Contoh 141 PDF
Contoh 141 PDF
BAB
DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Lengan momen dan momen tiap gaya ditunjukkan pada table berikut.
Gaya (N) Lengan Torsi Torsi
http://atophysics.wordpress.com
2
(b) Partikel B dan C terletak pada poros BC sehingga momen inersia yang dihasillkan
keduanya sama dengan nol. Jadi, hanya partikel A yang menghasilkan momen inersia
terhadap poros BC, dengan rA = AC = 0,40 m.
I= mi ri 2 = m A rA2
i
= (0,30 kg) (0,40 m)2
= 0,048 kg m2
Gambar 6.9 Bayangkan batang homogen terdiri atas berbagai elemen dx yang memiliki
koordinat x terhadap poros. Untuk poros melalui titik tengah batang (titik O), koordinat x
mulai dari -/2 sampai dengan (kasus b).
Jawab:
Bayangkan batang homogen terdiri atasa berbagai elemen dx yang memiliki koordinat x
terhadap poros. Momen inersia batang dapat dihitung dengan persamaan (6-8).
I = r2 dm
M
dengan r = x dan dm = dx (lihat persaman (6-9)), maka persamaan menjadi
L
M
I = r2 dx = M x 2 dx
L L
M x3
I=
L 3
(a) Untuk poros melalui titik tengah batang (kasus (a) pada Gambar 6.9), sumbu tegak yang
melalui O adalah YO dan tampak bahwa koordinat x mulai dari x = L/2 sampai dengan
x = +L/2. Karena titik tengah batang yang diperoleh dari Persamaan (6-10) adalah
L/2
M x3
I =
L 3 L / 2
M
=
3L
[
( L / 2)3 ( L / 2)3 ]
M 3
= ( L / 8 + L3 / 8)
3L
M 2 L3 1
= == ML2 (sesuai dengan Tabel 6.1 (a))
3L 8 12
(b) Untuk poros melalui titik ujung batang (kasus (b) pada gambar 6.9), sumbu tegak yang
melalui P adalah YP dan tampak bahwa koordinat x mulai dari x = 0 sampai dengan x =
L. Karena itu, momen inersia batang terhadap poros melalui titik ujung batang yang
diperoleh dari Persamaan (6-10) adalah
http://atophysics.wordpress.com
3
L
M x3
I =
L 3 0
M 3
= ( L 0)
3L
1
= ML3 (sesuai dengan Tabel 6.1 (b))
3
Contoh 6.4 Kaitan torsi dengan percepatan sudut pada gerak melingkar berubah
beraturan m
Sebuah batu gerinda 2,0 kg yang memiliki jari-jari 10 cm diputar pada rad/s. Motor dipadamkan
dan sebuah pahat ditekankan pada permukaan batu gerinda dengan suatu gaya yang memiliki
komponen tangensial 2,0 N (lihat gambar). Berapa lama diperlukan oleh batu gerinda untuk
berhenti sejak gaya diberikan?
Jawab:
Massa M = 2,0 kg
Jari-jari R = 10 cm = 10 x 10-2 m
= 0,10 m
Kecepatan sudut awal 0 = 120 rad/s
Pada saat motor dipadamkan, bekerja gaya gesek tangensial F = 2 N menghasilkan momen
gaya yang memberikan perlambatan sudut yang akhirnya memberhentikan putaran batu
gerinda. Batu gerinda berbentuk silinder pejal, sehingga sesuai Tabel 6.1 (f), momen
inersianya adalah
I = 12 MR 2 = 12 (2,0 kg)(0,10 m) 2 = 0,01 kg m 2
Torsi yang dihasilkan oleh gaya tangensial F dengan lengan torsi R adalah
= RF = (0,10 m)(2 N) = 0,20 m N
Tanda negatif diberikan karena momen gaya berlawanan dengan arah putaran batu
gerinda.
Momen gaya menghasilkan percepatan sudut sesuai dengan percepatan sudut tetap
dan kecepatan sudut awal 0 = 120 rad/s diperlambat oleh = -20 rad/s sampai berhenti
((t) = 0)
(t) = 0 + t
(t ) 0 0 (120rad / s )
t= = = 6s
20rad / s 2
Jadi, diperlukan waktu 6 s sejak motor dipadamkan sampai batu gerinda berhenti.
Strategi : Tinjau silinder pejal m, gambar gaya-gaya yang bekerja padanya. Gunakan = I
untuk gerak rotasi silinder dan F = ma untuk gerak tranlasi silinder menuruni
bidang.
http://atophysics.wordpress.com
4
a
Jangan lupa = . Akhirnya, kelajuan silinderdi dasar bidang dihitung dengan
R
persamaan dihitung dengan persamaan kinematika translasi: v2 v02 + 2ax, dengan
v0 = dan x = panjang lintasan yang ditempuh silinder.
Jawab:
Perhatikan gambar (a) gaya-gaya yang bekerja pada silinder pejal adalah: gaya gesekan f,
gayaberat g, gaya normalN.baik mg maupun Nmelalui titik poros O sehingga tidak
menyebabkan gerak rotasi. Satu-satunya gaya yang menyebabkan silinder berotasi terhadap
poros O adalah gaya gesekanf, dengan momen OP = jari-jari R. Penggunaan hukum II Newton
untuk rotasi silinder memberikan
= I
fR = ( 12 MR 2 ) fI = 12 MR 2 (bentuk silinder pejal)
a a
fR = 12 MR 2 ( ) =
R R
1
f = 2 Ma
Perhatikan gambar (b), gaya-gaya N dan Mg cos tidak menyebabkan gerak tranlasi silinder
menuruni bidang hanyalah Mg sin (arah positif) dan f (arah negatif). Penggunaan hukum II
Newton untuk gerak tranlasi silinder memberikan
F = ma
+Mg sin - f = Ma
1 1
Mg sin - 2 Ma = Ma (substitusi f = 2
Ma dari (*1))
3Ma 2 g sin
Mg sin a=
2 3
Akhirnya, dengan menerapkan persamaan kinematika v2 = v02 + 2ax dengan keadaan awal
diam di puncak bidang (v0 = 0) dan keadaan kahir di dasar bidang,
v 2 = v02 + 2ax
2 g sin h
v2 = 0 + 2
3 sin
4 gh 4 gh
v2 = v=
3 3
Misalkan g = 10 m/s2 dan h = 6 m, maka
4(10)(6)
v= = 8 = 4 5m
3
Contoh 6.6 Dua benda bergantungan pada katrol melalui seutas tali
Sebuah katrol, massa M dan jari-jari R, dililitkan dengan seutas tali. Pada ujung-ujung tali
terikat benda yang massanya m1, dan m2 (m2 > m1). Tentukan percepatan masing-masing benda
bila:
(a) katrol dapat dianggap licin sehingga tali meluncur pada katrol;
http://atophysics.wordpress.com
5
Jawab:
(a) untuk kasus katrol licin, katrol tidak berputar bersama tali (katrol diam), sehingga = 0.
Kita tinjau dahulu diagram gaya pada katrol (Gambar (c)). Karena m2 > m1, maka katrol
cenderung berotasi searah jarum jam (seandainya katrol tidak lacin). Karena itu kita
tetapkan arah searah jarum jam adalah positif. Dengan demikian gaya T1 menghasilkan
momen T1R (berlawanan arah jarum jam) dan gaya T2 menghasilkan momen +T1R (searah
jarum jam). Hukum II Newton untuk gerak rotasi memberikan
= I = 0 sebab = 0
T1R + T2R = 0 atau T1 = T2 = T
Tinjauan diagram gaya pada benda m1 (Gambar (b)) dan benda m2 (Gambar (d)).
Karena m2 > m1, maka m1 akan bergerak ke atas dan m2 akan bergerak ke bawah. Oleh
karena itu, untuk benda m1 kita tetapkan arah ke atas sebagai positif. Hukum II Newton
untuk gerak tranlasi m1 dan m2 memberikan
= m1 a1 = m2 a2
-T1 m1g = m1 a1 (1) + m2g - T2 = m2 a2 (2)
Dengan T1 = T2 = t dan a1 = a2 = a, kita peroleh
T m1g = m1a (*) -T + m2g = m2a (**)
Dengan menjumlahkan Persamaan (*) dan (**) kita peroleh:
T m1g = m1a (*)
-T + m2g = m2a (**) +
(m2 m1)g = (m1 m2)a
m2 m1
a = g (***)
m1 m2
(b) Untuk katrol ikut berputar bersama tali, Persamaan (*) dan (**) yang diperoleh dari (a)
tetap. Yang berbeda adalah hukum II Newton untuk gerak rotasi pada katrol karena 0.
Penggunaan hukum II Newton untuk gerak rotasi katrol memberikan
= I
T2R T1R = I (3)
Sekarang, perhatikan besaran-besaran yang akan menghubungkan, Persamaan (1), (2), dan
(3):
A1 = a2 = a
a
=
R
1
Untuk katrol dianggap berbentuk silinder pejal, I = 2
MR 2 .
Persamaan menjadi:
http://atophysics.wordpress.com
6
T1 m1g = m1a
M2g T2 = m2a +
T1 T2 + (m2 m1)g = (m1 + m2) a
T1 T2 + (m2 + m1)g - (m2 - m1) g (5)
Dengan memutar T1 T2 dari persamaa (5) ke dalam Persamaan (4), kita peroleh
1
- 2 Ma = (m1 + m2) a - (m2 m1) g
1
(m2 m1) g = (m1 + m2) a + 2 Ma
1
(m2 m1) g = (m1 + m2 + 2 M )a
(m2 m1 )
a= g (****)
(m2 + m1 + 12 M )
Diskusi:Jika massa katrol diabaikan atau M = 0, maka perwsamaan (****) memberikan
(m2 m1 )
a= g, sama dengan hasil pada Persamaan (***).
(m1 + m2 )
Jadi, baik kasuskatrol licin maupun kasus massa katrol diabaikan akan memberikan
percepatanyang sama. Dinamika tranlasi yang anda pelajari di kelas 1 selalumenganggap
massa katrol diabaikan atau katrol licin sempurna. Oleh karena itu, hasil hitungan
(m2 m1 )
percepatan yang Andadapatkan adalah a = g.
(m1 + m2 )
Jawab:
(a) Momen inersia roda yang berbentuk silinder pejal dengan M = 2,0 x 105 kg dan R =
2,0 m diperoleh dari Tabel 6.1 (f).
1 1
I= 2
MR 2 = 2
(2,0 x 105 kg)(2,0 m)2 = 4,0 x 105 m2
Energi kinetik rotasi dengan = 300 rad/s dihitung dengan Persamaan (6-17):
1
EKrotasi = 2
I2
1
= 2
(4,0 x 105 kg m2)(300 rad/s)2
= 1,8 x 1010 J
(b) Daya listrik P = 1,0 MW = 1,0 x 106 W akan disuplai oleh roda dalam waktu
EK
EK = P x t atau t =
P
http://atophysics.wordpress.com
7
1,8 x1010 J
= 6
= 1,8 x 104 s
1,0 x10 W
= 1,8 104 s x (1 jam/3 600 s)
= 5 jam
Jawab:
Berat W = 72 N
Jari-jari bola R = 0,15 m
Kecepatan linear v = 30 m/s
Untuk menghitung total energi kinetik bendang menggelinding dengan Persamaan (6-18), kita
harus menghitung massa m, momen inersia I, dan kecepatan sudut terlebih dahulu.
Massa dapat dihitung dari berat:
w = mg atau
w
m =
g
72 N
=
10m / s 2
= 7,2 kg
Momen inersia bola pejal sesuai Tabel 6.1 (h) adalah
2
I = 5
mR 2
2
= 5
(7,2 kg)(0,15 m)2
= 0,0648 kg m2
Kecepatan sudut dapat dihitung dengan
v = R atau
v
=
R
30 m/s
=
0,15 m
= 200 rad/s
Total energi kinetik dihitung dengan Persamaan (6-18):
1 1
EK = 2 mV2 + 2 I 2
1 1
= 2
(7,2 kg)(30 m/s)2 + 2
(0,648 kg m2)(200 rad/s)2
= 3 240 J + 1 296 J
= 4 536 J
2. Sebuah silinder homogen dengan jari-jari R dan massa m berada
dipuncak suatu bidang miring (lihat gambar). Manakah yang kelajuannya lebih besar saat
tiba di dasar bidang miring-silinder yang meluncur tanpa gesekan? Atau silinder yang
menggelinding?
http://atophysics.wordpress.com
8
Jawab:
Untuk silinder yang meluncur tanpa gesekan, hukum kekekalan energi mekanik memberikan
Untuk silinder yang menggelinding, energi kinetik di dasar bidang adalah gabungan energi
kinetik tranlasi dan rotasi sehingga hukum kekekalan energi mekanik memberikan
2
1 1 1 V
mgh = 2
mV2 + 2
( 2 mR 2 )
R 4
x
m
V2
4 gh = 2 V2 + R2
R2
4 gh = 3 V2
4 gh 4
V2 = atau V = gh
3 3
Jadi silinder yang enggelinding lebih lambat menuruni bidang miring daripada silinder yang
meluncur tanpa gesekan. Ini karena sejumlah energi diserap oleh gerak rotasi benda. Energi
total silinder di dasar bidang adalah sama pada kedua kasus.
Jawab:
Dalam contoh 6.8b telah dibahas bahwa untuk kasus benda tegar menuruni suatu bidang miring
mulai dari keadaan diam, energi potensial gravitasi pada posisi dibebaskan terhadap acuan dasar
bidang miring berubah menjadi energi kinetik benda di dasar bidang. Energi kinetik di dasar
bidang adalah total dari energi kinetik tranlasi pusat massa dan energi kinetik rotasi terhadap
pusat massa sebagai poros. Secara matematis dituliskan:
1 1
Mgh = 2 mV2 + 2
I 2
Momen inersia benda tegar dapat kita tuliskan sebagai I = kMR2 dengan k adalah faktor
numeric yang menyatakan bagimana massa benda tegar didistribusikan terhadap porosnya.
Makin tersebar massa benda itu terhadap porosnya, makin besar nilai k
Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis menjadi
http://atophysics.wordpress.com
9
1 1 V2 V
Mgh = 2 MV2 + (kMR2) karena =
2
R2 R
1
gh = 2
V2 + (1 + k)
2 gh
V= (*) (persis seperti Persamaan (6-12)
1+ k
Telah dijelaskan bahwa makin tersebar massa benda itu terhadap porosnya makin besar nilai k,
dan berarti makin kecil makin kecil nilai kecepatan pusat massa V.
Mari kita urutkan dahulu nilai kecepatan pusat massanya. Kotak diminyaki yang meluncur tanpa
gesekan memiliki nilai k = 0, yaitu nilai k paling kecil, sehingga nilai V paling besar, dan pasti
muncul sebagai pemenang nomor 1. cicncin kawin dapat kita anggap sebagai lingkaran tipis
dengan massanya terdistribusikan pada jarak R, sehingga nilai k paling besar dan tentu saja nilai
V paling kecil. Kaleng kosong adalah silinder berongga (bulatan + keping) yang massanya
terdistribusi hamir pada R. sehingga niali V-nya lebih besar daripada cincin. Batu baterai
(silinder pejal) massanya terdistribusi mulai dari r = 0 sampai dengan r = R pada keseluruhan
panjang silinder. Kelereng (bola pejal)massanya terdistribusi dari r = 0 sampai dengan r = R
secara konsentris (tidak memanjang seperti silinder penjal). Karena itu nilai kelereng < k
baterai, dan tentu saja Vkelereng > Vbaterai. Dengan demikian urut-urutan benda mencapai dasar
bidang miring ditunjukkan pada Gambar 6.14.
Bagaimana dengan kecepatan kaleng cola penuh? Kaleng cola penuh yang belum dibuka lebih
rumit. Kaleng ini tidak bisa dianggap silinderpadat karena cairan cola didalamnya dapat
bergerak dan akan mengeluarkan sedikit energi, sehingga kita bisa menganggap kaleng itu lebih
lambat dari pada baterai. Tetapi hanya itulah yang dapat kita katakana dengan yakin. Jika
dibandingkan dengan kaleng cola penuh lebih cepat atau lebih lambat daripada kaleng cola
kosong.
Strategi:
Karena lengan torsi terhadap poros O dan kecepat linear diberikan, maka momentum sudut tiap
benda sebaiknya dihitung dengan Persamaan (6-20): L = mrv. Perhatikan, arah momentum
sudut ditentukan dengan kaidah tangan kanan, sehingga kita etapkan arah berlawanan jarum jam
bertanda positif dan arah searah jarum jam bertanda negatif.
Jawab:
Momentum sudut benda m1 = 5 kg dengan r1 = 2 m dan v1 = 4 m/s (lihat gambar) adalah L1 = -
m1r1v1.
(tanda (-) karena putaran tangan kanan searah jarum jam)
L1 = (5 kg) (2 m) (4 m/s) = -40 kg m2s-1
Momentum sudut benda m2 = 2 kg dengan r2 = 4 m dan V2 = 3 m/s (lihat gambar) adalah
L2 = + m2r2v2.
(tanda (+) karena putaran tangan kanan berlawanan dengan arah jarum jam)
L1 = (2 kg) (4 m) (3 m/s) = +24 kg m2s-1
Momentum sudut total terhadap poros O adalah
L = L1 + L2
= -40 + 24 = -16 kg m2s-1
Tanda negatif menyatakan bahwa arah momentum sudut total terhadap poros O adalah searah
jarum jam.
http://atophysics.wordpress.com
10
Contoh 6.11 Aplikasi hikum kekekalan momentum sudut pada sistem yang berotasi
(a) Seorang penari sepatu es memiliki momen inersia 4,0 kg m2 ketika kedua lengannya
terentang dan 1,2 kg m2 ketika kedua lengannya merapat ketubuhnya. Penari mulai berputar
pada kelajuan 1,8 putaran/s ketika kedua lengannya terentang. Berapa kelajuan sudut ketika
kedua lengannya merapat ke tubuhnya?
Jawab:
Keadaan awal ketika kedua lengannya terentang:
I1 = 4,0 kg m2 = 1,8 putaran/s
Keadaan akhir ketika kedua lengan merapat ke tubuh:
I1 = 1,2 kg m2 2 = ?
Kekelan momentum (Persamaan (6-22)) memberikan
L1 = L2
I11 = I22
I1
2 = 1
I2
4,0 kg m 2
= x (1,8 putaran/s) = 6 putaran/s
1,2 kg m 2
(b) Sebuah meja Putar terdiri dari sebuah cakram tipis mendatar dengan maassa M dan jari-jari
R, dan berputar tanpa gesekan dengan kelajuan tetap . Pada suatu waktu, setetes lem
M
dengan massa m = jatuh vertikal pada meja putar dan melekat di suatu titik pada jarak r
10
3R
= dari poros. Tentukan kelajuan sudut putar sekarang.
4
Strategi:
1
Sistem mula-mula adalah cakram dengan inersia I1 = 2
m1r12 (cakram silinder pejal) yang
berputar dengan kelajuan 1. Sistem sekarang adalah cakram (momen inersia I1) dan setetes lem
1
dengan inersia I2 = 2 m2r22 (lem dianggap sebagai partikel), sebagai suatu sistem yang berotasi
dengan kelajuan sudut baru . Dengan menggunkan hukum kekekalan momentum sudut, kita
dapat menghitung .
Jawab:
1 1
Massa cakram m1 = M; jari-jari r1 = R; momen inersia cakram I1 = 2
m1r12 = 2
MR 2 ; kecepatan
1
sudut mula-mula: 1 = ; momentum sudut mula-muola: L1 = 1I1 = ( 2 MR 2 ). Massa lem m2
M 3R
= , melekat pada jarak dari poros r2 = . Dengan demikian, momen inersia lem (lem
10 4
dianggap sebagai partikel) adalah
2
1 M 3R 9 MR 2
I2 = 2
m2r22 = =
10 4 160
Sistem sekarang adalah (cakram + lem) sebagai satu sistem yang bergerak dengan kecepatan
sudut sudut 1 = 2 = .
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum kita peroleh
L1 + L2 = L1 + L2
1I1 = 1I1 + 2I2
http://atophysics.wordpress.com
11
1I1 = I1 + I2
1I1 = (I1 +I2)
1 I1 (12 MR 2 ) 80 MR 2
= = =
I1 + I 2 1 9 MR 2 80 MR 2 + 9 MR 2
2
MR 2 +
160
80
=
89
Jawab:
Dengan menggunakan Persamaan (6-27) Anda dapat menghitungtitik berat mobil (xG) diukur
dari poros roda belakang (poros roda belakang ditetapkan memiliki x = 0)
wi xi w1 x1 + w2 x2 0,47 w(0) + 0,53w(2,46)
XG = = =
wi w1 + w2 0,47 w + 0,53w
0+,53w(2,64)
XG = = 1,30 meter
w
Strategi:
Ketika palu dilemparkan berputar ke udara, maka titik yang membentuk lintasan parabola
adalah pusat massa (atau titik berat) palu.
Jawab:
Ambil sumbu x sebagai garis yang melalui tengah-tengah palu, dan sumbu ysebagai garis tegal
lurus sumbu x yang melalui dasar tangkai pada (x0 = 0,00 cm), lihat gambar 6.28b.
Titik berat tangkai paluada di tengah-tengah tangkai,diberi indeks (2)
(Gambar 6.28b), dimana
26,0
X2 = =13,0 cm
2
Titik berat palu ada ditengah-tengah kepala palu, diberi indeks (1)
(Gambar 6.28b), dimana
8,0
X1 = 26,0 + = 30,0 cm
2
Titik berat palu, yaitu titik G, Dapat Anda tentukan dengan enggunakan Persamaan (6-27)
http://atophysics.wordpress.com
12
mi xi m1 x1 + m2 x2
XG = =
mi w1 + m2
(200) + (0,500)(13)
= = 26,6 cm
200 + 0,500
Jadi letak titik yang membentuk lintasa parabola ketika dilemparkan dengan berputar ke udara
adalah titik yang berjarak 26,6 cm dari dasar tangkai
Strategi:
Untuk benda homogenberbentuk luasan (dua dimensi), massa tiap partikel dalam benda dapat
kita nyatakan dalam luas partikel sebagai berikut:
Mi = Vi = Ait
Dengan dan t masing-masing adalah assa jenis dan tebal benda homogen yang serba sama
karena itu Persamaan (6-27) dapat ditulis
mi xi ( Ai t ) xi tAi xi
xG = = =
mi Ai t tAi
Ai xi A1 x1 + A2 x2 + A3 x3 ........
xG = = (6-29)
Ai A1 + A2 + A3 .........
Ai xi A1 x1 + A2 x2 + A3 x3 ........
yG = = (6-30)
Ai A1 + A2 + A3 .........
Jawab:
Bidang lingkaran:
A1 = 2 = (3)2 = 9
x1 = 7,5 3 = 4,5
y1 = -(7,5 -5) = -2,5
Ai xi A1 x1 A2 x2
X0 = =
Ai A1 A2
(225)(0) (9 )(4,5)
=
225 9
9(4,5 ) 4,5
= = cm
9(25 ) 25
http://atophysics.wordpress.com
13
Ai xi A1 x1 + A2 x2 .
y0 = =
Ai A1 + A2
(225)(0) (9 ) (2,5) + 9(2,5 ) 2,5
= = = cm
225 9 9(25 ) 25
Jadi, koordinat titik berat benda yang diraster terhadap titik potong diagonal bidang ABCD
adalah
4,5 2,5
, cm atau (0,65; 0,36) cm
25 25
!
" #
# $ " # % & & % &$& $ ' " ( " "& ""
% '" % ( & ) (" "& % ' ( #
"" &" % &" * % # + ' , % %&%& "& % )
) $ ) % # % " (" & % ' " # #
(" ) " % (
- & # % ( ( # # & & * "& & % " & " . % %
% $ " , " / 0 % / % % & "
Ai xi A1 x1 + A2 x2 + A3 x3 ........
xG = = (6-31)
Ai A1 + A2 + A3 .........
Ai xi A1 x1 + A2 x2 + A3 x3 ........
yG = = (6-32)
Ai A1 + A2 + A3 .........
1 + #!
# &" * % # + ' " % ' % &" (( %
#" " # &" " % ( 2
3 # # $ ! 4 % 4
3 # # $ %& ! 4 % 0 4
3 # # $ ! 4 % 10 4
2
.#" " # #& 2 % & % " / !
x + 2 x2 + 3 x3
X0 = 1 1
1+ 2 + 3
http://atophysics.wordpress.com
14
Contoh 6.16 Keseimbangan statis sistem partikel oleh tiga buah gaya
% % 2 # / 9 & ) # : % % & % % %
; & % %& )
; $ & .% # ) ) ) # $ % . % " #
"& #& < % * " # "& #& = - ) ) % "& #& < %
"& #& = ") " # " " ! > % > ) ? %&
" % % & %
1 + #!
2 ) ) ) # $
% . % & $& % 2 # / 9# ) &! ) # # % +
% . ; % % . ;
@( ( ( ( ; % ; % ; )A " % ; % ; % ;)
# / 94
; ; 4(" 8 9; ; ; 4(" /;
;) ; " 8 /; ;) ; " 9;
> > )
; B; ;)6;)B+
; ; / ; 6 9; :
http://atophysics.wordpress.com
15
/; 9; /; 6 9; : CC
0,6T2 3T
; 2 C
0,8 4
3T2
? "&# &" ; dari (*) ke dalam (**), kita dapat menghitung tegangan tali T2.
4
3T 2
0,6 + 0,8T2 = 400
4
1,8T2 + 3,2T2 = 1 600 (kalikan kedua ruas dengan 4)
5,0T2 = 1 600 T2 = 320 N
Strategi:
Pisahkan papan kayu, gambar gaya-gaya yang bekerja pada papan (lihat Gambar 6.39b). Karena
gaya R tak diketahui dan tak dinyatakan, untuk memudahkan perhitungan sebaiknya kita pilih
titik P sebagai poros, dan menggunakan syarat keseimbangan rotasi p = 0.
Jawab:
Misalkan anak laki-laki duduk di A pada jarak x meter dari oros P, maka x dapat kita hitung
cukup dengan syarat p = 0. Perhatikan, gaya R yang tak diketahui dan gaya 20 N tak
menghasilkan torsi terhadap P sebab garis kerja kedua gaya ini melalui P.
p = 0
-x (50) + 1(40) = 0 x = 0,8 m
g
2. Seorang tukang cat yang beratnya 550 N mengatur dua buah kuda-kuda penopang. Sebuah
papan yang beratnya 60 N digunakan sebagai tempat berpijak ketika ia mencat dinding.
Kuda-kuda penopang A dan B ditempatkan 1 m dari tiap ujung papan seperti tampak pada
Gambar 6.40a. Ia meletakkan kaleng yang beratnya 20 N sejauh 0,5 m dari ujung sisi kiri
papan. Secara perlahan-lahan ia mengecat sambil menggeser ke kanan. Berapa jauh ke
kanankah ia dapat bergeser sebelum papan tepat terangkat dari kuda-kuda penopang A?
http://atophysics.wordpress.com
16
Strategi:
Pisahkan papan pijakan, gambar gaya-gaya yang bekerja pada papan (lihat Gambar 6.40b).
ketika papan tepat terangkat dari kuda-kuda penopang A, maka gaya penopang A pada kayu
sama dengan nol (RS = ). Karena gaya penopang yang titik kerjanya di P, yaitu RB, tak diketahui
dan tak ditanyakan, maka untuk memudahkan perhitungan sebaiknya kita pilih titik P sebagai
poros, dan enggnakan syarat keseimbangan rotasi p = 0.
Jawab:
Misalkan ketika tukang cat berada sejauh x meter dari poros P, papan tepat akan terangkat dari
penopang A (RA = 0), maka x dapat kita hitung cukup dengan menggunakan syarat
keseimbangan rotasi p = 0. Perhatikan, gaya RB yang tak diketahui tidak menghasilkan torsi
terhadap P sebab garis kerjanya melaklui P.
p = 0
-2,5(20) 1(60) + x (550) = 0
110
-50 60 + 550x = 0 x = = 0,2 m.
550
Dengan demikian, papan tepat akan terangkat dari penopang A ketika tukang cat berdiri 0,2 m
di sebelah kanan P.
Contoh 6.18 Keseimbangan pada batang berengsel yang diberi beban dan ditopang oleh
kabel i
Batang homogen berengsel yang beratnya 50 N (lihat gambar 6.41a) berada dalam keadaan
seimbang. Hitunglah tegangan dalam kabel pendukungnya.
Strategi:
Pisahkan batang, gambar gaya-gaya yang bekerja pada batang (lihat Gambar 6.41b). Perhatikan,
berat batang homogen (50 N) bekerja di titik berat batang homogen, yaitu ditengah-tengah
batang. Untuk dapat langsung menghitung tegangan dalam kabel, T, pilihlah titik P sebagai
poros dan gunakan syarat keseimbangan rotasi, p = 0.
Jawab:
Gaya-gaya yang bekerja pada batang adalah berat batang, 50 N, dengan titik kerja tepat di
tengah-tengah batang; tegangan tali T; beban 100 N; dan gaya engsel dengan komponen
horizontal H dan komponen vertikal V (lihat Gambar 6.41b). Dengan menetapkan arah
mendatar sebagai sumbu-X dan arah vertikal sebagai sumbu-Y, maka gaya yang perlu kita
uraikan atas komponen-komponennya hanyalah gaya tegangan T, yaitu Tx dan Ty, di mana
Karena gaya horizontal dan vertikal engsel, yaitu H dan V, yang bekerja di titik P tidak
diketahui, maka sebaiknya titik P kita tetapkan sebagai poros. Dengan menetapkan P sebagai
poros, maka gaya-gaya H, V, dan Tx tidak menghasilkan torsi karena garis kerja ketiganya
melalui poros P.
p = 0
http://atophysics.wordpress.com
17
Bagaimanakah jika gaya pada engsel ditanyakan? Tentu saja kita terlebih dahulu menghitung
gaya horizontal engsel, H, dengan x = 0 dan gaya vertikal, V, dengan y = 0.
x = 0
+H Tx = 0 H = 0,80 T = 0,80 (292) = 234 N
y = 0
+V 50 + Ty 100 = 0 V = 150 0,60T
V = 150 0,60(292) = -25,2 N
Tanda negatif pada V menyatakan bahwa arah V sesungguhnya adalah ke bawah, berlawanan
dengan arah pemisalan kita semula. Besar gaya engsel, Fp, dihitung dengan dalil Pythagoras
(lihat gambar di samping).
Strategi:
Pisahkan tangga, gambar gaya-gaya yang bekerja pada tangga (lihat gambar). Pilih A sebagai
poros dan gunakan y = 0.
Jawab:
Gaya-gaya yang bekerja pada tangga adalah berat tangga homogen, w, dengan titik kerja tepat
di tengah-tengah batang (titik P); gaya tekan dinding pada tangga, NA; gaya tekan lantai pada
tangga, NB; dan gaya gesekan lantai kasar pada tangga, fB; di mana fB = s NB (lihat Gambar
1
6.42). Misalkan AB = L, maka AP = PB = 2 L . Untuk A sebagai poros, gaya NA tak
menghasilkan torsi sebab garis kerjanya melalui A. Lengan torsi w adalah AP1; lengan torsi fB
adalah AB2; dan lengan torsi NB adalah AB1.
1
AP1 = AP cos = 2
L cos
AB2 = AB sin = L sin
AB1 = AB cos = L cos
y = 0
+w . AP1 + fB . AB2 NB . AB1 = 0
1
w ( 2 L cos ) +(s NB )( L sin ) NB( L cos ) = 0
1
s L NB sin = L (NB cos - 2
w cos ) (*)
Fy = 0
http://atophysics.wordpress.com
18
-w + NB = 0 NB = w (**)
AB2
tan = ; AB2 = AB 2 BB22 = 52 42 = 3
BB2
3
tan =
4
1 1 2
s = = 3 =
2 tan 2( 4 ) 3
(c) Sebuah tangga dengan berat 20 N bersandar pada tembok licin dan bertumpu pada lantai
kasar. Amir yang beratnya 400 N berdiri pada tangga (lihat Gambar 6.43a). Jika sistem
seimbang, hitung besar gaya yang bekerja pada tembok dan lantai. Hitung juga koefisien
gesekan lantai di A.
Jawab:
Pisahkan tangga dan gambar gaya-gaya yang bekerja pada tangga, seperti ditunjukkan pada
Gambar 6.43b. Gaya-gaya tersebut adalah:
(1) gaya berat tangga (200 N) yang titik kerjanya di tengah-tengah tangga;
(2) gaya berat orang (400 N) yang titik kerjanya 2 m dari puncak tangga;
(3) gaya normal yang dikerjakan tembok pada tangga, yakni ND yang arahnya tegak lurus
tembok ke kiri;
(4) komponen gaya-gaya yang dikerjakan lantai pada tangga, yakni gaya gesek fA ke kanan
dan gaya normal NA ke atas.
Kita tidak perlu menguraikan gaya-gaya karena tidak ada gaya yang miring. Karena pada titik A
bekerja paling banyak gaya yang tidak diketahui (fA dan NA), maka kita pilih A sebagai poros;
ini akan memudahkan kita untuk menggunakan syarat keseimbangan rotasi
1 1
. 2
4(" 2
/ / 9
http://atophysics.wordpress.com
19
1
D. : 4(" / :
2
?. 4(" / 9 :9
? "& , " C # " ) ? % &
9 6: : B ? :9
/ 6 0/ B : 9 ?
1 320
? 8
4,8
& ") " # "!
Fy = 0 + fA NP = 0
fA NP = 0
Fy = 0 + NA 200 400 = 0
NA = 60 newton
Dengan demikian,
Gaya pada tembok: NP 275 N
f A2 + N A2 = (275) 2 + (600) 2
Gaya pada lantai: K =
252 (112 + 24 2 ) = 25 697 = 660 N
fs f
Koefisien gesekan lantai di A, s = s = A = 0,46
N NA
http://atophysics.wordpress.com