Anda di halaman 1dari 11

EPIDEMIOLOGI : CARPAL TUNNEL SYNDROME

OLEH

KELOMPOK 1
ANTONIA RAINATA KUSWIKAN PRAHARSIWI (C13113316)

ANDI VERANITA (C13113029)

ICHA RIZANI CUNYANA (C13113001)

RANGGA ARDIAN PRADANA (C13113315)

RISNA YUNITA (C13113007)

YOLA ARIMBI (C13113310)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROFESI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015
Carpal Tunnel Syndrome

Dewasa ini, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
semakin modern pola dan gaya hidup masyarakat masa kini. Gedung pencakar langit, burung
besi yang semakin canggih, industri semakin modern, gadget dan pola hidup kini semakin
instan akibat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, tidak semua
hal tersebut memberikan pengaruh positif. Contohnya saja, penggunaan komputer, gadget,
proses pengepakan di perusahaan dan gaya hidup lainnya dapat menyebabkan Cummulative
Trauma Disorder atau biasa juga disebut Repetitive Strain Injury. Gangguan ini merupakan
gangguan yang terjadi akibat gerakan biomekanika berulang-ulang yang memberikan tekanan
pada tubuh.

Cummulative Trauma Disorder dapat menyerang bagian jaringan lunak, jaringan


keras dan bahkan dapat menyerang saraf. CTD dapat menyebabkan nyeri menjalar sepanjang
lesi, dapat menyebabkan parasthesia dan dapat menyebabkan spasme otot sekitar lesi. Gaya
hidup masa kini membuat siapapun dapat berpotensi terkena gangguan CTD ini.

Jika kita ingin melihat penelitian yang dilakukan pada tahun 1984 oleh Occupational
Safety and Health Administrasion Amerika Serikat, mengatakan bahwa prinsip ergonomi
sangat penting untuk mencegah terjadinya CTD. Prinsip ergonomi adalah prinsip yang kita
lupakan dalam pola hidup kita saat ini.

Berbicara tentang gangguan CTD, diketahui bahwa upper extremity adalah bagian
yang lebih tersering terkena gangguan CTD ini. Hal itu diebabkan oleh titik gravitasi pada
tubuh kita terdapat pada upper extremity, dan pada bagian upper extremity jugalah, gerakan
berulang-ulang yang sering kita lakukan.

Epicondilitis, Carpal Tune Syndrom, Ganglion cyst, Neuritis finger,dan Tenosinovitis


adalah beberapa contoh gangguan pada Cummulative Trauma Disorder. Diantara macam-
macam gangguan tersebut Carpal Tune Syndrom adalah gangguan tersering yang terjadi
pada Cummulative Trauma Disorder. Carpal Tune Syndrom ialah jebakan pada terowongan
carpal sehingga n. Medianustertekan. Melihat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sangat
banyak aktivitas yang kita lakukan yang berhubungan dengan wrist. Tentu saja paling besar
diakibatkan oleh komputer dan apalagi kalau bukan handphone !
Carpal Tunnel Syndrome (CTS terletak di pergelangan tangan. Kerangkanya dibentuk
oleh 8 buah tulang karpal yang tersusun atas dua deret. Deretan proksimal terdiri dari (lateral
ke medial) tulang Navikulare, Lunatum, Trikwetrum dan Pisiformis. Deretan distal terdiri dari
(lateral ke medial) tulang Trapesium (multangulum mayus), Trapezoidum (mulatangulum
minus), Kapitatum dan Hamatum. Di bagian proksimal tulang karpal ini bersendi dengan
bagian distal tulang radius dan tulang ulna, sedangkan distal dari deretan distal bersendi
dengan tulang metakarpal. Deretan proksimal dengan distal berhubungan melalui sendi
midkarpal. Tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah volar.
Persendian yang banyak ini menyebabkan berbagai macam pergerakan pergelangan, terutama
sendi radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen yang menghubungkan sendi
juga banyak mempengaruhi posisi tulang tersebut
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindroma pada pergelangan tangan yang
terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus. Keluhan CTS sering dijumpai pada
praktek klinis sehri-hari berupa rasa nyeri, rasa kebas, kesemutan, mati rasa, dingin dan
kadang-kadang lemah atau kaku jika menggunakan jari-jari terutama ujung ibu jari, jari
telunjuk dan jari tengah dan setengah sisi radial jari manis (Rasyad, 1998).Beberapa
problemnya diidentifikasi berdasarkan hasil-hasil kejian fisioterapi yang meliputi: assesment,
diagnosis, planning, intervention dan evaluasi. Intervensi fisioterapi berupa aspek: promotive,
curative, rehabilitative, dan maintenance dengan modalitas dasar fisoterapi. Keluhan nyeri
pada CTS akan sangat mengganggu aktifitas kegiatan sehari-hari yang melibatkan fungsional
tangan juga akan mengganggu ketenangan tidur pada malam hari, selain itu dapat pula
mengakibatkan kelemahan pada otot thenar yang akan mempengaruhi kemampuan fungsional
tangan seperti menggenggam, menjepit dan sebagainya. Dalam penanganan kuratif dirumah
sakit dan klinik, penderita dengan keluhan nyeri pergelangan tangan yang di diagnosis
sebagai CTS ini umumnya direkomendasikan untuk mendapatkan intervensi dari fisioterapi.

CTS merupakan penyebab terbanyak dari sindrome jepitan saraf perifer (62%) yang
sering dialami pada wanita dibandingkan pria, dimana pada wanita sering teradi pada usia 40-
60 tahun, bersifat bilateral 20-30% dan terjadi lebih dari 10% populasi orang dewasa
(Treaster & Burr, 2006).

Carpal Tunnel Syndrome (CTS ) salah satu penyakit yang dilaporkan oleh badanbadan
statistik perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan
pekerja-pekerja industri. The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
tahun 1990 memperkirakan 15-20 % pekerja Amerika Serikat berisiko menderita
Cummulative Trauma Disorders (CTDs). Catatan Bureau of Labour Statistics (BLS) pada
tahun 1992, menunjukkan bahwa dari seluruh kasus yang dilaporkan, separuhnya didiagnosa
sebagai CTS. Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya yang harus
dikeluarkan (pengobatan medis, rehabilitasi, kompensasi hilangnya jam kerja, biaya pensiun
awal, juga pelatihan pekerja baru, dan lain-lain) membuat permasalahan ini menjadi masalah
besar dalam dunia okupasi.

Sebuah survei di California memperkirakan 515 dari 100.000 pasien mencari


perhatian medis untuk carpal tunnel syndrome pada tahun 1988. Di Belanda, prevalensinya
dilaporkan 220 per 100.000 orang

Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome di Amerika Serikat telah diperkirakan


sekitar 1-3 kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan revalensi sekitar 50 kasus dari
1.000 orang pada populasi umum. Orang tua setengah baya lebih mungkin beresiko
dibandingkan orang yang lebih muda, dan wanita tiga kali lebih sering daripada pria.

National Health Interview Study (NIHS) mencatat bahwa CTS lebih sering mengenai
wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia
> 55 tahun, biasanya antara 40 60 tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah
diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan
yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13%
kiri ) dan 58% bilateral.

Perkembangan CTS berhubungan dengan usia. Phalen melaporkan jumlah kasus


meningkat untuk setiap dekade usia 59 tahun, setelah itu, jumlah kasus di setiap dekade
menurun. Atroshi et al. mengamati serupa distribusi usia dengan prevalensi tertinggi CTS
pada pria dari 45-54 tahun dan wanita usia 55-64. Lunak dan Rudolfer menemukan bahwa
kasus CTS memiliki distribusi usia dengan puncak pada usia 50-54
Di Indonesia, prevalensi STK dalam masalah kerja belum diketahui karena sangat
sedikit diagnosis penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Berbagai penelitian melaporkan
bahwa STK merupakan salah satu jenis CTD yang paling cepat menimbulkan gejala pada
pekerja. Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan
mendapatkan prevalensi STK antara 5,6%-14,8% (Lusianawaty Tana, 2003:99). Penyebab
dari STK dapat terjadi karena trauma langsung pada carpal tunnel, posisi pergelangan fleksi
dan ekstensi berulang, edema, kelainan sistemik (Rudiansyah Harahap, 2003:51).
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh
beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan
ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah STK.
Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut usia.
Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang pada pergelangan tangan dengan
bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk STK.
Menurut Long (1996) STK disebabkan oleh tekanan pada nervus median dari
pergelangan tangan (Lukman, dkk., 2009:162). Penyebab utama STK sering sangat sukar
ditentukan, apakah karena kondisi kerja atau karena suatu penyakit. Pada banyak pasien
dengan STK. Penyebab dasar dari keluhan tidak dapat ditemukan. Menurut Tanaka,
mekanisme patofisiologis terjebaknya saraf medianus adalah berbeda antara pekerja dan
bukan pekerja, atau untuk lebih tepat antara yang melakukan pekerjaan dengan gerak tangan
berulang dan yang tidak melakukan pekerjaan dengan gerak tangan berulang.
Tak ada asap tanpa api! Mungkin kalimat tersebut dapat mewakili pernyataan bahwa
Carpal Tunnel Syndrome tak akan terjadi begitu saja. Ada faktor yang menyebabkannya, baik
secara langsung ataupun secara tidak langsung. Sebut saja pertama, yaitu trauma langsung ke
carpal tunnel yang menyebabkan penekanan, misalnya Colles frakture dan edema akibat
trauma tersebut. Kita dapat pahami bahwa terjadinya CTS diakibatkan oleh trauma langsung
ke n.medianus pada carpal yang diakibatkan oleh tekanan dari tulang yang patah pada bagian
carpal.
Selanjutnya, hal yang menyebabkan terjadinya CTS ialah posisi pergelangan tangan
misalnya fleksi akut pada saat tidur, imobilisasi pada posisi fleksi dan deviasi ulnar yang
cukup besar. Penyebab lainnya yaitu Trauma akibat gerakan fleksi-ekstensi berulang
pergelangan tangan dengan kekuatan yang cukup seperti pada pekerjaan tertentu yang banyak
memerlukan gerakan pergelangan tangan. Tumor atau benjolan yang menekan carpal tunel
seperti ganglion, lipoma, xanthoma, Edema akibat infeksi, Edema inflamasi yang disertai
arthritis rematoid, tenosynovitis seperti penyakit de Quervain dan trigger finger, Osteofit
sendi carpal akibat proses degenerasi, Kelainan sistemik seperti: obesitas, diabetes militus,
disfungsi tiroid, amiloidosis, Edema pada kehamilan adalah penyebab lain yang dapat
menyebabkan CTS . Hal ini dikutip dalam jurnal yang diterbitkan Rudiansyah Harahap di
tahun 2003.
Sedangkan , jika dilihat dari sumber yang berbeda yaitu telah diungkapkan oleh
Gilory J pada tahun 2000 beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunnel syndrome antara lain : Herediter: neuropati herediter yang cenderung
menjadi pressure palsy, misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe
III. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan
tangan. Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan. Pekerjaan
: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang.
Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat
dan pemain musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan
tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome. Infeksi: tenosinovitis,
tuberkulosis, sarkoidosis. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan,
khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, dan tendon dari
simpanan zat yang disebut mukopolisakarida. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau
androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan. Neoplasma: kista ganglion, lipoma,
infiltrasi metastase, mieloma. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia
reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik. Degeneratif: osteoartritis. Iatrogenik :
punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma, komplikasi dari
terapi anti koagulan. Faktor stress yaitu Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang
mengelilingi tendon menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.
Selanjutnya, jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda maka faktor yang
mempengaruhi terjadinya Carpal Tunnel Syndrome diantaranya ialah Umur, Jenis Kelamin,
Kebiasaan atau hobi, riwayat penyakit dan pekerjaan.
Dari segi umur, umumnya terjadi pada usia 29 sampai 62 tahun. Jumlah penderitanya
cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dan usianya cenderung semakin muda. Salah satu
penelitian di Amerika menyebutkan saat ini Carpal Tunnel Syndrome mengincar penderita
25-34 tahun.
Dari segi Jenis Kelamin, Perempuan ternyata memiliki risiko terkena Carpal Tunnel
Syndrome lima kali lebih besar dibandingkan pria. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan priapun dapat terkena Carpal Tunnel Syndrome pula.
Dari segi Kebiasaan atau hobi, Syndroma ini mengincar orang yang banyak melakukan
pekerjan dengan tangan terutama jenis pekerjaan yang menuntut jari dan pergelangan tangan
bergerak secara ritmik dan terus menerus seperti mengetik,memainkan alat musik seperti
gitar maupun piano, menulis serta memasak.
Dari segi Riwayat penyakit,seperti rheumatoid arthritis, pregnancy, diabetes melitus,
menopause, obesitas, penyakit raynoud serta akromegali. Kondisi ini sering terjadi pada
wanita karena wanita terjadi perubahan hormon yang menyebabkan penyerapan cairan dan
pembengkakan jaringan lebih sering terjadi seperti padasaat pregnancy, premenstruasi
syndrome serta menopause.
Dari segi Riwayat Pekerjaan, Pekerjaan yang berisiko menyebabkan Carpal Tunnel
Syndrome berdasarkan berbagai penelitian antara lain : penjahit, pekerja garmen, pengemasan
makanan beku, pengeepakan barang, pekerja pabrik mobil dan pesawat terbang , juru tulis,
juru ketik penyortir surat, tukang kayu, tukang cuci pakaian, pengecor logam, operator
komputer, pemain alat musik dan pemainjenis olahraga tertentu.
Faktor risiko carpal tunnel syndrome terdiri dari okupasi dan non okupasi faktor yang
berhubungan dengan kejadian CTS pada pekerja industri. Faktor risiko okupasi yaitu bekerja
dengan cepat, gerakan berulang, pekerjaan yang banyak menggunakan pergelangan tangan
dan getaran. Faktor yang bukan okupasi yaitu jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh,
merokok, status kehamilan (Maghsoudipour, 2008).
Jika ingin melakuka penelitian terkait CTS ini maka gunakanlah metode
observasional-analytic dengan pendekatan cross sectional.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, lembar informed consent,
kuesioner, dan kamera. Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari
responden (data primer), diawali dengan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian
kemudian dilanjutkan dengan pengisian informed consent, observasi dan perekaman gerakan
repetisi, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan fisik dengan tes Phalen. Data yang telah
diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian
data diolah menggunakan program statistik.
Dalam penelitian ini, dari 47 orang ditemukan 13 orang mengalami gejala khas CTS
yaitu CTS unilateral kanan 6 orang (13%), CTS unilateral kiri 1 orang (2%) dan CTS bilateral
atau kedua-dua tangan 6 orang (13%), sehingga didapatkan insiden CTS pada karyawan Bank
di kota Bitung sebesar 28% (13/47 orang). Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan
oleh Lie T. Merjanti (2004) yang mengatakan prevalensi CTS sebesar 27%. Juga penelitian
yang dilakukan oleh Tana Lusianawati (2002) dimana dari 814 pekerja garmen di temukan
sebesar 165 orang (20,3%). Namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh The
National Institute of Occupation safety and Health pada tahun 1997 yaitu 50% pekerja di
negara maju menderita CTS diakibatkan karena aktifitas di tempat kerja.
Berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh karyawan maka nyeri merupakan keluhan
yang paling banyak dialami yaitu 7 dari 13 orang yang menderita CTS (54%). Keluhan rasa
baal dan kesemutan ditemukan pada 6 dari 13 orang yang enderita CTS (46%). Hal iIni sesuai
dengan penelitian Lie Merjanti dimana kesemutan merupakan keluhan yang terbanyak.
Barnhart (1991) mendapati keluhan yang terbanyak muncul pada responden dengan gerakan
repetitif ialah nyeri pada satu atau kedua tangan. Hal ini juga mendukung teori yang
dikemukakan oleh Bambang Darwono dimana nyeri pada tangan terutama pada pergelangan
tangan merupakan gejala yang timbul pada CTS.
Pada penelitian ini juga di temukan bahwa berdasarkan jenis kelamin CTS lebih
banyak diderita oleh perempuan yaitu 23% (11 orang) dan laki-laki 4% (2 orang) dari 47
responden. Walaupun memang lebih banyak perempuan yang menjadi responden namun
penelitian ini juga membuktikan teori yang telah ada dimana CTS lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria (3:1). Hal ini dikarenakan wanita memiliki terowongan karpal yang
lebih kecil dibandingkan pria. Pada beberapa penelitian wanita dikatakan lebih banyak
menderita CTS karena pengaruh hormon, namun dalam penelitian ini pengaruh hormon tidak
diteliti.
Beberapa teori mengemukakan bahwa usia umum terjadinya CTS ialah 30-60 tahun
dikarenakan pada orang tua ukuran penampang terowongan 2,5cm dan panjangnya kurang
lebih 9-16 meter, namun dalam penelitian ini ditemukan juga CTS pada usia 26-30 tahun
yaitu 11% (5/47 orang), usia 20-25 tahun sebesar 9% (5/47 orang), diikuti usia 31-50 tahun
sebesar 2% .Bedasarkan tingkat pendidikan ternyata dari 47 responden kebanyakan memiliki
pendidikan strata 1 sebesar 23 % (11/47 orang). Berdasarkan jenis pekerjaan, pekerjaan teller
memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 13% (6/47 orang). Hal ini dikarenakan teller
merupakan pekerjaan dengan menggunakan kontraksi otot yang kuat dan disertai dengan
gerakan repetitif tinggi yaitu prevalensi 5,6% menurut ilverstein (1987),3 kemudian bagian
administrasi 9% (4/47 orang) dan customer service 6% (3/47 orang). Hal ini sesuai dengan
pustaka yang mengatakan persentase CTS lebih meningkat pada pekerjaan yang sering
menggunakan komputer seperti bagian teller, customer service, dan administrasi. OSHA
(1999) mencatat bahwa sebanyak 46% dan 36% pengolah data dipastikan mengalami CTS.6
Mengetik termasuk sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kompresi saraf median
(Szabo,1989).3
Pada penelitian ini ditemukan masa kerja 1-5 tahun merupakan persentase CTS
terbesar yaitu 17% (8/47 orang). Padahal di perkirakan bahwa masa kerja yang lebih lama
lebih berisiko terkena CTS karena aktifitas yang dilakukan, Hal ini disebabkan kebanyakan
karyawan baru di tugaskan di bagian teller yaitu bagian dengan prevalensi tertingi untuk
CTS. Masa kerja yang dapat menyebabkan CTS walaupun persentasenya kecil yaitu masa
kerja 6-10 tahun 6% (3/47 orang) dan masakerja >10 tahun 6% (3/47 orang).
Posisi tangan merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat mengakibatkan CTS.
Dari pengamatan kebanyakan karyawan lebih suka meletakan keyboard komputer lebih tinggi
dari posisi pergelangan tangan sehingga pergelangan tangan dalam posisi tergantung saat
mengetik. Ada juga yang meletakan keyboard komputer lebih rendah dari pada posisi
pergelangan tangan sehingga pergelangan tangan menjadi tertekan. Kedua posisi ini dapat
menyebabkan tekanan pada nervus medianus dalam terowongan karpal sehingga mengakibat-
kan terjadinya CTS. Dari posisi tangan ini ditemukan bahwa posisi tangan yang lebih tinggi
dari keyboard komputer mengakibat-kan 21% (10/47 orang) menderita CTS dan 6%
(3/47orang) ditemukan pada posisi tangan yang lebih rendah dari keyboard komputer.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin , Cris Purwandari Mulyawati .2012. Masa Kerja, Sikap Kerja Dan Kejadian Sindrom
Karpal Pada Pembatik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 7 (2) (2012) 170-176

Agustin, Cris Purwandari Mulyawati. 2013. Hubungan Masa Kerja Dan Sikap Kerja
Dengan Kejadian Sindrom Terowongan Karpal Pada Pembatik Cv. Pusaka Beruang
Lasem. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Faidah ,Nurul., Rakasiwi, Andung Maheswara . Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi


Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Dextra Dengan Modalitas Ultrasound (Us) Dan Terapi
Latihan Di Rsud Bendan Kota Pekalongan.

Fitriani, Rovita Nur.2012. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome) .


Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Islam
Syarif Hidayatullah

Gorsch,Ron. 2001. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME. October 2001

Green ,Timothy P,dkk. 2011. Carpal tunnel syndrome diagnosis: validation of a clinic-based
nerve conduction measurement device. Journal Biomedical Science and Engineering, 4,
pp. 282-288

Hendrik, Sutopo L., 2005 . Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal.

Huldani . 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Referat. Universitas Lambung Mangkurat

I. Ibrahim, dkk. 2012. Carpal Tunnel Syndrome: A Review of the Recent Literature. The
Open Orthopaedics Journal, 2012, 6, (Suppl 1: M8) pp. 69-76

J. J. DIAS,dkk. 2004 .Carpal Tunnel Syndrome And Work. The British Society for Surgery of
the Hand. Elsevier

Katz, Jeffrey N. . 2002. Carpal Tunnel Sydrome. N Engl J Med, Vol. 346, No. 23

Kotwal, Prakash P., Varshney, Manish Kumar . Carpal tunnel syndrome: Controversies and
Consensus

Kurniawan, Bina,dkk. 2008. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada
Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 3. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Mutiara,P.2013. Sindrom Metakarpal, Hipertensi Grade Ii, Dan Dispepsia Profesi Tukang
Pijat Dan Tulang Punggung Keluarga. Jurnal. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Medula, Volume 1, Nomor 3.

NafiUrrouf , Muhammad Habibie. 2015. Karya Tulis Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi


Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Sinistra Di Rsud Harjono Ponorogo. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pratiwi TN, dkk.2013.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) Pada Pekerja Pembersih Kulit Bawang Di Unit Dagang (UD)
Bawang

RAMBE, ALDY S. . 2004. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Jurnal.
Universitas Sumatera Utara

Rampen, Wudangadi JB. 2011. Sindrom terowongan karpal pada pekerja yang terpajang
tekanan/domekamis berulang pada tangan dan pergelangan tangan di pabrik ban P.T.
BSIN. Tesis. Universitas Indonesia

Saerang, Denniel dkk. 2015. Insiden Carpal Tunnel Syndrome Berdasarkan Anamnesis Pada
Karyawan Bankdi Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3,
Nomor 1

Setyowati ,Dina Lusiana.2015. Related Factors Of Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Among
Onion Skin Peeler Worker At Segiri Samarinda, East Kalimantan .Departement of
Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health, Mulawarman. pp.125-132

Sholikhah ,Maratus.2013. Hubungan Antara Lama Mengetik Dengan Keluhan Carpal


Tunnel Syndrome Pada Pekerja Rental Di Belakang Kampus Uns. Skripsi. Surakarta:
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Tana, Lusianawaty.2003. Sindrom Terowongan Karpal Pada Pekerja: Pencegahan Dan


Pengobatannya. Jurnal Kedokteran Trisakti. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI

Utama ,Vega Indra. Susanti, Nur ,. 2013. Penatalaksanaan Fisioterapi Ultra Sound Dan
Terapi Latihan Pada Kasus Carpal Tunnel Syndrome Sinistra Di Rsud Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal. Universitas Pekalongan

Zuhri, Saifudin dkk.(2012). Latihan Neural Stretching Dan Penurunan Nyeri Penderita
Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 1(Mei), p61-66.

Anda mungkin juga menyukai