Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.

2 September 2015 102

TEKNIK PENYELEKSIAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ANALYTIC


HIERARCHICAL PROCESS PADA PROYEK PORTOFOLIO
Akmaludin
Program Studi Teknik Informatika
STMIK Nusa Mandiri Jakarta
Jl. Damai No. 8 Warung Jati Barat Margasatwa Jakarta Selatan
akmaludin.akm@nusamandiri.ac.id

Abstract Completion of decision making is pemikiran-pemikiran baru. Diantaranya ada yang


using of Analytic Hierarchy Process (AHP) to reap menciptakan proses logis secara matematis
the differences of thought, so that was born many melahirkan sebuah pendekatan baru yang
approaches. The Approach is an arising from the dinamakan Multycriteria Analysis (MCA) dimana
processing and understanding the data that is lebih menekankan pada proses nilai numerical
inserted into the pairwise matrix. Basic yang dihasilkan dan hubungannya secara
understanding of the comparison is on transitive. Dengan semakin banyak pemikiran
interdisciplinary science arises is what creating a pendekatan MCA yang mana hanya menekankan
lot of new ideas. Among of them there were created pada proses perolehan nilai numeric kemudian
mathematically logical processes spawned a new berkembang digunakan untuk pengambilan
approach called Multycriteria Analysis (MCA) keputusan dalam setiap permasalahan atas
where more emphasis on the numerical value seleksi setiap fenomena, sehingga lahirlah
generated and transitive relationship. More and pendekatan baru yang dikenal dengan nama
more thinking MCA approach which only Multycriteria Decision Analysis (MCDA). Dari
emphasizes the acquisition process on a numeric berbagai persoalan yang timbul dengan konsep
value then evolve used for decision making in every MCDA ternyata, terlihat perbedaan yang sangat
problems on the selection of each phenomenon, mendasar yaitu bagaimana perolehan pemikiran
thus was born a new approach known as yang dipakai dalam pendekatan MCDA terhadap
Multycriteria Decision Analysis (MCDA). Of the perolehan data yang diolah, melihat proses
various problems that arise with the concept of pengolahan data ternyata ada olahan data yang
MCDA turns, looks very fundamental difference is bersifat tunggal dan ada pengolahan data yang
how the acquisition of thought used in the MCDA bersifat jamak. Dari sisi ini ternyata terdapat
approach to the acquisition of data that is perbedaan yang jelas atas pendekatan yang jauh
processed, see the data processing turns out there berbeda dengan pendekatan Multy Criteria
is a single data processing and data processing Decision Making (MCDM). Pendekatan MCDM
that there are plural. From this side it turns out ternyata dapat mewakili atas olahan data baik
there is a clear difference on a much different yang bersifat data tunggal ataupun data
approach with the approach of Multi Criteria majemuk. Metode AHP dengan pendekatan
Decision Making (MCDM). MCDM approach turned MCDM diselaraskan dan dikhususkan dengan
out to be able to represent on the data processing aplikasi yang dinamakan Expert Choice. Dengan
both single data or data compound. AHP with metode yang berbeda memberikan keputusn
MCDM approach aligned and devoted to the yang sama, tetapi value yang dihasilkan memiliki
application called Expert Choice. From some of the perbedaan besaran bobot nilai keputusan.
above approaches are applied to the method of
AHP are the result of the decision equation Kata kunci: Expert Choice, Multicriteria Analysis,
obtained. Multicriteria Decision Analysis dan Multicriteria
Decision Making.

Intisari Penyelesaian pengambilan keputusan PENDAHULUAN


dalam penggunaan metode Analytic Hierarchy
Proses (AHP) menuai berbagai perbedaan Penggunaan metode Analytic Hierarchy
pemikiran, sehingga lahir banyak pendekatan- Process (AHP) banyak dari berbagai kalangan
pendekatan. Pendekatan yang timbul mulai dari akademisi yang menggunakan metode ini, hingga
pengolahan dan pemahaman data yang menerapkannya sampai pada implementasi
dimasukan kedalam matriks berpasangan dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat
(pairwise matrix). Pemahaman dasar tentang diperhatikan begitu banyaknya pendekatan yang
perbandingan yang ada pada interdisipliner digunakan oleh para pengguna metode AHP,
keilmuan inilah yang menciptakan timbul banyak khususnya dalam hal seleksi terhadap sesuatu

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


103 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015

fenomena. Teknik pendekatan yang menjadi pembahasan permasalahan yang dikemas dalam
dasar pengembangan AHP adalah Multycriteria sebuah project portofolio.
Decision Making (MCDM) yang dirintis oleh Saaty
sejak tahun tujuh puluhan. BAHAN DAN METODE
Pendekatan MCDM ini banyak diakui oleh
para pakar AHP merupakan pendekatan yang Teknik pemilihan terhadap sebuah
terbaik dari sejumlah pendekatan yang ada. fenomena dengan metode AHP, diangkat dari
Kelebihan dari pendekatan MCDM ini adalah 1). beberapa penelitian yang dikemas dalam bentuk
menggunakan konversi skala dari hasil input portofolio, dari hasil tersebut penelitian yang
responden yang diolah dengan metode geometric dilakukan dengan mengambil dari sebagian data
mean ke dalam skala perbandingan AHP. 2). hasil portofolio tersebut. Untuk mendukung
Membangun repetisi dalam menentukan nilai pemahaman terhadap judul yang diangkat atas
eigenvector hingga tanpa adanya selisih nilai perbedaan-perbedaan pendekatan seperti MCA,
terhadap eigenvector melalui tahap normalisasi, MCDA, dan MCDM. Semua perbedaan ini memiliki
sehingga dapat menentukan nilai eigenvector dasar pemikiran yang sama terhadap sejumlah
yang sebenarnya. Hal ini menggambarkan aturan dasar yang harus dipatuhi, seperti halnya
pengambilan keputusan baik secara partial dalam penentuan langkah penyelesaian AHP
maupun global melalui proses synthesize yang diantranya: penyusuan kedalam bentuk
dilakukan secara teliti dan cermat, sehingga hierarchy, penentuan nilai skala (1-9),
tingkat ketepatan pembuatan keputusan menjadi penyusuan pairwise matrix, nilai Random Index
lebih akurat. Teknik pendekatan yang lain (RI) dalam sebuah tabel RI dan hal ini semua
memiliki cara yang unique Ada satu pendekatan telah ditetapkan oleh Saaty.
yang dikenal dengan Multicriteria Decision Menurut Ishizaka (2009: 201) Analytic
Analysis (MCDA). Pendekatan ini lebih Hierarchy Process (AHP) adalah metode multi-
menekankan kepada analisis matematisnya, kriteria pengambilan keputusan (MCDM) yang
dengan memiliki beberapa aturan dasar terhadap membantu pembuat keputusan menghadapi
konsistensi 1). konsistensi terhadap nilai masalah yang kompleks dengan beberapa konflik
numerical dan 2). konsistensi terhadap hubungan dan subjektif kriteria. Beberapa makalah telah
transitive. Adapun kekurangan dari pendekatan mengumpulkan cerita AHP yang sukses dalam
metode MCDA adalah tidak dapat dibuktikan bidang yang sangat berbeda. Fakta ini mungkin
dengan aplikasi expert choice, lain halnya dengan disebabkan oleh perangkat lunak terkemuka
metode pendekatan MCDM yang memang mendukung AHP, yaitu Expert Choice
didukung oleh aplikasi expert choice yang dikenal (http://www.expertchoice.com/), yang masih
dengan original AHP. Sehingga disini terlihat jelas menggabungkan AHP seperti yang dijelaskan
perbedaan dua metode pendekatan AHP ini. dalam publikasi pertama. Dalam tulisan ini, kita
Walau bagaimana dalam fungsinya memiliki nilai menggambarkan AHP melalui Expert Choice dan
keputusan yang sama walaupun teknik yang memberikan sketsa arah utama dalam
diterapkan secara berbeda. Metode pendekatan perkembangan.
MCDA dapat digunakan dalam pengambilan Penyusunan hirarki memiliki minimal tiga
keputusan, beda halnya dengan Multycriteria tingkat (level) meliputi goal, criterian, dan
Analysis (MCA) dimana pendekatan MCA hanya alternative. Perhatikan (Gambar 1).
dapat digunakan sebatas analisis data, memang
banyak digambarkan dalam pendekatan MCA
sebagai analisis dalam menetapkan pairwise
matrix, dalam menganalisa suatu perhitungan
matematis lebih cendrung kepada permasalahan
yang bersifat exacta dan konsistensi data sangat
diperhatikan dalam proses analisis. Keandalan
dari metoda pendekatan MCA sangat kuat dengan
konsistensi data masukan yang bersifat logis
bukan kepada hal yang bersifat afeksi
(dipengaruhi oleh nilai-nilai rasa), sehingga Sumber: (Maryam,2008:7)
pendekatan MCA banyak menampilkan
perbedaan-perbedaan hasil terhadap keputusan Gambar 1. Struktur Hirarki AHP Model-1
yang bersifat partial saja. Oleh karena itu metode
ini tidak dapat digunakan dalam pengambilan Atau dapat digambarkan dalam bentuk ilustrasi
keputusan secara synthesize. Untuk dapat lain seperti terlihat pada (Gambar 2).
mengetahui lebih jauh dapat diikuti pada tahap

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015 104

berikut wi=weight for attribute, aij=the result of


pairwise comparison, A=matrix of pairwise
comparison value.

Sumber: Saaty (Tomic,2011:194). Sumber: Coulter (2012:54).

Gambar 2. Struktur Hirarki AHP Model-2 Gambar 4. Matrix normalization.

Penyusunan matriks berpasangan


(pairwise matrix) harus mengikuti aturan nilai
baris dan kolom setiap elemen data matriks
seperti A(I,j) yang menggambarkan nilai elemen
matriks A yang posisinya harus diletakan pada
baris i dan kolom j. Menurut Ishizaka (2009, 203)
Membangun matrik yang konsisten secara penuh
dalam pairwise matrix mengandung makna
transitif yang konsistent seperti A(I,j)= A(I,k)* A(k,j),
sehingga susunanya secara keseluruhan atas
setiap element matrix dapat dilihat pada (Gambar Sumber: Coulter (2012:54).
3). Untuk teknik analisa dari pairwise matrix
banyak cara yang dikemukakan sejumlah pakar, Gambar 5. Weight priority
untuk masalah ini, akan dibahas pada
pembahasan dari beberapa project portofolio Untuk melihat gambaran global proses
yang telah di-bundeling menjadi suatu bahasan penentuan eigenvector dan eigenvalue adalah
teknik analisis yang mendukung topik dengan melihat (Gambar 6) yang menjelaskan
pembahasan. perolehan hasil bagaimana menentukan besaran
nilai dari weight.

Sumber: Ishizaka (2011:3).

Gambar 3. Tata letak element positive Sumber: Coulter (2012:54)


reciprocal pairwise matrix.
Gambar 6. Proses penentuan weight

Dari sejumlah input yang dimasukan Untuk memasukan atas data olahan Saaty
kedalam pairwise matrix digambarkan sebagai memiliki besaran skala yang bernilai mulai dari
bentuk normalisasi untuk mendapatkan bobot satu hingga dan setiap besaran nilai skala
dari masing-masing criteria maupun alternative. memiliki arti yang berbeda-beda terhadap nilai
Dengan formula yang dapat dilihat pada (Gambar kepentingan setiap elemen yang dibandingkan.
4) sebagai proses normalisasi dan (Gambar 5) Adapun skala yang digunakan dalam AHP dapat
menggambarkan proses penentuan masing- dilihat pada (Tabel 1).
masing bobot (weight). Dengan notasi sebagai

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


105 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015

Tabel 1. The Saaty Rating Scale.

Sumber: Saaty (2008:86)


pada (Gambar 4) yang menjelaskan tahapan
Untuk menentukan rumusan dasar aktivitas yang dilakukan dalam menyelesaiakan
Consistency Ratio (CR) dibutuhkan tabel Random permasalahan dengan metode AHP.
Index (RI), adapun table RI dapat dilihat pada
(Tabel 2), sedangkan forumulasi untuk
menghitung CR sebelumnya harus mendapatkan
Consistency Index (CI) dan rumusan tersebut
dapat digambarkan Saaty (Ramanathan,
2001:29) pada formula persamaan (1) dan
persamaan (2).

..(1)

..(2)

Tabel 2. The Saaty Random Index for


Judgements. Sumber: Zimmer (1991:4).

Gambar 7. Flow diagram metode AHP

Sumber: Saaty(1980:484).
Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
Sedangkan untuk urutan prosedur antara lain menggunakan 1). Metode studi
penyelesaian dalam metoda AHP, dapat pustaka, dimana untuk menambah wahana isi
digambarkan dalam flow diagram yang tampak penelitian ini mengambil dari beberapa buku dan

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015 106

sejumlah jurnal yang berkaitan dengan bahasan dapat dibuktikan dengan bantuan aplikasi Expert
yang akan diangkat, 2). Metode studi banding Choice 2000 dan aplikasi ini memang dirancang
dengan beberapa portofolio para periset yang untuk menguji fenomena terhadap pegambilan
telah melakukan pembuatan penelitiannya keputusan dengan pendekatan MCDM. Beda
dengan menghasilkan karya portofolio-nya dan halnya dengan perinsip yang ada pada
dikembangkan dengan sejumlah input yang pendekatan MCDA. Pendekatan metode dengan
berbeda untuk menggambarkan penjelasan dari MCDA dapat menerima input yang bernilai lebih
penelitian ini, 3). Metode kuesioner untuk dari dan kurang dari satu. Untuk nilai input yang
melihat kembali hasil yang terdapat dari hasil kurang dari satu, dianalogikan tidak ada konversi
portofolio dengan hasil yang didapat dari dalam scala of AHP yang dikemukakan oleh Saaty,
masukan sejumlah responden, sebagai bahan melainkan nilai perbandingan langsung yang
masukan atas input-an yang terlihat memberikan diambil dari hasil yang didapat oleh responden.
perbedaan terhadap bobot nilai olahan data Sedangkan yang diterapkan oleh Saaty dengan
dengan merespon sejumlah responden yang pendekatan MCDM menggunakan konversi AHP
bersifat majemuk untuk memberikan perbedaan yang telah dilakukan pada perbandingan detail
nilai input. Tahapan proses penelitian yang baik di-level criteria maupun di-level alternative,
dilakukan berawal dari penentuan masalah yang kemudian baru di-input kedalam pairwise
penelitian, penyusunan hirarki, pembuatan matrix. Dalam hal ini ada persamaan pendekatan
pairwise matrix, pengujian konsistensi pada level antara metode MCDM dan metode MCDA, dimana
criteria dan alternative, penentuan bobot keduanya dapat memberikan keputusan baik
syinthesize, dan ditambah dengan berbagai keputusan yang bersifat partial, maupun yang
perbedaan-perbedaan metode pengujian dari bersifat general. Sangat berbeda seperti yang
sejumlah pendekatan yang diuji. Untuk dilakukan oleh pendekatan MCA, dimana
memberikan gambaran, bahwa ada perbedaan pendekatan MCA lebih kuat kepada pengujian
dalam analisis yang memberikan kejelasan pada input dalam penyusunan pairwise matrix. Apakah
berbedaan pendekatan-pendekatan. ada unsur logis dalam tingkat perbandingan
terhadap nilai kepentingan diantara objek yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan. Biasanya pendekatan MCA lebih
menekankan pendekatan nilai mutlak, sehingga
Diambil dari kasus portofolio tentang pendekatan MCA lebih banyak dan lebih cocok
pemilihan sekolah, pada level kriteria digunakan untuk dunia science. Proses yang
digambarkan memiliki enam kriteria meliputi diharapkan tanpa diperlukan sedikitpun unsur-
criteria learning, friends, school live, trainning unsur perasaan, sehingga jika dikaitkan dengan
vocation, college preparation, dan music class pendekatan MCDA tidak akan terjadi proses
dengan nilai input yang dikembangkan seperti repetisi dan hanya memberikan nilai iterasi yang
yang tampak pada (Tabel 3). sebenarnya bukan untuk membentuk iterasi,
melainkan untuk membuktikan apakah terdapat
Tabel 3. Main criteria pemilihan sekolah. nilai selisih melalui proses normalisasi dari nilai
eigenvector. Hal ini memang tidak sama sekali
memberikan nilai selisih atas pendekatan MCA
yang dibuktikan dengan pendekatan MCDM.
Maka dari itu dapat dibuktikan kebenarannya
melalui pembahasan dari analisis masing-masing
pendekatan yang telah dijabarkan secara
cognitive.
Untuk kasus pada (Tabel 3) dengan
pendekatan MCDM mencirikan nilai input yang
Sumber: Data olahan, 2014 lebih dari atau sama dengan satu dan bernilai
positif, atau menggunakan konsep konversi
Dengan milihat input-an yang tertera pada terhadap detail perbandingan nilai kepentingan
pairwise matrix pada (Gambar 3), hal ini jika dengan saaty scala yang bernilai scala dari satu
dianalisa nilai input yang tertera pada pairwise hingga sembilan. Dari proses pendekatan MCDM
matrix main criteria dapat diselesaikan dengan menghasilkan sebanyak 5 (lima) iterasi, iterasi
sejumlah pendekatan, pendekatan yang pertama yang dilakukan, jika nilai selisih eigenvector
seperti MCDM, dapat dilakukan dengan alasan, belum mencapai nilai nol. Selama belum
bahwa nilai matriks segitiga atas memiliki nilai mencapai nilai nol terhadap sesisih eigenvector
positif. Artinya pendekatan MCDM lebih belum ada titik penetapan yang benar terhadap
menenkankan pada nilai input yang minimal eigenvector. Adapun hasil yang diperoleh dengan
bernilai satu dan positif. Hal ini secara parallel pendekantan MCDM ini dapat dilihat pada (Tabel

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


107 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015

4). Tampak jelas dari hasil proses analisis Untuk pembuktian dengan pendekatan MCDA
menghasilkan lima repetisi untuk pengujian memiliki cara yang berbeda dengan pendekatan
terhadap nilai selisih eigenvector yang tampak MCDM. Pendekatan MCDA memberikan hasil
sekali diiterasi kelima nilai selisih yang tertera yang berbeda tetapi menggambarkan
pada bagian kanan bawah bernilai nol atau pengambilan keputusan memiliki kesamaan
dengan kata lain tidak memberikan nilai selisih dalam penentuan prioritas. Perhatikan (Tabel 5)
pada digit decimal , walaupun digit yang yang menjelaskan proses analisis dengan
ditampilkan sebanyak mungkin, tidak akan pendekatan MCDA yang tidak menggunakan
terlihat selisih pada angka decimal yang ada konsep repetition seperti yang dikemukakan
dibelakang koma terhadap nilai eigenvalue. dengan pendekatan MCDM. Tahapan yang
Kemudian pembuktian lainnya terhadap nilai dilakukan meliputi menentukan pairwise matrix,
konsistensi ratio (CR) dalam aturannya untuk mencari eigenvalue, dan mencari nilai Lambda
nilai CR tidak lebih dari 10% atau 0.1 ini menurut Max, Consistency Index serta Consistency Ratio
aturan yang telah ditetapkan oleh Saaty. Untuk (CR). Adapun perolehan hasil nilai masing-
menemukan nilai CR, dibutuhkan beberapa masing eigenvalue terhadap main criteria sebagai
tahapan sebelumnya yaitu menentukan nilai berikut bobot kriteria learning 0.466; friend
terhadap Consistency Vector, Lambda Max dan 0.175; school live 0.117; vocation trainning 0.071;
Consistency Index (CI). Untuk menentukan college preparation 0.103; dan kriteria music class
Lambda Max didapat dari perkalian antara 0.068. Sedangkan nilai Consistency Ratio (CR)
pairwise matrix yang didapat pertama kali bernilai 0.092. Hal ini jika melihat kembali aturan
dengan nilai eigenvector yang telah dihasilkan Saaty dalam penentuan nilai CR harus kurang
melalui tahap akhir iteration. Lihat (Gambar 8) dari 10% dan ternyata hasil perolehan terhadap
dan juga memjelaskan perolehan nilai CI dan CR nilai CR memang benar kurang dari 10% yaitu
yang membuktikan bahwa nilai CR tidak lebih 0.092, artinya keputusan dari level main criterian
dari 10% atau 0.1. Dengan mengamati perolehan dapat diterima sebagai keputusan partial.
nilai CR melalui tahapan yang panjang dihasilkan
nilai CR sebesar 0.078 hal ini jelas memenuhi
ketetapan Saaty yang dimaksudkan dengan nilai
CR sebesar 0.078 menggambarkan keputusan
untuk main criteria pemilihan sekolah dapat
diterima, walaupun keputusan ini masih bersifat
partial. Dengan hasil urutan prioritas masing-
masing bobot kriteria sebagai berikut learning
0.474; friends 0.175; school live 0.114; vocation
trainning 0.0665; college preparation 0.103; dan
music class 0.0664; sehingga dengan mengetahui
masing-masing bobot kriteria, maka dapat ditarik
kesimpulan untuk masing-masing prioritas
terhadap main criteria.

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015 108

Tabel 4. Tabel repetisi pendekatan MCDM

Sumber: Data olahan, 2014

Sumber: Data olahan, 2014


Gambar 8. Tahapan perolehan Consistency Ratio.

Untuk pendekatan MCDM diatas dapat ketentuan nilai dari Consistency Ratio tidak dapat
dibuktikan dengan aplikasi Expert Choice 2000 ditampilkan melainkan harus melalui proses
tetapi untuk penggunaan aplikasi ini lebih tahap akhir hingga tahap Synthesize. Sedangkan

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


109 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015

untuk Consistency Index (CI) dan Consistency perolehan eigenvector yang memiliki kesamaan
Ratio (CR) talah dijamin oleh Aplikasi tersebut. nilai dan priority yang tertera dalam tabel
Dengan hasil proses dapat dilihat pada (Gambar perhatikan pada (Tabel 4).
9) yang memperlihatkan pairwise matrix dan

Sumber: Data olahan dengan Expert Choice, 2014

Gambar 9. Pairwise matrix main criteria

Tabel 5. Pendekatan MCDA dalam penentuan eigenvalue.

Sumber: Data olahan, 2014

Untuk pendekatan Multycriteria Analysis konsistensi numerical maka nilai F=V, tetapi
(MCA) harus diuji atas kebenaran input dari kenyataannya lihat pada (Tabel 5) dihasilkan
pairwise matrix, apakah dapat diterima atau tidak nilai input F terhadap V bernilai 3. Hal ini
secara logic. Pendekatan ini menganut aspek menandakan tidak mencerminkan konsistensi
konsistensi terhadap nilai input. Dapat terhadap numerical, maka untuk kasus seperti ini
diperhatikan pada table yang dihasilkan pada tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan
main criteria, seperti halnya dalam perbandingan pendekatan MCA. Beda hal dengan kasus seperti
logis secara numerical maupun perbandingan berikut yang digambarkan pada level aternatve
logis secara transitive. Perhatikan hal berikut terhadap School Live, lihat pada (Tabel 6).
untuk kepentingan kriteria learning sebanding
dengan nilai enam pada kriteria friends dan Tabel 6. Level Alternatif terhadap School Live.
kepentingan nilai kriterian learning sebanding Sumber: Data olahan, 2014
dengan enam nilai kriteria vocation. Jika dilihat
dari persamaan berikut 6F=6V, secara

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015 110

aturan lainnya MCA juga harus memenuhi


konsistensi yang bersifat transitive. Hal ini
dibuktikan dengan pembuktian berikut. Sc-A
memiliki nilai kepentingan lima kali dari Sc-B,
sedangkan Sc-B memiliki nilai kepentingan
Untuk kasus seperti ini, pendekatan MCA seperlima dari Sc-C, dengan demikian dapat kita
lebih berperan dikarenakan konsistensi simpulkan secara transitif, bahwa Sc-A memiliki
numerical dan konsistensi transitive dapat hubungan transitif terhadap Sc-C dengan nilai
berlaku secara sempurna. Dengan pembuktian perbandingan sebesar sepuluh kali dibandingkan
sebagai berikut Sc-A memiliki nilai kepentingan dengan Sc-A, dimana Sc-A memiliki nilai
lima kali Sc-B, sedangkan Sc-A memiliki nilai kepentingan yang sangat besar disbanding Sc-B
kepentingan satu kali terhadap Sc-C, sehingga dan Sc-A. Dengan kedua syarat ini maka Level
jika dilihat dari aspek konsistensi numerical, alternative yang ada pada (Tabel 6) dapat
maka akan didapat Sc-B memiliki nilai diselesaikan dengan pendekatan MCA dengan
perbandingan seperlima dari Sc-C. Hal seperti ini dua cara penyelesaian. Penyelesaian untuk cara
dapat dilakukan dengan pendekatan MCA. Dalam ini lihat (Tabel 7) cara pertama dan (Tabel 8)
cara kedua.

Tabel 7. Pendekatan MCA Geomean cara 1.

Tabel 8. Pendekatan MCA Sumvector cara 2.

Sumber: Data olahan, 2014

Dengan mematuhi aturan logis yang ada KESIMPULAN


pada pendekatan metode MCA, maka akan
memberikan hasil yang sama walaupun dengan Banyak pendekatan yang digunakan untuk
teknik yang berbeda baik menggunakan sum menyelesaiakan penunjang pengambilan
vector maupun geometric mean. Terlihat jelas keputusan menggunakan Analytic Hierarchical
untuk masing-masing bobot Sc-A 0.455; Sc-B Process (AHP). Pendekatan yang digunakan dapat
0.091; dan Sc-C bernilai bobot 0.455. Sedangkan berupa Multycriteria Decision Making (MCDA),
nilai Lambda Max, CI, dan CR memenuhi aturan Multycriteria Decision Analysis (MDCA), dan
Saaty, sehingga keputusan dari fenomena kasus Multycriteria Analysis (MCA), dimana setiap
ini dapat diterima. Dengan demikian, dari pendekatan yang digunakan memiliki
permasalahan yang diangkat dapat ditarik characteristic yang berbeda-beda karena
simpulan, bahwa pendekatan metode MCA pada memiliki technical yang berbeda dalam
intinya adalah harus memenuhi konsistensi menganalisis fenomena. Fenomena yang diangkat
numerical dan konsistensi transitive. Dengan dapat diambil dari beberapa sumber fortofolio.
demikian metoda MCA lebih banyak digunakan Karena dengan project portofolio memberikan
untuk hal yang bersifat eksakta yang tidak sama gambaran terhadap teknik analisis pendekatan
sekali menggunakan masukan yang dipengaruhi AHP yang dapat dijadikan bukti bahwa telah
oleh unsur nila rasa (intuitive).. dilakukan peneliti sebelumnya dan sudah pelajari
dan dipahami oleh para pembacanya, sehingga
sangat mendukung untuk pembahasan kasus dari
beberapa pendekatan AHP.

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For


111 Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. XI, No.2 September 2015

Pendekatan MCDM mampu mengolah data Benefits and Limitations. ORInsight, 22(4),
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang P-p. 201220.
menganut gaya repetition untuk menentukan Kordi, Maryam. 2008. Masters Thesis in
nilai eigenvalue hingga tidak memiliki nilai selisih Geomatics: Comparison of fuzzy and crip
pada eigenvector berikutnya, Pendekatan MCDM analytic hurarchy process methods for
karena menggunakan cara konversi AHP dalam special multicriteria decision analysis in GIS.
penentuan skalanya, sehingga input nilai dalam University of Gavle: department of
menyusun pairwise matrix akan selalu bernilai technology and build environment.
positif lebih dari satu. Hal inilah yang menjadi Ramanathan, R. 2001. A note on the use of the
metode MCDM dapat digunakan pengujian analytic hierarchy process for
metodenya menggunakan aplikasi Expert Choice environmental impact assessment: Journal
2000. Aplikasi ini memang dirancang untuk dapat of Environmental Management. Indira
digunakan sebagai pengujian metode MCDM yang Gandhi Institute of Development Research
tentunya telah dianalisis menggunakan konsep Santosh Nagar, Goregaon (East) Mumbai,
algebra matrix. 400 065, India. P-p 27-35.
Metoda MCDA dapat digunakan untuk Saaty, TL, 2008. Decision making with the analytic
permasalahan baik yang bersifat kualitatif hierarchy process. Int. J. Services Sciences,
maupun kuantitatif, tetapi metode ini tidak dapat Vol. 1, No. 1, 2001. Katz Graduate School of
diterapkan kedalam aplikasi Expert Choice, Business,University of Pittsburgh,
karena penentuan skala untuk input kedalam Pittsburgh, PA 15260, USA. P-p 83-98.
pairwise matrix tidak menggunakan konversi ke Tomic, V, Marinkovic, Z, Janosevic, D. 2011.
skala Saaty. Nilai pairwise matrix dengan Promethee Method Implementation with
pendekatan MCDA untuk nilai segitia atas dapat Multi-Criteria Decisions. Facta Universitatic.
diisi oleh bilangan yang kurang dari nol, dan Mechanical Engineering Vol. 9 No. 2 , 2011,
tetap sama seperti pendekatan metode MCDM P-p 193-202
yang dilihat dari sisi reciprocal input matrix. Zimmer, S., Klumpp, M., and Abidi, H. 1991.
Metoda MCA dapat digunakan untuk fenomena Industry Project Evaluation with the
yang bersifat science yang didasari ilmu-ilmu Analytic Hierarchy Process.
exacta. Metoda ini harus mematuhi aspek
konsistensi terhadap nilai numerical dan BIODATA PENULIS
konsistensi hubungan transitive dalam input
pairwise matrix. Tentunya metoda ini lebih dekat Akmaludin. Lahir di Jakarta
sekali dengan ilmu pasti yang tidak menyertakan pada tanggal 11 Juni 1970.
penilaian yang menggunakan unsur afeksi seperti seorang lulusan pendidikan
perasaan, sehingga lebih mementingkan pada akhir dari Program S2 - Pasca
logical yang dapat diterima dengan akal sehat Universitas Gunadarma, saat
manusia. ini telah memiliki jabatan
fungsionil di kopertis wilayah
REFERENSI III dengan jenjang kepangkatan Lektor gol. III/c
dan Sampai saat ini sudah memiliki sertifikasi
Coulter, ED, Coakley, J, and Sessions, J. 2012. The dosen sejak tahun 2009 dan masih memilliki
Analytic Hierarchy Process: A Tutorial for keinginan terus menulis untuk menuangkan
Use in Prioritizing Forest Road Investments pemikirannya yang menjadi keharusan dalam
to Minimize Environmental Effects. melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
International Journal of Forest Engineering. Beberapa tulisan atau paper, telah dimuat
Oregon State University College Forests. P-p dibeberapa jurnal seperti Paradigma, Perspektif,
55-69. Cakrawala, Widiya Cipta, Tekno dan Pilar. Penulis
Institute for Logistics and Service Management juga telah menerbitkan dan membuat sebuah
FOM University of Applied Sciences Essen karya berupa buku dengan judul After Effect.
Leimkugelstrae 6, 45141 Essen, Germany. Dilain sisi untuk mendukung civitas akademika
P-p 1-8. berperan juga sebagai pembicara seminar dan
Ishizaka, Alessio and Labib, Ashraf. 2009. Analytic workshop dilingkungan Akademi Bina Sarana
Hierarchy Process and Expert Choice: Informatika dan STMIK Nusa Mandiri dengan
Benefits and Limitations, ORInsight, topic tentang Analytic Hierarchical Process
22(4),P-p. 201220. Portland Street, Method dengan beberapa pendekatan-
Portsmouth PO1 3DE, United Kingdom. pendekatan yang bervariatif. Demikian dari saya
Ishizaka, Alessio and Labib, Ashraf. 2011. Analytic dan terucap kata terima kasih.
Hierarchy Process and Expert Choice:

ISSN 1978-1946 | Decision Technique For

Anda mungkin juga menyukai