OLEH
KELOMPOK 1
ANTONIA RAINATA KUSWIKAN PRAHARSIWI (C13113316)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
Carpal Tunnel Syndrome
Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
semakin modern pola dan gaya hidup masyarakat masa kini. Gedung pencakar langit, burung
besi yang semakin canggih, industri semakin modern, gadget dan pola hidup kini semakin
instan akibat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tidak semua
hal tersebut memberikan pengaruh positif. Contohnya saja, penggunaan komputer, gadget,
proses pengepakan di perusahaan dan gaya hidup lainnya dapat menyebabkan Cummulative
Trauma Disorder atau biasa juga disebut Repetitive Strain Injury. Gangguan ini merupakan
gangguan yang terjadi akibat gerakan biomekanika berulang-ulang yang memberikan tekanan
pada tubuh.
Jika kita ingin melihat penelitian yang dilakukan pada tahun 1984 oleh Occupational
Safety and Health Administrasion Amerika Serikat, mengatakan bahwa prinsip ergonomi
sangat penting untuk mencegah terjadinya CTD. Prinsip ergonomi adalah prinsip yang kita
lupakan dalam pola hidup kita saat ini.
Berbicara tentang gangguan CTD, diketahui bahwa upper extremity adalah bagian
yang lebih tersering terkena gangguan CTD ini. Hal itu diebabkan oleh titik gravitasi pada
tubuh kita terdapat pada upper extremity, dan pada bagian upper extremity jugalah, gerakan
berulang-ulang yang sering kita lakukan.
CTS merupakan penyebab terbanyak dari sindrome jepitan saraf perifer (62%) yang
sering dialami pada wanita dibandingkan pria, dimana pada wanita sering teradi pada usia 40-
60 tahun, bersifat bilateral 20-30% dan terjadi lebih dari 10% populasi orang dewasa
(Treaster & Burr, 2006).
Carpal Tunnel Syndrome (CTS ) salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badanbadan
statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan
pekerja-pekerja industri. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
tahun 1990 memperkirakan 15-20 % pekerja Amerika Serikat berisiko menderita
Cummulative Trauma Disorders (CTDs). Catatan Bureau of Labour Statistics (BLS) pada
tahun 1992, menunjukkan bahwa dari seluruh kasus yang dilaporkan, separuhnya didiagnosa
sebagai CTS. Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya yang harus
dikeluarkan (pengobatan medis, rehabilitasi, kompensasi hilangnya jam kerja, biaya pensiun
awal, juga pelatihan pekerja baru, dan lain-lain) membuat permasalahan ini menjadi masalah
besar dalam dunia okupasi.
National Health Interview Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering mengenai
wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia
> 55 tahun, biasanya antara 40 60 tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah
diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan
yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13%
kiri ) dan 58% bilateral.
Agustin , Cris Purwandari Mulyawati .2012. Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Kejadian Sindrom
Karpal Pada Pembatik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 7 (2) (2012) 170-176
Agustin, Cris Purwandari Mulyawati. 2013. Hubungan Masa Kerja Dan Sikap Kerja
Dengan Kejadian Sindrom Terowongan Karpal Pada Pembatik Cv. Pusaka Beruang
Lasem. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Gorsch,Ron. 2001. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME. October 2001
Green ,Timothy P,dkk. 2011. Carpal tunnel syndrome diagnosis: validation of a clinic-based
nerve conduction measurement device. Journal Biomedical Science and Engineering, 4,
pp. 282-288
I. Ibrahim, dkk. 2012. Carpal Tunnel Syndrome: A Review of the Recent Literature. The
Open Orthopaedics Journal, 2012, 6, (Suppl 1: M8) pp. 69-76
J. J. DIAS,dkk. 2004 .Carpal Tunnel Syndrome And Work. The British Society for Surgery of
the Hand. Elsevier
Katz, Jeffrey N. . 2002. Carpal Tunnel Sydrome. N Engl J Med, Vol. 346, No. 23
Kotwal, Prakash P., Varshney, Manish Kumar . Carpal tunnel syndrome: Controversies and
Consensus
Kurniawan, Bina,dkk. 2008. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 3. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Mutiara,P.2013. Sindrom Metakarpal, Hipertensi Grade Ii, Dan Dispepsia Profesi Tukang
Pijat Dan Tulang Punggung Keluarga. Jurnal. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Medula, Volume 1, Nomor 3.
RAMBE, ALDY S. . 2004. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Jurnal.
Universitas Sumatera Utara
Rampen, Wudangadi JB. 2011. Sindrom terowongan karpal pada pekerja yang terpajang
tekanan/domekamis berulang pada tangan dan pergelangan tangan di pabrik ban P.T.
BSIN. Tesis. Universitas Indonesia
Saerang, Denniel dkk. 2015. Insiden Carpal Tunnel Syndrome Berdasarkan Anamnesis Pada
Karyawan Bankdi Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3,
Nomor 1
Setyowati ,Dina Lusiana.2015. Related Factors Of Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Among
Onion Skin Peeler Worker At Segiri Samarinda, East Kalimantan .Departement of
Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Mulawarman. pp.125-132
Utama ,Vega Indra. Susanti, Nur ,. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi Ultra Sound Dan
Terapi Latihan Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Sinistra Di Rsud Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal. Universitas Pekalongan
Zuhri, Saifudin dkk.(2012). Latihan Neural Stretching Dan Penurunan Nyeri Penderita
Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 1(Mei), p61-66.