya perencanaan suatu bangunan memperhitungkan kombinasi
beban untuk mendapat hasil perhitungan yang aman. Kombinasi beban ditentukan
berdasarkan kondisi daerah tempat bangunan dibangun, keadaan angin, fungsi
bangunan, zona wilayah gempa tempat bangunan dibangun dan faktor-faktor lainnya.
Hal penting dalam menentukan beban desain pada struktur adalah apakah
semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Beban mati akibat berat
sendiri dari struktur harus selalu diperhitungkan. Sedangkan beban hidup besarnya
selalu berubah tergantung dari penggunaan dan kombinasi beban hidup. Sebagai
contoh, tidak wajar merancang struktur bangunan untuk mampu menahan beban
maksimum yang diakibatkan oleh gempa dan beban angin maksimum, sekaligus
memikul beban hidup dalam keadaan penuh. Kemungkinan bekerjanya beban-beban
maksimum pada struktur di saat yang bersamaan sangat kecil. Struktur bangunan
dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang bekerja secara simultan.
Tetapi struktur yang dirancang demikian akan mempunyai kekuatan yang sangat
berlebihan untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara nyata mungkin terjadi
selama umur rencana struktur. Dari sudut pandang rekayasa struktur, desain struktur
dengan pembebanan seperti ini tidak realistis dan sangat mahal. Berkenaan dengan
hal ini, maka banyak peraturan yang merekomendasikan untuk mereduksi beban
desain pada kombinasi pembebanan tertentu. Untuk pe mbebanan pada bangunan
gedung bertingkat banyak, tidak mungkin pada saat yang sama semua lantai memikul
beban hidup yang maksimum secara simultan. Oleh karena itu diijinkan untuk
mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen-elemen struktur dengan
memperhatikan pengaruh dari kombinasi pembebanan dan penempatan beban hidup.
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang dipakai untuk struktur portal menurut
Tatacara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 :
Kombinasi Beban Tetap
U = 1.4 D
U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R)
Kombinasi beban Sementara
U = 1.2 D + 1.0 L 1.6 W + 0.5 (A atau R)
U = 0.9 D 1.6 W
U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E
U = 0.9 D 1.0 W
U = 1.4 (D + F)
U = 1.2 (D + T) + 1.6 L + 0.5 (A atau R)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 23
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Dimana :
D = Beban mati L = Beban hidup
A = Beban atap F = Tekanan fluida
R = Beban hujan W = Beban angin
E = Beban gempa
T = Perbedaan penurunan pondasi, perbedaan suhu, rangkak dan susut beton.
Koefisien 1.0, 1.2, 1.4, 1.6, merupakan faktor pengali dari beban-beban
tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan faktor 0.5 dan 0.9
merupakan faktor reduksi.
Sistem dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua kombinasi
pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Momen lentur
(Mu), momen torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi
pada elemen-elemen struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau,
dipilih yang paling besar harganya, untuk selanjutnya digunakan pada proses desain.
Untuk keperluan analisis dan desain suatu struktur bangunan gedung, perlu
dilakukan perhitungan mekanika rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi
pembebanan yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Kombinasi
pembebanan untuk perencanaan struktur bangunan gedung yang sering digunakan di
Indonesia adalah U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R) dan U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E.
Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada sistem
struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih besar
dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur
dapat berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam
perhitungan. Beban mati dan beban hidup selalu berarah ke bawah karena merupakan
beban gravitasi, sedangkan beban angin atau beban gempa merupakan beban yang
berarah horisontal.

2.6 ANALISIS DAN PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH


2.6.1 Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa
terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate bearing capacity) adalah daya
dukung terbesar dari tanah. Daya dukung ini merupakan kemampuan tanah untuk
mendukung beban dengan asumsi tanah mulai mengalami keruntuhan. Besar daya
dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka keamanan ;

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 24
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana

qult
qu =
FK

Dimana nilai FK berkisar 1.5 - 3.0.


Kapasitas daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh parameter , c dan
serta bentuk alas pondasi. Terdapat berbagai metode untuk menghitung kapasitas
dukung tanah dasar dan metode yang sering digunakan dalam mekanika tanah adalah
analisis Terzaghi yang kemudian disempurnakan oleh Schultse. Persamaan daya
dukung batas yang disarankan oleh Terzaghi adalah sebagai berikut :
Pondasi menerus :

qu = c Nc + q Nq + 0,5 B N

Pondasi bujur sangkar :

qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,4 B N

Pondasi lingkaran :

qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,3 B N

Dimana,
c = Kohesi (kg/m2)
= Sudut geser dalam ( )
B = Lebar alas pondasi (m)
Q = . Df = Effective Overburden Pressure
Nc, Nq, N = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi.

a2
Nq =
2 cos 2 (45 / 2)
a = e tan ( 0.75 - / 2 )
Nc = ( Nq - 1 ) cot g.
tan
Ng = . ( Kp/cos2 - 1 )
2
Nilai Sc dan Sg :
Bentuk : Sc Sg
a. Menerus 1.0 1.0
b. Lingkaran 1.3 0.6
c. Bujur sangkar 1.3 0.8

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 25
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Nilai-nilai N untuk sebesar 340 dan 480 adalah nilai Terzaghi yang asli dan
digunakan untuk menghitung balik Kpg

Faktor Nilai Untuk


Bentuk B Semua
Sc = 1 + 0.2 Kp
L
B
> 10o
Sq = s = 1 + 0.1 Kp
L =0
Sq = s = 1
Kedalaman D Semua
dc = 1 + 0.2 Kp
B
dq = d = 1 + 0.1 > 10
o

D
Kp =0
B
dq = d = 1
Kemiringan 0 Semua
Ic = iq = 1
90 0 > 10o
0
i = 1 0 =0

i = 1
Di mana Kp = tan2 ( 450 + /2 )
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan
Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof

Nc Nq N Nq/Nc
Tan
0 5,7 1,0 0,0 0,180,00
5 7,3 1,6 0,5 0,220,08
10 9,6 2,7 1,2 0,280,18
15 12,9 4,4 2,5 0,340,27
20 17,7 7,4 5,0 0,420,36
25 25,1 12,7 9,7 0,510,47
30 37,2 22,5 19,7 0,600,56
35 57,8 41,4 42,4 0,720,70
40 95,7 81,3 100,4 0,850,84
Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Eng.
Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya dukung ialah :


1. Kedalaman pondasi
2. Lebar / alas pondasi
3. Berat satuan tanah (bila tanah terendam berkurang, maka daya dukung
berkurang)
4. Apabila sudut geser dalam (), kohesi (c) dan kedalaman (Df) makin besar, maka
makin tinggi daya dukungnya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 26
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Pada studi kasus dalam analisa ini adalah pola keruntuhan geser setempat
(local shear failure). Hal ini dikarenakan kondisi tanah relatif sangat lunak, sehingga
setelah beban pondasi bekerja akan terjadi penurunan.

2.6.2 Pengaruh Muka Air Tanah


Sejauh ini kita membahas persamaan daya dukung tanah yang
mengasumsikan bahwa permukaan air tanah berada pada kedalaman lebih besar dari
lebar pondasi. Kapasitas daya dukung tanah berkurang dengan adanya muka air tanah
yang tinggi. Dalam kasus ini ada tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi
permukaan air tanah terhadap dasar pondasi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.16.
Sekarang kita akan membahas keadaan tersebut secara singkat.
o Keadaan I ( gambar 2.16 a )
Apabila permukaan air tanah terletak pada jarak D diatas dasar pondasi, harga
dalam suku kedua dari persamaan daya dukung Terzaghi dihitung sebagai berikut :

q = (Df D) + D

Dengan :
= sat w = berat volume efektif dari tanah

Gs e
sat. = w
1 e

suku ketiga persamaan =


o Keadaan II ( gambar 2.16 b )
Apabila permukaan air tanah berada tepat di dasar pondasi, maka :

q = Df

suku ketiga persamaan =


= sat w = berat volume efektif dari tanah
o Keadaan III (gambar 2.16 c )
Apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman D di bawah dasar pondasi,
maka:

q = Df

suku ketiga persamaan = rata-rata

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 27
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana

Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi Dangkal
(a) keadaan I, (b) keadaan II, (c) keadaan III

2.6.3 Daya Dukung Ijin


Daya dukung ijin adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk
dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan terjadinya keruntuhan
dapat dihindari. Beban tersebut termasuk beban mati dan beban hidup diatas
permukaan tanah, berat pondasi itu sendiri dan berat tanah yang terletak tepat diatas
pondasi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya dukung ijin adalah
sebagai berikut :

q
Q ijin = u
Fs

Dimana, qu = daya dukung batas


Fs = safety factor/angka aman

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 28
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Pada umumnya angka aman besarnya sekitar 3, digunakan untuk
menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini
dilakukan mengingat bahwa dalam keadaan yang sesungguhnya tanah tidak homogen
dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter dasar dari
kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak ketidakpastian.

2.6.4 Analisis Tegangan Tanah


Metode Pengaruh Newmark
Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh tekanan tanah
dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada
kedalaman z, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.17 Beban Merata Berbentuk Persegi

Didapatkan persamaan :
(z)o = q ( 2mn(m2+n2+1)1/2 m2+n2+2 ) + tan-1 2mn(m2+n2+1)1/2
4 m2+n2+m2n2+1 m2+n2+1 m2+n2-m2n2+1

Dengan : m = a/z dan n = b/z


Atau : (z)o = KN . q
Dimana :
KN = faktor pengaruh newmark (tabel 2.4)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 29
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Tekanan vertikal di pusat sama dengan 4 kali tekanan vertikal di sudut O, dengan
demikian untuk tekanan vertikal di pusat dapat ditentukan dengan persamaan :
z = 4l . q

n
m
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
0.1 0.0047 0.0092 0.0132 0.0168 0.0198 0.0222 0.0242 0.0258 0.0270 0.0279
0.2 0.0092 0.0179 0.0259 0.0328 0.0387 0.0435 0.0474 0.0504 0.0528 0.0547
0.3 0.0132 0.0259 0.0374 0.0474 0.0559 0.0629 0.0686 0.0731 0.0766 0.0794
0.4 0.0168 0.0328 0.0474 0.0602 0.0711 0.0801 0.0873 0.0931 0.0977 0.1013
0.5 0.0198 0.0387 0.0559 0.0711 0.0840 0.0947 0.1034 0.1104 0.1158 0.1202
0.6 0.0222 0.0435 0.0629 0.0801 0.0947 0.1069 0.1168 0.1247 0.1311 0.1361
0.7 0.0242 0.0474 0.0686 0.0873 0.1034 0.1168 0.1277 0.1365 0.1436 0.1491
0.8 0.0258 0.0504 0.0731 0.0931 0.1104 0.1247 0.1365 0.1461 0.1537 0.1598
0.9 0.0270 0.0528 0.0766 0.0977 0.1158 0.1311 0.1436 0.1537 0.1619 0.1684
1.0 0.0279 0.0547 0.0794 0.1013 0.1202 0.1361 0.1491 0.1598 0.1684 0.1752
1.2 0.0293 0.0573 0.0832 0.1063 0.1263 0.1431 0.1570 0.1684 0.1777 0.1851
1.4 0.0301 0.0589 0.0856 0.1094 0.1300 0.1475 0.1620 0.1777 0.1836 0.1914
1.6 0.0306 0.0599 0.0871 0.1114 0.1324 0.1503 0.1652 0.1836 0.1874 0.1955
1.8 0.0309 0.0606 0.0880 0.1126 0.1340 0.1521 0.1672 0.1874 0.1899 0.1981
2.0 0.0311 0.0610 0.0887 0.1134 0.1350 0.1533 0.1686 0.1899 0.1915 0.1999
2.5 0.0314 0.616 0.895 0.1145 0.1363 0.1548 0.1704 0.1915 0.1938 0.2024
3.0 0.0315 0.0618 0.898 0.1150 0.1368 0.1555 0.1711 0.1938 0.1947 0.2034
5.0 0.0316 0.0620 0.0901 0.1154 0.1374 0.1561 0.1719 0.1947 0.1956 0.2044
10.0 0.0316 0.0620 0.0902 0.1154 0.1375 0.1562 0.1720 0.1956 0.1958 0.2046
~ 0.0316 0.0620 0.0902 0.1154 0.1375 0.1562 0.1720 0.1958 0.1958 0.2046
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata
Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark

2.6.5 Penurunan / Settlement


Penurunan pondasi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis penurunan, yaitu :
a) Penurunan Seketika I Immediately Settlement
Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu pembebanan
bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara 0 7 hari dan terjadi
pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai derajat kejenuhan (Sr %) <
90%.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 30
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana

Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma hal 48


Gambar 2.18 Penurunan seketika (Immediately Settlement)

Rumus penurunan seketika / Immediately Settlement dikembangkan berdasarkan


teori elastis dari Timoshenko dan goodier ( 1951 ), sebagai berikut :

Si = q . B 1 2 . Iw
Es

Dimana :
q = besarnya tegangan kontak
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan
pondasi (tabel 2.5)
= angka poisson ratio (tabel 2.6)
Es = sifat elastisitas tanah (tabel 2.7)

qekstrim = R/A My/Wy + Mx/Wx + x d

Dimana :
qekstrim = besarnya tegangan
R = P = resultante beban vertikal
A = B x L = luas bidang pondasi
My = P.x = momen total sejajar respektif terhadap sumbu y
Mx = P.y = momen total sejajar respektif terhadap sumbu x

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 31
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Wy = 1/6 BL3 = momen inersia respektif terhadap sumbu y
Wx = 1/6 LB3 = momen inersia respektif terhadap sumbu x
= berat isi beton
d = tebal plat pondasi
Dalam perhitungan penurunan seketika / Immediately Settlement diperlukan faktor
pengaruh bentuk pondasi dan kekakuan pondasi (Iw), angka poisson ratio (), dan
sifat elastisitas tanah (Es), yang dapat dilihat pada Tabel 2.5, Tabel 2.6, dan Tabel
2.7.
Flexible Rigid
Shape Center Average Iw Im
Circle 1.0 0.04 0.85 0.88 6.0
Square 1.12 0.56 0.95 0.82 3.7
Rectangle :
L/B = 0.2 - - - - 2.29
0.5 - - - - 3.33
1.5 1.36 0.68 1.15 1.06 4.12
2.0 1.53 0.77 1.30 1.20 4.38
5.0 2.10 1.05 1.83 1.70 4.82
10.0 2.54 1.27 2.25 2.10 4.93
100.0 4.01 2.00 3.69 3.40 5.00
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50
Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi
dan Kekakuan Pondasi (Iw)

Type of soil
Clay saturated 0.4 0.5
Clay unsaturated 0.1 0.3
Sandy clay 0.2 0.3
Silt 0.3 0.35
Sand (dense) 0.2 0.4
Coarse (void ratio = 0.4-0.7) 0.15
Fined-grained (void ratio = 0.40.7) 0.25
Rock 0.1 0.4
(depends somewhat on type of rock)
Loess 0.1 0.3
Ice 0.36
Conerate 0.15
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50
Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio () Menurut Jenis Tanah

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 32
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Es
Soil
ksf MPa
Clay : Very soft 50 250 2 15
Soft 100 500 5 25
Medium 300 1000 15 50
Hard 1000 2000 50 100
Sandy 500 5000 25 250
Glacial till : Loose 200 3200 10 153
Dense 3000 15000 144 720
Very dense 10000 30000 478 1440
Loess 300 1200 14 57
Sand : Silty 150 450 7 21
Loose 200 500 10 24
Dense 1000 1700 48 81
Sand and Gravel : Loose 1000 3000 48 144
Dense 2000 4000 96 192
Shale 3000 3000000 144 14400
Silt 40 - 400 2 - 20
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma, hal 51
Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah

b) Penurunan Konsolidasi / Consolidation Settlement


Yaitu penurunan yang diakibatkan keluarnya air dalam pori tanah akibat beban
yang bekerja pada pondasi, besarnya ditentukan oleh waktu pembebanan dan
terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%), mendekati jenuh (Sr = 90%-100%) atau pada
tanah berbutir halus (K 10-6 m/s). Terzaghi (1925) memperkenalkan teori
konsolidasi satu arah (one way) untuk tanah lempung jenuh air. Teori ini
menyajikan cara penentuan distribusi kelebihan tekanan hidrostatis dalam lapisan
yang sedang mengalami konsolidasi pada sembarang waktu setelah bekerjanya
beban. Beberapa asumsi dasar dalam analisis konsolidasi satu arah antara lain :
tanah bersifat homogen,
derajat kejenuhan tanah 100 % (jenuh sempurna)
partikel / butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak termampatkan)
arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal
Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan adalah setebal lapisan tanah
lempung jenuh air yang ditinjau.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 33
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana

Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma, hal 49


Gambar 2.19 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement)

Penurunan konsolidasi yang tejadi dibagi dua, yaitu :


1) Penurunan Konsolidasi Primer
Penurunan yang terjadi ketika gradien tekanan pori berlebihan akibat perubahan
tegangan didalam stratum yang ditinjau. Pada akhir konsolidasi primer kelebihan
tekanan pori mendekati nol dan perubahan tegangan telah beralih dari keadaan
total ke keadaan efektif. Penurunan tambahan ini disebut penurunan sekunder
yang terus berlanjut untuk suatu waktu tertentu, dapat dilihat pada gambar 2.20 :

Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah)


Edisi kedua, Joseph E. Bowles

Gambar 2.20 Grafik penyajian penurunan konsolidasi primer dan konsolidasi sekunder

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 34
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Penurunan konsolidasi primer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Tanah Normal Konsolidasi
Apabila lengkungan bertambah secara tajam (patah) mendekati tekanan tanah
efektif akibat beban yang berada diatasnya (Po), maka dapat dianggap bahwa
tanah tersebut terkonsolidasi normal. Artinya struktur tanah terbentuk akibat
akumulasi tekanan pada saat deposit yang ada bertambah dalam. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.21.

Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi kedua, Joseph E. Bowles
Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi

Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam perhitungan penurunan / settlement


pada kondisi tanah normal konsolidasi, adalah sebagai berikut :
Pc Po

Scp = Cc.H (log Po + P )


1+eo Po

Cv
Tv = . t primer Tv = . .U2
H2
Dimana :
Scp = penurunan / Settlement ( cm )
Cc = indeks kompresi tanah
eo = angka pori
Tv = ttotal = waktu perencanaan
tprimer = waktu terjadinya penurunan konsolidasi
H = tebal lapisan tanah
Cv = koefisien konsolidasi ( cm2/detik )
U = derajat konsolidasi
P = tambahan tegangan
Po = effective overburden layer
Pc = preconsolidation pressure
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 35
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Tanah over konsolidasi
Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang lebih besar dari Po,
maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami over konsolidasi. Tanah over
konsolidasi adalah tanah yang pernah menderita beban tekanan efektif yang lebih
besar daripada tegangan yang sekarang.
2) Penurunan konsolidasi sekunder
Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi pada saat
terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang ditinjau (atau pada
contoh di laboratorium). Pada tanah yang jenuh tidak akan mungkin terdapat
pengurangan angka pori tanpa terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih.
Tingkat penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak
dapat diukur. Tekanan sekunder merupakan penyesuaian kerangka tanah yang
berlangsung beberapa saat sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang.
Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan persamaan :

Scs = C . H (log t total + t primer)


1 + eo t primer

Dimana :
Scs = penurunan / Settlement (cm)
C = indeks pemampatan sekunder
eo = angka pori
H = tebal lapisan tanah
Jadi penurunan total (St) yang terjadi adalah :

St = Si + Scp + Scs

Dimana :
St = penurunan total
Si = penurunan seketika
Scp = penurunan konsolidasi primer
Scs = penurunan konsolidasi sekunder

2.6.6 Perancangan Struktur Bawah


Struktur bawah atau sub structure mempunyai fungsi meneruskan beban
kedalam tanah pendukung. Perancangannya harus benar-benar optimal, sehingga
keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik sekaligus

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 36
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
ekonomis. Selain itu beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah
yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas ketentuan yang dapat
menyebabkan kegagalan struktur. Oleh karena itu, pemilihan sistem struktur
merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut faktor resiko dan efisiensi kerja
baik waktu maupun biaya.
Suatu bangunan yang didirikan di atas tanah akan berdiri tegak kalau tanah
dasar di bawahnya cukup kuat untuk mendukungnya. Beban bangunan akan
dilimpahkan kepada tanah dasar melalui pondasi. Karena itu, letak pondasi harus
cukup kokoh di dalam tanah dasar. Untuk itu, jenis pondasi harus dipilih sesuai dengan
kondisi tanahnya, sedangkan konstruksi pondasi itu sendiri harus cukup kokoh untuk
menerima beban dan melimpahkannya ke tanah dasar. Sebelum menentukan jenis
pondasi maka terlebih dahulu diadakan penyelidikan tanah untuk menentukan
kekuatan daya dukung tanah.
Yang termasuk perancangan sub struktur dalam proyek ini adalah :
1. Perancangan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba
Pondasi berfungsi menyalurkan semua beban yang bekerja pada struktur ke
dalam tanah, yaitu sampai kedalaman tertentu yang mampu menerima beban tanpa
mengalami deformasi yang membahayakan bangunan. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan, antara lain
Beban yang bekerja pada bangunan
Kondisi tanah di bawah bangunan
Faktor ekonomi
Peralatan dan teknologi yang tersedia
Dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas baik yang
sifatnya teknis maupun non teknis, maka digunakan pondasi Konstruksi Sarang Laba-
Laba yang memadai untuk mendukung beban yang telah direncanakan, tetapi juga
ekonomis dan mudah untuk dilaksanakan serta tidak menimbulkan banyak dampak
yang merugikan lingkungan sekitar.
Adapun bagian dari Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :
Rib Settlement, merupakan rib utama yang memiliki dimensi paling besar dan
diasumsikan akan menerima beban paling besar, terletak pada tepi bangunan serta
pada bentang-bentang utama.
Rib Konstruksi, memiliki dimensi penampang yang bervariasi. Rib ini membentuk
diagonal ruang pada pertemuan antar rib pembagi, dan antara rib pembagi dengan
rib settlement.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 37
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Rib Konstruksi Bervoute, dibuat membentuk sudut 45 tehadap arah vertikal rib
settlement pada sudut tegak lurus pertemuan antar rib settlement dan pada
perpanjangan rib pembagi yang tegak lurus dengan rib settlement pada sisi dalam
atau luar rib settlement.
Rib Pembagi, rib ini dibuat mengikuti denah ruangan dari bangunan yang dibuat
dengan fungsi untuk mendukung dalam beban diatasnya.
Pelat Penutup, Pelat ini dibuat menutupi seluruh permukaan lantai dasar. Pelat
penutup ini berfungsi untuk menyebarkan beban yang diterimanya dari kolom ke
seluruh rib dan tanah urug di dalamnya.
2. Perancangan pekerjaan urugan dan pemadatan
Dalam pondasi KSLL setelah rib dikerjakan selanjutnya dilakukan pekerjaan
pengurugan. Pengurugan dengan tanah dan sirtu dilakukan pada lubang bekas galian
rib anti penurunan (rib settlement) bagian bawah sampai rata dibawah rib konstruksi
atau pembagi. Pengurugan dilanjutkan pada lubang atau rongga antar rib sampai di
bawah lapisan urugan pasir lalu diatasnya diurug dengan urugan pasir atau sirtu.
Urugan tanah menggunakan tanah bekas galian atau tanah yang dari luar
yang tidak mengandung bahan organik. Urugan dipadatkan lapis demi lapis dengan
tamping rammer, setiap lapisan tidak boleh lebih tebal dari 20 cm. Pada umumnya 2
s/d 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum
(standard proctor).

2.7 PERHITUNGAN KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA


2.7.1 Ketebalan Ekivalen Pada Konstruksi Sarang Laba-Laba
Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba pengaruh
dari perbaikan tanah = 0

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 38
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Statis momen terhadap sisi atas :

2
.Rt 2 4b(hk t 2 )
y
2.Rt 8b(hk t)

1 3
Ix (2.R)(t e )
12

12.I x
te 3
2 .R

Dimana : R > 0,5a1


a1 = lebar kolom
untuk R 0,5a1 te = hk

2.7.2 Perkiraan Daya Dukung Tanah


Untuk Konstruksi Sarang Laba-Laba, perkiraan kapasitas daya dukung tanah
ditentukan berdasarkan perumusan :

qa (KSLL) = 1,5 . qa (pondasi rakit)

Dimana :
q ult
qa pondasi rakit = (n = angka keamanan = 3)
n
qult = c.Ncsc.ic.dc + g.Df.Nqsq.iq.dq + 0,5 g.B.Ngsg.i g.dg

Untuk = 0, maka :
qult = 5,14 c (1 + sc + dc + ic) + q
B = jarak terkecil antara kolom
Df = kedalaman rib settlement KSLL
Nc, Nq, Ng = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi
ic, iq, ig = faktor-faktor inklinasi pembebanan

qa (KSLL) diambil 1,5 qa (pondasi rakit) karena bekerjanya faktor-faktor yang


menguntungkan pada KSLL, dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 39
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi daripada
pondasi rakit.
Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL ikut memperbaiki dan
menambah kepadatan / meningkatkan daya dukung dari tanah pendukung.
Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat dibagian atas rib, yang menyebabkan
tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.
KSLL memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan
tanah didalamnya.

2.7.3 Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum Yang Timbul


Tegangan Tanah Maksimum dihitung dengan rumus :

X Y
1 eX eY
qo R( )
A IY IX

Dimana :
R = P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom dan beban-
beban dinding diatas KSLL.
A = Luasan KSLL
Ix,Iy = Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y
LB3 BL3
Ix = Iy =
12 12
ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan pondasi
x,y = Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau

2.7.4 Perhitungan Rib Konstruksi


a) Asumsi
1. Tebal ekivalen maksimum diambil :
te (maks) = 0,7 hk
hk = tinggi rib konstruksi
2. Proses penyebaran beban dimulai dari ketinggian t e diatas pelat KSLL
3. Sudut penyebaran beban = 45
4. Penyebaran beban dianggap sudah merata pada jarak 0,50 m dibawah rib
konstruksi.
5. Diagram penyebaran beban membentuk limas terpancung

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 40
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
b) Perhitungan Tinggi Rib Konstruksi ( hk )
a,b = lebar kolom (meter)
F = luas daerah penyebaran beban
= (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
Keseimbangan Beban :
P = F.q0 = q0 (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
qo = tegangan yang bekerja pada lapisan tanah yang ditinjau
qa = tegangan ijin
Untuk qo = qa, maka :
P = F.qa
= qa (a + 3,4 hki + 1) (b + 3,4 hki + 1)
Dari persamaan di atas akan didapatkan hki atau tinggi rib konstruksi ideal di
mana beban terdistribusi habis.
Untuk memperoleh desain yang ekonomis atau menggunakan pembesian
minimum, ditentukan :
hk = 0,8 hki
P
maka, q0 =
(a 3,4 h 1)(b 3,4 h 1)
ki ki
P1 = qa (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
Dimana P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis
Ps = P - P1
Ps = Psisa

Gambar 2.22 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum memikul Momen

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 41
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
c) Dimensi dan Penulangan Rib Konstruksi
p
Luas penyebaran F
1 q
a

Gambar 2.23 Luasan Daerah Penyebaran Beban setelah Memikul Momen

P q a (a 3,4h k 2c 1)(b 3,4h k 2c 1)

Dari persamaan diatas didapat c :


c = lebar beban yang dianggap memikul momen
p 1
M . c
n 2
dimana, n = jumlah rib (pada umumnya 8)
Dengan momen tersebut, biasanya didapat pembesian minimum

2.7.5 Perhitungan Pelat

Gambar 2.24 Pembebanan Lajur pada Pelat selebar C

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 42
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB II DAFTAR PUSTAKA Tirta Rahman
Maulana
Beban yang diperhitungkan = qa
Lebar pelat yang ditinjau = c
Bentang pelat = jarak antar rib
Dengan pembebanan lajur (sebesar c), akan diperoleh dimensi dan pembesian
pelat yang minimum

2.7.6 Kontrol KSLL


1. Kontrol Pons (Geser)
a) Asumsi
Dalam perhitungan kontrol terhadap pons, yang diperhitungkan hanya kekuatan
konstruksi betonnya saja.
Bidang geser (pons) berada pada jarak 0,7 hk dari sisi luar kolom.
b) Perhitungan
F n.h .b (a b 2,8 h ) 2t
geser(pons ) k k
t = tebal pelat
kontrol : F p

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
II - 43
P ada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB iii metodologi Tirta Rahman Maulana

BAB III
METODOLOGI

3.1 TINJAUAN UMUM


Dalam analisis suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi
yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai agar sesuai dengan tujuan yang
ada. Data-data yang diperoleh kemudian diolah sehingga diketahui sifat-sifat dan
karakteristik yang ada. Dari hasil tersebut dapat dilakukan analisis untuk pemecahan
masalah dari data tersebut.

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA


Data-data yang akan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan serta
penyusunan laporan tugas akhir dapat dikelompokkan dalam dua jenis data yaitu data
primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer


Data primer adalah data-data yang didapatkan melalui peninjauan dan
pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini mencakup lokasi rencana proyek,
luas areal proyek, kondisi topografi dan keadaan umum proyek. Pengamatan langsung
tersebut didapat data-data sebagai berikut :

1. Data Proyek
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Gedung Kantor
Wilayah 05 Bank Negara Indonesia 1946 Tbk
Semarang.
Lokasi Proyek : Jl. Dr. Cipto 128 Semarang.
Fungsi Bangunan : Kantor Wilayah 05 Bank Negara Indonesia
1946 Tbk Semarang.
Pemilik Proyek : PT. Bank Negara Indonesia 1946 Tbk.
Kontraktor Pelaksana : PT. Hutama Karya (Persero).
Jumlah Lantai : 6 (enam).
Penyelidikan Tanah : Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.
Struktur Bangunan bawah : Konstruksi Sarang Laba-Laba dibawahnya
dikakukan dengan rib-rib.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
III - 1
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB iii metodologi Tirta Rahman Maulana

2. Struktur Utama
Struktur utama pada bangunan gedung terdiri dari pelat, balok, dan kolom,
menggunakan beton ready mix k275, sedangkan untuk struktur bawah (pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba) menggunakan beton ready mix K-225.
3. Data Tanah
Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro Semarang, terdiri dari:
Data Sondir
Data Boring
Direct Shear Test
Atterberg Limits
Grain Size Analysis
Consolidation
Dari data tanah diatas dapat dianalisis karakteristik tanah, kkususnya pada struktur
bawah bangunan (pondasi).

3.2.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses dan
penyusunan Laporan Tugas Akhir. Yang merupakan klasifikasi data sekunder adalah
data tanah, literatur-literatur penunjang, grafik, tabel, dan peta/denah yang berkaitan
erat dengan proses perancangan struktur bangunan.
Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang diperlukan
adalah menentukan metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data
yang dilakukan adalah :
a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan langsung di
lapangan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mengambil data-data dari hasil
penyelidikan, tes, uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun standart yang
diperlukan dalam perencanaan bangunan melalui perusahaan ataupun instansi
pemerintah terkait.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
III - 2
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB iii metodologi Tirta Rahman Maulana

3.3 METODE PERHITUNGAN DAN ANALISIS


Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, dapat dilakukan proses
perhitungan pondasi sarang laba-laba dan analisis terhadap struktur pada
pembangunan Gedung Kantor Wilayah 05 BNI 1946 Tbk Semarang. Yaitu :
1. Perhitungan Struktur Atas
Perihitungan pembebanan maksimum pada kolom-kolom yang ditumpu langsung
oleh pondasi konstruksi sarang laba-laba.
2. Perhitungan Desain Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba
Melakukan perhitungan desain pondasi konstruksi sarang laba-laba sesuai dengan
langkah-langkah dalam literatur Konstruksi Sarang Laba-Laba karangan pencipta
pondasi KSLL, Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto.
3. Analisis Pondasi konstruksi sarang laba-laba
Menganalisis hasil perhitungan struktur pondasi konstruksi sarang laba-laba yang
terjadi.
Flowchart :
Start

Perumusan Masalah

Survey Lapangan & Pengumpulan Data

Analisis Data

Menentukan Nilai-Nilai Beban Terpusat (p)


Pada Struktur Atas Yang Membebani Pondasi

Perhitungan Pondasi KSll, Meliputi :


Tebal Ekivalen, Tegangan Tanah Maksimum,
Perhitungan Rib Konstruksi /Settlement, Perhitungan Pelat,
Control Pons Rib Konstruksi / Settlement

Perhitungan Penurunan

Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

Analisis Hasil Perhitungan

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Analisis

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
III - 3
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB iii metodologi Tirta Rahman Maulana

3.4 PENYAJIAN LAPORAN


Penyajian Laporan Tugas Akhir ini disesuaikan pedoman Laporan Tugas
Akhir yang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang yang terdiri dari sistematika penulisan, penggunaan bahasa
dan bentuk laporan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
III - 4
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN

4.1 ANALISIS DATA


Merupakan hasil analisis beberapa data yang diperlukan untuk memprediksi
besarnya penurunan / settlement yang terjadi. Data-data yang dianalisis antara lain
analisis data tanah, analisa beban, analisa daya dukung tanah, analisa tegangan tanah
dan analisa tekanan tanah efektif.

4.2 ANALISIS DATA TANAH


Analisis data tanah merupakan hasil penyelidikan tanah di lokasi proyek
pembangunan gedung Bank Negara Indonesia (BNI) 46 Wilayah 05 Semarang, yang
berlokasi di Jl. Dr. Cipto 128 Semarang. Analisis ini terdiri dari analisis data sondir,
boring, direct shear test, atterberg limits, grain size dan data konsolidasi.
Pengolahan data tersebut dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Pengolahan data tanah diperlukan untuk
memprediksi besarnya penurunan / settlement yang terjadi.
Penyelidikan Boring pada tanah di lokasi proyek pembangunan gedung BNI
46 Wilayah 05 Semarang, dilakukan sebanyak 2 (dua) titik. Dari hasil penyelidikan
didapatkan jenis tanah dasar sebagai berikut :

Titik
Kedalaman ( m ) Jenis Tanah Dasar N SPT
Bor
Lempung kepasiran lunak
BH. I 0,00m s/d -3,00m
(coklat)
Pasir lepas mengandung cangkang
-3,00m s/d -8,50m 5 10
(abu-abu)
Lempung kelanauan sangat lunak
-8,50m s/d -16,45m 23
mengandung humus (abu-abu)
Lempung kelanauan teguh mengandung pasir
-16,45m s/d -24,00m 68
halus (abu-abu)
Lempung kepasiran sangat kaku
-24,00m s/d -29,45m 20 30
(abu-abu kekuningan)
Lempung sangat kaku mengandung pasir
-29,45m s/d -32,60m 35
(hitam)
Pasir kelempungan padat
-32,60m s/d -34,20m 29
(abu-abu kecoklatan)
Lempung sangat kaku sampai sangat kaku
-34,20m s/d -47,50m 23 27
(abu-abu kecoklatan)
Lempung kelanauan sangat kaku sedikit pasir
-47,50m s/d -60,00m 26 34
halus dan kerikil (abu-abu kekuningan)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 1
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Pasir mengandung krakal
BH. II 0,00m s/d -1,00m
(keabu-abuan)
Lempung lunak
-1,00m s/d -2,00m
(coklat keabu-abuan)
Pasir lepas sampai setengah padat
-2,00m s/d -8,00m 78
mengandung cangkang (abu-abu kecoklatan)
Lempung sangat lunak sampai lunak
-8,00m s/d -21,80m 39
(abu-abu)
Pasir setengah padat
-21,80m s/d -26,00m 28
(abu-abu)
Lempung kepasiran kaku sampai sangat kaku
-26,00m s/d -30,00m 25
(coklat kehitaman)
Pasir kelempungan padat mengandung kerikil
-30,00m s/d -31,00m 28
(coklat)
Pasir setengah padat
-31,00m s/d -33,90m 26
(coklat keabua-abuan)
Lempung kepasiran kaku mengandung kerikil
-33,90m s/d -40,00m 18 23
(hitam)
Lempung sangat kaku
-40,00m s/d -44,50m 26
(abu-abu kecoklatan)
Lempung kelanauansangat kaku mengandung
-44,50m s/d -60,00m 25 34
sedikit pasir halus (abu-abu kecoklatan)

Berdasarkan data soil test didapatkan :


Titik Kedalaman Water d Porositas Void ratio
Gs
Bor (m) content (%) (gr/cm3) (gr/cm3) (%) (e)
BH. I -04,50 50,00 27.70 2.7058 1.7661 1,3830 48,89 0,9564
-09,50 10,00 51.58 2.6398 1.6514 1.0895 58.73 1.4230
-14,50 15,00 59.70 2.6196 1.6359 1.0243 60.90 1.5573
-19,50 20,00 66.82 2.5989 1.6085 0.9642 62.90 1.6954
-24,50 25,00 35.23 2.6396 1.6774 1.2404 53.10 1.1280
-29,50 30,00 44.40 2.6964 1.7044 1.1803 56.23 1.2845
-34,50 35,00 44.08 2.6160 1.6890 1.1723 55.19 1.2315
-39,50 40,00 44.40 2.6447 1.6962 1.1746 55.59 1.2516
-44,50 45,00 41.96 2.6496 1.7077 1.2030 54.60 1.2025
-49,50 50,00 43.48 2.6597 1.7270 1.2037 54.74 1.2097
-54,50 55,00 38.91 2.6575 1.7226 1.2401 53.34 1.1430
-59,50 60,00 44.00 2.6632 1.7344 1.2044 54.77 1.2111
BH. II -04,50 50,00 23.15 2.7051 1.7361 1.4097 47.89 0.9189
-09,50 10,00 44.99 2.6455 1.6391 1.1305 57.27 1.3402
-14,50 15,00 59.08 2.6374 1.6295 1.0243 61.16 1.5748
-19,50 20,00 59.79 2.6312 1.6430 1.0282 60.92 1.5589
-24,50 25,00 33.13 2.6289 1.7000 1.2769 51.43 1.0588
-29,50 30,00 36.20 2.6381 1.7058 1.2524 52.53 1.1064
-34,50 35,00 43.42 2.6282 1.7010 1.1869 54.84 1.2144
-39,50 40,00 30.32 2.6155 1.7125 1.3141 49.76 0.9904
-44,50 45,00 33.55 2.7083 1.7088 1.2795 52.76 1.1167
-49,50 50,00 32.13 2.6574 1.7194 1.3013 51.03 1.0421
-54,50 55,00 33.58 2,6522 1.7108 1.2808 51.71 1.0708
-59,50 60,00 32.91 2.6712 1.7463 1.3139 50.81 1.0331

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 2
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Berdasarkan data direct shear test disimpulkan :
Titik Bor Kedalaman (m) C (kg/cm2) ()
BH. I -04,50 05,00 0.05 25
-09,50 10,00 0.10 7
-14,50 15,00 0.11 8
-19,50 20,00 0.13 9
-24,50 25,00 0.32 18
-29,50 30,00 0.33 19
-34,50 35,00 0.34 16
-39,50 40,00 0.30 14
-44,50 45,00 0.34 25
-49,50 50,00 0.33 15
-54,50 55,00 0.31 18
-59,50 60,00 0.34 18
BH. II -04,50 05,00 0.03 23
-09,50 10,00 0.11 6
-14,50 15,00 0.13 7
-19,50 20,00 0.14 9
-24,50 25,00 0.14 28
-29,50 30,00 0.28 18
-34,50 35,00 0.32 19
-39,50 40,00 0.36 18
-44,50 45,00 0.34 20
-49,50 50,00 0.33 17
-54,50 55,00 0.32 20
-59,50 60,00 0.36 20

4.2.1 Hasil Penyelidikan Laboratorium


Dari hasil penyelidikan tanah sampai kedalaman -15.00 m pada proyek
pembangunan gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang, didapatkan data-data sebagai
berikut:
Titik Kedalaman b d C
No Gs e IP Cc
Bor (m) (gr/cm3) (gr/cm3) (kg/cm2) ( )
1 HB.I -5.00 2.7056 1,7661 1,3830 0.9564 0,05 25
2 HB.II -5.00 2.7051 1,7361 1,4097 0.9189 0,03 23
Rata - Rata 2.7054 1,7511 1,3964 0.9377 0,04 24
3 HB.I -10.00 2.6398 1,6514 1,0895 1.4230 32.14 0,10 7 0.5301
4 HB.II -10.00 2.6455 1,6391 1,1305 1.3402 38.43 0,11 6 0,5670
Rata - Rata 2.6427 1,6453 1,1100 1.3816 35.285 0,105 6,5 0,5486
5 HB.I -15.00 2.6196 1,6359 1,0243 1.5573 31.85 0,11 8 0,4608
6 HB.II -15.00 2.6374 1,6295 1,0243 1.5748 34.38 0,13 7 0,5382
Rata - Rata 2.6285 1,6327 1,0243 1.5661 33.115 0,12 7,5 0,4995
Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI 46 Semarang

Keterangan :
Gs : Spesific Gravity e : AngkaPori
IP : Indeks Plastisitas Cc : Indeks Pemampatan

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 3
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Indeks Plastisitas ( IP ) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila nilai
Indeks Plastisitas tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung. Klasifikasi
jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan nilai Indeks Plastisitas dapat dilihat pada
tabel 4.2 dibawah ini.

IP Jenis Tanah Plastisitas Kohesi


0 Pasir Non Plastis Non Kohesif
<7 Lanau Rendah Agak Kohesif
7- 17 Lempung berlanau Sedang Kohesif
> 17 Lempung murni Tinggi Kohesif
Sumber : Mekanika Tanah II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng
Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg

Berdasarkan hasil penyelidikan di Laboratorium didapatkan nilai rata-rata


Indeks Plastisitas pada kedalaman -10.00 m sebesar 35.285 dan pada kedalaman -
15.00 m sebesar 33.115, maka dapat diklasifikasikan sebagai jenis tanah Lempung
Murni yang bersifat kohesif dengan kadar plastisitas tinggi.

4.2.2 Hasil Penyelidikan Sondir


Tidak ditemukan tanah keras (dengan batasan nilai konus qc lebih dari 150
kg/cm2). Nilai konus qc sampai kedalaman -60,00 m antara 2 - 90 kg/cm2, nilai jumlah
hambatan pelekat 1858,67 - 2160,00 kg/cm.
Dalam analisa ini data sondir digunakan untuk memprediksi lapisan-lapisan
tanah yang berada di bawah, hingga elevasi terdalam pengujian sondir dilakukan.
Tanah dapat diasumsikan memiliki perilaku yang sama jika memiliki jangkauan nilai qc
dan Rf yang sama. Sehingga dengan cara menginterpolasikan nilai qc dan Rf pada
Gambar 4.1, menurut Robertson dan Campanella (1983) dapat diprediksi jenis tanah
dengan kedalaman tertentu.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 4
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

Sumber : Analisis dan Desain Pondasi Jilid I, Joseph E. Bowles


Gambar 4.1 Bagan Klasifikasi Tanah

Dari pembacaan grafik dan data sondir mulai kedalaman -15,00 sampai -
35,00 m, tanah dibagi dalam 3 (tiga) lapis, yaitu :
Lapis 1 : -15,00 s/d -20,00 m
Lapis 2 : -20,00 s/d -25,00 m
Lapis 3 : -25,00 s/d -35,00 m
Hasil pembacaan grafik dan data sondir ketiga lapisan tersebut diatas, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Kedalaman (m)
Parameter
-15,00 s/d -20,00 -20,00 s/d -25,00 -25,00 s/d -35,00
fr SM.1 (%) 4,44 8,89 3,03 6,67 5,33 6,49
fr Rata-rata (%) 5,00 7,00 4,00 5,00 6,00
fr SM.2 (%) 6,67 10,00 0,74 10,00 4,64 7,41
fr Rata-rata (%) 7,00 9,00 1,00 9,00 5,00 6,00
fr SM.3 (%) 6,67 13,33 3,92 10,00 3,92 6,49
fr Rata-rata (%) 7,00 - 12,00 4,00 9,00 4,00 5,00
fr SM.4 (%) 2,67 8,89 3,92 8,00 4,44 6,67
fr Rata-rata (%) 3,00 7,00 4,00 7,00 5,00
fr analisis (%) 7,00 4,00 5,00
Tabel 4.3 fr (friction ratio)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 5
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Kedalaman (m)
Parameter
-15,00 s/d -20,00 -20,00 s/d -25,00 -25,00 s/d -35,00
2
qc SM.1 (kg/cm ) 2,00 8,00 8,00 24,00 30,00 74,00
2
qc Rata-rata(kg/cm ) 3,00 4,00 4,00 15,00 35,00
2
qc SM.2 (kg/cm ) 2,00 8,00 10,00 20,00 24,00 76,00
2
qc Rata-rata(kg/cm ) 3,00 5,00 27,00 - 35,00
2
qc SM.3 (kg/cm ) 2,00 8,00 10,00 12,00 24,00 74,00
2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2,00 - 3,00 4,00 - 5,00 28,00 35,00
2
qc SM.4 (kg/cm ) 2,00 8,00 10,00 16,00 30,00 90,00
2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2,00 5,00 10,00 15,00 32,00 35,00
2
qc analisis (kg/cm ) 3,00 5,00 35,00
Tabel 4.4 qc (conus resistence)

Dengan cara menginterpolasikan nilai qc analisis dan fr analisis pada Gambar


4.1, dapat diprediksi jenis tanah setiap lapis sebagai berikut :
Lapis 1 : lanau berlempung
Lapis 2 : lempung
Lapis 3 : lempung
Dengan mengkorelasikan jenis tanah tersebut diatas dengan tabel 4.5
didapatkan nilai Gs (spesific grafity), yang ditunjukkan pada tabel 4.6.
Tanah Gs
Kerikil 2,65 2,68
Pasir 2,65 2,68
Lanau, anorganik 2,62 2,68
Lempung, organik 2,58 2,65
Lempung, anorganik 2,68 2,75
Sumber : Analisis dan Desain Pondasi Jilid I, Joseph E. Bowles
Tabel 4.5 Korelasi antara Jenis tanah Nilai Gs

Kedalaman (m) Jenis tanah Gs


-15,00 s/d -20,00 Lanau berlempung 2,6151
-20,00 s/d -25,00 Lempung 2,6343
-25,00 s/d -35,00 Lempung 2,6221
Tabel 4.6 Hasil korelasi antara Jenis Tanah Nilai

Menurut Miki dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, 2000, untuk
pengujian penetrasi dengan bikonus Belanda (Dutch Cone Penetration Test) harga qc
dapat dikorelasikan untuk mencari harga N (jumlah tumbukan yang dilakukan untuk
mengambil sampel) yaitu dengan rumus :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 6
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

qc
qc = 3N atau N =
3

Harga N menunjukkan kekuatan tanah, dan menurut Bowles dalam sifat-sifat


fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), 1991, harga N dikorelasikan kembali
untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tanah seperti ditunjukkan dalam tabel 4.7.
Hasil korelasi antara qc dan dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tanah Tidak Kohesif


N 0 -10 11 -30 31 -50 > 50
3
Berat isi , KN/m 12 -16 14 18 16 -20 18 -23
Sudut geser 25 32 28 -36 30 -40 > 35
Keadaan Lepas Sedang Padat Sangat padat
Tanah Kohesif
N <4 46 6 -15 16 - 25 > 25
3
Berat isi , KN/m 14 18 16 18 16 -18 16 - 18 > 20
qu , KPa < 25 20 50 30 -60 40 - 200 >100
Konsistensi Sangat lunak Lunak Sedang Kenyal (Stiff) Keras
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Bowles, 1991
Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart ( N - SPT )

qc b d
Kedalaman (m) Sifat Tanah
(kg/cm2) (KN/m3) (KN/m3) (KN/m3)
15,00 20,00 Kohesif 3,00 14 18 16,26 9,96
20,00 25,00 Kohesif 5,00 14 18 16,89 12,59
25,00 35,00 Kohesif 35,00 14 18 16,95 11,80
Tabel 4.8 Hasil korelasi antara qc -

Dengan mengkorelasikan jenis tanah dengan Tabel 4.9 didapatkan nilai


angka pori (e), yang ditunjukkan pada tabel 4.10.

Jenis Tanah Angka pori (e)


Tanpa pori 0,00
Pasir 0,35 1,00
Lempung 0,67 1,50
Tanah organik 9,00
Sumber : Mekanika tanah II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M. Eng
Tabel 4.9 Korelasi antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 7
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Kedalaman (m) Jenis Tanah Angka Pori (e)
15,00 20,00 Lanau berlempung 1,50
20,00 25,00 Lempung 1,09
25,00 35,00 Lempung 1,22
Tabel 4.10 Hasil Korelasi antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)

Menurut Nagaraj dan Murthy (1985), persamaan untuk Indeks kompresi dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Cc = 0.2343 x e

Dengan memasukkan nilai e pada rumus diatas akan didapatkan nilai Cc,
yang ditunjukkan pada tabel 4.11.
Kedalaman (m) Angka Pori (e) Cc
15,00 20,00 1,50 0,3515
20,00 25,00 1,09 0,2554
25,00 35,00 1,22 0,2858
Tabel 4.11 Korelasi antara e Cc

Dari analisa sondir, data-data yang diperoleh dirangkum sebagai berikut :


Kedalaman b d sat C
Gs o 3 3 e 3 Cc 2
(m) () (t/m ) (t/m ) (t/m ) (Kg/cm )
15,00 20,00 2,6151 9 1,626 0,996 1,50 1,6460 0,3515 0,135
20,00 25,00 2,6343 23 1,689 1,259 1,09 1,7820 0,2554 0,23
25,00 35,00 2,6221 17,5 1,695 1,180 1,22 1,7307 0,2858 0,33
Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir

Sehingga dari hasil boring dan sondir didapatkan Summary of Soil Data dari
kedalaman -0.00 m s/d -35.00 m, sebagai berikut :
Kedalaman b d sat C
Gs o 3 3 e 3 Cc 2
(m) () (t/m ) (t/m ) (t/m ) (Kg/cm )
0,00 5,00 2,7054 24 1,7511 1,3964 0,9377 1,8801 0,2197 0,04
5,00 10,00 2,6427 6,5 1,6453 1,1100 1,3816 1,6897 0,5486 0,105
10,00 15,00 2,6285 7,5 1,6327 1,0243 1,5661 1,6346 0,4995 0,12
15,00 20,00 2,6151 9 1,626 0,996 1,50 1,6460 0,3515 0,135
20,00 25,00 2,6343 23 1,689 1,259 1,09 1,7820 0,2554 0,23
25,00 35,00 2,6221 17,5 1,695 1,180 1,22 1,7307 0,2858 0,33
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data sampai -35.00 m

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 8
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
4.3 ANALISA PEMBEBANAN
Analisa pembebanan penting untuk mengetahui beban-beban apa saja yang
berpengaruh terhadap terjadinya suatu penurunan / settlement. Dan untuk mengetahui
berapa besar beban terpusat yang terjadi pada masing-masing kolom.

4.3.1 Beban Balok


Ukuran atau dimensi balok yang digunakan pada konstruksi bangunan
Gedung BNI 46 wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang adalah sebagai berikut :
Type balok B1 : 20 x 40
Type balok B2 : 15 x 30
Type balok B3 : 30 x 50
Type balok B4 : 30 x 65
Type balok B5 : 30 x 60
(gambar terlampir)

4.3.2 Beban Kolom


Type kolom yang digunakan pada konstruksi bangunan Gedung BNI 46
wilayah 05 Semarang adalah sebagai berikut :
Type kolom K1 : 80 x 80
Type kolom K2 : 60 x 60
Type kolom K2A : 60 x 60
Type kolom K3 : 40 x 40
Type kolom K4 : 30 x 70
Type kolom K4A : 65 x 65
Type kolom K5 : 40 x 80
Type kolom K5A : 40 x 80
Type kolom K5B : 40 x 80
Type kolom K6 : 25 x 70
Type kolom K7 : 30 x 70
Type kolom KL : 35 x 35
Type kolom KL1 : 30 x 40
(gambar terlampir)
Setelah itu perhitungan pembebanan dilakukan dengan menggunakan
Program SAP 2000, sehingga didapatkan beban terpusat pada masing-masing kolom
sebagai berikut:

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 9
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

93 94 95 96 97 98 99 100

85 86 87 88 89 90 91 92

77 78 79 80 81 82 83 84

69 70 71 72 73 74 75 76

63 64 65 66 67 68

P63 = 106,181 ton P81 = 177,245 ton


P64 = 173,073 ton P82 = 123,935 ton
P65 = 173,592 ton P84 = 123,040 ton
P66 = 136,237 ton P85 = 179,676 ton
P67 = 86,459 ton P86 = 265,677 ton
P68 = 48,138 ton P87 = 268,008 ton
P69 = 179,733 ton P88 = 222,096 ton
P70 = 265,689 ton P89 = 156,064 ton
P71 = 268,033 ton P90 = 114,731 ton
P72 = 222,198 ton P92 = 132,902 ton
P73 = 156,383 ton P93 = 106,205 ton
P74 = 109,871 ton P94 = 173,146 ton
P76 = 61,860 ton P95 = 173,630 ton
P77 = 207,070 ton P96 = 136,206 ton
P78 = 303,219 ton P97 = 86,376 ton
P79 = 306,465 ton P98 = 65,663 ton
P80 = 254,570 ton P100 = 66,046 ton

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 10
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
4.4 ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI
Analisa Daya Dukung Tanah pada konstruksi sarang laba-laba ditentukan
berdasarkan perumusan sebagai berikut :

qa (KSLL) = 1,5 . qa (pondasi rakit)

Dimana :
q
q ult n = angka keamanan = 3
a(pondasirakit) n
qult = c.Nc.Sc.ic.dc + .D.Nq.sq.iq.dq + 0,5..B.N.s.i.d
B = jarak terkecil antara kolom
D = Kedalaman rib settlement KSLL
M.T
b = 1,7511 gr/cm3 = 24
2
c = 0,04 kg/cm Gs = 2,7054
1,75 m D

0,15 m
L = 22 m B = 22 m

Gambar 4.2 Pondasi Rakit

Panjang pelat pondasi (L) = 22 m


Lebar pelat pondasi (B) = 22 m
Tebal pelat pondasi = 0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi = 1,9 m
Nilai Nq, Nc, dan N dapat dicari dengan berdasarkan rumus Meyerhof
(Analisis dan Desain Pondasi, Joseph E. Bowles), untuk = 24 :
Nq = e tan tan2 (45 + /2)
= e tan 24 tan2 (45 + 24/2)
= 9,6
Nc = (Nq 1) cot
= (9,6 1) cot 24
= 19,3
N = (Nq 1) tan (1,4 )
= (9,6 1) tan (1,4 . 24)
= 5,7

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 11
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Faktor faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan didapat dari rumus
Meyerhof sebagai berikut :
Kp = tan2 ( 45 + /2 )
= tan2 ( 45 + 24/2 )
= 2,3712
sc = 1 + 0,2 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,2 . 2,3712 ( 22/22 )
= 1,4742
sq = 1 + 0,1 . Kp ( B/L )
= 1 + 0,1 . 2,3712 (22/22 )
= 1,2371
s = sq = 1,2371
Nilai dc, dq, dan d didapat dari rumus sebagai berikut :
dc = 1 + 0,2 . { Kp0,5 . ( D/B ) }
= 1 + 0,2 . { 2,37120,5 . ( 0,15/22 ) }
= 1,0021
dq = 1 + 0,1 . { Kp0,5 . ( D/B ) }
= 1 + 0,1 . { 2,37120,5 . ( 0,15/22 ) }
= 1,001
d = dq = 1,001
Beban dianggap beban vertikal sehingga tidak membentuk sudut, maka nilai
dari ic = i q = i = 1.
qult = c . Nc . sc . ic . dc + q . Nq . sq . i q . dq + . B. . N . s . i . d
q = b . 190
= ( 1,7511 . 10-3 . 190 )
= 0,3327 kg/cm2
qult = 0,04 . 19,3 . 1,4742 . 1 . 1,0021 + 0,3327 . 9,6 . 1,2371 . 1 . 1,001 + .
2200 . (1,7511 . 10-3) . 5,7 . 1,2371 . 1 . 1,001
= 1,1405 kg/cm2 + 3,9553 kg/cm2 + 13,5962 kg/cm2
= 18,692 kg/cm2
= 186,92 t/m2
qult
qa (pondasi rakit) =
SF
186,92
= = 62,307 t/m2
3

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 12
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
qa (KSLL) = 1,5 . qa (pondasi rakit)
= 1,5 . 62,307
= 93,46 t/m2
Tegangan Tanah Maksimum
Tegangan tanah maksimum yang timbul dihitung berdasarkan perumusan
dibawah ini :

1 e x e y y R My.x Mx.x
qo R x atau qo
A Iy Ix A Iy Ix

Dimana,
R = P : resultante dari gaya-gaya vertikal dari beban-beban kolom dinding
diatas KSLL.
A : Luasan KSLL.
Ix, Iy : momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y.
ex, ey : eksentrisitas dari gaya-gaya vertikal terhadap titik pusat luasan pondasi.
x, y : koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau.

A
93 94 95 96

85 86 87 88
y
ex ey x
77 78 79 80
y = 10,335 m

1 69 70 71 72

x = 11,515 m
Panjang pelat pondasi (L) = 22 m
Lebar pelat pondasi (B) = 22 m
Tebal pelat pondasi (D) = 0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi = 1,9 m
beton = 2,5 t/m3
tanah = 1,7 t/m3

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 13
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
L.B 3 2200.2200 3
Ix =
12 12
= 1,952.10 cm4 12

L3 .B 2200 3.2200
Iy =
12 12
= 1,952.1012 cm4
R = P
= (P69+P70+P71+P72+P77+P78 + P79 + P80+P85+P86+P87+P88+P93+P94+P95+P96) + (q . L)
=(179,733+265,689+268,033+222,198+207,070+303,219+306,465+254,570+179,6
76+265,677+268,008+222,096+106,205+173,146+173,630+136,206) + (4,54.22)
= 3531,621 t
My = P . x
= (P67+P77+P85+P93) (-11) + (P70+P78+P86+P94) (-4) + (P71+P79+P87+P95) (4) +
(P72+P80+P88+P96) (11)
= (179,733+207,070+179,676+106,205)(-11)(265,689+303,219+265,677+173,146)
(-4) + (268,033+306,465+268,008+173,630) (4) + (222,198+254,570+222,096+
136,206) (11)
= 1816,866 tm
Mx = P . y
= (P69+P70+P71+P72) (-11) + (P77+P78+P79+P80) (-3) + (P85+P86+P87+P88) (5) +
(P93+P94+P95+P96) (11)
= (179,733+265,689+268,033+222,198)(11)+(207,070+303,219+306,465+254,570)
(-3)+(179,676+265,677+268,008+222,096)(5)+(106,205+173,146+173,630+
136,206) (11)
= -2347,817 tm
Menentukan nilai eksentrisitas :
Statis momen terhadap as 1 = 0
1
y = {(P77+P78+P79+P80).8 + (P85+P86+P87+P88).16 + (P93+P94+P95+P96).22} .
R
={(207,070+303,219+306,465+254,570).8+(179,676+265,677+268,008+222,096).1
1
6+(106,205+173,146+173,630+136,206).22)}.
3531,621
8570,592 14967,312 12962,114
=
3531,621
= 10,335 m

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 14
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Statis momen terhadap as A = 0
1
x ={(P70+P78+P86+P94).7 + (P71+P79+P87+P95).15 + (P72+P80+P88+P96).22} .
R
={(265,689+303,219+265,677+173,146).7+(268,033+306,465+268,008+173,630).1
1
5 + (222,198+254,570+222,096+136,206).22}.
3531,621
7054,117 15242,04 18371,54
=
3531,621
= 11,515 m
Eksentrisitas ex dan ey :
ex = 11,515 11 = 0,515 m
ey = 10,335 11 = -0,665 m

R My.x Mx.y
qo
A Iy Ix


3531,621 1816,866x 2347,813y
=
22.22 1 3 1 3
.22.22 .22.22
12 12
= (7,297 0,093x (-2,575.10-3y))

q max q min
Kolom x (m) y (m)
(t/m2) (t/m2)
69 -11 -11 6,302 8,292
70 -11 -4 6,284 8,309
71 -11 4 6,264 8,330
72 -11 11 6,246 8,348
77 -3 -11 7,046 7,548
78 -3 -4 7,028 7,566
79 -3 4 7,008 7,586
80 -3 11 6,989 7,604
85 5 -11 7,790 6,804
86 5 -4 7,772 6,822
87 5 4 7,752 6,842
88 5 11 7,734 6,860
93 11 -11 8,348 6,246
94 11 -4 8,330 6,294
95 11 4 8,310 6,284
96 11 11 8,292 6,302

Jadi, dari hasil perhitungan diatas didapat tegangan tanah maksimum sebesar
8,348t/m2.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 15
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
4.5 ANALISA PENURUNAN / SETTLEMENT
Dalam menganalisa penurunan / settlement diperlukan faktor-faktor antara
lain : tegangan tanah akibat beban bangunan (P) dan tekanan tanah efektif (Po).

4.5.1 Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan


Tegangan tanah terjadi karena pembebanan secara vertikal dari bangunan di
atas pondasi. Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh tekanan tanah
dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada
kedalaman z.

y = q . I

dimana : y = tegangan tanah,


q = beban merata pada pondasi
q = qmax = 8,348 t/m2
I = nilai pengaruh Newmark.
D H C

E F G 22 m

A I B
22 m

Gambar 4.3 Denah Floating Foundation yang Dianalisis

22 m
D C

22 m

A B
Z

Gambar 4.4 Beban merata berbentuk persegi di titik B


pada kedalaman ( Z ) -3,0 m

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 16
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Bidang L M=L/Z B N=B/Z I Tegangan
ABCD 22 7,333 22 7,333 0,249 2,0787
2
Tegangan tanah di titik B pada kedalaman ( Z ) -3,0 m = 2,0787 t/m

11 m
D H

22 m

A I
Z

Gambar 4.5 Beban merata berbentuk persegi di titik I


pada kedalaman ( Z ) -3,0 m

Bidang L M=L/Z B N=B/Z I Tegangan


IHCB 11 3,667 22 7,333 0,249 2,0787
IADH 11 3,667 22 7,333 0,249 2,0787
Tegangan tanah di titik I pada kedalaman ( Z ) -3,0 m adalah :
= IHCB + IADH
= 2,0787 ton/m2 + 2,0787 ton/m2
= 4,1574 ton/m2
11 m
D H

11 m
E F
Z

Gambar 4.6 Beban merata berbentuk persegi di titik F


pada kedalaman ( Z ) -3,0 m

Bidang L M=L/Z B N=B/Z I Tegangan


FGBI 11 3,667 11 3,667 0,249 2,0787
FIAE 11 3,667 11 3,667 0,249 2,0787

FEDH 11 3,667 11 3,667 0,249 2,0787

FHCG 11 3,667 11 3,667 0,249 2,0787

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 17
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Tegangan tanah di titik F pada kedalaman ( Z ) -3,0 m adalah :
= FGBI + FIAE + FEDH + FHCG
= 4 . (2,0787 ton/m2 )
= 8,3148 ton/m2

22 m
D C

11 m
E G
Z

Gambar 4.7 Beban merata berbentuk persegi di titik G


pada kedalaman ( Z ) -3,0 m

Bidang L M=L/Z B N=B/Z I Tegangan


GBAE 22 7,333 11 3,667 0,249 2,0787
GEDC 22 7,333 11 3,667 0,249 2,0787

Tegangan tanah di titik G pada kedalaman ( Z ) 3,0 m adalah :


= GBAE + GEDC
= 2,0787 ton/m2 + 2,0787 ton/m2
= 4,1574 ton/m2

Dalam analisa tegangan tanah yang terjadi, digunakan Metode Newmark


dimana terdapat faktor pengaruh Newmark yang dapat dilihat pada tabel 4.14 :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 18
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
M=L/y
N =B/y 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100
0.1 0.005 0.009 0.013 0.017 0.020 0.022 0.024 0.026 0.027 0.028 0.029
0.2 0.009 0.018 0.026 0.033 0.039 0.043 0.047 0.050 0.053 0.055 0.056
0.3 0.013 0.026 0.037 0.047 0.056 0.063 0.069 0.073 0.077 0.079 0.082
0.4 0.017 0.033 0.047 0.060 0.071 0.080 0.087 0.093 0.098 0.101 0.104
0.5 0.020 0.039 0.056 0.071 0.084 0.095 0.103 0.110 0.116 0.120 0.124
0.6 0.022 0.043 0.063 0.080 0.095 0.107 0.117 0.125 0.131 0.136 0.140
0.7 0.024 0.047 0.069 0.087 0.103 0.117 0.128 0.137 0.144 0.149 0.154
0.8 0.026 0.050 0.073 0.093 0.110 0.125 0.137 0.146 0.154 0.160 0.165
0.9 0.027 0.053 0.077 0.098 0.116 0.131 0.144 0.154 0.162 0.168 0.174
1.0 0.028 0.055 0.079 0.101 0.120 0.136 0.149 0.160 0.168 0.175 0.181
1.1 0.029 0.056 0.082 0.104 0.124 0.140 0.154 0.165 0.174 0.181 0.186
1.2 0.029 0.057 0.083 0.106 0.126 0.143 0.157 0.168 0.178 0.185 0.191
1.3 0.030 0.058 0.085 0.108 0.128 0.146 0.160 0.171 0.181 0.189 0.195
1.4 0.030 0.059 0.086 0.109 0.130 0.147 0.162 0.174 0.184 0.191 0.198
1.5 0.030 0.059 0.086 0.110 0.131 0.149 0.164 0.176 0.186 0.194 0.200
1.8 0.031 0.061 0.088 0.111 0.134 0.152 0.167 0.80 0.190 0.198 0.205
2.0 0.031 0.061 0.089 0.113 0.135 0.153 0.169 0.181 0.192 0.200 0.207
2.5 0.031 0.062 0.089 0.114 0.136 0.155 0.170 0.183 0.194 0.202 0.209
3.0 0.032 0.062 0.090 0.115 0.137 0.156 0.171 0.184 0.195 0.203 0.211
5.0 0.032 0.062 0.090 0.115 0.137 0.156 0.172 0.185 0.196 0.204 0.212
10.0 0.032 0.062 0.090 0.115 0.137 0.156 0.172 0.185 0.196 0.205 0.212
M=L/y
N =B/y 1.200 1.300 1.400 1.500 1.800 2.000 2.500 3.000 5.000 10.000 -
0.1 0.029 0.030 0.030 0.031 0.031 0.031 0.031 0.031 0.032 0.032 -
0.2 0.057 0.058 0.059 0.061 0.061 0.062 0.062 0.062 0.062 0.062 -
0.3 0.083 0.085 0.086 0.086 0.088 0.089 0.089 0.090 0.090 0.090 -
0.4 0.106 0.108 0.109 0.110 0.113 0.113 0.114 0.115 0.115 0.115 -
0.5 0.126 0.128 0.130 0.131 0.134 0.135 0.136 0.137 0.137 0.137 -
0.6 0.143 0.146 0.147 0.149 0.152 0.153 0.155 0.155 0.156 0.156 -
0.7 0.157 0.160 0.162 0.164 0.167 0.169 0.170 0.171 0.172 0.172 -
0.8 0.168 0.171 0.174 0.176 0.180 0.181 0.183 0.184 0.185 0.185 -
0.9 0.178 0.181 0.184 0.186 0.190 0.192 0.194 0.195 0.196 0.196 -
1.0 0.185 0.189 0.191 0.194 0.198 0.200 0.202 0.203 0.204 0.205 -
1.1 0.191 0.195 0.198 0.200 0.205 0.207 0.209 0.211 0.212 0.212 -
1.2 0.196 0.200 0.203 0.205 0.210 0.212 0.215 0.217 0.217 0.218 -
1.3 0.200 0.204 0.207 0.209 0.215 0.217 0.220 0.222 0.222 0.223 -
1.4 0.203 0.207 0.210 0.213 0.218 0.221 0.224 0.226 0.226 0.227 -
1.5 0.205 0.209 0.213 0.216 0.221 0.224 0.227 0.230 0.230 0.230 -
1.8 0.210 0.215 0.218 0.221 0.227 0.230 0.233 0.237 0.237 0.237 -
2.0 0.212 0.217 0.221 0.224 0.230 0.232 0.236 0.240 0.240 0.240 -
2.5 0.215 0.220 0.224 0.227 0.233 0.236 0.240 0.244 0.244 0.244 -
3.0 0.216 0.221 0.225 0.228 0.235 0.238 0.024 0.246 0.246 0.247 -
5.0 0.217 0.222 0.226 0.230 0.237 0.240 0.244 0.249 0.249 0.249 -
10.0 0.218 0.223 0.227 0.230 0.237 0.240 0.244 0.249 0.249 0.249 -
Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 19
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Hasil perhitungan tegangan tanah akibat beban merata bangunan gedung 6
lantai BNI 46 Semarang sebesar q = 8,348 t/m2, ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Adapun titik yang diamati yaitu 3 m sampai 35 m karena titik 1 m dan 2 m belum ada
pengaruh pembebanan bangunan.
Kedalaman
B G I F Rata-rata
(m)
1 - - - - -
2 - - - - -
3 2,0787 4,1574 4,1574 8,3148 4,6771
4 2,0787 4,1239 4,1239 8,1476 4,6206
5 2,0787 4,0738 4,0070 8,0141 4,5434
6 2,0787 4,0070 4,0070 7,7469 4,4599
7 2,0787 3,8401 3,8401 7,2127 4,2429
8 2,0369 3,6898 3,7065 6,8120 4,0618
9 2,0369 3,5896 3,5896 6,5448 3,9402
10 2,0035 3,4895 3,4895 6,2109 3,7984
11 1,9367 3,3392 3,3726 5,8436 3,6230
12 1,9367 3,2056 3,2056 5,4095 3,4394
13 1,9367 3,0220 3,0220 4,8752 3,2140
14 1,8032 2,7381 2,7381 4,2742 2,8884
15 1,7531 2,7048 2,7048 4,2742 2,8592
16 1,7030 2,4376 2,4376 3,5729 2,5378
17 1,6362 2,3875 2,3875 3,5729 2,4960
18 1,6362 2,3875 2,3875 3,5729 2,1246
19 1,5527 2,0703 2,0703 2,8049 2,1246
20 1,5527 2,0703 2,0703 2,8049 2,0682
21 1,4609 2,0035 2,0035 2,8049 2,0682
22 1,4609 2,0035 2,0035 2,0035 1,6571
23 1,3524 1,6362 1,6362 2,0035 1,6571
24 1,3524 1,6362 1,6362 2,0035 1,5820
25 1,2188 1,5528 1,5528 2,0035 1,5820
26 1,2188 1,5528 1,5528 2,0035 1,5820
27 1,2188 1,5528 1,5528 1,2355 1,1520
28 1,0685 1,1520 1,1520 1,2355 1,1520
29 1,0685 1,1520 1,1520 1,2355 1,1520
30 1,0685 1,1520 1,1520 1,2355 1,1520
31 1,0685 1,1520 1,1520 1,2355 1,1520
32 0,8932 1,0518 1,0518 1,2355 1,0518
33 0,8932 1,0518 1,0518 1,2355 1,0518
34 0,8932 1,0518 1,0518 1,2355 1,0518
35 0,8932 1,0518 1,0518 1,2355 1,0518
Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan ( P )

4.5.2 Tekanan Tanah Efektif (Po)


Tinjauan tekanan tanah efektif (Po) dihitung sampai pada kedalaman -35 m
Untuk data hasil penyelidikan tanah sampai pada kedalaman -35 m dapat dilihat pada
gambar Soil Profil berikut ini :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 20
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
M.T Titik BM1
2 3
4,5 m M.A.T eo = 0,9377 kg/cm ; b = 1,7511 t/m
3
5m Gs = 2,7054 ; sat = 1,8801 t/m
2
eo = 1,3816 kg/cm ; Gs = 2,6427
3
10m Cc = 0,5486 ; sat = 1,6897 t/m
2
eo = 1,5661 kg/cm ; Gs = 2,6285
3
15m Cc = 0,4995 ; sat = 1,6346 t/m
2
eo = 1,50 kg/cm ; Gs = 2,6151
20m Cc = 0,3515 ; sat = 1,6460 t/m
2
eo = 1,36 kg/cm ; Gs = 2,6343
3
25m Cc = 0,2554 ; sat = 1,7820 t/m

eo = 1,22 kg/cm2 ; Gs = 2,6221


3
Cc = 0,2858 ; sat = 1,7307 t/m
35m

Kedalaman + 0.00 m ;Po = 0 t/m2


Kedalaman - 1.00 m ; Po1 = b . h1
= 1,7511 t/m3 . 1 m
= 1,7511 t/m2
Kedalaman - 2.00 m ; Po2 = Po1 + b . h2
= 1,7511 t/m2 + 1,7511 . 1 m
= 3,5022 t/m2
Kedalaman - 3.00 m ; Po3 = Po2 + b . h3
= 3,5022 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m
= 5,2533 t/m2
Kedalaman - 4.00 m ; Po4 = Po3 + b . h4
= 5,2533 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m
= 7,0044 t/m2
Kedalaman - 5.00 m ; Po5 = Po4 + ( sat - w ) . h5
= 7,0044 t/m2 + ( 1,8801 t/m3 1 t/m3 ).1m
= 7,8845 t/m2
Kedalaman - 6.00 m ; Po6 = Po5 + ( sat - w ) . h6
= 7,8845 t/m2 + ( 1,6897 t/m3 1 t/m3 ).1m
= 8,5742 t/m2
keterangan : = Berat jenis tanah
h = Tebal lapisan tanah ( m )
Laporan Tugas Akhir
Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 21
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Hasil perhitungan tekanan tanah efektif (Po) sampai kedalaman -35,00 m :
Kedalaman Tekanan tanah efektif / Po
No 2
(m) ( t/m )
1 1 1,7511
2 2 3,5022
3 3 5,2533
4 4 7,0044
5 5 7,8845
6 6 8,5742
7 7 9,2639
8 8 9,9536
9 9 10,6433
10 10 11,333
11 11 11,9676
12 12 12,6022
13 13 13,2368
14 14 13,8714
15 15 14,506
16 16 15,152
17 17 15,298
18 18 16,444
19 19 17,09
20 20 17,736
21 21 18,518
22 22 19,3
23 23 20,082
24 24 20,864
25 25 21,646
26 26 22,3767
27 27 23,1074
28 28 23,8381
29 29 24,5688
30 30 25,2995
31 31 26,0302
32 32 26,7609
33 33 27,4916
34 34 28,2223
35 35 28,953
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po)

Dari perhitungan didapatkan Tegangan Tanah Efektif (Po) pada kedalaman -


35 m sebesar 28,953 ton/m2 atau sebesar 289,530 kN/m2.

4.5.3 Perhitungan Penurunan / Settlement


a) Penurunan segera / langsung.
Ialah penurunan yang disebabkan oleh adanya pembebanan baik itu beban
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi tanpa disertai
dengan keluarnya air pori didalam tanah sebagai perletakan pondasi. Adapun
persamaan untuk mencari besarnya penurunan langsung ialah :

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 22
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

Si = q. B 1 2 . Iw
Es

Dimana,
q = beban merata yang bekerja pada pondasi
B = lebar pondasi
Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi
( tabel 2.5 )
= angka poisson ratio ( tabel 2.6 )
Es = sifat elastisitas tanah ( tabel 2.7 )
Iw = 1,15
= 0,1 0,3 ( clay unsaturated ) diambil 0,2
Es = 5 25 MPa ( soft clay ) diambil 15 MPa = 15000 kN/m2

8,348 kN/m

22 m 22 m

Gambar 4.8 Distribusi beban merata pada luas bangunan

1 2 1 0,2 2
Si q . B . . I w 8,348kN/m 2 . 22m . . 1,15
Es 15000kN/m 2

= 0,0135 m = 1,35 cm
Jadi Penurunan segera/langsung ialah sebesar : 1,35 cm.

b) Penurunan Konsolidasi
Ialah penurunan yang disebabkan oleh pembebanan baik itu beban / berat
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi yang disertai
dengan keluarnya air pori. Adapun persamaan mencari penurunan / settlement akibat
konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) yaitu:

C c .H p p
S= log o
1 eo po

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 23
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Keterangan : S = Penurunan / settlement ( cm )
Cc = Indeks kompresi tanah
H = Tebal lapisan tanah
eo = Angka pori
po = Tekanan efektif ( ton/m2 )
p = Perubahan tekanan ( ton/m2 )
Tv = Faktor waktu
t = Waktu ( detik )
U = Derajat konsolidasi
Settlement pada kedalaman -1.00 m

Cc .H1 p0 p 0,2197.1m 1,7511t/m 2 0t/m 2


S= log S= log
1 e0 p0 1 0,9377 1,7511t/m 2
S = 0,1134 m . log 1
S = 0 cm.
Settlement pada kedalaman -2.00 m

Cc .H2 p0 p 0,2197.1m 3,5022t/m 2 0t/m 2


S= log S= log
1 e0 p0 1 0,9377 3,5022t/m 2
S = 0,1134 m . log 1
S = 0 cm.
Settlement pada kedalaman -3.00 m

Cc .H3 p0 p 0,2197.1m 5,2533t/m2 4,6771t/m2


S= log S= log
1 e0 p0 1 0,9377 5,2533t/m2
S = 0,1134 m . log 1,8903
S = 0,03136 m = 3,136 cm
Settlement pada kedalaman -4.00 m

Cc .H4 p0 p 0,2197.1m 7,0044t/m2 4,6206t/m2


S= log S= log
1 e0 p0 1 0,9377 7,0044t/m2
S = 0,1134 m . log 1,6597
S = 0,02495 m = 2,495 cm
Settlement pada kedalaman -5.00 m

Cc .H5 p0 p 0,2197.1m 7,8845t/m2 4,5434t/m2


S= log S= log
1 e0 p0 1 0,9377 7,8845t/m2
S = 0,1134 m . log 1,5761
S = 0,02241 m = 2,241 cm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 24
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Settlement pada kedalaman -6.00 m

Cc .H6 p0 p 0,5486.1m 8,5742t/m 2 4,45991t/m2


S= log S= log
1 e0 p0 1 1,3816 8,5742t/m2
S = 0,2303 m . log 1,5202
S = 0,04189 m= 4,189 cm
Untuk perhitungan penurunan (settlement) selanjutnya sampai dengan
kedalaman 35 m bisa dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini.

Kedalaman Po p Settlement
Cc eo 2 2
(m) ( t/m ) ( t/m ) ( cm )
1 0,2197 0,9377 1,7511 - 0
2 0,2197 0,9377 3,5022 - 0
3 0,2197 0,9377 5,2533 4,6771 3,136
4 0,2197 0,9377 7,0044 4,6206 2,495
5 0,2197 0,9377 7,8845 4,5434 2,241
6 0,5486 1,3816 8,5742 4,4599 4,189
7 0,5486 1,3816 9,2639 4,2429 3,771
8 0,5486 1,3816 9,9536 4,0618 3,423
9 0,5486 1,3816 10,6433 3,9402 3,15
10 0,5486 1,3816 11,333 3,7984 2,891
11 0,4995 1,5661 11,9676 3,6230 2,236
12 0,4995 1,5661 12,6022 3,4394 2,040
13 0,4995 1,5661 13,2368 3,2140 1,838
14 0,4995 1,5661 13,8714 2,8884 1,599
15 0,4995 1,5661 14,506 2,8592 1,521
16 0,3515 1,50 15,152 2,5378 0,946
17 0,3515 1,50 15,298 2,4960 0,923
18 0,3515 1,50 16,444 2,1246 0,863
19 0,3515 1,50 17,09 2,1246 0,716
20 0,3515 1,50 17,736 2,0682 0,691
21 0,2554 1,09 18,518 2,0682 0,562
22 0,2554 1,09 19,3 1,6571 0,540
23 0,2554 1,09 20,082 1,6571 0,421
24 0,2554 1,09 20,864 1,5820 0,406
25 0,2554 1,09 21,646 1,5820 0,374
26 0,2858 1,22 22,3767 1,5820 0,363
27 0,2858 1,22 23,1074 1,1520 0,370
28 0,2858 1,22 23,8381 1,1520 0,264
29 0,2858 1,22 24,5688 1,1520 0,256
30 0,2858 1,22 25,2995 1,1520 0,249
31 0,2858 1,22 26,0302 1,1520 0,242
32 0,2858 1,22 26,7609 1,0518 0,217
33 0,2858 1,22 27,4916 1,0518 0,211
34 0,2858 1,22 28,2223 1,0518 0,206
35 0,2858 1,22 28,953 1,0518 0,201
Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement

Jadi besarnya penurunan / settlement total yang diakibatkan adanya


konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) ialah sebesar 43,551 cm.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 25
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa penurunan / settlement total akibat
konsolidasi sebesar 43,551 cm dengan faktor waktu U sebesar 90%, maka waktu
penurunan terjadi ialah :
Cv
Tv = 2
.t
H
Tv = . .U2 ; bila U = 90 %
Tv = . .U2
Tv = . 3,14 . ( 0,9 ) 2
Tv = 0,63585
Cv Tv.H 2
Tv = .t t =
H2 Cv

0,63585.(3 5 m 2 )
t =
0,0045cm 2 / det

2
778,91625 m
t =
0,00000045 m 2 / det
t = 1730925000 det
1730925000 det
t =
365 x 24 x 60 x 60
t = 54,887 tahun

Besarnya penurunan / settlement yang diakibatkan adanya konsolidasi


sekunder diabaikan sebab konsolidasi sekunder berlangsung dalam waktu yang lama
dan penurunan yang terjadi sangat kecil.
Jadi penurunan / settlement total adalah :
= Penurunan segera + Penurunan konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi)
= 1,35 cm + 43,551 cm
= 44,901 cm

4.6 PERHITUNGAN RIB KONSTRUKSI


4.6.1 Tebal Ekivalen Rib Konstruksi
Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba, pengaruh
dari perbaikan tanah dianggap = 0.

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 26
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

Kolom = 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm
tebal rib = 15 cm
hk = 200 cm
P
A
qa

Dimana, A = luas lingkaran akibat pengaruh beban kolom


qa = daya dukung tanah = 93,46 t/m2
P = beban terpusat pada kolom diambil nilai yang terbesar 306,465 t
P P
A .R 2
qa qa

306,465
R = 1,02 m = 102 cm
.93,46
check :
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :

hk t
t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y
1
2 2
Rt 2 4b (hk 2 t 2 )
y
2Rt 8b (hk t)

.102.15 2 4.15. (200 2 15 2 )


= = 77,28 cm
2.102.15 8.15.(200 15)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 27
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
2 2
1 hk t
.2Rt 2Rt y t 8. .b hk t 8b hk t
1 1
Ix
3
3
t y
12 2 12 2
2
1
. 2 .102 .15 3 + 2 . 102.15 . 77,28 .15 + 8. .15 200 15 + 8
1 1 3
=
12 2 12
2
1
.15. (200 15) .200 15 15 77,28
2
= 180248,8785 + 46809416,71 + 63316250 + 20274114,48
= 130580030,1 cm4
1 1
Ix 3 130580030, 1 3
t e 12. = 12. = 134,72 cm 135 cm
2R 2 .102
te (max) = 0,7 . hk = 0,7 . 200
= 140 cm
Diambil, te = 135 cm.

4.6.2 Tinggi Rib Konstruksi

Gambar 4.9 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen

a, b = Lebar kolom (m)


F = Luas daerah penyebaran beban
qo = tegangan tanah maksimum
F = (a + 3,4.hk + 1,3) . (b + 3,4.hk + 1,3)
Keseimbangan beban :
P = F . qo
P = qo ( a + 3,4 hk + 1,3 ) . ( b + 3,4 hk + 1,3 )

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 28
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Dimana, a = b = 0,80 m
hk = 2m
qo = 8,348 t/m
Pmax = 8,348.(0,80 + 3,4 . 2 + 1,3 ) . ( 0,80 + 3,4 . 2 + 1,3 )
= 661,245 t
Untuk qo = qa, maka :
Pmax = F . qa
Pmax = qa ( a + 3,4 hki + 1,3 ) . ( b + 3,4 hki + 1,3 )
661,245 = 93,46.(0,80 + 3,4 . hki + 1,3)2
661,245 = 93,46 (4,41+14,28 hki +11,56 hki2)
0 = 11,56 hki2 + 14,28 hki - 2,665
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai :
hki = 0,165 m
Untuk memperoleh desain yang ekonomis (dengan memanfaatkan pembesian
minimum), maka ditentukan :
hk = 0,8 . hki = 0,8 . 0,165 = 0,132 m
Pmax
Maka, qo
a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
661,245
qo
0,80 3,4.0,132 1,30,80 3,4.0,132 1,3
qo = 101,787 t/m2
P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) . ( b + 3,4.hk + 1,3 )
= 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,132 + 1,3 )2
= 607,152 t
Ps = P P1 = 661,245 607,152
= 54,093 t
Dimana, Ps = Psisa
P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis

4.6.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Konstruksi


P
Luas penyebaran F
qa

Dimana, F = (a + 3,4 hk + 2c + 1,3) . (b + 3,4 hk + 2c + 1,3)


661,245 = 93,46 (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2c + 1,3)2
0 = 4c2 + 10,195c 0,579

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 29
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai :
c = 0,056 m
Luas penyebaran beban :
F = (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2 . 0,056 + 1,3)2
= 7,08 m2
Pygbekerja
Check : q q
F ijin

306,465
93,46 t/m2
7,08
43,286 t/m2 93,46 t/m2...........................Aman !!

Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan
jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gaya-
gaya dalam terbesar yang bekerja.
q

q = tegangan maksimum
= 8,348 t/m

7,5 m
Bidang Momen Bidang Momen :
M = 1 .
12 q.L2

39,131 tm 39,131 tm = 1 .
12 8,348 . 7,52
= 39,131 tm
- - Mmax = 1
24 . q.L2

+ = 1
24 . 8,348 . 7,52
19,566 tm = 19,566 tm

Bidang Geser Bidang Geser


31,305 t D = 1
2 . q.L

= 1
2 . 8,348 . 7,5
= 31,305 t

31,305 t

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 30
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Cek Tulangan Lapangan Rib Konstruksi
Diketahui :
10 15 cm
15

4 16

10 15 cm
200
10 15 cm

4 19

15

Mutu beton (fc) = 17,89 Mpa = 178,9 kg/cm2 ~ (K-225)


Mutu baja (fy) = 240 MPa = 2400 kg/cm2 ~ (U-24)
b = 0,15 m = 15 cm
h = 2m = 200 cm
p = 40 mm = 4 cm
tulangan utama = 19 mm = 1,9 cm
tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm
As = 8,04 cm2 (416)
As = 11,34 cm2 (419)
d = h . tul. utama sengkang p
= 200 . 1,9 1 4 = 194,05 cm
d = h d = 200 194,5 = 5,95 cm
4500 f' c
max . .0,85.
1 6000 fy fy

4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400

As 11,34
0,0039
b.d 15.193
As' 8,04
' 0,0028
b.d 15.193
14 14
min 0,0058
fy 2400

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 31
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Syarat :
- < min, berarti penampang tidak mencukupi, sehingga diperbesar :
As = 22,68 cm2 (8 19)
As 22,68
0,0078
b.d 15.193
- > min, berarti penampang mencukupi.
= 0,0078 0,0028 = 0,005
Rl 0,85.f' c 0,85.178,9 152,065
Rl d' 6000 152,065 5,95 6000
. . . 0,85. . . = 0,0028
1 fy d 6000 fy 2400 194,05 6000 2400

Rl d' 6000
> . . . dan < max, maka :
1 fy d 6000 fy

F ' .
fy 2400
0,005. 0,079
Rl 152,065

F 0,079
K F 1 0,079 1 0,076
2 2

M K.b.d 2 .Rl As'.fy.d d'


= (0,076.15.194,052.152,065) + (8,04.2400.(194,05-5,95))
= 6527718,411 + 3629577,6 = 10157296,01 kgcm
Mu .M 0,8.101572 96,01 8125836,80 9 kgcm
Mu = 8125836,809 kgcm > momen yg terjadi = 1956600 kgcm...........Aman!!!

Cek Daerah Tumpuan Rib Konstruksi


Diketahui :
10 15 cm
15

4 16

10 15 cm
200
10 15 cm

4 19

15

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 32
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Karena tulangan simetris, maka :

M K.b.d 2 .Rl As'.fy. d d'


= (0,076.15.1932.152,065) + (8,04.2400.(193-7))
= 6457266,871 + 3589056
= 10046322,87 kgcm
Mu .M 0,8.100463 22,87 8037058,29 6 kgcm
Mu = 8037058,296 kgcm > momen yg terjadi = 3913100 kgcm...........Aman!!!

Cek Tulangan Geser Rib Konstruksi


Vu = 31,305 t = 313,05 kN
d = 193 cm = 1940,5 mm
b = 15 cm = 150 mm
q = 8,348 t = 83,48 kN
Pada jarak sejauh d dari tumpuan, maka :
Vu Vu (q.d) 313,05 (83,48.0,19405) 296,851 kN
terpakai

Vu
terpakai 296,851
Vn 494,752 kN
0,6

Vc 0,17. f' c .b.d 0,17. 17,89 .150.1940, 5 209295,070 N = 208,163 kN

2 2
. f' c .b.d . 17,89 .150.1940, 5 820764,979 N = 820,765 kN
3 3
Vn Vc = 494,752 209,295 = 285,457 kN
2
Vn Vc < . f' c .b.d
3
285,457 kN < 820,765 kN, berarti penampang cukup.
Vc 209,925
. 0,6. 62,789 kN
2 2
Vc
Vu > .
2
313,05 kN > 62,789 kN berarti perlu tulangan geser.
.Vc 0,6.209,295 125,577 kN
Vu > .Vc
313,05 kN > 125,577 kN
Vn Vc = 285,457 kN = 285457 N

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 33
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

0,33. f' c .b.d 0,33. 17,89 .150.1940, 5 406278,665 N = 406,279 kN


Akan digunakan sengkang dengan diameter 1 cm = 10 mm
1
Av = jumlah luas penampang dua kali sengkang = 2. .10 2 = 157 mm2
4
Av.d.fy 157.1940,5 .240
s 256 mm
Vn Vc 285457

d 1940,5
S = 254 mm < 970,25 mm
2 2

Penulangan Pelat

Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,056 = 5,234 tm fc = 17,89 MPa
fy = 240 Mpa t = 15 cm = 150 mm
p = 40 mm tul. Utama = 4 cm = 40 mm
4500 f' c
max 1. .0,85.
6000 fy fy

4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400

14 14
min 0,0058
fy 2400
Tinggi efektif tulangan :
dx = t 2p 2 . tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10
= 60 mm
dy = t 2p 2 . tul. atas - tul. bawah
= 150 2 . 40 2 . . 10 - 2 . 10
= 40 mm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 34
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Berdasarkan SKSNI :
Ly 0,132
= = 2,4
Lx 0,056
Mlx = 0,001. Wu . Lx2 . x x = 99,4
Mly = 0,001. Wu . Lx2 . x x = 21,6
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x 2
x = 112
Mtx = . Mlx

Momen lapangan arah x


Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 99,4 = 0,0016 tm
Mlx 0,0016
= = 0,444 t = 444 kg
b.dx 2 1.0,06 2

Mlx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c

2400
444 = . 0,8 . 2400 1 - 0,588
178,9

0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 444


= 2 . 10-5
< min, maka :
As = min . b . dx
= 0,058 . 1. 0,06
= 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2
As = 348 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)

As 5,24.10 4
Check : = =
b.dx 1.0,06
= 0,0087
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!

Momen lapangan arah y


Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 21,6
= 3,5 . 10-4 tm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 35
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

Mly 3,5 . 10 - 4
= = 0,21875 t = 218,75 kg
b.dy 2 1.0,04 2

Mly fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c

2400
218,75 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 218,75
= 1 . 10-5
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,058 . 1 . 0,04
= 2,32 . 10-4 m2
= 232 mm2
As = 232 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
Check :

As 5,24.10 4
= =
b.dy 1.0,04

= 0,0131
min < < max
0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!!

Momen tumpuan arah y


Mty = 0,001. Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 112
= 3,28 . 10-3 tm

Mty 3,28 . 10 - 3
= = 2,05 t = 2050 kg
b.dy 2 1.0,04 2

Mty fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c

2400
2050 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
1 = 15145,355 2 1920 . 104 + 2050
= 1,07 . 10-4 m2

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 36
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,0058 . 1. 0,04
= 2,32 . 10-4 m2
= 232 mm2
As = 232 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)
As 5,24.10 4
Check : = = = 0,0131
b.dy 1.0,04

min < < max


0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!!

Momen tumpuan arah x


Mtx = . Mlx
= . 0,0016 = 8 . 10-4

Mtx 8 . 10 - 4
= = 0,2222 t = 222,2 kg
b.dx 2 1.0,06 2

Mtx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c

2400
222,2 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
1 = 15145,355 2 1920 . 104 + 222,2
= 1,16 . 10-5 m2
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,0058 . 1. 0,06
= 3,48 . 10-4 m2
= 348 mm2
As = 348 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)

As 5,24.10 4
Check : = =
b.dx 1.0,06
= 0,0087
min < < max

0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 37
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
4.7 PERHITUNGAN RIB SETTLEMENT
4.7.1 Tebal Ekivalen Rib Settlement
Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba, pengaruh
dari perbaikan tanah dianggap = 0.

Kolom = 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm
tebal rib = 15 cm
hk = 250 cm
P
A
qa

Dimana, A = luas lingkaran akibat pengaruh beban kolom


qa = daya dukung tanah = 93,46 t/m2
P = beban terpusat pada kolom diambil nilai yang terbesar 306,465 t
P P
A .R 2
qa qa

306,465
R = 1,02 m = 102 cm
.93,46
Check :
R > 0,5 . a1
102 cm > 0,5 . 80 cm
102 cm > 40 cm
Maka, diambil nilai R = 102 cm
Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :

hk t
t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y
1
2 2

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 38
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Rt 2 4b (hk 2 t 2 )
y
2Rt 8b (hk t)

.102.15 2 4.15. (250 2 15 2 )


= = 100,72 cm
2.102.15 8.15.(250 15)
2 2
1 hk t
t 8. .b hk t 8b hk t
1 1
Ix .2Rt 3 2Rt y
3
t y
12 2 12 2
2
1
. 2 .102 .15 + 2 . 102.15 . 100,72 .15 + 8. .15 250 15 +
1 3 1 3
=
12 2 12
2
1
8.15. (250 15) .250 15 15 100,72
2
= 180248,8785 + 83539043,11 + 129778750 + 28481108,88
= 241979150,9 cm4
1 1
Ix 3 241979150, 9 3
t e 12. = 12. = 165,47 cm 166 cm
2R 2 .102
te (max) = 0,7 . hk = 0,7 . 250
= 175 cm
Diambil, te = 166 cm.

4.7.2 Tinggi Rib Settlement

Gambar 4.10 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen

a, b = Lebar kolom (m)


F = Luas daerah penyebaran beban
qo = tegangan tanah maksimum
F = (a + 3,4.hk + 1,3) (b + 3,4.hk + 1,3)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 39
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Keseimbangan beban :
P = F . qo
P = qo ( a + 3,4 hk + 1,3 ) . ( b + 3,4 hk + 1,3 )
Dimana, a = b = 0,80 m
hk = 2,5 m
qo = 8,348 t/m
Pmax = 8,348 . (0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 ) . ( 0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 )
= 937,98 t
Untuk qo = qa, maka :
Pmax = F . qa
Pmax = qa ( a + 3,4 hki + 1,3 ) . ( b + 3,4 hki + 1,3 )
937,98 = 93,46 . (0,80 + 3,4 . hki + 1,3)2
937,98 = 93,46 . (4,41+14,28 hki +11,56 hki2)
0 = 11,56 hki2 + 14,28 hki - 5,626
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai :
hki = 0,3 m
Untuk memperoleh desain yang ekonomis (dengan memanfaatkan pembesian
minimum), maka ditentukan :
hk = 0,8 . hki = 0,8 . 0,3 = 0,24 m
Pmax
Maka, qo
a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
937,98

0,80 3,4.0,24 1,30,80 3,4.0,3 1,3
= 110,31 t/m2
P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) ( b + 3,4.hk + 1,3 )
= 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,24 + 1,3 )2 = 794,70 t
Ps = P P1
= 937,98 794,70 = 143,28 t
Dimana, Ps = Psisa
P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis

4.7.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Settlement


P
Luas penyebaran F
qa

Dimana, F = (a + 3,4 hk + 2c + 1,3)(b + 3,4 hk + 2c + 1,3)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 40
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
937,98 = 93,46 (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2c + 1,3)2
0 = 4c2 + 11,664c 1,533
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai :
c = 0,13 m
Luas penyebaran beban :
F = (0,8 + 3,4 . 0,24 + 2 . 0,13 + 1,3)2
= 10,087 m2
Pygbekerja
Check : q q
F ijin

306,465
93,46 t/m2
10,087
30,38 t/m2 93,46 t/m2...........................Aman !!
Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan
jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gaya-
gaya dalam terbesar yang bekerja.
q

q = tegangan maksimum
= 8,348 t/m

8m
Bidang Momen Bidang Momen :
44,523 tm 44,523 tm M = 1 .
12 q.L2

= 1 .
12 8,348 . 82
- - = 44,523 tm
+ Mmax = 1
24 . q.L2

22,261 tm = 1
24 . 8,348 . 82
= 22,261 tm
Bidang Geser Bidang Geser
33,392 t D = 1
2 . q.L

= 1
2 . 8,348 . 8
= 33,392 t

33,392 t

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 41
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Cek Tulangan Lapangan Rib Konstruksi
Diketahui :
10 15 cm
15

4 16

10 15 cm
250
10 15 cm

4 19

15

Mutu beton (fc) = 17,89 Mpa = 178,9 kg/cm2 ~ (K-225)


Mutu baja (fy) = 240 MPa = 2400 kg/cm2 ~ (U-24)
b = 0,15 m = 15 cm
h = 2,5 m = 250 cm
p = 40 mm = 4 cm
tulangan utama = 19 mm = 1,9 cm
tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm
As = 8,04 cm2 (416)
As = 11,34 cm2 (419)
d = h . tul. utama sengkang p
= 250 . 1,9 1 4 = 244,05 cm
d = h d = 250 244,5 = 5,95 cm
4500 f' c
max . .0,85.
1 6000 fy fy

4500 178,9
= 0,85. .0,85. = 0,0289
6000 2400 2400

As 11,34
0,0031
b.d 15.244,05
As' 8,04
' 0,0022
b.d 15.244,05
14 14
min 0,0058
fy 2400

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 42
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Syarat :
- < min, berarti penampang tidak mencukupi, sehingga diperbesar :
As = 22,68 cm2 (8 19)
As 22,68
0,0062
b.d 15.244,05
- > min, berarti penampang mencukupi.
= 0,0062 0,0022 = 0,004
Rl 0,85.f' c 0,85.178,9 = 152,065
Rl d' 6000 152,065 5,95 6000
. . . 0,85. . . = 0,0022
1 fy d 6000 fy 2400 244,05 6000 2400

Rl d' 6000
> 1. . . dan < max, maka :
fy d 6000 fy

F ' .
fy 2400
0,004. 0,0631
Rl 152,065

F 0,0631
K F 1 0,0631 1 0,0611
2 2

M K.b.d 2 .Rl As'.fy.d d'


= (0,0611.15.244,052.152,065) + (8,04.2400.(244,05-5,95))
= 12895166,31 kgcm
Mu .M 0,8.12895166,31 = 10316133,05 kgcm
Mu = 10316133,05 kgcm > momen yg terjadi = 2226100 kgcm...........Aman!!!

Cek Daerah Tumpuan Rib Konstruksi


Diketahui :
10 15 cm
15

4 16

10 15 cm
250
10 15 cm

4 19

15

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 43
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Karena tulangan simetris, maka :

M K.b.d 2 .Rl As'.fy. d d'


=(0,0611.15.244,052.152,065) + (8,04.2400.(244,05 5,95)) =12895166,31 kgcm
Mu .M 0,8.128951 66,31 10316133,0 5 kgcm
Mu = 10316133,05 kgcm > momen yg terjadi = 4452300 kgcm...........Aman!!!

Cek Tulangan Geser Rib Konstruksi


Vu = 33,392 t = 333,92 kN
d = 244,05 cm = 2440,5 mm
b = 15 cm = 150 mm
q = 8,348 t = 83,48 kN
Pada jarak sejauh d dari tumpuan, maka :
Vu Vu (q.d) 333,92 (83,48.0,2 4405) 313,547 kN
terpakai
Vu
terpakai 313,547
Vn 522,578 kN
0,6

Vc 0,17. f' c .b.d 0,17. 17,89 .150.2440, 5 263223,199 N = 263,223 kN

2 2
. f' c .b.d . 17,89 .150.2440,5 1032247,83 9 N = 1032,248 kN
3 3
Vn Vc = 522,578 263,223 = 259,355 kN
2
Vn Vc < . f' c .b.d
3
259,355 kN < 1032,248 kN, berarti penampang cukup.
Vc 263,223
. 0,6. 78,967 kN
2 2
Vc
Vu > .
2
333,92 kN > 78,967 kN berarti perlu tulangan geser.
.Vc 0,6.263,223 157,934 kN
Vu > .Vc
333,92 kN > 157,934 kN
Vn Vc = 259,355 kN = 259355 N

0,33. f' c .b.d 0,33. 17,89 .150.2440, 5 510962,68 N = 510,963 kN


Akan digunakan sengkang dengan diameter 1 cm = 10 mm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 44
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
1
Av = jumlah luas penampang dua kali sengkang = 2. .10 2 = 157 mm2
4
Av.d.fy 157.2440,5 .240
s 355 mm
Vn Vc 259355

d 2440,5
S = 355 mm < 1220,25 mm
2 2

Penulangan Pelat

Diketahui :
Wu = qa . c = 93,46 . 0,13 = 12,15 tm fc = 17,89 MPa
fy = 240 MPa t = 15 cm = 150 mm
p = 40 mm Lx = 0,13 m
tul. atas = 1 cm = 10 mm Ly = 0,24 m
tul. bawah = 1 cm = 10 mm
4500 f' c
max 1. .0,85.
6000 fy fy

4500 178,9
= 0,85. .0,85.
6000 2400 2400
= 0,0289
14 14
min = 0,0058
fy 2400
Tinggi efektif tulangan :
dx = t 2p 2 . tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10
= 60 mm
dy = t 2p 2 . tul. bawah - tul. atas
= 150 2 . 40 2 . . 10 - 2 . 10
= 40 mm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 45
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Berdasarkan SKSNI :
Ly 0,24
= = 1,8
Lx 0,13
Mlx = 0,001. Wu . Lx2 . x x = 99,4
Mly = 0,001. Wu . Lx2 . x x = 21,6
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x 2
x = 112
Mtx = . Mlx

Momen lapangan arah x


Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 12,15 . 0,132. 99,4
= 0,015 tm
Mlx 0,015
= = 4,1667 t = 4166,7 kg
b.dx 2 1.0,06 2

Mlx fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dx 2 f' c

2400
4166,7 = . 0,8 . 2400 1 - 0,588
178,9

0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 4166,7


= 2,17 . 10-4
< min, maka :
As = min . b . dx
= 0,0058 . 1. 0,06
= 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2
As = 348 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)

As 5,24.10 4
Check : = = = 0,0087
b.dx 1.0,06
min < < max
0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!

Momen lapangan arah y


Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 12,15 . 0,0132. 21,6
= 5,54 . 10-3 tm

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 46
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana

Mly 5,54 . 10 - 3
= = 3,465 t = 3465 kg
b.dy 2 1.0,04 2

Mly fy
= .0,8.fy 1 - 0,588
b.dy 2 f' c

2400
3465 = .0,8.2400 1 - 0,588
178,9
0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 3465
= 1,8 . 10-4
< min, maka :
As = min . b . dy
= 0,0058 . 1 . 0,04
= 2,32 . 10-4 m2 = 232 mm2
As = 232 mm2, akan digunakan tulangan 10 - 150 (As = 524 mm2)

Laporan Tugas Akhir


Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba
IV - 47
P ada Gedung Bni 46 Wilayah 05 Semarang
Pjg arah x Pjg arah y Jrk tul x Jrk tul y Jml tul x Jml tul y
Lx Ly Tum Tum Tum Volume
Lt Type Tump Lap Tump Lap Tump Lap Lap Lap Lap Jml
p p p plat
m m m m m m m mm mm mm mm btg btg btg btg kg
1 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 23 8484,36
4. Plat lantai

2 1,13 2,50 2,50 5,00 2,50 5,00 10 100 150 100 150 50 33 25 18 11 2003,00
3 0,81 1,80 2,50 5,00 1,80 5,00 10 100 150 100 150 50 33 18 13 2 263,97
4 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 2 737,77
1 5 0,80 4,00 2,50 5,00 4,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 40 28 2 516,23
6 1,35 3,00 2,50 5,00 3,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 30 21 2 435,77
7 0,20 2,00 2,50 5,00 2,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 20 14 1 124,36
8 0,78 3,10 1,25 5,00 3,10 5,00 10 100 150 100 150 50 33 31 22 3 543,92
9 0,63 2,50 0,63 2,50 2,50 2,50 10 100 150 100 150 25 17 25 18 2 146,82
13256,19
1 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 23 8115,47
2 1,13 2,50 2,50 5,00 2,50 5,00 10 100 150 100 150 50 33 25 18 11 2003,00
3 0,81 1,80 2,50 5,00 1,80 5,00 10 100 150 100 150 50 33 18 13 2 263,97

2-5 4 2,50 5,00 2,50 5,00 5,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 50 34 2 737,77
5 0,80 4,00 2,50 5,00 4,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 40 28 2 516,23
6 1,35 3,00 2,50 5,00 3,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 30 21 2 435,77
7 0,20 2,00 2,50 5,00 2,00 5,00 10 100 150 100 150 50 33 20 14 1 124,36
12196,56

VI - 14
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
BAB V
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

5.1 SYARAT SYARAT UMUM


Pasal 1
Nama Proyek
Nama Proyek adalah Proyek Pembangunan Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
yang berlokasi di Jl. Dr. Cipto 128, Semarang.
Pasal 2
Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam proyek ini adalah Pembangunan
Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang yang diuraikan di bagian syarat-syarat teknik.
Pasal 3
Pemberi Tugas
Yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, dengan alamat Jl. Dr. Cipto 128, Semarang.
Pasal 4
Perencana
1. Yang bertindak sebagai Perencana (Pembuat Desain) adalah PT. Wastu Adi
Olahrupa dengan alamat Jl. Hang Jebat VII / 9A, Kebayoran Baru, Jakarta.
2. Perencana berkewajiban juga mengadakan pengawasan berkala dalam bidang
struktur dan pelaksanaan pekerjaan.
3. Tidak dibenarkan mengubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan sebelum mendapat
ijin atau pengawasan dari pemimpin proyek.
Pasal 5
Direksi
Yang bertindak sebagai direksi adalah Tim Direksi dari owner / pemilik yang diangkat
oleh PT. Bank Negara Indonesia selaku pemilik proyek dengan surat keputusan.
Pasal 6
Waktu Pekerjaan
1. Pekerjaan harus sudah dimulai dengan nyata paling lambat 10 (sepuluh) hari
sesudah penunjukan pemenang pelelangan.
2. Waktu pekerjaan adalah jumlah hari kalender yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan sempurna dan diterima baik oleh
pemberi tugas.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-1
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
3. Tanggal permulaan pekerjaan adalah tanggal yang dipastikan dalam
pemberitahuan untuk memulai pekerjaan. Bila tidak ada pemberitahuan untuk
memulai pekerjaan, maka berlaku tanggal yang ditetapkan dalam Surat Perjanjian
Pekerjaan.
Pasal 7
Yang Diperkenankan Ikut Sebagai Peserta atau Penjamin Dalam Penawaran
1. Pemborong / rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu.
2. Tidak diperkenankan ikut serta dalam penawaran adalah Pegawai Negeri, Pegawai
Badan Usaha Milik Negara dan Pegawai Bank Milik Pemerintah.

Pasal 8
Syarat Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Peserta Pelelangan
1. Pemborong / rekanan yang mempunyai tanda lulus Prakualifikasi, sesuai dengan
kualifikasi dan tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu.
2. Dapat menyediakan / mempunyai peralatan kerja.
3. Mempunyai Surat Fiskal yang masih berlaku dan mempunyai NPWP.
4. Adalah nasabah bank yang baik.
5. Tunduk dalam ketentuan yang termuat dalam ketentuan ini.
6. Telah menyerahkan Surat Jaminan Bank, Polis asuransi jasa raharja, atau
Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang
besarnya ditentukan menurut pasal 10 ayat 1 peraturan ini.
7. Pemborong / rekanan harus memilih dengan pasti tempat kediaman / domisili pada
Pengadilan Negeri setempat.
8. Diundang oleh Panitia Pelelangan dengan penjelasan.
Pasal 9
Surat Penawaran
1. Surat penawaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : bermaterai cukup,
ditandatangani oleh Direktur Utama Perusahaan, dicap perusahaan, bertanggal
dan diajukan dalam sampel tertutup.
2. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya harus dibuat sebagai berikut :
a. Surat Penawaran rangkap 3 (tiga) dan untuk asli dari kertas HVS tanpa kop
perusahaan, tembusannya kertas doorslag, untuk aslinya memakai materai Rp.
2.000,00, diberi tanggal, stempel, dan tandatangan Direktur Utama
Perusahaan.
b. Lampiran I berisi perincian biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
c. Lampiran II berisi daftar analisa biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-2
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
d. Lampiran III berisi harga satuan bahan dan upah tenaga rangkap 3 (tiga) dari
kertas doorslag.
e. Fotocopy prakualifikasi dari Pemerintah Kotamadya Semarang yang masih
berlaku.
f. Tanda bukti surat jaminan asli 1 (satu) lembar.
g. Fotocopy surat fiscal yang masih berlaku 1 (satu) lembar pada waktu
pembukaan pelelangan, surat fiscal asli diperlihatkan oleh pemborong atau
rekanan pada waktu pelelangan.
h. Rencana kerja 1 (satu) lembar.
i. Daftar peralatan yang diperlukan rangkap 3 (tiga) lembar.
j. Daftar tenaga ahli (full timer) yang dipakai bila mendapatkan pekerjaan rangkap
3 (tiga) dari kertas doorslag.
k. Referensi bank asli, bahwa pemborong adalah nasabah bank yang baik.
l. Daftar kontrak pekerjaan yang sedang dikerjakan tahun ini meliputi lokasi
pekerjaan, besarnya harga borongan, kemajuan prestasi pada saat mengikuti
penawaran dan keterangan lainnya.
3. Surat penawaran beserta lampirannya tersebut ayat 1 pada pasal ini dimasukkan
dalam sampul tidak tembus baca yang berukuran 25 cm x 40 cm kemudian di
bagian belakang di lem, dan tidak boleh diberi kode cap preusan atau kode lainnya.
Sampul Surat Penawaran di sebelah kiri atas dan sebelah kanan supaya ditulis
Surat Penawaran.
Surat penawaran tidak sah, jika :
a. Tidak memenuhi pasal 7, pasal 8 ayat 2 dan pasal 10 ayat 3.
b. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik dengan huruf penawaran maupun
dengan angka.
c. Harga-harga yang tercantum dalam angka tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam huruf.
4. a. Pemasukan surat penawaran paling lambat pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Jam :
b. Pembukaan surat penawaran akan dilaksanakan pada :
Hari :
Tanggal :

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-3
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Tempat :
Jam :
Pasal 10
Jaminan Penawaran
1. Penawar harus menyediakan Jaminan Penawaran berupa Jaminan Bank dari bank
pemerintah atau bank yang ditunjuk. Besarnya jaminan penawaran ditentukan
sebesar minimum 2% dari harga penawaran dan berjangka waktu selama 90 hari.
2. Jaminan penawaran dimaksudkan agar penawar apabila dinyatakan menang,
dalam 10 (sepuluh) hari setelah menerima Surat Penunjukan Pemenang, dapat
segera melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan. Pada
Jaminan Penawaran tersebut dicantumkan tujuan dikeluarkannya jaminan tersebut.
3. Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari tersebut, pemenang lelang yang ditunjuk
gagal melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan, maka Jaminan
Penawarannya disita dan dicairkan untuk pemilik. Semua peserta pelelangan
dengan ini menyatakan setuju tidak melakukan gugatan atau meminta kembali
uang jaminan penawarannya baik sebagian maupun seluruhnya, apabila gagal
melaksanakan kewajibannya sebagai peserta lelang atau pemenang lelang.
4. Semua jaminan penwaran akan dikembalikan bagi peserta yang tidak berhasil
menang begitu Surat Perjanjian Pemborongan ditandatangani oleh pemenang
lelang.
Pasal 11
Pemberian Penjelasan dan Pelelangan
1. Pelelangan dilakukan secara terbatas dengan undangan tertulis, kepada
pemborong atau rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu menurut
bidang usaha dan klasifikasinya. Para undangan mendapat gambar-gambar
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pada waktu yang telah ditentukan.
2. Pemberian penjelasan dan penunjukan akan diadakan pada :
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
3. Pada waktu pemberian penjelasan mengenai gambar, rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS) serta keterangan perubahan-perubahan lainnya yang menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan, dibuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Panitia dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-4
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
4. Berita Acara Penjelasan merupakan bagian dari dokumen pelelangan ditetapkan 1
(satu) minggu setelah hari pemberian penjelasan pada :
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
5. Bagi pemborong / rekanan yang berhalangan hadir sendiri dalam mengikuti
pelelangan dapat mewakilkan orang lain dengan menyerahkan Surat Kuasa diatas
materia Rp. 2.000,00 dan ditandatangani kedua belah pihak.

Pasal 12
Penyampaian Surat Penawaran
1. Surat penawaran beserta lampirannya termaktup dalam pasal 9 ayat 1 dan 2
sekaligus dimasukkan dalam kotak tertutup yang terkunci dan tersegel.
2. Kotak disediakan oleh panitia di tempat yang telah ditentukan sesuai pasal 9 ayat
5.
3. Surat penawaran tidak boleh dikirim atau dialamatkan kepada panitia atau pejabat.

Pasal 13
Pembukaan Surat Penawaran
1. Pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pasal 9 ayat 5, panitia estela
menyatakan dihadapan para peserta lelang bahwa saat penyampaian surat
penawaran telah ditutup, maka selanjutnya membuka kotak dan sampul surat
penawaran.
2. Setelah saat penyampaian surat-surat penawaran ditutup, tidak lagi dapat diterima
surat penawaran, surat keterangan dan sebagainya dari para peserta.
3. Pembukaan surat penawaran dilakukan oleh panitia disaksikan oleh semua yang
hadir. Perubahan dan susulan pemberian bahan serta penjelasan secara lisan atau
tertulis juga atas dasar surat penawaran yang telah disampaikan tidak diterima,
kecuali untuk memenuhi kekurangannya pada pasal 8 ayat 1.
4. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dengan keras sehingga
terdengar oleh semua yang hadir dan kemudian dilampirkan pada Berita Acara.
Pembukaan surat penawaran termaktub dalam pasal 13 ayat 1.
5. Panitia menyatakan dari semua surat penawaran yang disampaikan, mana yang
sah dan mana yang tidak serta menyatakan Berita Acara yang bersangkutan.
6. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dalam surat
penawaran dinyatakan pula Berita Acara yang bersangkutan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-5
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
7. Surat-surat penawaran yang disampaikan lepada panitia setelah pembacaan dan
penetapan sah serta tidaknya surat-surat penawaran tersebut panitia segera
membuat berita acara pembukaan surat penawaran yang memuat hal-hal tersebut
diatas dan keterangan-keterangan lainnya.
8. Berita Acara tersebut setelah dibaca keras ditandatangani oleh panitia yang hadir
dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta.
9. Pada Berita Acara tersebut disertakan semua surat penawaran dengan semua
lampirannya dan surat keterangan serta sampulnya.

Pasal 14
Penetapan Calon Pemenang Pelelangan
1. Apabila dalam harga penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan
mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan serta telah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka panitia menetapkan 3 (tiga) peserta
yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan dalam artian :
a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
b. Perhitungan harga dapat dipertanggungjawabkan.
c. Penawaran tesebut hdala terendah diantara penawar-penawar lainnya yang
memenuhi syarat-syarat dalam sub ayat 1a dan sub ayat 1b.
2. Keputusan tersebut diambil oleh panitia dalam suatu rapat yang dihadiri lebih 2/3
dari jumlah anggota. Apabila rapat pertama tidak tercapai kuorum, maka rapat
berikutnya dapat diambil keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah
anggota.
3. Apabila kepada para peserta diberikan rumus-rumus yang digunakan dan
sebagainya sampai pada penentuan calon pemenang, Berita Acara hasil
pelelangan tersebut ditandatangani oleh ketua dan semua anggota panitia.
4. Setelah Berita Acara hasil pelelangan selesai, panitia membuat laporan kepada
pejabat berwenang untuk mengambil keputusan penetapan pemenang pelelangan
dengan disertai usul berikut penjelasan-penjelasan tambahan yang didasari
penetapan calon pemenang pelelangan dan keterangan-keterangan lainnya yang
dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Dalam
hal ini pejabat yang berwenang adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia.
Pasal 15
Penetapan Pemenang Pelelangan
1. Pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan pemenang
pelelangan adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-6
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Termaktub dalam pasal 14 ayat 4, pejabat berwenang menetapkan pemenang
pelelangan dan cadangan pemenang atau pemenang utama kedua diantara calon-
calon yang diusulkan oleh panitia.

Pasal 16
Pengumuman Pemenang Lelang
1. Keputusan pejabat yang berwenang tentang penetapan pemenang pelelangan
diumumkan kepada para peserta dalam suatu pertemuan yang diadakan untuk
keperluan tersebut. Penetapan pemenang pelelangan selanjutnya diumumkan
secara luas
2. Kepada para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan
diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada
pejabat yang berwenang, menetapkan pemenang selambat-lambatnya dalam 6
(enam) hari kerja setelah diterimanya keputusan tersebut dalam ayat 1 pasal ini.
3. Jawaban atas sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya 6 (enam)
hari kerja setelah diterima sanggahan tersebut.

Pasal 17
Penunjukan Pemenang Lelang
1. Penunjukan pemenang lelang hanya dapat dilakukan setelah tidak ada sanggahan
atau telah ada sanggahan yang sudah diterima oleh Direktur PT. Bank Negara
Indonesia.
2. Berdasrkan keputusan penetapan pemenang pelelangan termaktub dalam pasal 15
ayat 2, Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia menunjuk pemenang
pelelangan tersebut sebagai pelaksana pekerjaan.
3. Peserta ysng menang wajib menerima penunjukan tersebut dalam ayat 1 pasal ini.
Apabila tenyata peserta yang menang mengundurkan, dalam hal ini hanya dapat
dilakukan dengan alasan yang dapat diterima oleh Direktur Utama PT. Bank
Negara Indonesia, dalam hal yang demikian jaminan penawaran yang
bersangkutan menjadi pemilik proyek.
4. Dalam hal pemenang pertama pelelangan mengundurkan diri sebagaimana
tersebut dalam ayat 3 diatas, maka pemenang urutan kedua ditunjuk sebagai
pelaksana pemborongan, apabila pemenang yang bersangkutan menerima
pelelangan ulang.
5. Apabila pemenang urutan kedua tidak bersedia menerima pernyataan tersebut,
maka harus diadakan pelelangan ulang sesuai dengan pasal 15 peraturan ini.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-7
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
6. Surat keputusan untuk penunjukan harus dibuat paling cepat 8 (delapan) hari kerja
setelah habisnya masa singgah. Surat keputusan penunjukan tersebut harus
segera disampaikan kepada pemborong atau rekanan.
7. Penunjukan hanya berlaku untuk satu kali, ialah untuk melaksanakan pekerjaan
yang telah ditentukan atau yang menjadi pelelangan. Untuk melaksanakan
pekerjaan yang tidak termaktub dalam syarat-syarat atau tujuan pelelangan semula
sekalipun untuk pekerjaan yang sejenis harus diadakan pelelangan tersendiri.
8. Surat keputusan tersebut pada ayat 6 pasal ini berikut keputusan penetapan
pemenang, berita acara hasil pelelangan, berita acara pembukaan surat
penawaran, dan berita acara penjelasan serta dokumen pelelangan lainnya
merupakan dasar dari borongan yang akan diadakan.
Pasal 18
Pelelangan Ulang
1. Suatu pelelangan mengalami kegagalan apabila :
a. Penawaran yang memenuhi syarat yang diatur dalam pasal 7 dan 8 ternyata
yang masuk kurang dari 5 (lima) pemborong dan yang sah kurang.
b. Dilampauinya harga standar maksimum ataupun kurang dari harga standar
minimum yang telah ditetapkan oleh pihak owner.
c. Harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar.
d. Apabila sanggahan dari ternyata benar.
e. Berhubung dengan berbagai hal tidak memungkinkan mengadakan pelelangan.
2. Dalam hal pelelangan gagal atau pemborong yang ditunjuk mengundurkan diri atau
pemenang usulan kedua tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana, maka panitia
atas permintaan Pejabat yang berwenang mengadakan pelelangan baru ulang.
Pasal 19
Penyelesaian Selanjutnya dan Bea Materia
Surat keputusan penunjukan disertai berita acara pemberian penjelasan, berita acara
pembukaan surat penawaran, berita acara hasil pelelangan dan surat perjanjian
pemborongan disampaikan kepada :
a. Pemilik Proyek (Owner)
b. Pemborong / rekanan (salinan otentik bermaterai)
c. Kantor Inspeksi Pajak
d. Instansi lain yang bersangkutan dengan rekanan sebanding dengan jumlah
borongan masing-masing. Bea materai tersebut dipungut oleh bendaharawan
pada saat pembayaran uang muka atau pembayaran pertama.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-8
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
5.2 SYARAT SYARAT ADMINISTRASI
Pasal 1
Penawaran
1. Pemilik Proyek Pembangunan Gebung Bank BNI 46 Wilayah 05 Semarang, dalam
hal ini selanjutnya bertindak sebagai Pemberi tugas, mengundang pemborong-
pemborong untuk mengikuti pelelangan.
2. Penawaran harus dipersiapkan dan diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk
yang tercantum dalam dokumen ini. Petunjuk-petunjuk bagi para penawar ini
merupakan bagian dari dokumen kontrak.
3. Tanggal dan tempat penawaran ditetapkan dalam surat undangan. Surat
penawaran yang asli dan tiga tembusannya termasuk lampiran-lampirannya, harus
dimasukkan ke dalam satu amplop yang disediakan oleh pemberi tugas.
4. Berkas penawaran harus berupa :
Rencana anggaran dan biaya
Daftar harga satuan bahan dan upah
Analisa harga satuan untuk masing-masing mata pekerjaan
Daftar harga satuan pekerjaan
Usulan personil yang ditugaskan
Rencana umum pelaksanaan pekerjaan (analisa teknis)
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan dengan kurva S
Daftar peralatan yang akan digunakan
Foto copy referensi bank yang masih berlaku
Foto copy fiskal dan NPWP yang masih berlaku
Foto copy ijin usaha dari Kanwil Deperindag Propinsi Dati I
Foto copy anggota GAPENSI / KADIN yang masih berlaku
Foto copy PKP (Pengusaha Kena Pajak)
Foto copy surat pengakuan kualifikasi dan klasifikasi yang masih berlaku
Time Schedule
Gambar pelaksanaan yang terdiri dari gambar pokok dan gambar detail
Surat kesanggupan untuk bekerja sama dengan ekonomi lemah
Surat kesanggupan untuk mendaftarkan pekerjaan pada Perum Jamsostek
Surat kesanggupan untuk membayar restribusi bahan galian golongan C
Surat kesanggupan tunduk pada Peraturan Daerah setempat
Surat kesanggupan untuk menanggung segala kerusakan yang ditimbulkan
selama berlangsungnya pekerjaan

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V-9
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pasal 2
Jaminan Lelang
1. Jaminan Lelang atau Tender Garansi adalah sebesar Rp..........................................
(....................................................................................................................................
....................................................................................................................................)
2. Berupa jaminan bank pemerintah atau bank lembaga keuangan lain yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, tanda terima akan diberikan oleh
panitia lelang.
3. Bagi pemborong atau kontraktor yang tidak memenangkan pelelanga ini, jaminan
lelang tersebut akan dikembalikan atau dapat diambil 10 (sepuluh) hari setelah
pengumuman pemenang lelang.
4. Bagi yang memenangkan pelelangan ini, jaminan tersebut akan dikembalikan
setelah menggantinya dengan jaminan pelaksanaan dan surat perjanjian
pemborongan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Pasal 3
Jaminan Pelaksanaan
1. Jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari besarnya nilai kontrak.
2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh Pemilik Proyek pada saat pemborong atau
kontraktor menerima Surat Perintah Kerja (Gunning).
3. Apabila kontraktor atau pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani
kontrak, maka Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Pemilik Proyek.
4. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan apabila pekerjaan sudah diserahkan
yang pertama kalinya dan diterima baik oleh Pemilik Proyek (disertai Berita Acara
Penyerahan Pertama).
Pasal 4
Rencana Kerja (Time Schedule)
1. Pemborong atau kontraktor harus membuat Rencana Kerja Pelaksanaan
Pekerjaan yang disetujui Pemilik Proyek selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan surat daftar nama para pelaksana
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
2. Pemborong atau kontraktor harus melaksanakan pekerjaan menurut Rencana
Kerja dan Syarat-syarat, Gambar Rencana beserta gambar-gambar penjelasannya
yang telah dibuat dan disepakati tersebut.
3. Pemborong atau kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas selesainya
pekerjaan tepat pada waktunya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 10
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pasal 5
Laporan Harian dan Mingguan
1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian dan Laporan Mingguan, yang
menunjukkan prestasi kemajuan fisik pekerjaan lepada pemberi tugas, yang
diketahui oleh Direksi Lapangan dan Pengelola Proyek lainnya.
2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang telah dikerjakan, tidak termasuk
bahan-bahan bangunan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya
pengeluaran uang yang telah dilaksanakan pemborong atau kontraktor.
3. Laporan tersebut memuat laporan penandatanganan bahan bangunan,
penggunaan mesin-mesin kerja, penggunaan alat-alat bantu kerja, pengerahan
tenaga kerja, laporan keadaan cuaca, dokumentasi proyek dan lain sebagainya.
Semua laporan tersebut dibuat sebenar-benarnya rangkap 6 (enam).

Pasal 6
Pengawasan
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan pengawas
yang telah ditunjuk oleh pemilik proyek.
2. Pada setiap saat konsultan pengawas maupun petugas-petugasnya harus dapat
dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan,
setiap bahan, pengelolaan maupun sumber-sumbernya.
3. Bagian-bagian yang telah dilaksanakan tetapi lepas dari pengawasan konsultan
pengawas menjadi tanggung jawab pemborong atau kontraktor. Pekerjaan tersebut
jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan
pemeriksaan termasuk bagian-bagian yang berjalan dalam jam kerja proyek.
4. Jika diperlukan pengawasan diluar jam kerja, maka pemborong / kontraktor harus
memberitahukan atau mengajukan permohonan secara tertulis kepada konsultan
pengawas. Permohonan harus dengan surat yang disampaikan kepada konsultan
pengawas 2 (dua) hari sebelumnya. Konsultan pengawas dalam persetujuannya
akan memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor yang bersangkutan dalam
waktu 1 x 24 jam setelah diterimanya surat permohonan tersebut.

Pasal 7
Jangka Waktu Pelaksanaan
1. Kesanggupan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan oleh peserta lelang harus
dicantumkan dalam surat penawaran dan dihitung dalam hari kalender.
2. Kecuali ketentuan lain, maka jangka waktu pelaksanaan dihitung dari tanggal yang
disebut dalam Surat Perintah Kerja.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 11
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pasal 8
Keamanan Tempat Kerja
1. Sejas dimulainya pekerjaan hingga penyerahan tersebut pemborong / kontraktor
harus benar-benar atau mematuhi peraturan-peraturan keamanan yang berlaku
guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, pencurian dan
lain-lain.
2. Untuk menjaga keamanan lokasi pekerjaan dibuat pagar pembatas dengan pintu
yang kuat serta dibuat gardu penjagaan lengkap dengan petugas keamanannya.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan keperluan
pekerjaan, kontraktor harus hati-hati dan teliti sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu dan menimbulkan kerusakan terhadap jalan-jalan yang sudah ada
maupun prasarana-prasarana umum lainnya seperti jaringan listrik, air minum,
telepon dan lain-lain.
4. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas apabila terjadi kerusakan-
kerusakan dikarenakan kelalaiannya dan mengganti ongkos perbaikan kepada
instansi yang bersangkutan.
5. Kontraktor harus melakukan segala usaha untuk mencegah pengotoran jalan
umum oleh kendaraan-kendaraan yang dipergunakan untuk pekerjaan, baik
pengotoran oleh bahan-bahan yang diangkut maupun oleh lumpur atau kotoran
yang melekat pada roda kendaraan.
6. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan peralatan di lokasi pekerjaan yang disebabkan
kelalaian dalam pelaksanaan, kontraktor wajib memperbaiki dengan biaya sendiri.
7. Kontraktor harus mengurus penjagaan diluar jam kerja dalam lokasi pekerjaan
termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lainnya.
8. Untuk keamanan dan penjagaan perla diadakan penerangan lampu-lampu pada
tempat-tempat tertentu serta ruang-ruang yang dipakai atas persetujuan direksi.
9. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat yang disimpan
dalam gudang dan halaman lokasi pekerjaan, apabila terjadi kebakaran atau
pencurian. Kontraktor harus mendatangkan gantinya untuk kelancaran
pelaksanaannya.
10. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran, perusakan atau
sabotase ditempat pekerjaan. Alat-alat pemadam kebakaran atau lainnya untuk
keperluan yang sama harus ada ditempat pekerjaan.

Pasal 9
Kebersihan dan Ketertiban

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 12
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
1. Selama berlangsung pembangunan, keadaan halaman, kantor, gudang-gudang,
los-los kerja dan bagian bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib,
bebas dari bahan-bahan bekas maupun tanah dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini
dapat menyebabkan seluruh pekerjaaan dihentikan sementara. Akibat dari hal-hal
sehubungan dengan ini seluruhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
2. Pemborong atau kontraktor wajib membuat barak-barak dan WC khusus bagi
pekerja.
3. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang maupun yang berada di
halaman bebas harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kelancaran dan keamanan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan
dilakukan oleh Pengelola Proyek maupun konsultan pengawas.
4. Tidak diperkenankan :
Pekerja menginap ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin konsultan pengawas.
Memasak ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin dari pengawas proyek.
Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan lain sebagainya
di tempat pekerjaan.
Keluar masuk proyek dengan bebas.
Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh konsultan pengawas
pada waktu pelaksanaan.

Pasal 10
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor maupun oleh sub kontraktor harus
memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku menurut Undang-
Undang.
2. Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan pekerja.
3. Apabila terjadi kecelakaan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang
perla untuk keselamatan korban dengan segala biaya ditanggung kontraktor dan
kontraktor harus segera memberitahukan kepada pemilik proyek.
4. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan atau PPPK memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan ditempat pekerjaan dan setiap kali selesai dipergunakan harus
segera dilengkapi kembali.
5. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja seperti helm
pengaman, safety shoes dan sebagainya yang diperlukan untuk keselamatan kerja.
6. Kontraktor harus melakukan pencegahan kecelakaan kerja semaksimal mungkin
dengan papan-papan peringatan kerja di lokasi pekerjaan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 13
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pasal 11
Pertanggungan Asuransi
1. Semua resiko yang diakibatkan oleh keadaan force majeur seperti kebakaran,
gempa bumi, banjir, kerusuhan massa dan lain-lain yang dapat mengakibatkan
kerugian pada pekerjaan dan masih dalam pemesanan pemborong adalah menjadi
resiko pemborong. Oleh sebab itu, sebaiknya pemborong menyusutkan resiko ini
sampai sekecil mungkin dengan jalan menutup pertanggungjawaban (asuransi).
2. Pemborong diharuskan mengikuti program Jamsostek pada PT. Jamsostek.
3. Dalam lingkungan pertanggungan asuransi harus telah tercakup baik kerugian
yang disebabkan force majeur terhadap bagian-bagian pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab pemborong atau kontraktor sendiri, yang diakibatkan oleh kelalaian
pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Surat polis tersebut harus mencantumkan nama pemberi tugas dan bersama
dengan kuitansi dan premi yang telah dibayar pemborong harus diserahkan kepada
pengelola proyek.
5. Kerusakan-kerusakan ataupun kerugian akibat kejadian tersebut harus segera
diperbaiki dan dikembalikan dalam keadaan semula sesuai dengan perbaikan ini,
uang asuransi yang telah diterima oleh pengelola proyek akan dibayarkan kepada
kontraktor hingga jumlah maksimum yang telah dibayarkan maskapai asuransi
kepada pemberi tugas.
6. Pemborong atau kontraktor diwajibkan untuk menyetorkan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Jamsostek) kepada PT. Jamsostek.
Pasal 12
Permulaan Pekerjaan
1. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah
Kerja (SPK) dikeluarkan dari pemilik proyek, pekerjaan harus segera dimulai.
2. Kontraktor diwajibkan memberitahukan kepada Direksi, apabila memulai pekerjaan.
3. Apabila ketentuan dari pasal 12 ayat 1 tidak dipenuhi maka jaminan pelaksanaan
dinyatakan hilang.

Pasal 13
Pembayaran
Pembayaran dilakukan berdasarkan pada prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan
pemborong sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak maupun penilaian dari
Direksi.
1. Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 14
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
a. 10% dari nilai kontrak dibayarkan sebagai uang muka. Uang muka ini
dibayarkan setelah Surat Perintah Kerja ditandatangani.
b. Angsuran I (pertama)
Dibayar 20% (dua puluh persen), bilamana pekerjaan telah mencapai 30% (tiga
puluh persen).
c. Angsuran II (kedua)
Dibayar 30% (tiga puluh persen), bilamana pekerjaan telah mencapai 60%
(enam puluh persen).
d. Angsuran III (ketiga)
Dibayar 35% (tiga puluh lima persen), bilamana pekerjaan telah mencapai
100% (seratus persen) dan seluruh pekerjaan telah diserahkan untuk yang
pertama kalinya dan dapat diterima baik oleh Direksi.
e. Angsuran IV (keempat)
Dibayar 5% (lima persen), bilamana batas waktu pemeliharaan telah berakhir
dan sesudah diserahkan untuk yang kedua kalinya (penyerahan terakhir)
disertai penyerahan as built drawing dan dapat diterima baik oleh pihak direksi.
2. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan dilampiri daftar hasil opname pekerjaan dan foto-foto dokumentasi
proyek dalam album.
3. Tanda penerimaan pembayaran harus ditandatangani sendiri oleh pemimpin
perusahaan. Dalam hal ini jika berhalangan dapat diwakilkan pada orang lain
dengan memberi surat kuasa kepada orang tersebut diatas kertas bermaterai Rp.
2.000,00 yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Surat kuasa dilampirkan
pada bukti pembayaran.
Pasal 14
Perintah Pelaksanaan
1. Apabila terjadi ketidaksamaan antara peraturan ini dengan gambar bestek maka
gambar rencana yang lebih mengikat.
2. Kontraktor tidak diperbolehkan untuk mengubah konstruksi yang telah ada kecuali
mendapat ijin dari Direksi.
3. Kekurangan-kekurangan dan ketentuan-ketentuan yang belum tercantum dalam
bestek ini dibuat pengaturan tersendiri.
4. Bila kontraktor tidak ada ditempat pekerjaan dimana direksi akan memberikan
penjelasan atau petunjuk-petunjuknya maka petunjuk tersebut harus diikuti dan
dilaksanakan oleh pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk oleh kontraktor.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 15
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
5. Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan-penjelasan tertulis secara
lengkap apabila direksi memerlukan penjelasan tentang tempat pekerjaan yang
akan dimulai pelaksanaan.
6. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari Direksi.
7. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas atas macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan kepada Direksi harus agak longgar sehingga ada waktu yang
memungkinkan untuk mengadakan pemeriksaaan.

Pasal 15
Kenaikan Harga Bahan dan Upah
1. Untuk pekerjaan ini tidak akan diadakan penambahan biaya akibat kenaikan harga.
2. Kecuali kenaikan harga akibat tindakan Pemerintah dibidang moneter, maka
pemborong dapat mengajukan klaim sampai dengan keputusan Pemerintah dan
pedoman resmi dari Pemerintah Indonesia.
Pasal 16
Penyerahan Pekerjaan
1. Pekerjaan diserahkan apabila selesai 100% dan dapat diterima dengan baik oleh
Pemilik Proyek disertai dengan Berita Acara dan dilampirkan daftar kemajuan
pekerjaan, paling lambat 756 hari kalender setelah dikeluarkan Surat Perintah
Kerja. Pada penyerahan pertama, keadaan sekitar harus dalam keadaan bersih.
2. Sewaktu diadakan penelitian dan pemeriksaan secara teknis dalam rangka
penyerahan pertama. Maka surat pernyataan teknis dijukan pemilik proyek serta
dengan melampirkan :
Daftar kemjuan pekerjaan 100% yang ditandatangani oleh direktur pemborong dan
oleh konsultan pengawas.
1 (satu) album berisi foto-foto berwarna ukuran post-card, yang menyatakan
prestasi pekerjaan telah mencapai 100%.
Pasal 17
Perpanjangan Waktu Penyerahan
1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang dilakukan
kepada pemilik proyek harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas)
hari sebelum batas waktu penyerahan yang pertama kali terakhir dan surat-surat
tersebut dilampiri :
Data lengkap
Time schedule baru yang sudah direncanakan masak-masak

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 16
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap tidak
akan dipertimbangkan.
3. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya
dapat diterima pemilik proyek apabila :
Ada pekerjaan tambahan dan pengurangan yang tidak dapat dihindari setelah atau
sebelum kontrak ditandatangani kedua belah pihak.
Adanya surat perintah tertulis dari pemilik proyek untuk sementara waktu
dihentikan.
Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan, dimana
dalam hal ini harus diperkuat dengan persetujuan direksi lapangan.
Adanya force majeur (bencana alam, gangguan keamanan dan sebagainya)
dilokasi pekerjaan, dimana dalam hal ini dikukuhkan oleh Gubernur KDH Tk. 1
Jawa Tengah dengan Surat Pernyataan.
Pasal 18
Masa Pemeliharaan
1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah
penyerahan pertama.
2. Apabila dalam pemeliharaan terjadi kerusakan-kerusakan akibat kurang
sempurnanya mutu bahan yang digunakan, maka pihak pemborong harus segera
memperbaiki dan menyempurnakan kembali setelah pihak pemborong
diperingatkan pertama kalinya secara tertulis oleh pemilik proyek.

Pasal 19
Pekerjaan tambah dan Kurang
1. Hanya untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh pemilik
proyek, pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.
2. Setelah pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan pemilik
proyek mengenai daftar rencana anggaran biaya, agar pemilik proyek dapat
memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat dibayar atau tidak.
3. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan mempergunakan
harga satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran atau kontrak.
4. Bilamana harga satuan belum tercantum dalam surat penawaran yang diajukan,
maka digunakan harga satuan yang diajukan pada waktu pelelangan.
5. Untuk dapat memudahkan penelitian, sewaktu-waktu diadakan pemeriksaan teknis
dalam rangka penyerahan pertama maka surat permohonan pemeriksaan teknis
yang diajukan oleh kontraktor supaya dilampiri data sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 17
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Daftar kemajuan pekerjaan 100%
Satu album berisi foto proyek sesuai prestasi pekerjaan
Foto berwarna 15R sebanyak 5 bingkai
6. Surat permohonan pemeriksaan teknis harus sudah dikirim selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum batas waktu penyerahan yang pertama berakhir.

Pasal 20
Denda Keterlambatan Pekerjaan
1. Apabila jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati diatas
dilampaui maka pihak pemborong dikenakan denda 1/1000 per hari dari jumlah
harga borongan, kecuali jika keterlambatan disebabkan oleh force majeur.
2. Besarnya denda maksimum yang diperkenankan adalah 10%.
3. Denda ayat 1 pasal ini diperhitungkan pada waktu pembayaran termijn
penyelesaian 100%.
Pasal 21
Pencabutan Pekerjaan
1. Sesuai dengan peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia,
Direksi atau Pemilik Proyek berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari
tangan pemborong bila ternyata pemborong menyerahkan pada pihak ketiga,
semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan dari pekerjaan tersebut.
2. Apabila ternyata pihak kedua tidak mengindahkan tanggung jawab dan perbaikan-
perbaikan selama masa pemeliharaan, maka pihak kesatu dapat memberikan
waktu yang mana pihak kedua sekali lagi diberi kesempatan untuk dapat
memenuhi kewajiban.
3. Jika pihak kedua tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang tercantum dalam
ayat-ayat diatas sewaktu melaksanakan pekerjaan selanjutnya mengulangi lagi
kesalahan-kesalahan yang sama, maka pihak kesatu akan melaksanakan sendiri
pekerjaan tersebut atau menyerahkan kepada pihak lain dengan pembiayaan
sepenuhnya dipikul pihak kedua.
4. Pada pencabutan pekerjaan, pihak kedua hanya menerima pembayaran sebatas
pekerjaan yang telah diperiksa dan disetujui oleh pemilik proyek.

Pasal 22
Dokumentasi
1. Sebelum kegiatan dimulai, keadaan lapangan atau tempat dimana pekerjaan akan
dilaksanakan masih dalam keadaan fisik 0% atau dimana tanah masih dalam
keadaan seperti semula serta belum adanya kegiatan ataupun bangunan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 18
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pemotretan supaya dipilih tempat-tempat yang dianggap penting menurut
pertimbangan dan petunjuk Direksi Lapangan.
2. Pemborong diwajibkan membuat foto dokumentasi pada tahapan-tahapan fisik
mencapai 0%, 50% dan 100%. Pengambilan foto proyek diusahakan pada tempat
yang tetap, sehingga nantinya akan tampak dan diketahui dengan jelas perubahan-
perubahan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Pengambilan foto
proyek sekurang-kurangnya 4 buah titik, pada tempat atau posisi yang berbeda.
3. Ukuran foto 9 x 13 cm berwarna atau ukuran post-card. Pemborong juga harus
membuat dan menyerahkan foto proyek ukuran 10R untuk keadaan proyek 0% dan
100% masing-masing sebanyak 2 buah.
4. Khusus untuk penyerahan pekerjaan pertama atau yang telah mencapai fisik
100%, supaya dilampiri foto pemeriksaan oleh Badan Pengawas Pembangunan
pada Berita Acara Pengajuan Permohonan Pembayaran Angsuran.
5. Semua foto dokumentasi proyek tersebut supaya dimasukkan dalam album
khusus. Ukuran, warna dan bentuk album foto khusus tersebut ditentukan
kemudian, sehingga diperoleh keseragaman.

Pasal 23
Force Majeur
1. Yang dimaksud dengan force majeur adalah kejadian-kejadian bencana alam atau
musibah yang terjadi pada saat pelaksanaan seperti gempa, kerusuhan, tanah
longsor, banjir dan sebagainya yang terjadi diluar kekuasaan pemborong untuk
mengatasinya yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
2. Bila terjadi force majeur, maka pemborong diwajibkan membuat laporan kepada
pemilik proyek selambat-lambatnya 7 x 24 jam setelah terjadinya force majeur.
Apabila pemilik proyek tidak atau belum menjawab pengajuan pemborong, maka
dianggap force majeur disetujui oleh pemilik proyek.
3. Untuk pekerjaan permanent atau pekerjaan sementara atau bahan-bahan didaerah
kerja yang mengalami kehancuran atau kerusakan akibat force majeur, maka
pemborong berhak atas biaya perbaikan pekerjaan permanent atau pekerjaan
sementara yang telah diselesaikan atau telah dibayar oleh pemilik proyek dalam
sertifikat bulanan sesuai dengan perhitungan biaya kerusakan oleh konsultan.
Pasal 24
Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelesaian pekerjaan, maka penyelesaian
perselisihan tersebut melalui jalan musyawarah.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 19
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat diselesaikan maka akan
dibentuk suatu panitia arbitrage yang terdiri dari :
Satu wakil dari pihak pemberi tugas
Satu wakil dari pihak pemborong
Satu wakil dari pihak yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan tersebut
dan penunjukannya disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Apabila perselisihan terpaksa harus diselesaikan di Pengadilan Negeri, maka akan
dipilh Pengadilan Negeri dimana Pemberi Tugas berdomisili.

Pasal 25
Tanggung Jawab
1. Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mendapat
persetujuan oleh direksi tidak berarti membedakan kontraktor atas tanggung
jawabnya kepada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
2. Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga yang ahli atau terlatih dan
berpengalaman dalam bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk dari
direksi.
3. Kontraktor harus mengusahakan atas pertanggungjawaban, langkah-langkah,
peralatan yang perlu untuk melindungi pekerja-pekerja, atau bahan-bahan yang
digunakan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
4. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan
direksi untuk memperlancar pekerjaan serta menjamin kualitas pekerjaan.
5. Kontraktor harus selalu membuat laporan-laporan secara tertulis hal ikhwal yang
terjadi dalam angka pelaksanaan proyek kepada direksi secara periodik.
Pasal 26
Penyerahan Pekerjaan Pada Sub Kontraktor
1. Pada dasarnya pekerjaan harus diselesaikan oleh pihak kedua dan apbila bagian-
bagian pekerjaan tersebut oleh pihak kedua akan diborongkan kepada pihak ketiga
atau sub kontraktor dan golongan ekonomi lemah setempat, maka terlebih dahulu
mendapat persetujuan pihak kesatu atau direksi dan tanggung jawab penyelesaian
pekerjaan tetap di pihak kedua.
2. Apabila terdapat kepastian bahwa pihak kedua telah diborongkan pada pihak
ketiga tanpa persetujuan pihak kesatu, maka setelah pihak kesatu memberikan
pernyataan tertulis pada pihak pemborong, pihak kedua harus mengembalikan
keadaan sehingga sesuai dengan perjanjian pemborong ini dan semua biaya yang

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 20
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
telah dikeluarkan oleh pihak kedua atau pihak ketiga ditanggung seluruhnya oleh
pihak kedua.
3. Dalam hal ini dimana ada bagian-bagian pekerjaan yang diborongkan kepada pihak
ketiga dengan persetujuan pihak kesatu, maka pihak kedua tetap bertanggung
jawab penuh kepada pihak kesatu terhadap segala tindakan dan pekerjaan yang
telah dilakukan pihak ketiga. Pihak kesatu tidak mempunyai hubungan langsung
dengan pihak ketiga melainkan selalu dengan pihak kedua.
Pasal 27
Kerjasama Dengan Golongan Ekonomi Lemah
Pemborong yang dipilih sebagai pelaksana pekerjaan, dalam syarat perjanjian untuk
bekerjasama dengan rekanan golongan ekonomi setempat antara lain sebagai sub
kontraktor atau leveransir barang, bahan dan jasa.

Pasal 28
Penggunaan Bahan-Bahan Bangunan
1. Pemborong didalam melaksanakan pekerjaan ini supaya mengutamakan untuk
menggunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.
2. Semua bahan bangunan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini sebelum
digunakan harus mendapat persetujuan pemakaiannya terlebih dahulu dari
pengawasan.
3. Semua bahan bangunan yang dinyatakan tidak dapat digunakan atau ditolak oleh
direksi atau pengawas lapangan harus segera disingkirkan jauh-jauh dari lokasi
pekerjaan dalam tempo 24 jam dan hal ini menjadi tanggung jawab pemborong.
4. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas kesamaan bahan, alat yang
disimpan dalam gudang dan lokasi pekerjaan. Apabila terjadi kebakaran atau
pencurian maka pemborong harus segera mendatangkan gantinya.
Pasal 29
Lain-Lain
1. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam RKS akan dijelaskan dalam aanzwijzing.
2. Surat penawaran atau RAB supaya dibuat seperti contoh terlampir.
3. Apabila jenis pekerjaan yang tercantum dalam contoh daftar RAB ternyata kurang
maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan menurut pos-posnya masing-
masing dengan cara menambah huruf abjad pada nomor terakhir pada pos yang
bersangkutan misalnya pos terakhir 5, maka penambahannya tidak 6 tapi 5a, 5b
dan seterusnya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 21
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
5.3 SYARAT SYARAT TEKNIS
Pasal 1
Penjelasan Umum
1. Pemberian pekerjaan meliputi penyediaan, pengangkatan dan semua pengolahan
bahan pengerahan tenaga kerja, pengadaan semua alat pembantu dan
sebagainya, yang pada umumnya secara langsung atau tidak langsung termasuk
didalam usaha menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menyerahkan pekerjaan
dalam keadaan sempurna dan lengkap. Dalam hal ini termasuk pekerjaan-
pekerjaan yang walaupun tidak disebutkan dalam RKS dan gambar, tetapi masih
berada dalam lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Pemilik Proyek.
2. Tanah bangunan termasuk segala perlengkapannya akan diserahkan kepada
pemborong atau kontraktor dalam keadaan yang sama seperti pada waktu
aanwijzing.
3. Pekerjaan haruslah diserahkan oleh pemborong atau kontraktor dalam keadaan
selesai, termasuk juga pembersihan bekas-bekas bongkaran dan lain sebagainya.
4. Untuk pekerjaan-pekerjaan persiapan dan perlengkapan untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pemborong harus melaksanakan :
Perawatan dan perbaikan perlengkapan selama berlangsungnya pekerjaan.
Pengadaan air kerja untuk perlengkapan.
Pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan gedung BNI 46, yang
pelaksanaan pekerjaannya meliputi :
- Pekerjaan persiapan
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan struktur pondasi
- Pekerjaan struktur kolom, balok, plat lantai dan dinding
- Pekerjaan tangga
- Finishing
Pasal 2
Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan untuk lokasi proyek dilakukan sepenuhnya oleh pemberi tugas.
Pasal 3
Pekerjaan Persiapan
1 Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari setelah dikeluarkannya SPK, pihak
pemborong harus sudah melaksanakan persiapan di lapangan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 22
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2 Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan oleh pihak pemborong atau kontraktor
meliputi penyediaan air bersih dan pengadaan penerangan di lokasi proyek.

Pasal 4
Pekerjaan Pagar Proyek
1. Pagar pengaman dibuat sebagai batas bangunan (satu sisi) setinggi 2m terbuat
dari seng gelombang. Pada jalan keluar dibuat pintu yang kuat dan dapat dibuka
sempurna, serta dibuat pos penjagaan pada bagian tertentu.
2. Pagar proyek harus dijaga keutuhannya selama pembangunan.
3. Pembongkaran dilakukan setelah mendapat ijin dari pengawas dan bekas
pembongkaran pagar proyek menjadi milik pemborong.
Pasal 5
Gambar Gambar Pekerjaan
1. Gambar-gambar rencana pekerjaan.
Terdiri dari gambar bestek, gambar detail situasi dan lain sebagainya yang akan
disampaikan kepada pemborong atau kontraktor beserta dokumen-dokumen
lainnya. Kontraktor tidak boleh menambah atau mengurangi tanpa persetujuan dari
pemilik proyek atau direksi, gambar-gambar tersebut tidak boleh diserahkan
kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan borongan ini
atau digunakan untuk maksud-maksud lain.
2. Gambar-gambar tambahan.
Pemborong atau kontraktor harus membuat gambar detail (gambar kerja) yang
disahkan direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik direksi.
3. As-built drawing.
Yang dimaksud dengan as-built drawing adalah gambar-gambar yang disesuaikan
dengan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan ulang yang belum ada dalam bestek,
kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang
dilaksanakan dan memperhatikan perbedaan antara gambar kontrak dan gambar
pelaksanaan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan rangkap tiga dan biaya
pembuatannya ditanggung oleh kontraktor.
4. Gambar-gamabar ditempat pekerjaan.
Pemborong harus menyimpan ditempat satu bendel gambar kontrak lengkap
termasuk RKS, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule dan semuanya dalam
keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas), termasuk perubahan-perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, hal ini untuk menjaga jika pemberi tugas atau
wakilnya sewaktu-waktu memerlukannya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 23
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Pasal 6
Mobilisasi
Sebelum kegiatan pelaksanan dimulai, pemborong harus mengajukan rencana
mobilisasi kepada direksi. Kegiatan yang dimaksud adalah :
Transportasi lokal alat-alat dan perlengkapan lain ke temapat kerja.
Bangunan dari pengamanan daerah kerja.
Pembuatan bangunan sebagaimana yang tercantum dalam uraian pekerjaan.
Penyaluran bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.

Pasal 7
Daerah Kerja
1. Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Tugas,
penggunaan daerah yang disediakan menjadi tanggung jawab dan atas usaha
pemborong.
2. Kontraktor harus menutup daerah kerja bagi umum untuk keamanan kerja alat dan
bahan selama pelaksanaan kerja berlangsung.
3. Pada daerah yang telah disediakan, pemborong harus merencanakan penggunaan
yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Rencana
tersebut harus disetujui oleh direksi, sebelum penggunaan areal kerja.
4. Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya guna
menunjang pelaksanaan pekerjaan.
5. Sebelum pelaksanaan dimulai seluruh daerah kerja harus dibersihkan terlebih
dahulu.

Pasal 8
Peralatan Kerja
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dengan baik dan siap dipakai yang
diperlukan untuk pekerjaan pembangunan.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini pemberi tugas atau direksi tidak menyediakan
atau meminjamkan atau menyewakan peralatan kerja.
3. Untuk pengamanan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menyediakan alat-alat
keselamatan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

Pasal 9
Pengukuran
1. Ukuran-ukuran, patokan-patokan dan ketinggian telah ditetapkan dalam gambar-
gambar dan peil bangunan 0.00 diambil pada permukaan tanah asli.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 24
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Jika terdapat perbedaan ukuan antara gambar utama dengan gambar detail, maka
yang mengikat adalah gambar utama.
3. Pemborong harus mempelajari ukuran-ukuran dalam gambar apabila terjadi
perbedaan ukuran baik gambar maupun di lapangan harus dilaporkan pada
Pimpinan Proyek yang bersangkutan. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang
keliru selama atau setelah pekerjaan dilaksanakan, maka akan menjadi tanggung
jawab dari pemborong.
4. Elevasi pokok 0.00 ditetapkan dengan tanda tetap (bench mark) minimal 4 buah
yang tersebar dilokasi bangunan. Oleh pemborong tanda-tanda ini dijaga dan
dipelihara dengan baik agar kedudukannya tidak berubah atau berpindah tempat.
Tanda-tanda atau peil tersebut harus dari pasangan batu atau beton.
5. Penetapan ukuran dan sudut-sudut tetap, dijaga dan dipelihara ketelitiannya
dengan menggunakan alat-alat ukur yaitu waterpass dan theodolit.
6. Ukuran-ukuran yang telah ditentukan ini pada nantinya akan dipakai sebagai
pedoman oleh pemborong dalam melaksanakan pembangunan.
Pasal 10
Pekerjaan Pembersihan Lapangan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaa, lapangan terlebih dahulu dibersihkan dari rumput-
rumput, semak belukar, akar-akar pohon khususnya yang terletak pada daerah
batas.
2. Untuk penebangan pohon-pohon yang berada diluar daerah batas yang mungkin
dapat mengganggu atau membahayakan pekerjaan harus seijin direksi.
3. Semua penebangan dan pembongkaran harus seijin direksi dan dilaksanakan
sampai kedalaman tanah 30 cm dibawah permukaan tanah atau rencana akhir.
4. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga kebersihan dan penempatan bahan-
bahan proyek harus diatur.
5. Proses penebangan harus tidak boleh merusak titik tetap yang ada (point guiding).
6. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan kembali, sisa
penebangan, sisa semak belukar, puing-puing bekas bongkaran, rerumputan dan
sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan sehingga tidak mengganggu
jalannya pekerjaan.
Pasal 11
Bowplank dan Papan Nama Proyek
1. Papan nama dan bowplank harus dipasang pada patok kayu yang kuat tertancap
didalam tanah sehingga tidak dapat digerakkan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 25
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Papan bangunan dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran lebar 20 cm dan tebal 3
cm dengan bagian permukaan atas diserut rata.
3. Keseluruhan tinggi papan harus sama.
4. Pemasangan papan bangunan harus menunjukkan peil 0.00 rencana, kecuali
menghendaki lain dengan persetujuan direksi.
5. Hasil akhir dari pemasangan papan ini harus dilaporkan pada direksi sebelum
pekerjaan yang selanjutnya dilaksanakan.
6. Perletakan papan bangunan haruslah berjarak 2,5 m dari dinding luar bangunan
induk rencana.
7. Papan nama proyek harus dibuat dari rangka kayu atau besi dan papan nama dari
seng dan ditempatkan pada lokasi pinggir jalan. Ukurannya ditentukan kemudian
hari.

Pasal 12
Air Kerja
1. Pemborong atau kontraktor harus memperhitungkan air kerja untuk keperluan
bangunan, air minum dan untuk keperluan lainnya dengan membuat sumur pompa
atau dengan cara memenuhi persyaratan kebersihan.
2. Air kerja ini harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai dengan hasil
penelitian laboratorium yang ditunjuk atau diijinkan oleh direksi.

Pasal 13
Pekerjaan Galian
1. Tanah dimana bangunan akan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran
tumbuhan dan lain-lain yang dapat mengganggu konstruksi yang akan
dilaksanakan.
2. Penggalian tanah untuk saluran, pondasi harus dilakukan dengan kedalaman
sebagaimana tersebut dalam gambar, terkecuali ditetapkan lain oleh direksi
berkenaan dengan keadaan tanah setempat.
3. Lebar galian harus cukup memberikan ruang kerja yang sesuai dengan lebar
pondasi yang akan dibuat.
4. Kemiringan tebing harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi longsoran.
Apabila terpaksa dibuat curam, maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan.
5. Dalam pekerjaan penggalian ini termasuk juga pekerjaan pembersihan segala apa
yang terdapat didalam tanah galian tersebut.
6. Untuk tanah galian yang tidak terpakai untuk timbunan tanah, maka harus dibuang
ketempat lain dan diatur sebaik-baiknya sesuai petunjuk direksi.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 26
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
7. Bila tanah dasar dan sisi untuk pondasi bangunan belum mencapai tingkat seperti
yang tercantum dalam gambar rencana, ternyata keadaan tanahnya cukup keras,
maka penggalian tanah sementara dapat dihentikan sampai menunggu keputusan
keputusan direksi. Demikian juga apabila penggalian tanah pondsi telah mencapai
elevasi seperti gambar rencana yang ternyata keadaan penggalian tanah tersebut
dipandang belum memenuhi persyaratan yang diminta.
8. Galian tanah untuk stripping minimal 0,25 m atau sampai terkupas akar-akar dari
tumbuhan. Apabila ada pohon, minimal 0,5 m sampai tercabut pangkal batangnya.
9. Untuk pekerjaan urugan kembali dari sisa-sisa hasil galian tanah agar dipadatkan
dengan alat pemadat mekanis.
Pasal 14
Pekerjaan Konstruksi Beton
Standart
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti semua ketentuan dalam PBBI 1971-NI-8 dan
SKSNI T-15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksi lain oleh pengawas.
Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam peraturan tadi, maka ketentuan-
ketentuan berikut ini dapat dipakai, dengan terlebih dahulu memberi tahu dan
memintakan ijin dari pengawas.

Semen
1. Kecuali ditentukan oleh pengawas, semen yang digunakan adalah semen tipe I
sesuai ASTM C 150 dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI
71. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah
mendapat persetujuan terlebih dahulu.
2. Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk itu telah memenuhi suatu tes standart
yang lazim digunakan untuk material itu.
3. Bila diminta oleh pengawas, kontraktor wajib melakukan tes untuk semen, dimana
biaya pelaksanaan ditanggung oleh kontraktor dengan pengawasan dari
pengawas. Pengetesan harus dilakukan dari material yang diambil dari tempat
penyimpanannya. Pengujian harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71, terutama
untuk menentukan tingkat pengikatannya yang mana dapat diikuti tes dari ASTM C
227 dengan tidak memperlihatkan sesuatu yang merugikan beton dalam kurun
waktu sedikitnya 3 bulan.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 27
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
4. Pengawasberhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
tidak semen-semen tersebut.
5. Kontraktor harus menyediakan tempat / gudang penyimpangan semen pada
tempat-tempat yang baik, sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung
dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat merusak semen, terutama
sekali pada lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minmal 30 cm
dari permukaan tanah.
6. Semen dalam kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 m.
Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat
dibedakan dari penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus
diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan (first in first out). Kantong-
kantong semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
7. Bila dari hasil tes semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan hasil yang
tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus segera menyingkirkan semen-semen
yang ditolak tadi keluar areal kerja ke areal penyimpanan dengan biaya sendiri.
8. Timbunan-timbunan yang baik dan teliti harus disediakan Kontraktor untuk
menimbang semen didalam gudang. Kontraktor juga melengkapi timbangan untuk
pekerjaan penyelidikan.
9. Kontraktor harus memiliki personil pengelola gudang yang cakap untuk mengawasi
gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan
pemakaian semen seluruhnya. Tindakan dari catatan-catatan harus disediakan
untuk pengawas bila dikehendaki, jumlah semen yang digunakan selama hari itu
ditiap bagian kerja harus tersaji dengan baik dan rapi.
Air Untuk Adukan
1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting,
bahan pencuci agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat,
bahan organik, garam dan silt (lanau). Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air
tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfatnya
maksimum yang diperkenankan adalah 0,5% atau 15 gr/lt.
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0,5
m dari permukaan atas air ke sisi tempat pengambilan tadi.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 28
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
3. Apabila diadakan perbandingan tes beton antara beton yang diaduk dengan
aquades dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu
sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam mutu beton
walaupun telah digunakan semen sama yang telah disetujui, maka air tes tadi
menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 15%. Tes dapat
dibandingkan dari mutu kekuatan dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam
keadaan ditolak ini, kontraktor diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan
dapat diterima dan disetujui.

Agregat Halus (Pasir)


1. Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan bangunan
yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Pasir buatan : Pasir yang dihaluskan dari mesin pemecah batu.
b. Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir
alam yang mendapat persetujuan pengawas.
c. Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) yang
dikehendaki.
2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus
disediakan oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber
alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber yang tidak dimiliki
atau dikuasai kontraktor, kontraktor harus mengadakan persetujuan dengan
pemiliknya dan harus membayar semua sewa atau lain-lain biaya yang
bersangkutan dengan hal tersebut.
3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan
kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari bahan
sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
4. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil
pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi
pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata, stabil
dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain.
5. Pasir yang ditolak oleh pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja.
Dalam membuat adukan baik untuk plesteran maupun grouting, pasir tidak dapat
digunakan sebelum mendapat persetujuan pengawas mengenai mutu dan
jumlahnya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 29
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
6. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahan-
bahan organik dan kotoran-kotoran yang merusak. Berat substansi yang merusak
tidak boleh lebih dari 5%.

Agregat Kasar (Kerikil)


1. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dengan kadar air merata dan stabil.
Sebagaimana juga pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous dan tidak
terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral dicuci dan diayak terlebih
dahulu.
2. Kerikil ukuran berkisar 1-2 cm yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan
sebelum mendapat persetujuan dari pengawas mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan
baik dengan menimbang ataupun mengukur volume, agar dapat dicapai mutu
beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maksimum, baik workability-nya
dan memberikan kondisi water cement ratio yang optimum.
Bahan Pencampur (admixture)
Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari pengawas dan admixtures
ini yang merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang dibuat.

Besi Tulangan
1. Besi tulangan harus memenuhi ketentuan dalam PBBI 1971 dengan mutu fy = 400
Mpa dan fy = 240 Mpa. Kontraktor harus memberikan sertifikat dan hasil tes dari
pabrik kepada pengawas untuk setiap pengiriman.
2. Semua besi tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari kotoran-
kotoran, lapisan lemak minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain.
3. Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu besi tulangan yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan
pengawas sejumlah minimum 3 batang untuk tiap-tiap jenis baik mutu maupun
pengiriman masal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu besi tulangan
yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor, sedangkan panjang setiap benda uji adalah
100 cm.

Pasal 15
Transportasi dan Penimbunan Material
1. Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
lembab dan sinar matahari. Semen dikirim ke lapangan dalam jumlah yang harus
mendapat ijin dari pengawas, dengan memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 30
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Segera setelah tiba di lapangan, semen harus disimpan dalam tempat
penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai ventilasi
baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 500 mm diatas tanah.
Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat persetujuan
pengawas dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan mudah.
3. Semen dengan tipe dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang
berbeda pula. Semen dalam kantong-kantong harus ditumpuk dengan tinggi
tumpukan tidak melebihi 13 kantong untuk periode sampai 30 hari, atau tinggi
maksimum 7 kantong untuk periode yang lebih lama. Semen yang sudah rusak
atau yang kena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.
4. Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah dengan mempertimbangkan
kemungkinan terkena kotoran.
5. Agregat yang telah tercampur ataupun berubah gradasinya akibat transportasi,
harus disingkirkan atau diganti dengan material yang baik atas biaya kontraktor.
6. Besi tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengenai tanah.
Bila besi tulangan telah mengalami kemunduran dalam mutu akibat dari karat
ataupun hal-hal lain akibat transportasi atau penyimpanan, maka besi tulangan tadi
tidak dapat digunakan. Batang besi tulangan dengan mutu dan ukuran yang
berbeda harus disimpan secara terpisah dan diberi label mutunya dari tes pabrik.

Pasal 16
Perbandingan Adukan
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya dan
harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang
diminta dalam spesifikasi.
2. Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, kontraktor
harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakan kepada
pengawas, usul-usul gradasi dari agregat, komposisi adukan, metode pengadukan
yang dipakai, metode pengecoran, harus ikut diberitahukan kepada pengawas.
Setelah itu kontraktor harus membuat trial tes (percobaan pendahuluan), dengan
membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dilakukan dengan diawasi
pengawas dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang sesuai dengan
kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak pengawas puas
dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang akan digunakan akan
menghasilkan beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 31
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
diminta. Kekuatan silinder tes untuk dites di laboratorium seluruhnya harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam PBI 71. Tidak satupun komposisi adukan
beton dapat digunakan dalam pekerjaan, sebelum mendapat persetujuan dari
pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus
berdasarkan pada hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
4. Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh
pengawas berdasarkan hasil tes agregat dan tes beton.
5. Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten harus ditetapkan agar
tercapai hal-hal sebagai berikut :
a. Kekuatan beton rencana
b. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca
c. Pengaruh kembang susut yang kecil
Perbandingan air dan semen (water content ratio) untuk seluruh mutu beton tidak
boleh lebih dari 0,6.
6. Penggunaan mutu beton untuk tiap bagian pekerjaan harus sesuai dengan rencana
atau sebagaimana ditetapkan pengawas. Secara umum bila tidak dinyatakan lain,
maka harus dipakai mutu beton yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.
7. Pada penggunaan beton ready mix, kontraktor harus mendapat ijin terlebih dahulu
dari pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama dan alamat
supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini kontraktor tetap bertanggung
jawab penuh bahwa adukan yang disuplai benar-benar memenuhi syarat-syarat
didalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas serta kualitas yang kontinyu
pada setiap pengiriman. Segala tes kubus dan atau silinder yang dilakukan
dilapangan harus tetap dijalankan dan diawasi supplier beton ready mix bilamana
diragukan kualitasnya. Semua resiko dan biaya akibat dari hal tersebut diatas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 17
Testing
1. Testing mutu beton harus dilakukan kontraktor dengan diawasi pengawas.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar pengambilan sampel dapat diawasi
dengan mudah. Pengambilan sampel harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
PBI 71. Mutu beton yang dipakai untuk semua pekerjaan beton adalah fc = 35
Mpa. Benda uji yang dipergunakan harus berupa silinder diameter 15 cm setinggi
30 cm, cetakan untuk benda uji harus terbuat dari besi.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 32
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh pengawas untuk dapat dinyatakan
suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi spesifikasi dan juga untuk
menolak pekerjaan yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan perlu atau
tidaknya merubah komposisi adukan beton.
3. Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi tes kekuatan (crushing test) dan
kekentalan (slump test). Seluruh tes ini harus mengikuti ketentuan dalam PBBI 71.
Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan sampel tes, selain mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam PBBI 71 juga harus dilakukan bilamana ditentukan
oleh pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan
silinder harus segera mungkin disampaikan kepada pengawas. Untuk sampel tes
kekuatan diambil setiap 1 m3.
4. Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran dan
dilakukan sebagaimana yang ditentukan dalam PBBI 71. Toleransi dalam
kekentalan adukan harus didalam batas-batas sebagai berikut :
Nilai slump untuk semua pekerjaan beton tidak boleh lebih besar dari 12cm 2cm.
Bila hasil tes sampel beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang disyaratkan,
maka pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengecoran beton.
c. Non-destructive testing.
d. Tes-tes yang dianggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam
PBBI 71 harus tetap diikuti.
5. Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas, dan
ternyata mutu beton tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka pengawas berhak
memerintahkan pembongkaran beton yang tidak memenuhi syarat tadi sesegera
mungkin.
6. Semua biaya pengambilan sampel, pemeriksaan, pembongkaran pekerjaan,
perbaikan dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang dibongkar tadi,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 18
Pengadukan
1. Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk
mekanis selalu dalam keadaan baik, sehingga dapat menghasilkan mutu adukan
yang homogen. Jumlah tiap-tiap bagian dari komposisi adukan harus diukur

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 33
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam molen dan diukur berdasarkan berat
atau volume.
2. Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk dengan kapasitas 0,2
m3 dengan waktu tidak kurang dari 1,5 menit setelah semua bahan adukan
dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian terlebih
dahulu. Pengawas berhak memerintah untuk memperpanjang proses pengadukan
bila ternyata hasil pengadukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen
seluruhnya dan kekentalan yang tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari
proses pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata
keseluruhannya.
3. Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sewaktu dan sebelum
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaran adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan air
yang berlebihan dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan tidak
dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil tidak dapat memuaskan,
harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik. Pada alat pengaduk yang
ditempatkan secara sebtral atau pada batching plant, kontraktor harus
menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari
tempat yang tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat
pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang
melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan pengawas.
4. Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari
pabriknya yang menunjukkan :
Gross volume dari ruang pengaduk
Maksimum dan minimum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang
ruang pengaduk, sirip pengaduk dan lain-lain.
5. Alat pengaduk harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi bahan-bahan,
dan harus segera dicuci bersih setelah selesai mengaduk. Pada saat memulai
pengadukan yang pertama-tama dengan beton molen yang bersih, harus
mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari jumlah perbandingan
normal untuk menjaga adanya material halus dan semen tertinggal melekat pada
bagian dalam beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama harus
dilakukan sedikitnya 1 menit lebih lama dari waktu pengadukan.
6. Pengadukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk jumlah
yang kecil sekali dan hal ini diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 34
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) harus dilakukan pada
suatu platfoarm yang mempunyai tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan
ini bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk dulu secara kering dengan
sedikitnya 3 kali pengadukan, kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan
selang air dan setelah itu dilakukan kembali dengan sedikitnya 3 kali pengadukan
sampai didapati suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan
kembali ini kekentalan dapat dinaikkan dengan 10%.
Pasal 19
Transportasi
1. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan adukan beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan menjaga tidak timbulnya hal-
hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur atau berubahnya kadar air pada
adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork (bekisting)
yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih
lanjut, serta penuangan adukan tidak diperkenankan dengan menjatuhbebaskan
adukan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter.
2. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari metal
dengan permukaannya halus dan kedap air.
3. Adukan beton harus sampai ditempat dan dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen), slump test yang dilakukan untuk sampel yang diambil pada
saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas toleransi.
Pasal 20
Pengecoran
1. Sebelum adukan dituangkan pada bekistingnya, kondisi permukaan dalam dari
bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-
bekas beton tercecer pada besi tulangan dan bagian dalam bekisting harus segera
dibersihkan.
2. Juga air yang tergenang pada bekisting harus segera dihilangkan. Aliran air yang
dapat mengalir ketempat beton dicor, harus cegah dengan mengadakan drainase
yang baik atau dengan metode lain yang disetujui pengawas untuk mencegah
jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah
proses pengecoran.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 35
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
3. Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, kondisi permukaan
beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor dan juga pembesian
selesai diperiksa dan disetujui oleh pengawas. Setelah selesai diperiksa dan
disetujui, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau
terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah
disetujui terkecuali dengan seijin pengawas.
4. Pada tiap pengecoran, kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga
pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini
harus hadir, mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran.
Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja
yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan
pengecoran yang dilakukan.
5. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri pengawas.
6. Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar
didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
7. Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan harus segera dibuang.
8. Seluruh pekerjaan-pekerjaan beton harus diselesaikan segera sebelum adukannya
mulai mengeras dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap
beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
9. Dalam hal terjadinya kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu
batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam
keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan lembab
sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan
pengecoran lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh
pengawas.
10. Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan, juga mungkin air yang mengganggu beton

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 36
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
oleh pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini
bisa terjadi baik dalam keadaan cuaca panas sekali, atau dalam keadaan hujan.
Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat
persetujuan pengawas.
11. Pengecoran terhadap struktur beton yang tidak selesai-selesai (kasus-kasus) harus
seijin pengawas, terhadap bagian-bagian yang harus dibuang.

Pasal 21
Pemadatan Adukan Beton
1. Adukan beton harus dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang maksimum
sehingga didapat adukan beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul
antara celah-celah koral, gelembung udara dan adukan tadi harus benar-benar
memenuhi ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya
terbenam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus
dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan
pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses
pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari
rongga, pemisah unsur-unsur pembentuk beton.
2. Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran
dengan sedikitnya selama 2 hari. Pembasahan harus dilakukan dengan menutup
permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air
yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan
adukan beton.
Pasal 22
Pemeliharaan Beton
1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
2. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air teru menerus selama 1 minggu atau lebih sesuai dengan ketentuan
dalam SKSNI-T-16-1991-03.
3. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan oleh pekerjaan lain.

Pasal 23
Perbaikan Beton

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 37
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
1. Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa pengawas. Bila
dianggap oleh pengawas perlu dilakukan perbaikan atau pembongkaran, maka
langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas biaya kontraktor.
2. Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar
ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal yang kurang
baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali
dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam sejak pembukaan bekisting. Tonjolan-tonjolan pada
permukaan beton harus dihilangkan.
3. Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan
permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya
beton tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-
batas daerah yang harus dibongkar tadi akan ditemukan oleh pihak pengawas,
begitu juga langkah pengecoran dan material yang akan digunakan.
4. Keretakan-keretakan pada beton baik akibat panas hidrasi atau pembebanan awal
harus diisi kembali dengan grouting beton.

Pasal 24
Joints
1. Lokasi dan tipe dari construction joint harus sesuai dengan gambar rencana
ditentukan pengawas. Penambahan construction joint yang dikehendaki kontraktor
demi pertimbangan pelaksanaan, harus mendapat persetujuan pengawas terlebih
dahulu. Penentu letak joint tadi harus memperhatikan gaya-gaya yang bekerja
ataupun untuk menghindari terjadinya retak.
2. Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila terjadi
penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran
nantinya beton baru tidak akan tercampur dengan beton lama, maka batas tadi
harus diperlakukan seperti construction joint, dimana permukaan construction joint
tersebut harus dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih.
3. Pengecoran struktur balok yang belum selesai dicor hendaknya tetap memberi
penyangga terhadap balok yang sudah dicor (disampingnya)

Pasal 25
Pekerjaan Pondasi
1. Pondasi yang dikerjakan adalah jenis pondasi sarang laba-laba yang disetujui
pengawas.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 38
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
2. Konstruksi beton pada pondasi ini menggunakan mutu beton fc = 17,89 Mpa dan
mutu tulangan fy = 400 Mpa.
3. Untuk pekerjaan pondasi sarang laba-laba ini kontraktor harus menyediakan
tenaga ahli yang disetujui pengawas agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
4. Sebelum pelaksanaan penggalian dimulai, harus mendapat ijin dari pengawas.
5. Penggalian dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Penggalian sebisa
mungkin dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan dan keselamatan pekerja.
6. Setelah penggalian, dilakukan pekerjaan selubung beton untuk tiap segmen
supaya tanah yang sudah digali tidak runtuh dan untuk melindungi pekerja.
7. Sebelum dilakukan pemasangan tulangan, tulangan harus dipastikan terbebas dari
karat yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
8. Tulangan pada sisi vertikal dipasang dahulu sesuai gambar rencana kemudian
dipasang tulangan arah melingkar lalu diikat dengan kawat bendrat supaya kuat.
9. Tulangan yang sudah terpasang dicek apakah sudah sesuai dengan gambar
rencana atau belum baik jumlah maupun susunannya.
10. Setelah pekerjaan penulangan selesai dan sudah disetujui oleh pengawas
kemudian dilakukan pekerjaan pengecoran pondasi.
11. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan pondasi sarang
laba-laba menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 26
Pekerjaan Pile Cap dan Sloof
1. Setelah pekerjaan pondasi sarang laba-laba selesai dan disetujui oleh pengawas,
dilakukan pekerjaan pile cap dan sloof yang dimulai dengan pemasangan tulangan.
2. Tulangan harus dipastikan terbebas dari karat yang dapat mengurangi daya lekat
beton dengan tulangan.
3. Pengecoran dilakukan setelah penulangan selesai dan disetujui oleh pengawas.

Pasal 27
Bekisting (Acuan Beton)
Umum
Kontraktor harus menyerahkan semua perhitungan dan gambar rencana dan
bekistingnya kepada pengawas untuk mendapat persetujuan bilamana diminta
pengawas. Dalam hal bekisting ini walaupun pengawas telah menyetujui untuk
digunakan suatu rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
Material

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 39
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
1. Material untuk bekisting dibuat dari kayu, besi, atau material yang disetujui
pengawas. Seluruh tipe material tadi bila digunakan tetap harus memenuhi
kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil
beton yang halus, rata dan sesuai dimensi yang direncanakan.
2. Bekisting yang digunakan untuk beton exposed, harus benar-benar mempunyai
permukaan yang halus. Dalam hal ini digunakan bekisting kayu, sambungan antara
tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapatkan permukaan
dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang direncanakan.

Pelaksanaan
1. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan
pengaku-pengaku dan pengikat untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun
perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada
bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan
alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan
bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus
direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton
untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
2. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, bekisting yang telah digunakan berulang
kali harus segera disingkirkan atau bila mungkin diperbaiki agar kembali sempurna.
3. Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar
harus ditarik 25 cm.

Pembasahan dan Meminyaki Bidang Bekisting


1. Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-stining
mineral oil dengan sepengetahuan pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan
dengan hati-hati agar aliran tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga
pembesian.
2. Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran.

Pembongkaran Bekisting
1. Secara umum semua bekisting harus disingkirkan dari permukaan beton. Untuk
memungkinkan tidak tergantungnya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera
dilakukan langkah perbaikan, bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah
beton mempunyai kekerasan dan kekuatan. Bekisting bagian atas dari bidang

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 40
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekuatan
untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bila diperlukan perbaikan
bidang atas beton yang miring, maka harus sesegera mungkin dan dilanjutkan
dengan langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
2. Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai
umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton
mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahan. Pembongkaran bekisting
harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada
beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting,
maka langkah perbaikan harus sesegera mungkin dilakukan. Daftar ketentuan
diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung sejak selesai pengecoran :
a. Sisi-sisi balok, dinding dan kolom yang tidak dibebani : 3 hari
b. Tiang-tiang penyangga pelat bila pelat tidak mendapat beban : 14 hari
c. Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani : 21 hari
d. Tiang-tiang penjaga kantilever : 28 hari
Untuk kondisi-kondisi dimana pelat dan balok yang masih ada sistem lain
diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangga harus dengan persetujuan
pengawas, dalam hal ini segala kemungkinan beton yang akan bekerja serta umur
beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.

Pasal 28
Pekerjaan Besi Tulangan
Umum
Pemasangan besi tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI 71. Besi
tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana atau seperti yang
diinstruksikan pengawas. Pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus
dilakukan terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai
ukuran, bentuk panjang, posisi dan banyaknya yang akan diperiksa setelah kondisi
terpasang.
Pembersihan
Sebelum dipasang, besi tulangan harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat,
kotoran, lemak atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi tulangan
tadi yang dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi
tulangan. Kebersihan ini harus dijaga sampai proses pengerasan beton.

Pembongkaran

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 41
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
Besi tulangan harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bantuk dan dimensi sesuai
gambar rencana dan disetujui pengawas. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Seluruh ujung-ujung pembesian
harus mempunyai kait sebagaimana ditentuka dalam PBI 71. Pembengkokan dengan
cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah mendapat ijin dari pengawas.

Pelurusan
Besi tulangan tidak dapat dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi tulangan tersebut. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus
atau bengkok tidak sesuai dengan gambar tidak diperkenankan dipakai.

Pemasangan
Besi tulangan harus dipasang dengan teliti agar sesuai gambar rencana dan harus
diikat dengan kuat menggunakan kawat pengikat dan didudukkan pada support dari
beton, besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak berubah. Pengikat dan
tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting apabila beton yang
dicor jenis beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada balok beton kecil, balok
tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya
harus menjamin diperolehnya beton yang baik. Kekakuan pada pemasangan baja
tulangan harus menjamin agar tidak terjadi perubahan bentuk dan tempat bila pekerja
berjalan atau memanjat lokasi tersebut. Ujung-ujung dari kawat pengikat ditekuk
kearah dalam beton dan tidak diperkenankan mengarak keluar. Selama proses
pengecoran beton, kontraktor yang khusus mengawasi dan memperbaiki pembesian
dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul,
dan bila tidak dapat dihindari hal-hal tadi, maka harus segera diperbaiki. Pemasangan
besi tulangan harus mengingat jarak bersih antar tulangan atau antar tulangan dengan
angkur, atau antar benda-benda metal tertanam dengan tidak boleh kurang dari 25 mm
atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI 71.

Selimut Beton
Besi tulangan harus dipasang dengan minimum selimut beton sebagaimana tertera
pada gambar rencana atau ditentukan pengawas. Dalam segala hal tebal selimut
beton tidak boleh diambil kurang dari 20 mm.

Sambungan Lewatan (Spilicing)


Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi pengawas, atau
minimal mengikuti ketentuan dalm PBI 71. Bilamana perlu untuk melakukan
sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut
harus ditentukan oleh pengawas. Sambungan diperkenankan diletakkan pada lokasi

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 42
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
tegangan yang maksimum, dan penyambungan pada besi tulangan yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya. Bilamana dikehendaki
suatu panjang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus dibuat sepanjang
yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang sambungan lewatan
sebagaimana ditentukan dalam PBI 71 terkecuali ditentukan lain.

Pasal 29
Pekerjaan Dinding
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik.
2. Pekerjaan dinding ini bukan merupakan pekerjaan inti namun dapat berupa
pekerjaan penunjang dari pekerjaan inti, meliputi seluruh detail yang ditunjukkan
dalam gambar.
Persyaratan Bahan
1. Batu bata harus memenuhi NI 10
2. Semen portland harus memenuhi NI 3
3. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2
4. Air harus memenuhi PUBI 1981 pasal 9

Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 1 PC : 2 PS, untuk kondisi
tidak kedap air.
2. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 2 PC : 3 PS, untuk kondisi
kedap air.
3. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof
sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah
setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang ada pada gambar
menggunakan simbol adukan trassram / kedap air digunakan adukan rapat air
dengan campuran 2 semen : 3 pasir.
4. Batu bata yang digunakan batu bata merah ex-lokal dengan kualitas yang terbaik
yang disetujui pengawas / perencana, siku sama ukurannya 5 x 11 x 24 cm.
5. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air hingga jenuh.
6. Setelah bata terpasang dengan adukan, nad / siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm
dan dibersihkan dengan sapu lidi kemudian disiram air.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 43
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
7. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air dan siar-
siar telah dikerok serta dibersihkan.
8. Pemasangan batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari maksimum 24
lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom portal dan kolom praktis.
9. Bidang dinding bata yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambah kolom
praktis.
10. Pembuatan lubang pada pemasangan perancah sama sekali tidak diperkenankan.
11. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm
jarak 75 cm.
12. Tidak diperkenankan memasang batu merah yang patah melebihi 5%. Batu merah
patah yang lebih dari dua tidak boleh dipakai.
13. Pasangan batu bata untuk dinding bata menghasilkan dinding finish setebal 15
cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
Pasal 30
Pekerjaan Plesteran

Persyaratan Bahan
1. Semen portland harus memenuhi NI 8
2. Pasir harus memenuhi NI 3 pasal 14 ayat 2
3. Air harus memenuhi NI 3 pasal 10
4. Penggunaan adukan plesteran :
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air dengan ditambah
cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran seluruh dinding lainnya dengan
ditambah cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pengawas / perencana, dan
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan.
2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang lantai beton
atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh pengawas / perencana
persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam
gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai
ukuran dan bentuk profilnya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 44
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
4. Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer yang diaduk selama 3 menit.
5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan
instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
Pasal 31
Pekerjaan Cat
Pekerjaan Plitur Kayu
Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah pemlituran sampai didapat hasil yang
baik untuk seluruh kayu yang terlihat, bagian lis tepi dan sebagainya. Sebelum
dilakukan pemlituran, bidang permukaan yang akan diplitur diamplas terlebih dahulu
hingga rata dan halus.
Pekerjaan Cat Tembok
Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah pekerjaan cat dinding tembok, kolom-
kolom, balok dan lain-lain dengan cat merk ICI. Pengecatan dilakukan sampai didapat
hasil yang baik, rata dan memuaskan minimal dengan 3 kali kuas. Untuk pengecatan
bagian luar digunakan cat weather shield dan bagian dalam dengan jenis emulsion.
Pekerjaan Cat Plafond
Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah seluruh plafond asbes pelat. Cat yang
digunakan adalah merk ICI. Cara pengecatan harus dilakukan dengan baik, minimal
dengan 3 kali kuas. Sebelum dilakukan pengecatan, pemasangan asbes pelat harus
dilakukan dengan baik dan kontraktor harus melaporkan pada Pimpinan Proyek untuk
pemeriksaan dan persetujuan.

Pasal 32
Pekerjaan Keramik
1. Untuk lantai digunakan ubin keramik ukuran 30 x 30 cm.
2. Ubin keramik yang dipasang adalah yang telah melalui proses seleksi dengan
bentuk dan ukuran yang sama, tidak ada bagian yang retak dan pecah, dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas / perencana.
3. Ubin keramik yang dipasang dengan menggunakan adukan campuran 1 semen : 2
pasir minmal setebal 2 cm diatas pelat beton.
4. Jarak antara masing-masing unit harus sama dan membentuk garis lama. Bidang
permukaan lantai keramik harus rata dan tidak ada bagian yang bergelombang.
5. Tiap hari setelah pemasangan ubin keramik selesai dengan rapi, dilaporkan
kepada pengawas / perencana untuk memeriksa dan persetujuannya, dilakukan
pengecoran lubang dengan menggunakan semen yang sesuai warna keramiknya.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 45
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
6. Pada bagian-bagian tertentu dipakai ubin keramik pinggul dengan ukuran, warna,
kualitas yang sama dengan keramik tersebut diatas.
7. Seluruh bidang permukaan lantai harus dibersihkan, sehingga bidang permukaan
keramik bebas dari noda-noda semen.
Pasal 33
Pekerjaan Pintu dan Jendela
1. Untuk pintu, jendela dan lainnya digunakan kayu jati dengan kualitas antara lain
sebagai berikut :
Kayu jati harus yang kering dan telah diperiksakan pada pimpinan proyek terlebih
dahulu sebelum dikerjakan.
Kayu berkualitas baik, tidak berlubang dan harus memenuhi syarat plituran.
2. Setelah kayu terpasang bidang permukaan kusen harus rata dan dilot kemudian
dibersihkan.
3. Semua bagian kusen yang tampak harus diserut rata dan licin hingga siap untuk
dicat / diplitur.
4. Semua bidang-bidang yang akan dicat harus dimeni terlebih dahulu diratakan.
5. Untuk kaca digunakan kaca tebal 5 mm untuk semua kaca mati. Penggunaan
masing-masing sesuai dengan gambar kerja.
6. Kaca pada rangka kayu dipasang pada sponningnya dengan dempul dan lis kaca.
Pendempulan harus baik agar kaca cukup rapat dan tidak bergetar akibat tekanan
angin. Kaca yang retak akibat pemasangan yang kurang hati-hati harus segera
diganti.

Pasal 34
Pekerjaan Plafond
1. Untuk plafond dipakai rangka plafond dari kayu, bentuk dan cara pemasangannya
sesuai dengan gambar.
2. Seluruh rangka kayu bagian bawah diserut rata dan cara pemasangannya
menggunakan sistem klos yang dibuat dari reng, seluruh rangka digantungkan
dengan baik pada balok kayu dan plat yang kelihatan.
3. Pemasangan rangka plafond sesuai dengan gambar dengan bidang permukaan
yang harus rata, harus waterpass dan tidak ada bagian yang berlubang. Kemudian
diberi lapisan pengawet atau diberi garam wolman sampai rata untuk seluruh
permukaan kayu.
4. Penutup plafond bangunan sesuai gambar digunakan asbes pelat 100 x 100 cm.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 46
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
5. Plafond terpasang harus menghasilkan bidang yang rata waterpass, nad / sponning
harus rapi / baik dan merupakan garis lurus, yang kemudian diakhiri dengan cat
tembok.

Pasal 35
Pekerjaan Sanitasi
1. Meliputi pekerjaan kamar mandi, kloset, instalasi air kotor dan air bersih harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk dari pengawas.
2. Untuk hal-hal yang belum tercantum dalam gambar rencana, seperti bahan
finishing dan lainnya harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas.

Pasal 36
Pekerjaan Drainase
Pekerjaan drainase ini dimaksudkan supaya saluran air bisa mengalir secara lancar
dan tidak terjadi genangan pada saat hujan yang dapat menimbulkan banjir disekitar
lokasi. Saluran ini dipasang pada tepi bangunan atau sesuai gambar rencana.
Pasal 37
Pekerjaan Jalan Keluar dan Masuk
1. Jalan masuk dan keluar dari dan ke lokasi gedung perkantoran harus dikerjakan
sesuai dengan gambar rencana.
2. Permukaan jalan ditutup dengan paving block yang bermutu baik. Penentuan merk
dan warna yang digunakan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari pimpinan
proyek.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
V - 47
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA

6.1 DAFTAR HARGA SATUAN BAHAN BANGUNAN


Harga Satuan
No Jenis Bahan Satuan
Rp.
1 Batu kali m3 135.000
2 Kerikil m3 140.000
3 Batu bata bh 240
4 Pasir urug m3 70.000
5 Pasir pasang m3 110.000
6 Pasir beton m3 130.000
7 Kapur m3 135.000
8 Portland cement zak 29.500
9 Seng gelombang lbr 42.000
10 Seng plat m' 18.000
11 Kayu dolken (8x10x400 cm) btg 14.000
12 Kayu kruing m3 4.500.000
13 Keramik (30x30 cm) m2 34.000
14 Besi kg 9.500
15 Kawat besi kg 10.000
16 Multipleks lbr 87.500
17 Meni besi kg 19.000
18 Paving block bh 700
19 Kayu jati m3 16.000.000
20 Angkur bh 7.500
21 Kayu kamfer m3 6.500.000
22 Lem kayu ltr 20.000
23 Kaca m2 45.000
24 Cat tembok kg 7.000

6.2 DAFTAR HARGA SATUAN UPAH PEKERJA


Harga Satuan
No Jenis Bahan Satuan
Rp.
1 Pekerja Org/hr 22.500
2 Mandor Org/hr 35.000
3 Tukang Kayu Org/hr 35.000
4 Kepala Tukang Kayu Org/hr 40.000
5 Tukang Batu Org/hr 35.000
6 Kepala Tukang Batu Org/hr 40.000
7 Tukang Besi Org/hr 35.000
8 Kepala Tukang Besi Org/hr 40.000
9 Tukang Cat Org/hr 32.000
10 Kepala Tukang Cat Org/hr 40.000

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 1
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
6.3 DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN
Hrg Upah Hrg
No Uraian Pekerjaan Jumlah
Satuan Kerja Bahan
Analisa / Satuan Rp Rp Rp Rp
1 2 3 4 5 6

I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pagar sementara dari seng gelombang per 1 m panjang, tinggi 2 m
1,250 btg Kayu dolken 14.000 17.500 17.500
0,072 m3 Kayu kruing 63.000 4.536 4.536
2,500 kg Portland cement 737,5 1.843,75 1.843,75
0,005 m3 Pasir beton 130.000 650 650
3
0,009 m Kerikil 140.000 1.260 1.260
0,060 kg Paku 8.000 480 480
0,450 kg Meni besi 18.000 8.100 8.100
1,200 lbr Seng gelombang 42.000 48.000 48.000
0,020 org Mandor 35.000 700 700
0,020 org Kep. Tukang kayu 40.000 800 800
0,200 org Tukang kayu 35.000 7.000 7.000
0,400 org Pekerja 25.000 10.000 10.000
18.500 82.369,75 100.869,75

2 Membersihkan lahan per 1 m3


0,050 org Mandor 35.000 1.750 1.750
0,050 org Kep. Tukang kayu 40.000 2.000 2.000
0,050 org Tukang kayu 35.000 1.750 1.750
0,100 org Pekerja 25.000 2.250 2.250
7.750 7.750

3 Pemasangan bouwplank per 1 m3


0,012 m3 Kayu Kruing 63.000 756 756
0,020 kg Paku 8.000 160 160
0,007 m3 Kayu papan Kruing 4.500.000 31.500 31.500
0,005 org Mandor 35.000 175 175
0,010 org Kep. Tukang kayu 40.000 400 400
0,100 org Tukang kayu 35.000 3.500 3.500
0,100 org Pekerja 25.000 2.500 2.500
6.575 32.416 38.991

II PEKERJAAN TANAH
1 Galian tanah biasa sedalam 1 m
0,040 org Mandor 35.000 1.400 1.400
0,400 org Pekerja 25.000 10.000 10.000
11.400 11.400

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 2
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
2 Urugan kembali per m3
0,019 org Mandor 35.000 665 665
0,192 org Pekerja 25.000 4.800 4.800
5.465 5.465

3
3 Tanah diratakan dan dipadatkan per m
0,050 org Mandor 35.000 1.750 1.750
0,500 org Pekerja 25.000 12.500 12.500
14.250 14.250

4 Urugan pasir per m3


1,200 m3 Pasir urug 70.000 84.000 84.000
0,010 org Mandor 35.000 350 350
0,300 org Pekerja 25.000 6.750 6.750
0,300 org Kep. Tukang batu 40.000 12.000 12.000
0,300 org Tukang batu 35.000 10.500 10.500
29.600 84.000 113.600

III PEKERJAAN PASANGAN


1 Pasangan batu bata 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps per m3 tebal 1/2 bata
70,00 bh Batu bata 240 16.800 16.800
4,500 kg Portland cement 737,5 3.318,5 3.318,5
0,050 m3 Pasir pasang 110.000 5.500 5.500
0,015 m3 Kapur 135.000 2.025 2.025
0,015 org/hr Mandor 35.000 525 525
0,320 org/hr Pekerja 25.000 8.000 8.000
0,100 org/hr Tukang batu 35.000 3.500 3.500
0,010 org/hr Kep. Tukang batu 40.000 400 400
12.425 27.643,5 40.068,5

2 Pekerjaan tegel 20 x 20 dengan 1 Pc : 2 Kp : 3 Pc


1,000 m3 Tegel 18.000 18.000 18.000
0,020 zak Portland cement 29.500 540 540
0,016 m3 Kapur 135.000 1.840 1.840
0,032 m3 Pasir pasang 110.000 2.880 2.880
0,025 org Mandor 35.000 875 875
0,025 org Kep. Tukang batu 40.000 1.000 1.000
0,250 org Tukang batu 35.000 8.750 8.750
0,500 org Pekerja 25.000 11.250 11.250
21.875 23.260 45.135

IV PEKERJAAN BETON BERTULANG


1 Pekerjaan beton 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr per m3
232,0 kg Portland cement 737,5 171.100 171.100
0,780 m3 Kerikil 130.000 67.600 67.600

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 3
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
3
0,520 m Pasir beton 140.000 109.200 109.200
0,080 org Mandor 35.000 2.800 2.800
0,025 org Kep.tukang batu 40.000 1.000 1.000
0,250 org Tukang batu 35.000 6.750 6.750
1,650 org Pekerja 25.000 41.250 41.250
53.800 347.900 401.700

2 Pekerjaan tulangan besi


1,050 kg Besi 7.000 7.350 7.350
2,000 kg Kawat beton 8.000 120 120
0,0003 org Mandor 35.000 10,5 10,5
0,0007 org Kep. Tukang besi 40.000 28 28
0,007 org Tukang besi 35.000 245 245
0,007 org Pekerja 25.000 175 175
458,5 7.470 7.928,5

3 Cetakan beton untuk 1 m3 beton bertulang


0,400 m3 Kayu cetakan 400.000 160.000 160.000
4,000 kg Paku 8.000 32.000 32.000
0,100 org Mandor 35.000 3.500 3.500
0,500 org Kep. Tukang kayu 40.000 20.000 20.000
5,000 org Tukang besi 35.000 175.000 175.000
2,000 org Pekerja 25.000 50.000 50.000
248.500 192.000 440.500

4 1 m2 bongkar bekisting
0,007 Pekerjaan cetakan 248.500 1.739,5

V PEKERJAAN PLESTERAN
1 Plesteran 1 Pc : 3 Ps tebal 20 mm
9,300 kg Portland cement 737,5 6.858,75 6.858,75
0,018 m3 Pasir pasang 110.000 1.980 1.980
0,260 org Pekerja 25.000 6.500 6.500
0,200 org Tukang batu 35.000 7.000 7.000
0,020 org Kep. Tukang batu 40.000 800 800
0,013 org Mandor 35.000 455 455
14.755 8.838,75 23.593,75

VI PEKERJAAN KAYU
1 Pekerjaan kusen-kusen pintu / jendela dari kayu jati
1,200 m3 Kayu jati, balok 16.500.000 19.200.000 19.200.000
0,300 org Mandor 35.000 10.500 10.500
6,000 org Pekerja 25.000 150.000 150.000
20,00 org Tukang kayu 35.000 700.000 700.000
2,000 org Kep. Tukang kayu 40.000 80.000 80.000

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 4
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
940.500 19.200.000 20.140.500

2 Pekerjaan pintu / jendela plywood rangkap kayu kamfer per m2


0,0196 m3 Kayu kamfer papan 6.500.000 127.400 127.400
0,030 kg Paku 8.500 240 240
0,300 ltr Lem kayu 20.000 6.000 6.000
1,000 lbr Plywood 65.000 65.000 65.000
0,600 org Pekerja 25.000 15.000 15.000
2,000 org Tukang kayu 35.000 70.000 70.000
0,200 org Kep. Tukang kayu 40.000 8.000 8.000
0,030 org Mandor 35.000 1.050 1.050
94.050 198.640 292.690

3 Pekerjaan pintu / jendela kaca rangka kayu kamfer per m2


0,035 m3 Kayu kamfer, papan 6.500.000 227.500 227.500
0,800 org Pekerja 25.000 20.000 20.000
2,000 org Tukang kayu 35.000 70.000 70.000
0,200 org Kep. Tukang kayu 40.000 8.000 8.000
0,040 org Mandor 35.000 1.400 1.400
99.400 227.500 326.900

4 Pekerjaan rangka langit-langit grid 30x30 cm bahan kayu kamfer per m2


3
0,027 m Kayu kamfer balok 6.000.000 162.000 162.000
0,200 kg Paku 8.000 1.600 1.600
0,250 org Pekerja 25.000 6.250 6.250
0,350 org Tukang kayu 35.000 12.250 12.250
0,035 org Kep. Tukang kayu 40.000 1.400 1.400
0,0125 org Mandor 35.000 437,5 437,5
20.337,5 163.600 183.937,5
VII PEKERJAAN PENGECATAN
1 Pekerjaan cat tembok per m2
0,100 kg Plamir 9.000 900 900
0,100 kg Cat dasar 7.000 700 700
0,260 kg Cat penutup 2 kali 50.000 13.000 13.000
0,020 org Pekerja 25.000 500 500
0,063 org Tukang cat 35.000 2.205 2.205
0,0063 org Kep. Tukang cat 40.000 252 252
0,0025 org Mandor 25.000 87,5 87,5
3.044 14.600 17.644,5

2 Pekerjaan cat kayu / besi per m2


0,200 kg Cat meni 19.000 3.800 3.800
0,150 kg Plamur 12.000 1.800 1.800
0,170 kg Cat dasar 13.000 2.210 2.210
0,260 kg Cat penutup 2 kali 27.000 7.020 7.020

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 5
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
0,0025 org Mandor 35.000 87,50 87,50
0,006 org Kep. Tukang cat 40.000 240 240
0,009 org Tukang cat 35.000 3.675 3.675
0,070 org Pekerja 25.000 1.750 1.750
2.392,5 14.830 17.222,5

VIII PEKERJAAN PAVING BLOCK


1 Pekerjaan pasang paving block per m2
50,00 bh Paving block 700 35.000 35.000
0,100 m3 Pasir pasang 110.000 11.000 11.000
0,400 org Pekerja 25.000 10.000 10.000
0,020 org Mandor 35.000 700 700
0,020 org Kep. Tukang batu 40.000 800 800
0,020 org Tukang batu 35.000 700 700
12.200 46.000 58.200

6.4 PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN


I. Pekerjaan Persiapan
1. Pagar Proyek = ( 28 + 43,246 ) x 2 = 142,492 m
2. Pembersihan Lapangan = ( 28 x 43,246 ) = 1210,888 m2
3. Pemasangan bouwplank = ( 63 + 33 ) x 2 = 192,000 m
4. Papan nama proyek = 1 bh
II. Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan Galian = 635,860 m3
2. Pekerjaan urugan tanah = 301,549 m3
III. Pekerjaan Beton
1. Pekerjaan Plat Lantai
Lantai 1
Type Plat Tebal Lx Ly Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
1 0,15 5 5 23 86,25
2 0,15 2,5 5 11 20,625
3 0,15 1,8 5 2 2,7
4 0,15 5 5 2 7,5
5 0,15 4 5 1 3
6 0,15 3 5 2 4,5
7 0,15 2 5 1 1,5
8 0,15 3,1 5 3 6,975
9 0,15 2,5 2,5 2 1,875
134,925

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 6
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Lantai 2 - 4
Type Plat Tebal Lx Ly Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
1 0,15 5 5 22 82,5
2 0,15 2,5 5 11 20,625
3 0,15 1,8 5 2 2,7
4 0,15 5 5 2 7,5
5 0,15 4 5 1 3
6 0,15 3 5 2 4,5
7 0,15 2 5 1 1,5
122,325
Lantai 5
Type Plat Tebal Lx Ly Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
1 0,15 5 5 23 86,25
2 0,15 2,5 5 11 20,625
3 0,15 1,8 5 2 2,7
4 0,15 5 5 2 7,5
5 0,15 4 5 2 3
6 0,15 3 5 2 4,5
7 0,15 2 5 1 1,5
126,075
2. Pekerjaan Balok Anak
Lantai 1 Lantai atap
Type L b h Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
BA 1 10 0,2 0,4 11 8,8
BA 2 5 0,15 0,3 2 0,45
BA 3 2,5 0,3 0,5 2 0,75
BA 4 5,3 0,3 0,65 2 2,067
BA 5 5,14 0,3 0,60 2 1,850
13,917
3. Pekerjaan Balok Induk
Lantai 1
Type L b h Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
BI 1 10 0,3 0,48 12 17,28
BI 2 5 0,3 0,48 39 28,08
BI 3 2,5 0,3 0,48 14 5,04

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 7
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
BI 4 5,3 0,3 0,48 2 1,53
BI 5 5,14 0,3 0,48 2 1,48
BI 6 5,1 0,3 0,48 4 2,94
BI 7 1,8 0,3 0,48 2 0,52
BI 8 3 0,3 0,48 2 0,86
BI 9 4 0,3 0,48 2 1,15
58,88
Lantai 2 Lantai Atap
Type L b h Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
BI 1 10 0,3 0,48 12 17,28
BI 2 5 0,3 0,48 39 58,88
BI 3 2,5 0,3 0,48 14 5,04
BI 4 5,3 0,3 0,48 2 1,53
BI 5 5,14 0,3 0,48 2 1,48
BI 6 5,1 0,3 0,48 4 2,94
BI 7 1,8 0,3 0,48 2 0,52
BI 8 3 0,3 0,48 2 0,86
BI 9 4 0,3 0,48 2 1,15
89,68
4. Pekerjaan Kolom
Lantai 1 Lantai 2
Type L b h Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
K1 4 0,8 0,8 8 19,24
K2 4 0,6 0,6 14 20,16
K2A 4 0,6 0,6 4 5,76
K3 4 0,4 0,4 4 2,56
K4 4 0,3 0,7 2 1,68
K4A 4 0,6 0,6 4 5,76
K5 4 0,4 0,8 12 15,36
K5A 4 0,4 0,8 8 10,24
K5B 4 0,4 0,8 4 2,56
K6 4 0,25 0,7 8 5,6
K7 4 0,3 0,7 8 6,72
KL 4 0,35 0,35 12 5,88
KL1 4 0,3 0,4 4 1,92
103,84

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 8
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Lantai 3 Lantai 5
Type L b h Jumlah Volume
(m) (m) (m) (buah) (m3)
K1 4 0,75 0,75 10 20,76
K2 4 0,5 0,5 21 18,48
K2A 4 0,6 0,6 6 6,88
K4 4 0,3 0,7 3 2,52
K4A 4 0,6 0,6 6 7,76
K5A 4 0,4 0,7 12 12,80
KL 4 0,35 0,35 18 8,82
KL1 4 0,3 0,4 6 2,88
80,90
5. Pekerjaan Tangga

Type L b h Jumlah Volume


(m) (m) (m) (buah) (m3)
Bordes 3 1,4 0,12 12 6,048
Tangga 1,3 0,3 0,17 144 9,547
Plat tangga 4,12 1,3 0,12 12 7,713
23,308
6. Pekerjaan Poer

Type L b h Jumlah Volume


(m) (m) (m) (buah) (m3)
1 4,9 2,4 0,6 12 98,78
2 5,4 2,4 0,6 2 15,55
3 2,4 2,4 0,6 8 27,65
4 3,6 1,8 0,6 2 7,78
5 2,7 2,7 0,6 4 17,5
6 1,3 1,3 0,6 2 2,03
169,29
7. Pekerjaan Pondasi

Type Diameter Jumlah Kedalaman Volume


(m) (buah) m
P1 2,2 28 2,45 150,92
P2 2,2 8 2,45 43,12
P3 1,6 4 2,45 15,68
P4 2,5 4 2,45 24,5
P5 1,1 2 2,45 5,39
239,61

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 9
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
8. Pekerjaan Sloof

Type b h Panjang Jumlah Volume


(m) (m) (m) (buah) (m3)
1 0,35 0,45 7,6 6 7,18
2 0,35 0,45 2,65 4 1,67
3 0,35 0,45 2,6 25 10,24
4 0,35 0,45 2,3 3 1,09
5 0,35 0,45 3,7 1 0,58
6 0,35 0,45 3,15 2 0,99
7 0,35 0,45 3,08 2 0,97
8 0,35 0,45 2,98 2 0,94
9 0,35 0,45 7,9 2 2,49
10 0,35 0,45 7,45 4 4,69
11 0,35 0,45 2,45 4 1,54
12 0,35 0,45 1,45 2 0,46
13 0,35 0,45 2,9 4 1,83
61 34,67
IV. Pekerjaan Pembesian
1. Kolom
Tulangan Utama
Jumlah Jumlah
Lt. Type D Panjang Volume
Tul. Kolom
(m) (mm) (btg) (btg) (kg)
K1 10 4700 12 24 4039,142
1 K2 10 4900 12 20 3509,184
K5 10 4000 8 2 190,876
2 K3 10 4700 16 24 5385,523
K4A 10 4900 16 20 4678,912
3 K4 10 4700 20 24 6731,904
K5A 10 4900 24 20 7018,368
4 K1 10 4700 24 24 8078,285
K2 10 4900 24 20 7018,368
5 K2 10 5000 16 24 5729,28
K1 10 5250 12 20 3759,84
10 = 0,627 kg/m

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 10
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Tulangan Sengkang
Pjg Tinggi Jarak Sk Jml Sk Jml
Lt Kolom b h p Sk Sk Tump Lap Tump Lap Tump Lap Klm Vol.
mm mm mm mm mm mm mm mm mm Btg Btg buah kg
K1 500 500 40 10 1680 2200 2200 50 100 45 23 24 1719,08
Joint 500 500 40 10 1680 5 24 126,40
1 K2 500 500 40 10 1680 2200 200 50 200 45 12 20 1200,83
Joint 500 500 40 10 1680 9 20 189,60
K5 250 250 30 10 760 2200 200 50 100 45 23 2
Joint 250 250 30 10 760 3 2 0,00
K3 500 500 40 10 1680 2200 200 100 200 23 12 24 884,82
2 Joint 500 500 40 10 1680 5 24 126,40
K4A 500 500 40 10 1680 2200 200 75 150 30 16 20 969,09
Joint 500 500 40 10 1680 9 20 189,60
K4 500 500 40 10 1680 2200 200 100 200 23 12 24 884,82
3 Joint 500 500 40 10 1680 4 24 101,12
K5A 500 500 40 10 1680 2200 200 75 150 30 16 20 969,09
Joint 500 500 40 10 1680 8 20 168,54
K1 500 500 40 10 1680 2200 200 100 150 23 12 24 884,82
4 Joint 500 500 40 10 1680 3 24 75,84
K2 500 500 40 10 1680 2200 200 75 200 30 16 20 969,09
Joint 500 500 40 10 1680 8 20 168,54
K2 500 500 40 10 1680 2200 200 100 200 23 12 24 884,82
5 Joint 500 500 40 10 1680 3 24 75,84
K1 500 500 40 10 1680 2200 200 75 150 30 16 20 969,09
Joint 500 500 40 10 1680 5 20 105,34
10 = 0,627 kg/

2. Balok Anak
Tulangan Utama
Jml Pjg Tul
D L Tul. Tump Tul. Lap Volume
Lt Balok Tump Lap
mm mm Atas Bawah Atas Bawah Buah mm mm kg
1 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
2 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
3 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
4 16 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 520,740
5 12 5000 4 2 2 4 11 2500 2500 293,040
16 = 1,578 kg/m
12 = 0,888 kg/m

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 11
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Tulangan Sengkang
Pjg Panjang Jarak Sk Jml Sk Jml
Lt L b h p Sk Sk Tump Lap Tump Lap Tump Lap Balok Vol.
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm Btg Btg buah kg
1 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
2 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
3 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
4 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
5 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
10 = 0,627 kg/m

3. Balok induk
Tulangan Tulangan Tul. Jml
D L Pjg Tul. Volume
Lt Tumpuan Lapangan Bagi Balok
mm mm Atas Bwh Atas Bwh D Pjg buah Tump Lap kg
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
1 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 463,28
2500 3 2 2 2 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 4 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 102,23
22 4000 4 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 136,31
8.066,48
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
2 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 463,28
2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 5 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 111,19
22 4000 5 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 148,25
8.087,36
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 3 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.405,50
22 10000 8 5 3 5 10 10000 10 5000 5000 3.195,90
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
3 22 2500 5 3 2 2 10 2500 10 1250 1250 425,98
2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 77,74
22 1800 4 3 2 2 10 1800 2 900 900 61,34
22 3000 5 3 2 2 10 3000 2 1500 1500 102,23
22 4000 5 3 2 2 10 4000 2 2000 2000 136,31
8.029,18

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 12
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
22 5000 5 3 2 2 10 5000 24 2500 2500 2.223,72
5000 2 2 2 2 10 5000 20 2500 2500 1.256,30
22 10000 7 4 2 5 10 10000 10 5000 5000 2.897,50
10000 5 3 2 3 10 10000 2 5000 5000 400,46
4 22 2500 3 2 2 2 10 2500 10 1250 1250 351,38
2500 2 2 2 2 10 2500 2 1250 1250 62,82
22 1800 3 2 3 2 10 1800 2 900 900 55,97
22 3000 3 2 2 2 10 3000 2 1500 1500 84,33
22 4000 3 2 2 2 10 4000 2 2000 2000 112,44
7.444,91
19 5000 5 3 2 3 10 5000 24 2500 2500 2.402,76
5000 3 2 2 3 10 5000 20 2500 2500 1.554,70
19 10000 5 3 3 5 10 10000 10 5000 5000 2.449,90
10000 3 2 2 3 10 10000 2 5000 5000 310,94
5 19 2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 388,68
2500 3 2 2 3 10 2500 2 1250 1250 77,74
19 1800 3 2 2 3 10 1800 2 900 900 55,97
19 3000 3 2 2 3 10 3000 2 1500 1500 93,28
19 4000 3 2 2 3 10 4000 2 2000 2000 124,38
7.458,34
22 = 2,984 kg/m
19 = 2,226 kg/m

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 13
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 14
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
V. Pekerjaan Pasangan Batu Bata
1. Lantai 1 = ( 3,6 x 41,85 x 4,8 ) = 723,168 m2
2. Lantai 2 = ( 4,8 x 41,85 x 4,4 ) = 883,872 m2
3. Lantai 3 = ( 4,4 x 41,85 x 4,4 ) = 810,216 m2
4. Lantai 4 = ( 4,4 x 22 x 4,4 ) = 425,92 m2
5. Lantai 5 = ( 4,4 x 22 x 4,4 ) = 425,92 m2
= 3269,069 m2

VI. Pekerjaan Plesteran (dinding dan lantai)


1. Lantai 1 = (150,660 x 2) + 806,916 = 1108,236 m2
2. Lantai 2 = (200,880 x 2) + 806,916 = 1208,676 m2
3. Lantai 3 = (184,140 x 2) + 583,355 = 951,635 m2
4. Lantai 4 = (96,800 x 2) + 586,586 = 780,186 m2
5. Lantai 5 = 96,800 + 586,586 = 683,386 m2
= 4732,119 m2

VII. Pekerjaan Pemasangan Keramik


Dihitung secara menyeluruh = 3370,359 m2

VIII. Pekerjaan Kayu


1. Kusen pintu dan jendela = 20,092 m3
2. Daun pintu / jendela kaca = 481,380 m2
3. Daun pintu dilapis tripleks dan aluminium = 56,000 m2
4. Langit-langit = 4686,090 m2

IX. Pekerjaan Pengecatan


1. Cat tembok = 10774,800 m2
2. Cat kayu = 909,848 m2

X. Pemasangan Paving Block = 285,531 m2

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 15
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
6.5 RENCANA ANGGARAN BIAYA

Harga Satuan Harga


No Jenis Pekerjaan Volume Sat
Rp Rp

I PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pagar Proyek 142,492 m 100.869,75 14.373.132,42
2. Pengukuran 1,000 ls 3.000.000,00 3.000.000,00
3. Pembersihan Lahan 1210,888 m2 7.750,00 9.384.382,00
4. Fasilitas Kerja 1,000 ls 15.000.000,00 15.000.000,00
5. Mobilisasi Bahan dan alat 1,000 ls 10.000.000,00 10.000.000,00
6. Pemasangan Bouwplank 192,000 m 38.991,00 7.486.272,00
7. Pekerjaan papan nama 1,000 bh 100.000,00 100.000,00
8. Administrasi dan dokumentasi 1,000 ls 5.000.000,00 5.000.000,00

64.343.786,42

Harga Satuan Harga


No Jenis Pekerjaan Volume Sat
Rp Rp

II PEKERJAAN TANAH
1.Galian tanah biasa 635,860 m3 11.400,00 7.248.804,00
3
2.Mengurug tanah kembali 301,549 m 5.465,00 1.647.965,29
3.Tanah diratakan dan dipadatkan 301,549 m3 14.250,00 4.297.073,25
4.Urugan pasir 301,549 m3 113.600,00 34.255.966,40

47.449.808,94

Harga Satuan Harga


No Jenis Pekerjaan Volume Sat
Rp Rp

III PEKERJAAN PONDASI


1. Pekerjaan beton
a. Pile cap 169,290 m3 401.700,00 68.003.793,00
b. Sloof 34,670 m3 401.700,00 13.926.939,00
c. Pondasi 239,610 m3 401.700,00 96.251.337,00
2. Pekerjaan pembesian
a. Pile cap 13.898,393 kg 7.928,50 110.934.408,90
b. Sloof 15.753,887 kg 7.928,50 124.904.693,10
c. Pondasi 21.110,714 kg 7.928,50 167.376.295,90
3. Pekerjaan cetakan beton
3
a. Pile cap 169,290 m 440.500,00 74.572.245,00
3
b. Sloof 34,670 m 440.500,00 15.272.135,00
3
c. Pondasi 239,610 m 440.500,00 105.548.205,00
4. Pekerjaan pembongkaran cetakan
3
a. Pile cap 169,290 m 1.739,50 294.479,96
3
b. Sloof 34,670 m 1.739,50 60.308,47
3
c. Pondasi 239,610 m 1.739,50 416.801,60

1.035.420.436,00

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 16
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Harga Satuan Harga
No Jenis Pekerjaan Volume Sat
Rp Rp

IV PEKERJAAN STRUKTUR
1. Lantai 1
a. Pekerjaan beton
Kolom 103,84 m3 401.700,00 41.712.528,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
3
Pelat lantai 134,925 m 401.700,00 54.199.372,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,6
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 10.975,112 kg 7.928,50 87.016.175,49
Balok Induk 8.066,48 kg 7.928,50 63.955.086,68
Balok anak 701,492 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 13.256,19 kg 7.928,50 105.101.702,40
Tangga 265,638 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 45.741.520,00
103,84
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 134,925 m3 440.500,00 59.434.462,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
103,84 m3 1.739,50 180.629,68
Balok Induk
148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak
13,917 m3 1.739,50 24.208,62
Pelat lantai m3 1.739,50 234.702,04
134,925
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27

489.277.610,59

2. Lantai 2
a. Pekerjaan beton
Kolom 103,84 m3 401.700,00 41.712.528,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 12.234,35 kg 7.928,50 97.000.043,98
Balok Induk 8.807,36 kg 7.928,50 69.829.153,76
Balok anak 701,492 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 45.741.520,00
103,84
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 122,325 m3 440.500,00 53.884.162,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 17
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana

d. Pekerjaan bongkar cetakan


Kolom
103,84 m3 1.739,50 180.629,68
Balok Induk 148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak 13,917 m3 1.739.50 24.208,62
Pelat lantai 122,325 m3 1.739,50 212.784,34
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27

618.858.327,51

3. Lantai 3
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 15.873,85 kg 7.928,50 125.855.819,70
Balok Induk 8.029,18 kg 7.928,50 63.659.353,63
Balok anak 701,49 kg 7.928,50 5.561.779,32
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 35.636.450,00
80,90
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 122,325 m3 440.500,00 53.884.162,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.267.174,00
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
80,90 m3 1.739,50 140.725,55
Balok Induk
148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak
13,917 m3 1.739,50 24.208,62
Pelat lantai m3 1.739,50 212.784,34
122,325
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27

618.858.327,51

4. Lantai 4
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 122,325 m3 401.700,00 49.137.952,50
Tangga 23,308 m3 401.700,00 9.362.823,60
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 17.194,95 kg 7.928,50 136.330.161,10
Balok Induk 7.444,91 kg 7.928,50 59.026.968,94
Balok anak 701,49 kg 7.928,50 5.561.763,47
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
Tangga 265,63 kg 7.928,50 2.106.047,46
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom m3 440.500,00 35.636.450,00
80,90

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 18
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Balok Induk 148,56 m3 440.500,00 65.440.680,00
Balok anak 13,917 m3 440.500,00 6.130.438,50
Pelat lantai 122,325 m3 440.500,00 53.884.162,50
Tangga 23,308 m3 440.500,00 10.4267.174,00
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom 80,90 m3 1.739,50 140.725,55
Balok Induk 148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Balok anak 13,917 m3 1.739,50 24.208,62
Pelat lantai 122,325 m3 1.739,50 212.784,34
Tangga 23,308 m3 1.739,50 40.544,27

722.026.271,83

5. Lantai 5
a. Pekerjaan beton
Kolom 80,90 m3 401.700,00 32.497.530,00
Balok Induk 148,56 m3 401.700,00 59.676.552,00
Balok anak 13,917 m3 401.700,00 5.590.458,90
Pelat lantai 126,075 m3 401.700,00 50.644.327,50
b. Pekerjaan tulangan besi
Kolom 11.524,21 kg 7.928,50 91.369.698,99
Balok Induk 7.458,34 kg 7.928,50 59.133.448,69
Balok anak 473,792 kg 7.928,50 3.756.459,87
Pelat lantai 12.196,56 kg 7.928,50 96.700.425,96
c. Pekerjaan cetakan beton
Kolom
80,90 m3 440.500,00 35.636.450,00
Balok Induk m3 440.500,00 65.440.680,00
148,56
Balok anak m3 440.500,00 6.130.438,50
13,917
Pelat lantai 126,075 m3 440.500,00 55.536.037,50
d. Pekerjaan bongkar cetakan
Kolom
Balok Induk 80,90 m3 1.739,50 140.725,55
Balok anak 148,56 m3 1.739,50 258.420,12
Pelat lantai 13,917 m3 1.739,50 24.208,62
126,075 m3 1.739,50 219.307,46

562.755.169,66

Harga Satuan Harga


No Jenis Pekerjaan Volume Sat
Rp Rp

V PEKERJAAN FINISHING
1. Pekerjaan pasangan
a. Pasangan batu bata 729,28 m3 40.068,50 29.221.155,68
b. Keramik 3.370,36 m2 45.135,00 152.121.198,60
2. Pekerjaan plesteran 4.732,12 m2 23.593,75 111.648.456,30
3. Pekerjaan kayu
a. Kusen-kusen pintu / jendela 20,09 m3 20.140.500,00 404.622.645,00
b. Daun pintu / jendela kaca 481,38 m3 326.900,00 157.363.122,00
c. Langit-langit 4.686,09 lbr 183.937,50 861.947.679,40
4. Pekerjaan pengecatan
a. Cat tembok 10.774,80 m2 17.644,50 190.115.958,60
b. Cat kayu / besi 909,85 m2 17.222,50 15.669.891,63

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 19
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir Ratna
Sari Cipto Haryono
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana

5. Pekerjaan mekanikal
dan elektrikal
a. Genset 1,00 ls 5.000.000,00 5.000.000,00
b. Instalasi kabel 1,00 ls 10.000.000,00 10.000.000,00
c. Fuse Box 5,00 bh 50.000,00 2.500.000,00
d. Sekering 10,00 bh 5.000,00 50.000,00
e. Lampu neon 120,00 titik 50.000,00 6.000.000,00
f. Stop kontak 75,00 titik 4.500,00 337.500,00
g. Saklar 75,00 bh 10.000,00 750.000,00
6. Sanitasi
a. Septic tank 2,00 unit 205.000 410.000,00
b. Kloset jongkok tipe C-1 35,00 unit 55.000,00 175.000,00
c. Bak mandi 35,00 bh 200.000,00 7.000.000,00
d. Wastafel meja oval
tipe L-2394 WMK-38 M 15,00 bh 630.000,00 9.450.000,00
e. Plumbing 1,00 ls 25.000.000,00 25.000.000,00
7. Pekerjaan drainase 1,00 ls 5.000.000,00 5.000.000,00
8. Pekerjaan paving block 285,53 m2 58.200,00 16.617.846,00
9. Pembersihan lahan kembali 1,00 ls 1.000.000,00 1.000.000,00

7.497.020.333,00

6.6 REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA

No Jenis Pekerjaan Harga (Rp)


I Pekerjaan Persiapan 64.449.786,42
II Pekerjaan Tanah 47.449.808,94
III Pekerjaan Pondasi 1.035.420.436,00
IV Pekerjaan Struktur 3.015.101.710,56
V Pekerjaan Finishing 7.497.020.333,00
Sub Total 11.659.442.074,92
PPN 10% 1.165.944.207,00
Total 12.825.386.281,92
Dibulatkan 12.825.387.000,00
Terhitung :
Dua belas milyard delapan ratus dua puluh lima juta tiga ratus delapan
puluh tujuh ribu rupiah

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VI - 20
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana
BAB VII
PENUTUP

7.1 KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pada analisis pondasi sarang laba-laba pada gedung
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Semarang, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Daya dukung tanah KSLL (qa) sebesar 93,46 t/m2.
Daya dukung yang dihasilkan menjadi lebih besar dari 1,5 kali daya dukung pada
pondasi rakit. Hal ini disebabkan bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan
dari Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) :
Memiliki kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan pondasi rakit.
Adanya pemadatan tanah yang efektif didalam Konstruksi Sarang Laba-Laba.
Bekerjanya tegangan geser pada rib settlement terluar dari Konstruksi Sarang
Laba-Laba.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak di bagian atas rib,
sehingga beban yang timbul sudah merata pada lapisan pendukung.
Memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan
tanah didalamnya.
2. Tebal ekivalen :
Rib konstruksi = 135 cm
Rib settlement = 166 cm
Bentuk konstruksi sarang laba-laba akan menimbulkan kekakuan atau tebal
ekivalen yang tinggi, sehingga mampu mereduksi differential settlement.
3. Tegangan tanah maksimum sebesar : 8,348 t/m2.
Sama juga dengan perhitungan pada pondasi dangkal, yang perlu memperhatikan
tegangan tanah maksimum yang timbul. Demikian juga dalam perhitungan pondasi
Konstruksi Sarang Laba-Laba.
4. Dimensi dan penulangan rib konstruksi dan rib settlement, ditunjukkan pada
gambar dibawah ini :

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VII - 1
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana
Rib Konstruksi

10 15 cm
15

4 16

10 15 cm

200 10 15 cm

4 19

As = 4 16
As = 4 19 15

Rib Settlement

10 15 cm
15

4 16

10 15 cm

250
10 15 cm

4 19

As = 4 16
As = 4 19 15

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VII - 2
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana
Dari hasil perhitungan pada rib konstruksi maqupun rib settlement digunakan
tulangan dengan 10 15 cm (AS = 524 mm2) dengan syarat : min < < max.
Apabila syarat btersebut terpenuhi maka tulangan tersebut aman digunakan. Selain
itu dari hasil perhitungan tampak sekali bahwa dimensi dari rib-rib yang akan
dipasang sangat ekonomis, dengan menggunakan tulangan double (ganda) pada
rib-rib konstruksi ataupun rib-rib settlement pada pelat.
5. Perbedaan tinggi dari rib konstruksi dengan rib settlement menjadikan perbaikan
tanah didalam Konstruksi Sarang Laba-Laba memiliki kestabilan yang bersifat
permanent, selain itu rib settlement juga memberikan perlindungan terhadap
perbaikan tanah didalam rib-rib.
6. Kontrol terhadap tegangan geser sudah terpenuhi, F. P
Rib konstruksi : 308,136 t 306,465 t
Rib settlement : 453,950 t 306,465 t
7. Penurunan / settlement total yang dialami oleh tanah sebesar 44,901 cm
8. Hasil perhitungan total Rencana Anggaran Biaya pada proyek pembangunan
gedung BNI 1946 Wilayah 05 Semarang sebesar Rp. 12.825.387.000,00 (Dua
belas milyar delapan ratus dua puluh lima juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu
rupiah), dengan perincian sebagai berikut :
a) Pekerjaan Persiapan : Rp. 64.449.786,42
b) Pekerjaan Tanah : Rp. 47.449.808,94
c) Pekerjaan Pondasi : Rp. 1.035.420.436,00
d) Pekerjaan Struktur : Rp. 3.015.101.710,56
e) Pekerjaan Finishing : Rp. 7.497.020.333,00
Sehingga dapat dikatakan ekonomis untuk bangunan gedung bertingkat sedang.

7.2 SARAN
Dari hasil analisis terhadap tugas akhir ini, maka diberikan beberapa saran
dan masukan sebagai berikut :
1. Dalam menganalisis secara manual diperlukan ketelitian dan pemahaman dalam
menentukan rumus pendekatan yang akan digunakan.
2. Untuk bangunan gedung bertingkat sedang (3 8 lantai) disarankan menggunakan
pondasi konstruksi sarang laba-laba, dengan alternatif lain yaitu pondasi plat penuh
(mat foundation) dan pondasi rakit.
3. Untuk meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi penurunan pondasi
dapat digunakan pondasi cerucuk dolken.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
VII - 3
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang
Laporan Tugas Akhir
Ratna Sari Cipto Haryono
daftar pustaka Tirta Rahman Maulana

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmanto, Indrastono, Ir., Diktat Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa, Himpunan
Mahasiswa Sipil, Semarang, 2005.
2. Bowles, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga,
Jakarta, 1992.
3. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1,
Erlangga, Jakarta, 1991.
4. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2,
Erlangga, Jakarta, 1993.
5. Hardiyanto, Christady, H., Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1987.
6. Indarto, Himawan, Ir., MS., Diktat Mata Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa,
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
7. Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur
Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3,
Erlangga, Jakarta, 1993.
8. Peck, Ralph B, Teknik Fondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986.
9. Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit Gunadarma,
Jakarta, 1997.
10. Ryantori, Ir., dan Sutjipto, Ir., Konstruksi Sarang Laba-Laba, Penerbit PT.
Dasaguna, Surabaya, 1984.
11. Sunggono, Ir., K.H., Mekanika Tanah, Nova, Jakarta, 1984.
12. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T15-1991-
03, Jakarta, 1997.
13. Terzaghi, Karl, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1, Erelangga,
Jakarta, 1987.
14. Udiyanto, Ir., Menghitung Beton Bertulang, Biro Pengembangan Profesionalisme
Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2000.
15. Vis, Ir., W.C., dan Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., Grafik dan Tabel Perhitungan
Beton Bertulang Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta, 1997.
16. Wesley, L.d., Mekanika Tanah, Badan Penerbit Umum, Jakarta, 1987.
17. Widjatmoko, Ir., Struktur Beton, Badan Penerbit Universitas Semarang, Semarang,
1999.

Laporan Tugas Akhir


Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
xii
Pada Gedung BNI 46 Wilayah 05 Semarang

Anda mungkin juga menyukai