Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambar 4.1. Peta Lokasi SMA Negeri 8 Surakarta

Sumber : (Google Map, diakses Sabtu , 10 Oktober 2015)

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8 Surakarta yang berlokasi


di Jl. Sumbing VI/ No 49 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta.
SMA Negeri 8 Surakarta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas
sebelah timur SMP Muhammadiyah Surakarta, b) Batas sebelah selatan Kampung
Kandangsapi, c) Batas sebelah barat Jl. Tentara Pelajar, d) Batas sebelah utara Jl.
Brigjen Katamso.

SMA Negeri 8 Surakarta merupakan alih fungsi dari SGPLB ( Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa ). Sedangkan bangunan SMA Negeri 8 Surakarta
merupakan hibah dari bangunan SGPLB yang didirikan pada tahun 1984 dengan
SK Penegerian Nomor : 0106/O/1996. Pada tahun 1995/1996 merupakan awal

21
22

tahun ajaran dimulainya kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 8 Surakarta.


Pembiayaan ditunjang dengan dana sumbangan dan SPP, karena SMA Negeri 8
Surakarta belum mendapatkan alokasi dana DIK dari pemerintah.

SMA Negeri 8 Surakarta dengan luas tanah sekitar 4.200 m memiliki


fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
fasilitas-fasilitas tersebut diantaranya adalah Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru,
Ruang TU, Ruang BK, 30 ruang kelas yang dilengkapi dengan LCD,
Laboratorium Fisika, Laboratorium Biologi, Laboratorium Kimia, Laboratorium
IPS, Laboratorium Komputer, Aula ( ruang serba guna), Mushola, Kantin, Ruang
OSIS, UKS, Perpustakaan, dan halaman parkir. Untuk menuju SMA Negeri 8
Surakarta para siswa dan guru biasanya menggunakan kendaraan pribadi atau
ojeg, karena untuk menuju SMA Negeri 8 Surakarta tidak terdapat kendaraan
umum seperti angkutan kota.

B. Deskripsi Temuan Penelitian


1. Gambaran umum MOS SMA Negeri 8 Surakarta

Kegiatan MOS di SMA Negeri 8 Surakarta dilaksanakan selama 3 hari


karena pada tahun ini kegiatan MOS bertepatan dengan bulan puasa. Berbeda
dengan kegiatan MOS pada tahun-tahun sebelumnya, MOS dilaksanakan hingga 6
hari karena tidak bertepatan dengan bulan puasa. Kegiatan MOS dimulai pada
pukul 07.00 WIB. Siswa dikumpulkan di dalam ruang aula dan dikelompokkan
berdasarkan kelas yang telah ditentukan untuk melaksanakan acara upacara
pembukaan kegiatan MOS. Siswa baru menggunakan seragam asal sekolah
masing-masing. Untuk setiap peserta MOS putri wajib menguncir rambutnya
dengan menggunakan pita berwarna merah putih, sedangkan peserta MOS putra
rambut dipotong bros, yaitu pada bagian samping kanan dan kiri 1 cm dan bagian
tengah rambut 2 cm.
23

Gambar 4.2 Peserta putri menguncir rambut dengan pita berwarna merah putih
sedangkan peserta putra dengan potongan rambut bros.

Hari pertama kegiatan MOS diisi dengan pengenalan siswa baru dengan
bapak-ibu guru, panitia MOS yang merupakan anggota OSIS, dan semua
ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 8 Surakarta. Dari hari pertama kegiatan
MOS sudah diisi dengan pemberian materi hingga hari ketiga. Pemberian materi
tersebut dilakukan oleh bapak-ibu guru, pihak kepolisian serta pihak Angkatan
Udara Republlik Indonesia (selanjutnya akan disebut AURI). SMA Negeri 8
Surakarta bekerjasama dengan pihak AURI untuk memberikan materi Bela
Negara, Cinta Tanah Air, serta pelatihan kedisiplinan dalam kegiatan MOS.
Setelah acara pemberian materi, kemudian acara dilanjutkan oleh OSIS.

Pada hari pertama panitia dari OSIS akan memerintahkan untuk membawa
atribut serta barang-barang yang harus dibawa pada hari selanjutnya. Atribut dan
barang-barang tersebut berupa co-card berlogo SMA Negeri 8 Surakarta berwarna
biru yang dibuat dari kardus, kemudian diberi tali rafia dengan menyertakan
24

nama, serta foto. Selanjutnya peserta MOS diperintahkan untuk membawa barang
yang harganya banyak mengandung angka 8 misalnya Rp 8.800,- berikut dengan
notanya . Angka 8 tersebut dipilih sebagai simbol SMA Negeri 8 Surakarta.

Apabila peserta MOS tidak membawa atau tidak melengkapi atribut dan
barang-barang yang telah diperintahkan maka peserta MOS akan dikenakan
hukuman. Hukumannya dapat berupa menyanyi, atau menari di depan kelas.
Untuk hari terakhir kegiatan MOS panitia memerintahkan untuk membawa kado
yang telah ditentukan harga maksimalnya yaitu sebesar Rp 5.000,-/orang . Serta
membawa sembako untuk keperluan baksos. Kado tersebut difungsikan sebagai
kenang-kenangan dari peserta MOS kepada panitia MOS.

2. Hasil Temuan Penelitian


a. Persepsi MOS
1. Persepsi MOS Bagi Siswa ( Panitia MOS )
Pada penelitian ini, peneliti mengambil tiga informan panitia MOS.
Informan pertama adalah MG (17 th), ia merupakan siswi kelas XI. MG
merupakan anggota OSIS yang menjadi panitia MOS. Dalam kegiatan MOS
jabatannya adalah menjadi bagian kerohanian keristen. Informan kedua yaitu
JN (17 th), JN siswa kelas XI. Jabatannya dalam kegiatan MOS adalah pada
bagian kedisiplinan. Dan informan yang ketiga adalah LS (16 th) siswi kelas
XI ini merupakan anggota OSIS yang menjadi panitia MOS pada bagian
demokrasi. Ketiga informan tersebut juga merupakan anggota OSIS SMA
Negeri 8 Surakarta. Karena pada dasarnya panitia MOS di SMA Negeri 8
Surakarta merupakan anggota OSIS.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, ditemukan fakta-fakta bahwa
setiap siswa memmiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai pelaksanaan
kegiatan MOS meski memiliki kesamaan makna. Seperti yang diungkapkan
oleh salah satu informan yang peneliti temui mengenai MOS secara umum :
Kalo menurut saya MOS itu kaya, kaya suatu pembekalan siswa itu kalo
mau masuk ke jenjang yang lebih tinggi dalam sekolah, jadi MOS itu kan
ada macam-macam di SMP, SMA, sama di kuliahan gitu. Jadi MOS itu
buat mandiriin aja trus buat mengenal kalo SMA itu kaya gini. Jadi kaya
25

gininya itu dalam arti ada peningkatanlah dalam pergaulan maupun


kemandirian sama yang lain-lain( W / MG / 03 / 06 / 2015 )
Kata mandiriin berasal dari kata mandiri. Dalam kamus Bahasa
Indonesia kata mandiri memiliki arti dalam keadaan berdiri sendiri. Mandiri
berarti keadaan dimana seseorang dapat mengurus atau mengatasi
kepentingannya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Kegiatan MOS
dilaksanakan untuk melatih peserta MOS agar dapat mengatasi kepentingan
tanpa harus tergantung kepada orang lain.

Kata briefing berasal dari Bahasa Inggris yang memiliki arti


penerangan yang ringkas, uraian. Penerangan ringkas berupa penjelasan
materi berdasarkan pokok-pokok bahasan yang disampaikan secara ringkas.
Dalam hal ini pihak sekolah memberikan penjelasan dari pokok-pokok bahasan
secara ringkas sebelum kegiatan MOS dimulai.

Senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh MG, pernyataan yang


serupa juga disampaikan oleh JN yang sama-sama merupakan anggota OSIS
panitia kegiatan MOS.

MOS itu menurut saya tahapan pada awal sekolah untuk mengenal
lingkungan sekolah yang baru(W / JN / 06 / 06 / 2015)
Sebelum dimulainya kegiatan MOS pihak sekolah mengadakan briefing
untuk para panitia MOS. Di dalam briefing dijelaskan mengenai peraturan-
peraturan dalam kegiatan MOS oleh Kepala Sekolah.

.....sebelum kegiatan MOS kita ada briefing jadi dikasihtahu bagaimana


pelaksanaannya, peraturan-peraturannya gitu mbak (W / LS / 10 / 06 /
2015)
Sedangkan informan MG mengatakan :

Jadi kita kan sebelum, pra MOS itu kan kita ada itu mba ada kaya
briefing, kita nerapin itu di briefing (W / MG / 03 / 06 / 2015)
Salah satu informan menjelaskan rangkaian kegiatan MOS yang
dilaksanakan di SMA Negeri 8 Surakarta.
26

Dari hari pertama sampai hari ketiga, kalo hari pertama itu paling kita
dikasih yang kaya materi, materi itu tiga kali tiga tahap, jadi ada tiga kali
tahap gurunya beda-beda. Trus nanti jam terakhir itu paling ibadah sama
osis. Osis itu acaranya yang kaya tadi itu ngumpul-ngumpulin barang-
barang yang kemaren udah disyaratin dikumpulin, trus besok kalo gak
bawa besok dihukum didepan teman-temannya mungkin kaya gitu.
Hukumannya biasanya nyanyi, nari(W / MG / 03 / 06 / 2015)
Sama seperti kegiatan MOS pada umumnya, kegiatan MOS di SMA
Negeri 8 Surakarta ini juga memberikan instruksi kepada peserta MOS untuk
membawa atribut-atribut serta perlengkapan MOS lainnya yang akan
digunakan oleh peserta MOS.

Paling cuma co-card yang isine foto, terus nanti kita biasanya ngasih clue
bawa barang yang hargane misal ada angka delapannya gitu lho mbak
karena kan sekolah kita SMA 8 jadi misal harganya Rp 8.800,- sekianlah
gitu. Sama paling yang cewe dikuncir dikasih pita, trus yang cowo
dipotong bros rambutnya yang 121 itu mbak. Sama nanti disuruh bawa
sembako untuk baksos(W / LS / 10 / 06 / 2015)
Atribut seperti co-card yang diperintahkan oleh panitia tujuannya sebagai
tanda pengenal peserta MOS. Co-card berbentuk lambang sekolah berukuran
besar sekitar 15 cm kemudian diberikan tali rafia pada sisi kanan dan kiri
untuk digantungkan pada leher. Bentuk co-card dengan lambang sekolah
fungsinya adalah untuk memahami arti filosofi lambang tersebut. Tugas untuk
membawa atribut lain dengan menggunakan clue maknanya adalah agar
peserta lebih mandiri, memiliki inisiatif, serta usaha untuk mengumpulkan
atribut-atribut tersebut. Sedangkan intruksi menguncir rambut serta
menggunakan pita berwarna pada peserta MOS putri, dan potong rambut bros
pada peserta MOS putra adalah untuk mengajarkan kedisiplinan, kerapihan
yang harus diterapkan siswa disekolah.

Apabila peserta MOS tidak membawa ataupun tidak melengkapi barang-


barang yang telah diinstruksikan oleh panitia MOS, maka peserta akan
dikenakan hukuman. Hukuman tersebut biasanya berupa nyanyi atau menari.
Peserta MOS yang terkena hukuman harus menyanyi atau menari didepan
kelas. Berikut pernyataan informan JN :
27

Hukumane paling ya maju kedepan disuruh nyanyi apa joget gitu lho
mbak, nggak yang berat-berat sih mbak(W / JN / 06 / 06 / 2015)
Serupa dengan JN, informan MG juga mengatakan :

..terus besok kalo gak bawa besok dihukum didepan teman-temannya


mungkin kaya gitu. Hukumannya biasanya nyanyi, nari(W / MG / 03 / 06
/ 2015)
2. Persepsi MOS Bagi Siswa ( Peserta MOS )
Peneliti memilih tiga informan peserta MOS. Informan yang pertama
adalah KN (15 th), ia merupakan siswa kelas X. Alasannya memilih SMA
Negeri 8 Surakarta karena ia memiliki kakak yang sekolah di SMA yang sama.
Setiap hari KN berangkat kesekolah bersama kakaknya dengan menggunakan
sepedah motor. KN mengikuti kegiatan MOS secara penuh dari hari pertama
hingga hari terakhir kegiatan. Informan kedua yaitu KT (16 th), ia merupakan
siswi kelas X. Alasannya memilih SMA Negeri 8 Surakarta karena lokasi
rumah yang tidak terlalu jauh dari sekolah disamping itu karena nilainya yang
tidak terlalu tinggi sehingga pilihan SMA jatuh pada pilihan kedua yaitu SMA
Negeri 8 Surakarta. Hampir setiap hari KT mengendarai sepedah motor ke
sekolah, namun tidak jarang juga KT diantar oleh ayahnya. KT mengikuti
kegiatan MOS dari hari pertama hingga hari terakhir kegiatan. Kemudian
informan ketiga yaitu AP (15 th), ia merupakan siswi kelas X. Alasannya
memilih SMA Negeri 8 Surakarta karena nilainya yang memang tidak terlalu
tinggi sehingga pilihannya jatuh pada SMA Negeri 8 Surakarta. AP mengikkuti
kegiatan MOS dari hari pertama hingga hari terakhir kegiatan MOS. Ia
mengaku senang mengikuti kegiatan MOS meskipun terkadang bosan karena
penjelasan materi yang terlalu banyak. Ketiga informan merupakan siswa kelas
X yang pernah mengikuti kegiatan MOS. Hasil wawancara yang peneliti
dapatkan dari informan menunjukkan jawaban yang beragam dari setiap
informan, meski memiliki kesamaan makna. Informan menjelaskan bagaimana
kegiatan MOS secara umum.
Masa orientasi jadi kaya mendidik karakter siswa baru untuk menjadi
siswa yang berdisiplin, berbudi pekerti, dan mengikuti tata tertib di
sekolah yang baru itu. (W / AP / 23 / 06 / 2015)
28

Kata berbudi pekerti terdiri dari 2 kata yaitu berbudi dan pekerti.
Dalam kamus Bahasa Indonesia berbudi memiliki arti mempunyai akhlak
baik, sedangkan pekerti memiliki arti watak, perbuatan. Berbudi pekerti
berarti dimana seseorang memiliki prilaku akhlak yang baik. Kegiatan MOS
mengajarkan kepada peserta MOS untuk menjadi siswa yang memiliki budi
pekerti, yaitu penanaman nilai-nilai akhlak yang baik kedalam diri siswa.
Sedangkan informan KN mengatakan bahwa :

Kalo MOS itu kan masa orientasi siswa baru. Jadi disitu kan kita kan
diajarkan untuk pengenalan pendidikan berkarakter dulu, kita cara
pengenalan SMA dulu. Trus dan juga kan disitu kita dilatih untuk cara
disiplin awal dari siswa-siswa baru masuk sekolah kan belum tau kan
sekolah ini gimana-gimana, nah dengan MOS kan diperkenalkan entah itu
guru-gurunya, ntah itu lingkungan sekitar SMA 8. Dan juga MOS kan
kegiatan yang menguntungkan, misal waktu materi seminar kenakalan
remaja, ataupun lain-lain kan diajarkan untuk siswa waktu MOS itu. (W /
KN / 13 / 06 / 2015)
Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh kedua informan yaitu AP dan
KN menunjukkan kesamaan makna mengenai kegiatan MOS. Banyak
keuntungan yang didapatkan oleh siswa baru dari kegiatan MOS tersebut.
Diantaranya siswa baru akan mendapatkan pengetahuan diluar materi pelajaran
seperti materi kenakalan remaja, materi kedisiplinan, kemudian materi bela
negara dan cinta tanah air. Para siswa baru mendapatkan materi tersebut tidak
hanya dari guru-guru, melainkan dari pihak luar juga ikut terlibat. Pada MOS
yang baru dilaksanakan ini, SMA Negeri 8 Surakarta bekerjasama dengan
pihak AURI. Jadi pada kegiatan MOS pihak AURI mengisi acara dengan
memberikan materi kepada siswa baru peserta MOS. Kegiatan MOS yang
demikian terlihat berbeda dengan kegiatan-kegiatan MOS pada tahun-tahun
sebelumnya. Hal demikian disampaikan oleh salah satu informan :
Memperkenalkan yang pertama, kita baru masuk awal memperkenalkan
sesama teman dulu, lingkungan sekitar tentang sekolah itu. Terus yang
kedua untuk salah satu pendidikan melatih mental juga untuk lebih disiplin
lagi. Untuk tahun dulu-dulu kan MOS masih ada gojlok-gojlokan mungkin
dari tahunnya mbak kan masih ada kan, perkembangan jaman kan semakin
beda jadi semakin, kita itu anak-anak sekarang kan beda pikiran dengan
29

tahun-tahun lalu jadi kita lebih tidak memikirkan mental tapi langsung ke
materi aja. (W / KN / 13 / 06 / 2015)

Kata gojlok-gojlokan berasal dari kata gojlok. Dalam kamus Bahasa


Indonesia gojlok memiliki arti mengguncang-guncangkan, mengacaukan
perasaan, mengolok-olok. Informan mengatakan pada kegiatan MOS tahun
sebelumnya berbeda dengan kegiatan MOS yang dilaksanakannya. Pada
kegiatan MOS tahun sebelumnya dijumpai aksi gojlok-gojlokan berupa
bentakan dengan nada suara tinggi . Sedangkan pada kegiatan MOS yang
dilaksanakannya lebih cenderung pada kegiatan pemberian materi.
Para informan mengaku pentingnya pelaksanaan kegiatan MOS disekolah
pada awal tahun ajaran bagi siswa baru. Jawaban dari alasan untuk pengenalan
lingkungan sekolah yang akan digunakan kegiatan belajar mengajar kepada
siswa baru menjadi alasan yang dominan yang diberikan oleh informan kepada
peneliti. Selain itu pentingnya kegiatan MOS ini adalah sebagai sarana
pembelajaran untuk dapat berbicara didepan umum bagi para panitia OSIS
khususnya. Kemudian sebagai sarana pembelajaran untuk mendapatkan
pengetahuan umum serta soft skill bagi para siswa baru. seperti pernyataan
informan KN :

Kalau saya sih penting, karena kan mereka juga dapat ilmu , terus bagi
panitia kan juga ada kegiatan. Jadi para panitia OSIS juga kan untuk saling
belajar juga, untuk bisa berani berbicara kepada adik-adiknya juga mbak.
Jadi ada menguntungkannya juga bagi murid-murid yang baru dan juga
yang senior (W / KN / 13 / 06 / 2015)

Sedangkan informan KT mengatakan bahwa :

Penting sih, untuk pengenalan biar kita tahu disekolah itu ada apa aja gitu
sih mbak (W / KT / 17 / 06 / 2015)

Hal serupa diungkapkan juga oleh AP :

Penting juga sih, kan buat pelajaran, buat pengenalan siswa baru terhadap
lingkungan sekolah, terus ngenalin lingkungan itu, terus didik karakter
siswa juga (W / AP / 23 / 06 / 2015)
30

Pentingnya kegiatan MOS membuat kegiatan ini menjadi kegiatan rutin


yang selalu dilakukan pada awal tahun ajaran baru di SMA Negeri 8 Surakarta.
Kegiatan MOS ini memiliki kesan-kesan tersendiri bagi peserta MOS. Seperti
yang diungkapkan oleh informan AP :
Kesannya seru sih tapi agak bosenin. Bosennya Cuma di acara sesi-sesi
seminar gitu, kakak-kakak tingkat Cuma sedikit ngisi acaranya (W / AP /
23 / 06 / 2015)

Juga diungkapkan oleh Informan KT :

Ada senangnya sih, mengenal banyak teman baru (W / KT / 17 / 06 /


2015)
Dalam kegiatan MOS tidak hanya anggota dari OSIS yang terlibat, namun
para guru-guru juga turut terlibat dalam kegiatan MOS. Selain itu, perwakilan
dari anggota ekstrakulikuler juga terlibat untuk memperkenalkan
ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 8 Surakarta kepada siswa baru.
Kegiatan MOS yang berlangsung di SMA Negeri 8 Surakarta berlangsung
selama 3 hari, mengingat waktu pelaksanaan kegiatan MOS pada saat bulan
puasa. Namun pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan MOS dilaksanakan
hingga 6 hari karena waktu pelaksanaannya bukan bertepatan dengan bulan
puasa.

Kegiatan MOS yang terdiri dari 3 hari tersebut dimulai dengan pembukaan
apel pagi yang dilakukan di Aula, para siswa baru menggunakan seragam
sekolah SMP masing-masing. Kemudian acara diisi oleh panitia dari anggota
OSIS yang menjelaskan mengenai tata tertib selama kegiatan MOS
berlangsung. Selanjutnya acara diisi dengan pengenalan-pengenalan dari
panitia OSIS, guru-guru, serta pengenalan ekstrakulikuler kepada siswa baru.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian materi dari pihak sekolah yaitu
dari guru-guru dan dari pihak AURI. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
yang diberikan oleh informan KN :

MOS sekarang 3 hari, tapi kalau dulu 6 hari. 6 hari kan karena bukan
bulan puasa, kalau sekarang 3 hari karena MOSnya pas bulan puasa. Hari
pertama pengenalan biasa, pengenalan ekstra-ekstra dulu, ekstra-ekstra itu
31

apa aja, memperkenalkan panitia-panitia juga, terus barang-barang bawaan


untuk hari berikute, terus untuk hari kedua itu udah materi. Yang pertama
tata tertib sekolah itu gimana, terus passing grade-passing grade mengenai
rata-rata sekolah juga.(W / KN / 13 / 06 / 2015)

Senada dengan pernyataan KN, informan AP juga menyatakan :

Cuma kaya dimotivasi, trus Cuma dijelas-jelasin gitu. Hari pertama


biasanya pembukaan apel di dalam aula, dijelasin sama kaka kelas jangan
main HP, jangan berisik, setelah itu ada yang isi acara, trus sampai hari
ketiganya penutupan, itu pakai seragam SMP. (W / AP / 23 / 06 / 2015)

Dalam kegiatan MOS ada barang-barang yang harus dibawa dan harus
dipakai oleh siswa peserta MOS. Biasanya pada hari pertama kegiatan MOS
panitia dari anggota OSIS akan memberitahu barang-barang yang harus dibawa
dan dikenakan oleh siswa peserta MOS pada hari selanjutnya. Barang-barang
tersebut berupa co-card yang berlogo SMA Negeri 8 Surakarta, kemmudian
kado untuk diberikan kepada kakak panitia OSIS pada hari terakhir MOS,
biasanya panitia OSIS akan memberikan budget maksimal untuk kado tersebut.
Selanjutnya peserta MOS disuruh membawa sembako yang akan digunakan
untuk kegiatan bakti sosial dan peserta harus mencari serta membawa barang
yang seharga Rp 8.800,- berikut dengan nota pembelian barang tersebut. Salah
satu informan yang peneliti wawancara mengatakan :
Cuma co-card, co-cardnya Cuma logo SMA 8 ukuran berapa saya kurang
tahu pokoknya besar warna biru terus bentuknya kardus, terus ditali rafia
biru, dikasih nama, foto, asal sekolah. Selain co-card disuruh bawa kado,
kado buat senior, terus sama bawa sembako juga buat baksos. Terus harus
nyari barang yang harganya misal yang Rp. 8.800,- harus ada notane,
harus ada barange. Tapi pas tahun-tahun sebelumnya ada suruh bawa
belut, harus lurus panjangnya 30 cm, itu harus di goreng, itu kan susah
mbak, belut kan di goreng kan udah melengkung-melengkung, nah ini
harus lurus 30 cm jadi harus masukin kawat. (W / AP / 23 / 06 /2015)

Apabila peserta MOS tidak membawa barang-barang yang telah


diinstruksikan oleh panitia OSIS maka peserta MOS akan mendapatkan
hukuman. Hukuman yang diberikan oleh panitia OSIS kepada peserta MOS
yang tidak membawa barang-barang ataupun tidak lengkap membawa barang-
barang yang telah diinstruksikan menurut para informan masih dalam batas
32

wajar. Hukuman tersebut biasanya berupa menyanyikan sebuah lagu, menari,


selain itu tidak jarang panitia bertanya kepada peserta MOS lain mengenai
hukuman apa yang akan diberikan kepada teman-teman yang tidak membawa
ataupun tidak lengkap dalam membawa barang-barang yang telah
diinstruksikan pada hari sebelumnya. Hukuman tersebut diberikan dengan
maksud agar peserta MOS yang merupakan calon peserta didik SMA Negeri 8
Surakarta terlatih untuk memiliki sikap disiplin dan mematuhi segala perintah
yang telah diberikan. Seperti penuturan KN berikut:
Hukumannya disuruh nyanyi di depan, yang jelas ngga dipermainkan kok
mbak. Terus suruh minum 1 botol aqua yang besar untuk yang dihukum
tadi.(W / KN / 13 / 06 / 2015)

Sedangkan informan KT mengatakan bahwa :


Ya Cuma itu tadi mbak, Cuma disuruh kedepan nyanyi, joget, kadang
dari pesertanya mintanya disuruh apa gitu mbak.(W / KT / 17 / 06 /
2015)

Salah satu informan, yaitu KT mengatakan bahwa ia merasa tidak senang


pada saat mendengar omelan yang dilakukan kakak panitia MOS kepada
peserta yang tidak membawa salah satu atribut yang telah di instruksikan.
nggak senengnya waktu melihat teman dimarahin karena dia melanggar
tidak membawa co-card tapi masih dalam batas wajar aja sih mbak (W /
KT / 17 / 06 / 2015)

Salah satu informan, yaitu KN mengaku sempat menemukan tindakan


bullying yang dilakukan teman-temannya terhadap salah satu teman
dikelasnya.
Itu paling Cuma sesama teman-teman aja mbak, kan kadang kan ada anak
yang pendiam juga kan akhirnya di bully sama teman-teman. Paling Cuma
di ledekin aja gitu lho mbak. Di ledekin, diketawa-ketawain gitu lho
mbak (W / KN / 13 / 06 / 2015)

3. Persepsi MOS Bagi Pihak Sekolah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang relevan mengenai Persepsi


pihak sekolah terkait kegiatan MOS yang dilakukan untuk menyambut siswa
33

baru di SMA Negeri 8 Surakarta, peneliti memilih Bapak Katimo S,Pd selaku
wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan SMA Negeri 8 Surakarta. Berdasarkan
hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Katimo selaku Wakil
Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Surakarta mengenai kegiatan MOS ini,
menurutnya kegiatan MOS merupakan kegiatan yang sangat penting yang tidak
dapat dipisahkan dalam proses penerimaan siswa baru. rangkaian kegiatan
MOS ini dapat membantu siswa baru dalam pengenalan lingkungan sekolah
yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar disekolah. Pernyataan
tersebut seperti yang diungkapkan oleh bapak Katimo :

Ya, MOS itu kan merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan
dalam proses penerimaan siswa baru. Dan itu sangat penting bagi siswa
baru untuk mengetahui keadaan sekolah yang akan dia pakai untuk
menuntut ilmu di sekolah yang baru(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Menurut Bapak Katimo, kegiatan MOS harus selalu ada disamping untuk
memperkenalkan lingkungan sekolah yang akan digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar kepada siswa baru. kegiatan MOS ini juga memiliki tujuan-
tujuan lainnya seperti memperkenalkan tata tertib yang ada di SMA Negeri 8
Surakarta, kemudian memperkenalkan siswa baru kepada bapak dan ibu guru
yang nantinya akan mengajar para siswa tersebut selama bersekolah di SMA
Negeri 8 Surakarta, serta mengenalkan juga kepada kakak-kakak kelas agar
siswa baru dapat dengan mudah menyesuaikan diri di lingkungan yang baru.

Bahkan menurut Bapak Katimo, apabila kegiatan MOS tidak dilakukan


maka proses belajar mengajar dihari-hari pertama akan banyak mengalami
gangguan, karena para siswa belum mengenal satu sama lain, belum mengenal
guru yang mengajar dikelas, sehingga proses belajar mengajar menjadi kurang
nyaman. Maka itu sangat diperlukan kegiatan MOS pada hari-hari pertama
masuk sekolah diawal tahun ajaran bagi peserta didik baru. Selain itu Bapak
Katimo juga menjelaskan bagaimana acara dalam kegiatan MOS di SMA
Negeri 8 Surakarta.

Ya penting dan sangat diperlukan, karena saya punya anggapan kalau


tidak ada kegiatan MOS maka proses belajar dihari-hari pertama itu
34

mungkin akan banyak mengalami gangguan, karena antara siswa yang lain
belum kenal, antara siswa dengan guru semuanya belum kenal, antara
siswa dengan lingkungan belum kenal, jadi sangat mendukung untuk
proses KBM dihari-hari awal sekolah gitu(W / PK / 31 / 07 / 2015).
Kalau dipetunjuk teknisnya kan bisa berlangsung antara 3 sampai 1
minggu, samapai 6 hari. Kemudian ya penyajiannya tentang materi kalau
yang di dalam, materi itu yang pertama tentang tata tertib, kemudian
tentang kenakalan remaja, kemudian apa itu tentang bela negara, cinta
tanah air. Biasanya kita itu mengundang penyaji dari luar, bisa dari
POLRESTA, dari KODIM gitu(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Dalam kegiatan MOS, SMA Negeri 8 Surakarta juga masih
memberlakukan adanya atribut-atribut yang harus dikenakan oleh siswa baru,
namun menurut Bapak Katimo atribut yang diberlakukan di SMA Negeri 8
Surakarta masih terbilang wajar dan tidak memberatkan.

kalau atribut yang kita lakuakan kemarin batas wajar saja, hanya yang
perempuan rambutnya dikuncir satu seperti ekor kuda itu pake tali merah
putih, kemudian apa tuh mbak yang nama itu (W / PK / 31 / 07 / 2015)
Atribut-atribut yang diperintahkan kepada pserta MOS dianggap wajar
oleh informan. Hal tersebut dikarenakan menurut pihak sekolah atribut yang
diperintahkan kepada peserta MOS tidak berlebihan, serta tidak mengganggu
kegiatan MOS. Menurut siswa selaku panitia MOS, hal tersebut wajar karena
dengan memerintahkan atribut untuk dibawa pada saat MOS dapat melihat
keseriusan peserta MOS dalam menjalankan kegiatan MOS. Sedangkan
menurut siswa peserta MOS atribut yang diperintahkan tidak merepotkan serta
berguna dalam pelaksanaan kegiatan MOS sehingga masih dikatakan wajar.

Sebelum dimulai kegiatan MOS, pihak sekolah mengadakan briefing


dengan panitia MOS untuk membahas rangkaian kegiatan MOS dalam
penyambutan siswa baru. hal ini dilakukan agar kegiatan MOS dapat berjalan
sesuai dengan dengan petunjuk teknis yang telah ditentukan.

Yang jelaskan didalam kegiatan MOS itu kan ada panitianya, dan semua
penanggungjawab kepala sekolah dan pasti selaku pimpinan kepala
sekolah sudah berpesan atau berwanti-wanti supaya pelaksanaan MOS itu
tidak lepas dari rambu-rambu yang telah ditetapkan. Biasanyakan ada apa,
ada petunjuk teknis dari dinas, dari balai kota kan sudah ada petunjuknya,
35

jadi ya setiap hari, setiap hari dalam pelaksanaan MOS itu kan ada kaya di
briefing jadi ada pertemuan singkat antara panitia-kepala sekolah yang
selalu mengingatkan supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan (W /
PK / 31 / 07 / 2015)

b. Alasan MOS Tetap Dilaksanakan di SMA Negeri 8 Surakarta


Kegiatan MOS yang merupakan kegiatan pengenalan sekolah kepada
siswa baru memang merupakan kegiatan yang harus selalu ada dan tidak dapat
dipisahkan dari agenda rutin sekolah pada penerimaan siswa pada tahun ajaran
baru. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Katimo selaku Wakil Kepala
Sekolah bagian kesiswaan SMA Negeri 8 Surakarta :
Ya, MOS itu kan merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan
dalam proses penerimaan siswa baru. Dan itu sangat penting bagi siswa
baru untuk mengetahui keadaan sekolah yang akan dia pakai untuk
menuntut ilmu di sekolah yang baru.(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita ketahui bagaimana pentingnya
kegiatan MOS bagi siswa baru. Para siswa baru perlu mengetahui bagaimana
keadaan lingkungan sekolah yang akan digunakan untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya mengenal lingkungan sekolah, namun
siswa baru juga perlu mengetahui tentang bagaimana peraturan-peraturan serta
sanksi-sanksi yang berlaku di SMA Negeri 8 Surakarta. Dalam kegiatan MOS
ini tentu akan dikenalkan juga dengan para guru yang akan mengajar.
Tujuannya adalah agar para siswa baru dan guru dapat saling mengenal
karakter masing-masing, sehingga dapat dengan cepat menyesuaikan diri demi
kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Hal ini sejalan dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Katimo :

Ya yang pertama kalau tujuan MOS itu kan untuk mengetahui lingkungan
yang baru di sekolah yang baru, tentang aturan-aturan yang baru, tata tertib
yang baru, termasuk sanksi-sanksi yang dikenakan bagi siswa yang akan
belajar di sekolah yang baru, kemudian juga tentang orientasinya atau
observasi tentang lingkungan yang baru keadaan sekolahnya bagaimana,
lingkungannya bagaimana, situasi disekolah termasuk kakak-kakak kelas
dan bapak ibu guru kan juga perlu untuk diketahui lebih dini sehingga
peserta didik itu nanti cepat bisa menyesuaikan diri(W / PK / 31 / 07 /
2015 )
36

Selain itu, MOS juga memiliki tujuan yang sangat positif bagi siswa baru.
Tidak hanya pengenalan lingkungan sekolah, namun rangkaian kegiatan MOS
juga mengenalkan kepada siswa baru mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di
sekolah. Kegiatan-kegiatan sekolah tersebut berupa ekstrakulikuler yang ada di
SMA Negeri 8 Surakarta. Kemudian di dalam kegiatan MOS tersebut bertujuan
mengenalkan peraturan sekolah kepada siswa baru, karena sejatinya siswa baru
harus mengetahui dan mentaati peraturan sekolah demi menjaga stabilitas
sekolah yang sudah berlangsung selama ini.
Dalam rangkaian kegiatan MOS di SMA Negeri 8 Surakarta juga terdapat
serangkaian acara, dimana dalam acara tersebut berupa pemberian materi yang
diberikan oleh guru dan pihak AURI. Materi tersebut mengenai kedisiplinan,
bela negara dan cinta tanah air. Kegiatan MOS yang berlangsung di SMA
Negeri 8 Surakarta dapat dikatakan sudah ideal. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Katimo :
Ya, yang dilaksanakan disekolah SMA 8 itu sudah, sudah ideal. Untuk
tahun ini memang dilaksanakan didalam kombinasi intern dan nanti diluar
ada outbondnya gitu. Kemudian untuk tahun-tahun yang lalu itu
disentralkan diluar semua, tentang pelatihan kedisiplinan, bela negara,
cinta tanah air. Waktu tahun sebelumnya itu dilaksanakan di AURI jadi
langsung timnya dari AURI sana. Itu juga untuk, untuk apa, untuk
mencari alternatif yang baru(W / PK/ 31 / 07 / 2015)
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Katimo,
menunjukkan bahwa kegiatan MOS tidak dapat dipisahkan dari agenda awal
tahun ajaran baru di sekolah. Rangkaian kegiatan MOS yang bertujuan untuk
memudahkan siswa peserta MOS yang notabene adalah warga baru SMA
Negeri 8 Surakarta untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru,
dan juga pembekalan pengetahuan umum yang diberikan kepada siswa peserta
MOS. Hal-hal tersebut merupakan serangkaian kegiatan MOS yang sangat
pernilai positif bagi siswa peserta MOS. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan yang disampaikan Bapak Katimo kepada penulis :

Ya penting dan sangat diperlukan, karena saya punya anggapan kalau


tidak ada kegiatan MOS maka proses belajar dihari-hari pertama itu
mungkin akan banyak mengalami gangguan, karena antara siswa yang lain
37

belum kenal, antara siswa dengan guru semuanya belum kenal, antara
siswa dengan lingkungan belum kenal, jadi sangat mendukung untuk
proses KBM dihari-hari awal sekolah gitu(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Selain itu, kegiatan MOS ini juga didukung oleh permendikbud dengan
surat edaran Nomor 59389/MPK/PD/2015. Kegiatan MOS tetap dilaksanakan
pada setiap awal tahun ajaran baru, namun dalam surat tersebut menjelaskan
pihak-pihak seperti gubernur, bupati dan wali kota menginstruksikan kepada
kepala dinas pendidikan untuk mengontrol kegiatan MOS, agar kegiatan MOS
dapat berjalan sesuai dengan tujuannya dan jauh dari tindakan bullying. Kepala
sekolah serta pihak pelaksana kegiatan MOS menjadi pihak yang bertanggung
jawab sepenuhnya atas pelaksanaan MOS di sekolah.

c. Upaya Sekolah Meminimalisir Tindakan Bullying Dalam Kegiatan MOS


di SMA Negeri 8 Surakarta
Maraknya tindakan bullying dalam ranah pendidikan khususnya pada saat
kegiatan MOS tentu sangat membuat resah masyarakat Indonesia. Dengan
adanya berita semacam ini tentu menjadi perhatian sekolah dalam menjalankan
kegiatan MOS. Ada beberapa cara yang ditempuh pihak sekolah untuk
mencegah tindakan bullying, diantaranya :
1. Sosialisasi tata tertib
Sosialisasi tata tertib ini diberikan oleh Kepala Sekolah kepada panitia dan
peserta MOS. Kepala Sekolah memberikan peraturan serta menghimbau
agar kegiatan MOS dapat berjalan tertib dan sesuai dengan tujuannya. Hal
tersebut disampaikan pada saat briefing sebelum dimulainya kegiatan MOS
untuk panitia dan pada saat pembukaan kegiatan MOS bagi para peserta
MOS.
2. Buku panduan
Sebelum kegiatan MOS berlangsung pihak sekolah khususnya panitia
kegiatan MOS serta bapak-ibu guru membuat petunjuk teknis mengenai tata
cara, peraturan-peraturan serta jadwal kegiatan MOS. Semuanya dirangkum
dalam sebuah buku panduan kegiatan MOS. Buku panduan tersebut yang
akan dibagikan kepada seluruh siswa peserta MOS dan para siswa wajib
38

mentaati segala petunjuk teknis yang telah ditetapkan dan tercantum dalam
buku panduan. Dengan adanya buku panduan tersebut menjadi pedoman
dalam melaksanakan kegiatan MOS agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Kerjasama dengan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)
Adanya kerjasama yang dilakukan oleh sekolah SMA Negeri 8 Surakarta
dengan pihak AURI. Pada kegiatan MOS tersebut pihak AURI mengisi
acara dengan memberikan materi-materi berupa pelatihan kedisiplinan, bela
negara, serta cinta tanah air. Dengan adanya kegiatan seperti ini menjadi
sebuah alternatif sekolah untuk menghindari dari kegiatan-kegiatan yang
kurang bermanfaat.

Pada kegiatan MOS yang baru dilaksanakan ini guru-guru semua terlibat
langsung dalam kegiatan MOS. Panitia dari anggota OSIS hanya membantu
mempersiapkan segala kebutuhan yang akan digunakan dalam kegiatan MOS.
Hal ini juga yang menekan agar tidak terjadinya tindakan bullying pada saat
MOS di SMA Negeri 8 Surakarta. Dalam pelaksanaan kegiatan MOS di SMA
Negeri 8 Surakarta ini memang masih menggunakan atribut yang biasa
digunakan pada saat MOS. Atribut tersebut berupa co-card. Namun biasanya
bagi peserta siswi pada bagian rambut diikat kemudian diberi pita berwarna.
Menurut Bapak Katimo, atribut ini masih dalam batas wajar dan tidak
memberatkan peserta MOS.

Kalau atribut yang kita lakuakan kemarin batas wajar saja, hanya yang
perempuan rambutnya dikuncir satu seperti ekor kuda itu pake tali merah
putih, kemudian apa tuh mbak yang nama itu(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Untuk pencegahan terjadinya tindakan bullying pada saat MOS di SMA
Negeri 8 Surakarta, pihak sekolah membuat tata tertib pelaksanaan kegiatan
MOS. Selain itu Kepala Sekolah beserta panitia kegiatan MOS
bertanggungjawab atas kegiatan MOS yang berlangsung.

Yang jelaskan didalam kegiatan MOS itu kan ada panitianya, dan semua
penanggungjawab kepala sekolah dan pasti selaku pimpinan kepala
sekolah sudah berpesan atau berwanti-wanti supaya pelaksanaan MOS itu
39

tidak lepas dari rambu-rambu yang telah ditetapkan. Biasanyakan ada apa,
ada petunjuk teknis dari dinas, dari balai kota kan sudah ada petunjuknya,
jadi ya setiap hari, setiap hari dalam pelaksanaan MOS itu kan ada kaya di
briefing jadi ada pertemuan singkat antara panitia-kepala sekolah yang
selalu mengingatkan supaya tidak terjadi(W / PK / 31 / 07 / 2015)

C. Intepretasi dan Analisis Data


Pada sub bab sebelumnya telah peneliti paparkan deskripsi hasil penelitian
yang peneliti lakukan di SMA Negeri 8 Surakarta. Dalam sub bab ini akan peneliti
jelaskan hasil penelitian yang dihubungkan dengan kajian teori.
Kegiatan MOS merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah pada
awal tahun ajaran baru untuk mengenalkan lingkungan sekolah kepada siswa
baru. Pentingnya kegiatan MOS yang disampaikan oleh para informan tentu
memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam memandang kegiatan MOS. Persepsi
adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978). Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan informan dapat kita tahu bagaimana pandangan informan dalam melihat
kegiatan MOS. Menurut salah satu informan panitia MOS menurutnya :

Kalo menurut saya MOS itu kaya, kaya suatu pembekalan siswa itu kalo
mau masuk ke jenjang yang lebih tinggi dalam sekolah, jadi MOS itu kan
ada macam-macam di SMP, SMA, sama di kuliahan gitu. Jadi MOS itu buat
mandiriin aja trus buat mengenal kalo SMA itu kaya gini. Jadi kaya gininya
itu dalam arti ada peningkatanlah dalam pergaulan maupun kemandirian
sama yang lain-lain( W / MG / 03 / 06 / 2015 )

Kemudian menurut informan peserta MOS :


Kalo MOS itu kan masa orientasi siswa baru. Jadi disitu kan kita kan
diajarkan untuk pengenalan pendidikan berkarakter dulu, kita cara
pengenalan SMA dulu. Trus dan juga kan disitu kita dilatih untuk cara
disiplin awal dari siswa-siswa baru masuk sekolah kan belum tau kan
sekolah ini gimana-gimana, nah dengan MOS kan diperkenalkan entah itu
guru-gurunya, ntah itu lingkungan sekitar SMA 8. Dan juga MOS kan
kegiatan yang menguntungkan, misal waktu materi seminar kenakalan
remaja, ataupun lain-lain kan diajarkan untuk siswa waktu MOS itu. (W /
KN / 13 / 06 / 2015)
40

Sedangkan menurut pihak sekolah, yang dalam hal ini disampaikan oleh
Bapak Katimo, kegiatan MOS sangat penting untuk dilaksanakan serta tidak dapat
dipisahkan dalam proses penerimaan siswa baru di sekolah. Rangkaian kegiatan
MOS dapat membantu siswa baru untuk mengenal lingkungan sekolah yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar.

Ya, MOS itu kan merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan dalam
proses penerimaan siswa baru. Dan itu sangat penting bagi siswa baru untuk
mengetahui keadaan sekolah yang akan dia pakai untuk menuntut ilmu di
sekolah yang baru(W / PK / 31 / 07 / 2015)
Dari jawaban yang telah didapat dari informan mengenai pandangannya
terhadap kegiatan MOS, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan MOS
merupakan rangkaian kegiatan pengenalan lingkungan sekolah terhadap siswa
baru. kegiatan MOS ini tidak dapat terpisahkan dari proses penerimaan siswa baru
di SMA Negeri 8 Surakarta. Dengan adanya kegiatan MOS ini mampu
menyatukan dari banyaknya persepsi pihak sekolah dan siswa baik itu panitia
kegiatan MOS maupun peserta MOS dalam menjalani kegiatan MOS. Didalam
kegiatan tersebut terdapat tujuan-tujuan penting bagi peserta didik yang baru
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam kegiatan ini siswa akan dikenalkan dengan lingkungan sekolah yang
akan digunakan dalam proses belajar mengajar, siswa dikenalkan kepada warga
sekolah seperti kaka kelas dan bapak-ibu guru, kemudian kegiatan-kegiatan
sekolah berupa ekstrakulikuler, serta para siswa baru akan mendapatkan materi
pengetahuan umum serta soft skil dari para guru yang akan memberikan materi
serta dari pihak luar seperti AURI. Karena SMA Negeri 8 Surakarta biasanya
bekerja sama dengan pihak luar seperti AURI dan POLRI untuk memberikan
materi dalam kegiatan MOS.

Kegiatan MOS ini harus selalu ada karena apabila tidak dilaksanakan maka
akan mengganggu efektifitas pada awal-awal kegiatan belajar mengajar. Jika kita
kaitkan dengan kajian teori, kegiatan MOS ini dapat dikaitkan dengan upacara
Inisiasi. Inisiasi merupakan upacara yang dilangsungkan sewaktu seseorang
41

memasuki golongan sosial tertentu, dan karena itu mengandung unsur-unsur


upacara untuk saat-saat kritis dalam kehidupan seseorang. (Koentjaraningrat,
1997)
Kegiatan MOS merupakan upacara inisiasi, suatu ritual yang menandakan
perubahan status seseorang yang mulanya siswa SMP menjadi siswa SMA.
Kegiatan ini menjadi kegiatan yang rutin dalam hal penerimaan siswa baru baik
itu pada jenjang SMP, SMA, maupun pada tingkat Universitas. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengenalkan siswa baru pada lingkungan barunya. Karena pasti
akan terdapat perbedaan struktur serta sistem yang ada di lingkungan baru
tersebut. Banyaknya tujuan-tujuan penting yang terdapat dalam serangkaian
kegiatan MOS yang menjadi alasan pentingnya dilaksanakan MOS pada waktu
penerimaan siswa baru di setiap awal tahun ajaran.Kegiatan MOS ini harus selalu
dilaksanakan dalam proses penerimaan siswa baru di sekolah. Karena dengan
kegiatan MOS ini dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu
efektifitas di awal kegiatan belajar mengajar.
Dari data hasil penelitian yang peneliti dapatkan dari informan, kegiatan
MOS penting untuk dilaksanakan, siswa dapat mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan MOS dengan baik. Namun, berdasarkan penuturan informan didapatkan
data bahwa terjadi tindakan bullying pada saat kegiatan MOS. Bullying yang
ditemukan adalah jenis bullying verbal seperti membentak. Biasanya bullying
verbal ini terjadi tanpa disadari oleh pelaku dan korbannya. Sejiwa (2008)
mengungkapkan bahwa bullying verbal merupakan jenis bullying yang juga dapat
terdeteksi karena dapat tertangkap indera pendengaran. Seperti ketika peneliti
menanyakan mengenai tindakan bullying pada saat kegiatan MOS, para informan
mengaku tidak menemukan tindakan bullying, hal demikian dikarenakan peserta
MOS menganggap sebagai suatu hal yang wajar. Meskipun dari hasil cerita salah
satu informan ia mengatakan bahwa dirinya merasa tidak senang pada saat
mendengar omelan yang dilakukan kakak panitia MOS kepada temannya yang
tidak melengkapi atribut yang telah diperintahkan.
..nggak senangnya waktu melihat teman dimarahin karena dia melanggar
tidak membawa co-card tapi masih dalam batas wajar aja sih mbak (W /
KT / 17 / 06 / 2015)
42

Dari pernyataan tersebut juga dapat disimpulkan bahwa terjadi kekerasan


simbolik. Nurul Hasfi (dalam Indi Aunullah, 2006 : 111) menyatakan kekerasan
simbolik adalah sebuah model dominasi kultural dan sosial yang berlangsung
secara tidak sadar dalam kehidupan masyarakat yang meliputi tindakan
diskriminasi terhadap kelompok tertentu.

Tindakan bullying seperti ini justru ditemui karena adanya perintah


membawa atribut-atribut perlengkapan MOS. Siswa diperintahkan membuat
atribut-atribut seperti co-card dengan segala ketentuannya, kemudian
menggunakan pita kuncir berwarna merah putih bagi siswa putri, serta membawa
barang-barang yang telah ditentukan oleh panitia MOS. Perintah tersebut
disampaikan dalam bentuk kebahasaan yang khas, misalnya kerupuk yang bikin
kangen. Kerupuk tersebut bermerk rindu. Kemudian membawa barang yang
hargannya mengandung angka 8 sebagai simbol SMA Negeri 8 Surakarta.

Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, siswa harus melengkapi segala


atribut serta barang-barang yang telah diperintahkan oleh panitia MOS. Karena
akan ada hukuman bagi siswa yang tidak membawa atau melengkapi atribut serta
barang-barang yang telah diperintahkan. Hukuman-hukuman tersebut biasanya
bersifat mempermalukan, kemudian bentakan yang dilakukan panitia MOS
kepada siswa yang diberi hukuman. Hal demikian tentu tidak sesuai dengan tujuan
utama kegiatan MOS yaitu pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru.

Dalam setiap tahunnya kegiatan MOS mengalami perubahan. Disetiap akhir


kegiatan MOS dilakukan evaluasi, hal tersebut dilakukan agar dapat terlihat
keefektifan kegiatan MOS yang telah dilaksanakan. Sehingga kegiatan MOS pada
tahun selanjutnya dapat lebih baik. Pada kegiatan MOS yang telah dilakukan ini,
pihak sekolah memberikan buku panduan. Gunanya adalah agar para siswa baru
dapat memahami dan mentaati segala petunjuk teknis yang telah ditetapkan dan
tercantum dalam buku panduan. Selain itu pihak sekolah bekerja sama dengan
pihak AURI dan kepolisian untuk memberikan materi pengetahuan umum bagi
43

para siswa baru. Hal tersebut menjadi sebuah alternatif sekolah untuk
menghindari dari kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

Dapat kita kaitkan dengan teori struktural fungsionalis milik Parsons


mengenai 4 skema fungsi untuk semua sistem tindakan yang terkenal dengan
sebutan skema AGIL. Fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang
diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem
itu. Menurut Parsons ada 4 imperatif fungsional yang perlu bagi semua sistem,
yaitu (A) Adaptation, (G) Goal attainment, (I) Integration, (L) Latency. Semua
fungsi tersebut harus dilaksanakan oleh suatu sistem agar tetap bertahan.

1. Adaptation : suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat


situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungannya dan
mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.

2. Goal attainment : suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan


utamanya.

3. Integration : suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari


komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga imperatif
fungsional lainnya.

4. Latency : suatu sistem harus menyediakan, memelihara, dan memperbarui baik


motivasi para individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan
menopang motivasi itu ( Ritzer, 2012 : 409-410 ).`

Jika kita kaitkan dengan teori ini, kegiatan MOS dibutuhkan sebagai sarana
beradaptasi bagi para siswa baru di SMA. Tidak hanya dengan antar siswa baru,
tetapi juga dengan warga sekolah, lingkungan sekolah, dan segala peraturan yang
berlaku di sekolah (SMA). Siswa perlu melakukan adaptasi dengan lingkungan
baru tersebut karena segala bentuk struktur yang ada di SMP akan sangat berbeda
dengan yang ada di sekolah baru mereka (SMA), maka MOS dikatakan sebagai
proses adaptasi. Kemudian dengan segala rangkaian kegiatanya, tujuan MOS
44

harus tersampaikan kepada siswa-siswa peserta MOS dibantu oleh panitia selaku
pelaksana kegiatan MOS.

Dalam hal ini pihak sekolah telah mendapat surat edaran Nomor
59389/MPK/PD/2015 menekankan orientasi yang bersifat akademik dan
pengenalan lingkungan tanpa tidakan bullying dengan pengawasan guru. Adanya
peraturan pemerintah yaitu Permendikbud Nomor 55 tahun 2014 memberi
penjelasan yang lebih spesifik mengenai larangan tindakan yang mengarah pada
tindakan bullying dalam MOPDB. Aturan tersebut juga merubah nama MOS
menjadi MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru). Upaya yang dilakukan
pihak sekolah sejalan dengan peraturan pemerintah mengenai kegiatan MOS yang
bersifat akademik dan pengenalan lingkungan, yaitu :

1. Sosialisasi tata tertib


Sosialisasi tata tertib ini diberikan oleh kepala sekolah kepada panitia dan
peserta MOS. Hal ini dilakukan pihak sekolah agar pelaksanaan kegiatan MOS
dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.
2. Buku panduan
Sebelum kegiatan MOS berlangsung pihak sekolah khususnya panitia
kegiatan MOS serta bapak-ibu guru membuat petunjuk teknis mengenai tata
cara, peraturan-peraturan serta jadwal kegiatan MOS. Semuanya dirangkum
dalam sebuah buku panduan kegiatan MOS. Buku panduan tersebut yang akan
dibagikan kepada seluruh siswa peserta MOS dan para siswa wajib mentaati
segala petunjuk teknis yang telah ditetapkan dan tercantum dalam buku
panduan. Dengan adanya buku panduan tersebut menjadi pedoman dalam
melaksanakan kegiatan MOS agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Kerjasama dengan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)
Adanya kerjasama yang dilakukan oleh sekolah SMA Negeri 8 Surakarta
dengan pihak AURI. Pada kegiatan MOS tersebut pihak AURI mengisi acara
dengan memberikan materi-materi berupa pelatihan kedisiplinan, bela negara,
serta cinta tanah air. Dengan adanya kegiatan seperti ini menjadi sebuah
45

alternatif sekolah untuk menghindari dari kegiatan-kegiatan yang kurang


bermanfaat.

Dengan melakukan upaya tersebut diharapkan kegiatan MOS dapat berjalan


sesuai dengan tujuannya yaitu orientasi yang bersfat akademik dan pengenalan
lingkungan sekolah tanpa ada tindakan bullying dengan pengawasan pihak
sekolah. Segala rangkaian kegiatan MOS yang telah dilakukan harus dapat
mengintegrasi siswa baru karena sudah menjadi bagian dari warga sekolah.
Dengan menjalankan kegiatan MOS, siswa diharapkan dapat menjamin stabilitas
sekolah. Sebuah sistem harus dapat mengatur dan menjaga antar hubungan pada
bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sekolah harus dapat memelihara dan
memperbarui motivasi setiap individu maupun pola budaya yang menciptakan dan
menopang motivasi tersebut.
46

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari persepsi-persepsi yang telah dipaparkan kemudian ditarik kesimpulan
terkait kegiatan MOS bahwa kegiatan tahunan rutin yang di lakukan di SMA
Negeri 8 Surakarta ini memang penting. kegiatan MOS yang memiliki tujuan
utama pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru juga memiliki hal
positif lain seperti pemberian materi yang diberikan pihak sekolah untuk
menambah wawasan siswa baru.
2. Kegiatan MOS ini merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses penerimaan siswa baru di SMA Negeri 8 Surakarta. Kegiatan yang
memiliki tujuan utama pengenalan llingkungan sekolah kepada siswa baru ini
juga memiliki peranan penting bagi SMA Negeri 8 Surakarta. Jika kegiatan ini
tidak dilaksanakan dikhawatirkan akan mengganggu efektifitas pada hari-hari
pertama masuk sekolah.
3. Upaya yang dilakukan pihak sekolah sejalan dengan peraturan pemerintah
mengenai kegiatan MOS yang bersifat akademik dan pengenalan lingkungan
tanpa adanya tindakan bullying. Sekolah memberikan sosialisasi tata tertib
kepada panitia dan peserta MOS agar pelaksanaan kegiatan MOS dapat
berjalan sesuai dengan tujuannya. Kemudian sekolah memberikan buku
panduan mengenai tata cara, peraturan-peraturan serta jadwal kegiatan MOS.
Dengan adanya buku panduan tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan
kegiatan MOS agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. SMA Negeri 8
Surakarta bekerjasama dengan AURI dan kepolisian untuk memberikan materi-
materi berupa pelatihan kedisiplinan, bela negara, serta cinta tanah air. Dengan
adanya kegiatan seperti ini menjadi sebuah alternatif sekolah untuk
menghindari dari kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat yang dapat
menimbulkan bullying dalam kegiatan MOS.
47

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Praktis
Implikasi praktis berkaitan erat dengan hasil penelitian. Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa persepsi siswa dan sekolah mengenai kegiatan
MOS di SMA Negeri 8 Surakarta ini penting untuk dilakukan pada setiap awal
tahun ajaran sekolah. Selain bertujuan untuk pengenalan lingkungan sekolah,
kegiatan ini juga untuk menambah wawasan serta melatih kemandirian siswa
baru. kegiatan MOS harus selalu dilaksanakan pada setiap awal tahun ajaran di
SMA Negeri 8 Surakarta karena apabila tidak dilaksanakan akan mengganggu
efektifitas KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) pada hari-hari pertama sekolah.
Bersamaan dengan adanya peraturan pemerintah bahwa kegiatan MOS
harus bersifat akademik dengan pengenalan lingkungan tanpa adanya tindakan
bullying, sekolah berupaya menyajikan rangkaian kegiatan MOS yang
bernuansa edukatif yaitu dengan pemberian materi oleh pihak sekolah, AURI,
serta kepolisian kepada siswa baru. hal tersebut dilakukan untuk menghindari
dari kegiatan yang tidak bermanfaat yang dapat menimbulkan bullying.
2. Implikasi Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan bentuk
penelitian kualitatif yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan
makna/persepsi, dimana penelitian ini dapat mengungkap berbagai informasi
kualitatif untuk menjelaskan permasalahan penelitian di SMA Negeri 8
Surakarta.
3. Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori fungsional struktural
Talcott Parsons. Dalam teori ini terdapat 4 skema fungsi untuk semua sistem
tindakan. Skema tersebut disebut dengan skema AGIL, yaitu (A) Adaptation,
suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat situasional
eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungannya dan
mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. (G) Goal
attainment, suatu sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
48

( I ) Integration, suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian


dari komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga imperatif
fungsional lainnya. Dan (L) Latency, suatu sistem harus menyediakan,
memelihara, dan memperbarui baik motivasi para individu maupun pola-pola
budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini MOS merupakan suatu kompleks
kegiatan yang ada di dalam sekkolah. Kegiatan MOS dibutuhkan sebagai
sarana beradaptasi bagi para siswa baru di SMA. Tidak hanya dengan antar
siswa baru, tetapi juga dengan warga sekolah, lingkungan sekolah, dan segala
peraturan yang berlaku di sekolah tersebut. Siswa perlu melakukan adaptasi
dengan lingkungan baru tersebut karena segala bentuk struktur yang ada di
SMP akam sangat berbeda dengan yang ada di SMA, maka MOS dikatakan
sebagai proses adaptasi. Kemudian dengan segala rangkaiannya, tujuan MOS
harus tersampampaikan kepada siswa-siswa peserta MOS dibantu oleh panitia
selaku pelaksana kegiatan MOS. Segala rangkaian MOS yang telah dilakukan
harus dapat mengintegrasi siswa baru karena sudah menjadi bagian dari warga
sekolah. Dengan menjalankan kegiatan MOS, siswa diharapkan dapat
menjamin stabilitas sekolah. Sebuah sistem harus dapat mengatur dan menjaga
antar hubungan pada bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sekolah
harus dapat memelihara dan memperbarui motivasi setiap individu maupun
pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi tersebut.

C. SARAN

1. Saran bagi siswa


a. Diharapkan siswa memahami tujuan kegiatan MOS dengan benar, sehingga
kegiatan MOS dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Siswa yang menyaksikan atau mendapat perlakuan bullying diharapkan
melapor kepada pihak sekolah.
49

2. Saran bagi pihak sekolah


a. Sekolah membuat kebijakan serta tindakan nyata kepada seluruh komponen
sekolah untuk meminimalisir tindakan bullying.
b. Sosialisasi oleh guru BK untuk membangun kesadaran serta pemahaman
kepada siswa mengenal dampak tindakan bullying.
c. Sekolah mengutamakan unsur pendidikan disamping pengenalan
lingkungan sekolah dalam rangkaian kegiatan MOS agar kegiatan MOS
bermanfaat bagi siswa.
50

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2013). Meminimalisir Bullying di Sekolah. Diperoleh 23 Juni 2015


dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=253200&val=6820
&title=meminimalisirbullyingdisekolah

Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Bintoro, T. Marhaenis Lika-Liku Perjalanan Mahasiswa Baru Mencapai Cita-cita


Bangsa Indonesia Edisi OSPEK. Diperoleh 12 Februari 2016 dari
http://gmniuny.files.wordpress.com

Fakultas Psikologi UI. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Fauziah,N. (2015). Mos di Depok masih diwarnai kegiatan nyeleneh. Diperoleh


13 Desember 2015 dari http://m.merdeka.com/peristiwa/mos-di-depok-
masih-diwarnai-kegiatan-nyeleneh.html

Hasfi, N. Kekerasan Simbolik (symbolic violence) Terhadap Suku Jawa Dalam


Program TV Hidup Ini Indah di Trans TV. Diperoleh 21 September
2015 dari http://core.ac.uk/download/pdf/11731990.pdf

Hizair, M.A. (2013). Kamus Lengkap. Jakarta : TAMER Jakarta.

Ikhsan, M. (2013). Sidak MOS, Rina Larang Keras Praktik Perploncoan.


Diperoleh 25 Maret 2015 dari http://joglosemar.co/2013/07/sidak-
mos-rina-larang-keras-praktik-perploncoan.html

Kompas.com. 2011. Baru 2 Hari Sekolah Amanda Meninggal. Dalam


(http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/13/13353954/Baru.2.Hari.Seko
lah.Amanda.Meninggal) diakses pada Jumat, 12 Februari 2016

Muhary, I. (2006). Ritus Penyambutan Mahasiswa Baru di Fakultas Ilmu Sosial


dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. Diperoleh 24 Agustus 2015
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15426/1/ker-mar-
2006-(13).pdf

Muljati, WH. (2014). KPAI : Kekerasan Dalam MOS Terus Berulang. Diperoleh
20 Maret 2015 dari http://sinarharapan.co/news/read/140714217/kpai-
kekerasan-dalam-mos-terus-berulang
51

Noviana, A. (2009). OSPEK dan Fenomena Kekerasan (Studi Fenomenologi


Tentang Pelaksanaan OSPEK Pada Mahasiswa di FKIP UNS Tahun
Ajaran 2008/2009). Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Pratiwi, A. (2012). Senioritas dan Perilaku Kekerasan Dikalangan Siswa (Studi


Kasus SMP PGRI 1 Ciputat Tangsel). Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Program Studi Sosiologi

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Sobur, A. (2013). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV


Pustaka Setia

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA, CV.

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas


Sebelas Maret.

Usman, I. Perilaku Bullying Ditinjau Dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan
Iklim Sekolah Pada Siswa SMA di Kota Gorontalo. Diperoleh 23 Juni
2015 dari http://perilaku-bullying-ditinjau-dari-peran-kelompok-teman-
sebaya-dan-iklim-sekolah-pada-siswa-sma-di-kota-gorontalo.pdf

Wagito, B. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi

Winangun, Y.W. W. (1990). Masyarakat Bebas Struktur. Yogyakarta : Kanisius


(anggota IKAPI).

Yuniar, T. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : P.T Agung


Media Mulia.

Anda mungkin juga menyukai