TERIMA KASIH.
tugas kelompok
NANO TEKNOLOGI
NANOENKAPSULASI
OLEH :
KELOMPOK 1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................i
Daftar isi ......................................................................................................ii
Bab I PENDAULUAN
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................2
C. Tujuan.................. ................................................................................... 2
D. Manfaat................. ...................................................................................2
Bab II TEORI UMUM................................................................................... 3-5
Bab III PEMBAHASAN
A. pengertian Nanoekapsuasi .......................................................................6
B. keuntungan partikel Nano dlm pelepasan obat........................................7
C. metode pembuatan Nanoenkapsulasi........................................................8-10
D. review jurnal............................................................................................. 11-19
Bab IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................20
Daftar pustaka .................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nanoteknologi menjadi salah satu bidangilmu Fisika, Kimia, Biologi, dan
Rekayasayang penting dan menarik beberapa tahunterakhir ini.Nanoteknologi
merupakan ilmu yangmempelajari partikel dalam rentang ukuran 1 -1000 nm.
Penggunaan nanopartikel sebagai pembawa obat dansistem pengantar obat telah
berkembang beberapa tahun terakhir. Ukuran nano partikel yang kecil menyebabkan
ekstrak mudah larut dan memiliki efisiensi penyerapan yang tinggi di usus. Beberapa
tahun terakhir, peneliti mulai mengembangkan aplikasi nanopartikel dalam bidang
kesehatan, terutama aplikasinya sebagai pembawa obat. Salah satu cara yang
digunakan adalah menggunakan proses nanoenkapsulasi, yaitu mengemas obat dalam
sebuah polimer dan dibuat dalam ukuran nano.
Bahan aktif yang memiliki sifat tidak stabil perlu dilindungi terhadap
degradasi fisik dan kimia akibat pengaruh lingkungan. Dalam pemanfaatannya,
efektivitas senyawa aktif bergantung pada kemampuannya untuk mempertahankan
bioaktivitas, stabilitas dan ketersediaannya selama proses pengolahan dan
penyimpanan. Melalui teknologi enkapsulasi, senyawa aktif yang kurang stabil dapat
dipertahankan stabilitasnya dalam penyimpanan.
Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan teknologi enkapsulasi pada
partikel berukuran nano. Nanoenkapsulasi sebagai perlindungan senyawa aktif
memiliki keuntungan, yaitu ukurannya yang kecil, luas permukaan besar dan dapat
dimasukkan ke dalam penyalut tanpa reaksi kimia. Aplikasi nanoenkapsulasi untuk
meningkatkan stabilitas senyawa aktif dari bahan alam menunjukkan kemajuan yang
terus meningkat karena keunggulannya dalam meningkatkan bioavailabilitas,
pengendalian pelepasan serta memperbaiki sifat senyawa aktif tersebut.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1) Apa itu nanoenkapsulasi?
2) Bagaimana keuntungan partikel nano dalam pelepasan obat?
3) Bagaimana metode pembuatan nanoenkapsulasi?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1) Apa itu nanoenakapsulasi.
2) Keuntungan partikel nano dalam pelepasan obat.
3) Metode pembuatan nanoenkapsulasi.
4. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalahdapat megetahui:
1) Apa itu nanoenkapsulasi.
2) Keuntungan partikel nano dalam pelepasan obat.
3) Metode pembuatan nanoenkapsulasi.
BAB II
TEORI UMUM
Senyawa aktif pada beberapa obat dan tanaman herbal biasanya memiliki
kelarutan yang rendah. Hal ini dapat diatasi dengan pendekatan menggunakan
partikel dengan ukuran nano sehingga dapat meningkatkan kelarutan dan penyerapan
di dalam tubuh. Saat ini, teknologi nano mulai banyak digunakan karena dalam
bentuk partikel nano, luas permukaan akan meningkat, dan aktivitasnya pun akan
meningkat. Tujuan utama dalam merancang partikel nano sebagai suatu system
pengiriman senyawa aktif adalah untuk (1)mengontrol ukuran partikel, sifat
permukaan dan pelepasan agen farmakologi aktif dalam rangka mencapai tindakan
situs-spesifik senyawa pada tingkat optimal (2)meningkatkan stabilitas
senyawa/protein; dan (3)memiliki sifat pelepasan terkontrol (Dewandari dkk., 2013).
Enkapsulasi adalah suatu proses penyalutan bahan-bahan inti yang berbentuk
cair atau padat dengan menggunakan suatu bahan penyalut khusus yang membuat
partikel-partikel inti mempunyai sifat fisika dan kimia seperti yang dikehendaki.
Bahan penyalut yang berfungsi sebagai dinding pembungkus bahan inti tersebut
dirancang untuk melindungi bahan-bahan terbungkus dari faktor-faktor yang dapat
menurunkan kualitas bahan tersebut.Bahan inti yang dilindungi dalam proses
enkapsulasi disebut sebagai core dan struktur yang dibentuk oleh bahan pelindung
yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding, membran, atau kapsul. Melalui teknik
enkapsulasi, inti yang berada di dalam kapsul akan terhindar dari pengaruh
lingkungan sehingga akan terjaga dalam keadaan baik dan inti tersebut akan
dilepaskan hanya ketika persyaratan kondisi terpenuhi.
Teknik enkapsulasi ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring
dengan perkembangan teknologi.Teknik enkapsulasi saat ini dapat dibedakan atas
ukuran partikel yang dihasilkan. Makrokapsul ditujukan untuk partikel yang
memilikipartikel berukuran >5.000 m, mikroenkapsulasi apabila memiliki ukuran
partikel 1- 5.000 m, dan nanoenkapsulasi apabila menghasilkan partikel berukuran
<1m.
Nanoenkapsulasi merupakan proses mengemas obat dalam sebuah polimer dan
dibuat dalam ukuran nano. Partikel dengan ukuran nano memungkinkan terjadinya distribusi
yang lebih baik pada produk serta dapat memperluas permukankontk partikel dengan bahan.
Selain itu, nanoenkpsulasi memungkinkan bahan aktif untuk lepas secara berkala melalui
lapisan enkapsulan, sehingga hal ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan aktif
(Yulia, 2014).
Kelebihan dari nanoenkapsulasi antara lain dapat meningkatkan stabilitas obat,
mengkontrol pelepasan obat dan dapat meningkatkan bioavailibilitas obat dalam tubuh
karena ukurannya nano sehingga lebih mudah melalui membran permeabel pada sel (Fahmi
dkk.,2016) . Pengendalian pelepasan obat dilakukan agar penggunaan obat lebih
efisien, untuk memperkecil efek samping, serta untuk mengurangi frekuensi
penggunaan obat. Selain kompatibel dengan atribut produk pangan seperti rasa, tekstur, dan
umur simpan, fungsi lain dari nanoenkapsulasi adalah melindungi dari bahan kimia atau
degradasi biologis, seperti oksidasi. Dalam system pengantaran obat, berperan sebagai
pembawa pembawa (carrier) dengan cara melarutkan, menjebak, mengenkapsulasi, atau
menempelkan obat di dalam matriksnya.
Senyawa aktif yang dienkapsulasi umumnya yang mudah bereaksi
dengansenyawa lain, cenderung tidak stabil, ataumemiliki waktu paruh eliminasi
yang singkat. Persebaran senyawa aktif, baik yang berwujud padat maupun cair,
dalam suatu kapsul dapat bermacam-macam. Senyawa aktifdapat terletak tepat di
tengah-tengah kapsuldan bertindak sebagai intinya, atau tersebar diseluruh kapsul
atau tidak terpusat pada satutitik saja.Senyawa aktif dapat terletak tepat di tengah-
tengah kapsul dan bertindak sebagai intinya (Gambar 1a), atau tersebar di seluruh
kapsul atau tidak terpusat pada satu titik saja (Gambar 1b).
Polimer yang bisa digunakan pada proses enkapsulasi suatu senyawa aktif
adalah yangbersifat biokompatibel dan biodegradabel. Hal ini disebabkan produk
yang dihasilkan akan dimasukkan ke dalam tubuh baik secara oral maupun intravena
dan topikal. Selain itu, polimer sebagaipenyalut tidakboleh bereaksi secara
kimiadengan senyawa aktif yang dibawa. Polimer yang dapatdigunakan untuk
prosesenkapsulasi antara lain alginat, kitosan, maltodekstrin dan etilselulosa.
Pembuatan nanoenkapsulasi telah dilakukan dengan berbagai metode, yaitu
metode spray drying, freeze drying dan spray freeze drying dan koeversi. Metode
spray drying adalah metode paling umum digunakan dalam proses enkapsulasi pada
industri makanan (Yulia, 2014). Proses yang terdapat dalam spray drying ada tiga
tahap: pertama, persiapan dari bahan-bahan yang akan disebarkan dan bahan emulsi
yang akan diproses; kedua, menghomogenisasikan bahan-bahan tersebut, dan yang
ketiga, menyemprotkan cairan-cairan tersebut dengan udara panas menuju
chamber(Pramesti,2014).
Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode enkapsulasi
dengan menggunakan suhu rendah yang dapat melindungi mutu hasil sediaan
khususnya yang sensitif pada panas.
Koaservasi kompleks merupakan suatu metode pembuatan nanopartikel
dengan memanfaatkan sifat makromolekul yang mengandung senyawa kation dan
anion untuk berinteraksi secara elektrostatik membentuk kapsul. Nanokapsul yang
terbentuk pada koaservasi kompleks merupakan hasil proses pemisahan fase yang
terjadi secara spontan dengan membentuk kompleks yang dapat larut, antara dua atau
lebih polimer. Koaservasi kompleks sangat berkembang pada bidang farmasi
khususnya pada enkapsulasi obat dimana salah satu keunggulan dari kapsul yang
dihasilkan pada metode koaservasi kompleks adalah waktu rilis core yang dapat
dikontrol. Keunggulan dari metode koaservasi kompleks dibandingkan dengan spray
drying adalah koaservasi kompleks tidak membutuhkan suhu tinggi pada aplikasinya
sebab cenderung dilakukan pada suhu rendah.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nanoenkapsulasi
Istilah nanoteknologi pertama kali dipopulerkan peneliti Jepang Norio
Taniguchi pada tahun 1974. Nanoteknologi merupakan teknologi yang mampu
mengerjakan dengan ketepatan lebih kecil dari satu mikrometer (seperjuta meter)
yakni dalam skala nanometer (sepermiliar meter), dengan aplikasi yang sangat luas
melingkupi hampir di seluruh kehidupan manusia. Secara umum, penerapan
nanoteknologi di industri pangan dapat ditemui pada berbagai sektor, diantaranya
pada pengolahan, produk, pemantauan kualitas, dan kemasan pangan.
Nanoenkapsulasi didefinisikan sebagai teknologi yang membungkus substansi
inti dalam skala nanometer atau 10-9 meter (Wang, et al 2009). Sedangkan menurut
Reis et al. (2006), nanoenkapsulasi merupakan suatu formasi yang terdiri atas zat
aktif yang diselubungi atau dikelilingi oleh bahan penyalut dengan diameter dari 1
hingga 1000 nm.
Pada nanoenkapsulasi dikenal istilah nanopartikel dan nanokapsul.
Nanopartikel terdiri atas zat aktif yang terbungkus dalam enkapsulan dan berwujud
cair. Berbeda dengan nanopartikel, nanokapsul terdiri atas zat aktif yang terbungkus
dalam enkapsulan yang disebut inti atau core, berwujud padat dengan sifat
permukaan hidrofilik atau hidrofobik. Nanokapsul merupakan hasil dari nanopartikel
yang telah dikeringkan dengan metode tertentu seperti spray drying, freeze drying,
vacuum drying, dan lain sebagainya.
Nanoenkapsulasi pada dasarnya merupakan zat pembawa, food enhancer dan
nutraceutical yang ditambahkan didalam bahan pangan (Chen dan Shahid 2006). Beberapa
perkembangan nanoenkapsulasi penting di bidang pangan adalah pemanfaatannya sebagai
bahan pembawa obat agar dapat dengan mudah diserap oleh tubuh, enkapsulasi asap cair
tempurung kelapa untuk memperpanjang umur simpan produk pangan (Ali et al 2014),
nanoenkapsulan antioksidan alami berbahan baku buah kecombrang (Naufalin 2011),
nanoenkapsulasi gabungan nutraceutical dan gum arab/maltodekstrin untuk menghalangi
pertumbuhan bakteri, penguat rasa bahan pangan dan memperbaiki kualitas produk (Kuzma
et al. 2008).
1. Spray Drying
2. Freeze Drying
3. Coacervation
Proses pembentukan partikel menggunkan metode gelasi
ionik/koeversi . Metode ini dipilih dikarenakan prosesnya yang sederhana,
tidak menggunakan pelarut organik, dan dapat dikontrol dengan mudah dan
dilakukan pada suhu yang tidak tinggi serta dapat mempertahankan zat
aktif/memperlama pelepasan zat aktif. Metode ini pembuatan nanopartikel
dengan memanfaatkan sifat makromolekul yang mengandung senyawa kation
dan anion untuk berinteraksi secara elektrostatik membentuk kapsul.
Nanokapsul yang terbentuk pada koeversi kompleks merupakan hasil
proses pemisahan fase yang terjadi secara spontan dengan membentuk
kompleks yang dapat larut, antara dua atau lebih polimer. Pembentukan
partikel terjadi akibat adanya interaksi ionik antara gugus amino pada kitosan
yang bermuatan positif dengan polianion yang bermuatan negatif membentuk
struktur network inter- dan/atau intramolekul tiga dimensi.. Kompleks
koaservasi atau gelasi ionik dapat diinduksi dalam sistem yang mempunyai
dua dispersi koloid hidrofilik dan mempunyai muatan yang berlawanan.
Netralisai muatan positif oleh muatan negatif menyebabkan pemisahan
kompleks. Mekanisme terbentuknya formulasi nanopartikel kitosan ini
berdasarkan pada interaksi elektrostatik antar gugus amina kitosan dengan
gugus bermuatan negatif dari suatu polianion.
Review Jurnal
Gambier (Uncaria gambir Roxb.) Merupakan salah satu komoditas ekspor
Indonesia yang sebagian besar dihasilkan di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Riau dan Sumatera Utara. Di antara berbagai senyawa kimia dalam gambir, catechin
(kelompok poliphenol) adalah yang terbesar dalam jumlah dan memiliki manfaat
yang paling penting bagi kesehatan.
Gambar 5. Penampilan dari larutan kitosan (kiri) dan nanoenkapsulasi catechin (kanan)
setelah analisis stabilitas emulsi.
Komponen utama dari gambir adalah katekin (catechin asam) dan
catechutannatacid. Gambir juga berisi quersetin sedikit (pewarna kuning).
Catechinis senyawa fenolik yang menghambat dan menjebak radikal bebas.
Senyawa fenolik / fenol yang dikenal sebagai fitokimia utama yang bertanggung
jawab untuk aktivitas antioksidan bahan tanaman. Beberapa faktor yang
mempengaruhi aktivitas antioksidan yang antioksidan konsentrasi, pH, suhu,
pengolahan dan penyimpanan. Aktivitas antioksidan meningkat dengan
peningkatan konsentrasi catechin dalam larutan. Proses epimerization atau
perubahan struktur katekin dari cis ke trans juga menunjukkan ketidakstabilan
ofcatechin. Epimerization terjadi pada suhu tinggi. Oleh karena itu, pengolahan
dengan suhu tinggi menurunkan aktivitas antioksidan.
Hasil analisis DPPH menunjukkan bahwa proses nanoemulsifikasi
menurunkan aktivitas antioksidan catechin. Aktivitas antioksidan dari ekstrak
catechin murni (konsentrasi 100%) adalah 315,733.53 ppm sedangkan pada
katekin nanoencapsulasi dengan konsentrasi larutan catechin dari 0,4%
(pengobatan terbaik) adalah 223,75 + 4 ppm. Kandungan katekin juga ditunjukkan
menurun dari larutan ekstrak catechin dehidrasi tonanoenkapsulasi catechin.
Ekstrak katekin memiliki kadar katekin yang lebih tinggi (42%), sedangkan
kandungan katekin dari nanoenkapsulasi katekin adalah 16,8%.
Nanoemulsifikasi yang tidak sempurna mungkin penyebabnya penurunan
aktivitas antioksidan dan kandungan katekin. Ekstrak catechin yang tidak
terbungkus dalam nanoemulsi dapat membentuk sedimen, sehingga menurunkan
katekin dalam larutan.
Stabilitas katekin dipengaruhi oleh pH, stabil pada pH <4 dan tidak stabil pada
pH> 6 11. Sebuah pemanas berkepanjangan dan pemanasan dalam larutan basa
dapat menyebabkan perubahan dari katekin menjadi asam katekutomik, dan
karena itu menurunkan aktivitas antioksidan. Ketidakstabilan antioksidan juga
dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen. Jumlah oksigen yang lebih tinggi dan lebih
rendah konsentrasi antioksidan akan meningkatkan oksidasi katekin. Proses
nanoencapsulasi katekin memperluas luas permukaan sehingga memungkinkan
lebih banyak katekin yang kontak dengan oksigen dan meningkatkan oksidasi dan
menurunkan aktivitas antioksidan katekin. Ketidakstabilan molekul antioksidan
akan mengurangi nilai fungsional makanan. Pemberian antioksidan dalam
makromolekul adalah cara yang baik untuk mengurangi oksidasi karena
terbatasnya akses oksigen ke molekul.
c. Kesimpulan
Nanoenkapsulasi katekin dengan ukuran partikel terbaik diperoleh dari
formula dengan konsentrasi larutan kitosan 0,2%, larutan katekin 0,4%, larutan
0,1% Na-TPP dan rasio kitosan dan Na-TPP 7: 1, dengan ukuran partikel 137,6
nm. Katekin nanoenkapsulasi memiliki topografi permukaan partikel yang bagus,
struktur internal partikel dan stabilitas emulsi. Berdasarkan analisis kandungan
katekin, ditemukan bahwa nanoenkapsulasi katekin mengandung katekin 16,8%
dan aktivitas antioksidan 223,75 + 4 ppm.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dewandari, K. T., Christina, W., dan Gustri Yeni., 2013, Tknologi Nanoenkapsulasi
untuk Meningkatkan Aktivitas Farmakologi Bahan Aktif Herbal, Buletin
Teknologi Pascapanen Pertanian, 9(2).
Fahmi, M. Z., Hery S., Shofi, Y. N., Yogi, P. H., 2016, Studi Pelepasan Terkontrol
Terhadap NanoenkapsulasiDimetoksi Amino Calkon Sebagai Desain
Kandidat SenyawaAnti Kanker Yang Efektif, Journal Kimia Rise, 1(2).
Kailaku, S. I., Ira, M. and Andi, N. M., 2014, Formulation of Nanoencapsulated
Catechin with Chitosan as Encapsulation Material, Procedia Chemistry,
Vol.9.
Pramesti, E. D., 2014, Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Pala (Myristica
Fragrans H) Terenkapsulasi pada Pure Jambu BijiMerah (Psidium Guajava
L), Skripsi, Departemen Ilmu Dan Teknologi PanganFakultas Teknologi
PertanianInstitut Pertanian Bogor.
Praptiningsih, Y., dan Palupi, N. W., 2015, Aplikasi Tapioka pada Enkapsulasi
Antiokasidan dari Ampas Seduhan Kopi dengan Teknik Coacervation,
Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing, Universitas Jember.
Yeni, G., 2015, Rekayasa Proses Nanoenkapsulasi KonsentratKatekin Dari Gambir
(Uncaria Gambir Roxb.)Sebagai Antioksidan, Tesis, Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Yulia, R., 2014, Nanoenkapsulasi Asap Cair dengan Kotosan dan Maltodekstrin Serta
Aplikasinya pada Pengawetan Ikan, Seminar Jurnal, Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian UGM.
Metode Nanoenkapsulasi
Pembentukan partikel terjadi akibat adanya interaksi ionik antara gugus amino pada
kitosan yang bermuatan positif dengan polianion yang bermuatan negatif membentuk struktur
network inter- dan/atau intramolekul tiga dimensi.. Kompleks koaservasi atau gelasi ionik
dapat diinduksi dalam sistem yang mempunyai dua dispersi koloid hidrofilik dan
mempunyai muatan yang berlawanan. Netralisai muatan positif oleh muatan negatif
menyebabkan pemisahan kompleks. Mekanisme terbentuknya formulasi nanopartikel
kitosan ini berdasarkan pada interaksi elektrostatik antar gugus amina kitosan dengan
gugus bermuatan negatif dari suatu polianion.