Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.

8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

PEMILIHAN SISTEM PENGAMANAN PANTAI DENGAN


MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
(STUDI KASUS: PANTAI WORI DI KECAMATAN WORI
KABUPATEN MINAHASA UTARA)

Rizky Reine Plangiten


H. Tarore, M. Sibi, D. R. O. Walangitan
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: plangitenreine2308@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam rangka mengatasi persoalan dalam pengambilan keputusant, disajikan sebuah metode
pengambilan keputusan yang disebut Analytical Hierarchy Process, AHP. Dengan
menggunakan metode AHP ini akan membantu pemecahan untuk pemilihan bangunan
pengaman pantai.
Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif terbaik untuk mencapai sasaran,
mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan antara beberapa
tindakan alternatif untuk tujuan pencapaian sebuah sasaran atau lebih. Pengambilan
keputusan meliputi empat tahapan utama yaitu kecerdasan, desain, pilihan, dan
implementasi.
Penggunaan metode AHP dalam perencanaan sistem pengaman pantai untuk pantai Wori
mencakup prioritas penanganan masalah lokasi dalam ruas pantai dan pemilihan sistem
pengaman pantai terbaik dalam hal ini konstruksi bangunan pengaman pantai yang cocok
pada lokasi. Sistem pengaman pantai yang dimaksud dalam studi ini adalah struktur
pengaman pantai yang masuk dalam urutan tiga besar hasil analisis AHP yaitu, Seawall,
Groin, dan Jetty.
Metode Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang cukup representatif dalam
membantu proses pengambilan keputusan terhadap beberapa alternatif yang memiliki posisi
yang mendekati satu sama lain. Hal ini terbukti dengan penerapan metode AHP pada
pemilihan alternatif sistem pengaman pantai dapat menghasilkan keputusan yang secara
kuantitatif dapat diterima. Metode Analytical Hierarchy Process dapat digunakan untuk
pemilihan alternatif bangunan pengaman pantai dimana pada pantai Wori, penerapan
metode ini menghasilkan keputusan sebagai berikut Seawall : 42,25 % , Groin : 20,78 %,
Jetty : 36,97 %
Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, Alternatif, Keputusan

PENDAHULUAN Wori yang terletak di desa Wori Kabupaten


Minahasa Utara.
Latar Belakang
Sulawesi Utara merupakan daerah yang Rumusan Masalah
memiliki wilayah pantai yang cukup luas. 1. Apakah Metode Analytical Hierarchy
Sebagian wilayah pantai merupakan daerah Process yang tepat dalam pengambilan
cukup padat pemukiman. Sebagian besar keputusan yang optimal?
dari mereka bermukim sangat dekat dengan 2. Bagaimana menganalisis sesuai prosedur
garis pantai sehingga tidak ada lagi daerah dan mekanisme Analytical Hierarchy
sempadan pantai, bahkan di sebagian tempat Process?
pemukiman sudah berada di atas air. Selain
itu, pantai Sulawesi Utara memiliki potensi Batasan Masalah
pariwisata yang tinggi. Salah satu pantai Penelitian ini dibatasi pada masalah
yang dekat dengan pemukiman yakni pantai sebagai berikut, yaitu :

579
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

1. Kriteria-kriteria yang dipakai tidak menyelesaikan permasalahan yang men-


diambil berdasarkan hasil survey yang syaratkan pemilihan dari perangkat pilihan
cukup mendalam. yang bersifat menerus, serta pengambilan
2. Tidak menggunakan bangunan pengaman keputusan multi-kriteria, di mana digunakan
pantai tipe non struktur. untuk menyelesaikan permasalahan yang
3. Kriteria yang dipakai meliputi hidro- mensyaratkan pemilihan dari pilihan multi-
oseanografi, pengaruh terestorial, dampak kriteria yang bersifat diskrit.
sosial-ekonomi, pengaruh lingkungan,
dan tingkat kerusakan lokal. Metode Analytical Hierarchy Process,
AHP
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini tugas Teori Keputusan
adalah: Garis besar langkah-langkah siklus
1. Menetapkan sistem pengaman pantai pada analitis keputusan : dari informasi awal yang
lokasi pantai wori berdasarkan hasil dikumpulkan, dilakukan pendefinisian dan
keputusan dari metode AHP yang penghubungan variabel-variabel yang
digunakan secara optimal. mempengaruhi keputusan pada tahap
3. Menganalisis sistem pengaman pantai deterministik.
dengan menggunakan metode AHP.
Informasi
Manfaat Penelitian Awal

Manfaat dari penelitian ini adalah


mengetahui metode pengambilan keputusan
yang tepat dalam suatu perencanaan proyek. Tahap deterministik Tahap probabilistik
(perumusan alternatif (penetapan nilai dan
dan kriteria) variasinya)

LANDASAN TEORI
Informasi

Pengambilan Keputusan baru


Keputusan adalah suatu pilihan yang
Pengumpulan
dibuat antara dua atau lebih alternatif yang informasi baru
tersedia. Pengambilan keputusan adalah
proses pemilihan alternatif terbaik untuk
Pengumpul Pengambilan
mencapai sasaran. (Saaty ,1993), mendefi- an informasi keputusan
Tahap
informasional
nisikan pengambilan keputusan adalah suatu
proses pemilihan antara beberapa tindakan
alternatif untuk tujuan pencapaian sebuah
sasaran atau lebih. Pengambilan keputusan
Tindakan
meliputi empat tahapan utama yaitu
kecerdasasan, desain, pilihan, dan
implementasi. Gambar 1. Skema Siklus Analisis Keputusan.

Pengambilan Keputusan Multi-Kriteria


Model keputusan dengan AHP
Pengambilan keputusan multi-kriteria
Proses Hierarki Analitik (Analytical
adalah bagian dari ruang lingkup penelitian
Hierarchy Process-AHP) dikembangkan
yang disebut obyek keputusan multi-kriteria.
oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton
Pengambilan keputusan ini merupakan
School of Business pada tahun 1970-an
pendekatan yang bersifat deskriptif.
untuk mengorganisasikan informasi dan
Analisis Pengambilan Keputusan Multi- judgment dalam memilih alternatif yang
Kriteria paling disukai, (Saaty, 1993).
Tipe analisis yang digunakan untuk
Prinsip Kerja AHP
menyelesaikan persoalan multi-kriteria
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan
adalah pengambilan keputusan multi-
suatu persoalan kompleks yang tidak
obyektif, dimana digunakan untuk
terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi

580
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu Matriks Banding Berpasangan.


hierarki.
W1 W2 ... Wj
Ide dasar prinsip kerja AHP adalah:
a. Penyusunan hierarki. W1 1 A12 … A1j
Suatu struktur hirarki dapat dibentuk
dengan menggunakan kombinasi antara ide, A = Aij = W2 1/A12 1 ... A2j
pengalaman dan pandangan orang lain.
(Saaty, 2000), Karenanya, tidak ada suatu Wi 1/A1i 1/A2i ... 1
kumpulan prosedur baku yang berlaku secara
umum dan absolut untuk pembentukan
hirarki. Struktur hirarki tergantung pada
kondisi dan kompleksitas permasalahan yang c. Penilaian Kriteria dan Alternatif.
dihadapi serta detail penyelesaian yang Kriteria dan alternatif dinilai melalui
dikehendaki. perbandingan berpasangan, untuk berbagai
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala
terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
(Saaty,1993). Hierarki yang terbentuk
memiliki level-level yang memperlihatkan
faktor-faktor yang hendak dianalisis seperti
terlihat pada Tabel 1. Pada setiap hierarki,
dilakukan prosedur perhitungan
perbandingan berpasangan (pair wise).

Tabel 1. Penilaian Kriteria dan Alternatif


metode AHP

Nilai Keterangan

1 Kriteria/alternatif A sama penting


Gambar 2. Model AHP secara umum. dengan kriteria/alternatif B
Sumber: Saaty (2000) 3
A sedikit lebih penting dari B
b. Matriks Pair Wise Comparison. 5
A jelas lebih penting dari B
Perhitungan bobot input dalam baris/kolom. 7
A sangat jelas lebih penting dari
Aij = Wi/Wj untuk i = 1,2,3,...,m 9 B
dan j = 1,2,3,...,m 2,4,6,8 A mutlak lebih penting dari B
Wi = Bobot input dalam baris Apabila ragu-ragu antara dua nilai
yang berdekatan
Wj = Bobot input dalam kolom
Sumber: Crowe et al., 1998; Saaty, 2000;
Perhitungan matriks baris berpasangan W1,
Hafeez et al., 2002
W2...,Wn adalah set elemen pada suatu
tingkat keputusan dalam hierarki. Ket : Nilai perbandingan A dengan B adalah
Kuantifikasi pendapat dari hasil; komparasi 1 (satu) dibagi dengan nilai
berpasangan membentuk matriks i x j. Nilai perbandingan B dengan A.
Aij merupakan nilai matriks pendapat hasil
komparasi yang mencerminkan nilai d. Penentuan Prioritas.
kepentingan Wi terhadap Wj seperti pada Langkah pertama dalam menetapkan
gambar. prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif
adalah dengan membuat perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-
nilai perbandingan relatif kemudian diolah

581
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

untuk menentukan peringkat relatif dari Untuk menentukan Consistency Ratio


seluruh alternatif. (CR) dihasilkan dengan mengalikan matriks
perbandingan berpasangan awal dengan nilai
e. Konsistensi logis. eigen pada iterasi terakhir, atau dalam
Perhitungan Manipulasi Matriks. ekspresi matematik dapat ditulis :
1) Kuadrat dari matriks A.
A dikuadratkan menjadi A’ij. Elemen A’ij  1 A12 ... A1 j   Bbn1 
jika ditulis secara matematis adalah 1 / A ... A2 j   n 
{CR}m x1=  12 1  Bb 2 
m    
 
a’ij =  (a
i 1, j1
ij .a ji ) 
1 / A1i 1 / A2i ... 1 
  Bbm
n 

2) Perhitungan jumlah bobot dalam baris dimana n menandakan tingkat prosedur


A’ij. iterasi.
m
Bb =  a'
i 1
i
Selanjutnya dilakukan perhitungan vektor
konsistensi (Consistency Vector).

3) Perhitungan Jumlah dari jumlah bobot  CR1 / Bbn1 


dalam baris A’ij.  n 
CR2 / Bb 2 
m m
{CV} =  
BT =  a'
j1 i 1
i  
CRm / Bbin 
4) Matriks Stokastik (normalisasi)
dihasilkan dengan merubah jumlah bobot Nilai rata-rata (p) dari vektor konsistensi
baris A’ij. dapat ditulis :
m

 a' m

B’b = m
i 1
m
i
 CV
i 1
i

 a'
p=
i m
j1 i 1
Nilai Konsistensi Indeks (CI) dapat dihitung
Perhitungan Consistency Ratio (CR) sebagai berikut :
CR merupakan parameter yang digunakan
dalam teknik AHP untuk memeriksa apakah m

perbandingan berpasangan telah dilakukan pm


 CV i  m2
dengan konsekuen atau tidak. Perlu CI =  i 1

diketahui bahwa ratio yang dianggap baik m 1 m2  m


yaitu apabila CR  0,1 dimana CR
Setelah nilai CI didapat maka nilai
merupakan perbandingan antara CI dan RI.
Consistency Ratio (CR) dapat dihitung
Nilai RI merupakan nilai random indeks
menjadi
yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory
yang berupa tabel 2 di bawah ini : CR = CI / RI
Tabel 2. Nilai Random Indeks (RI). dimana RI ditentukan berdasarkan
banyaknya alternatif, ”m”.
1 1 1 1
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 Bangunan Pengaman Pantai
0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Umum
R , , , , , , , , , , , , , Penanganan masalah pantai yaitu
I 0 0 5 9 1 2 3 4 4 4 5 5 5 perlindungan pantai, shore protection,
0 0 8 0 2 4 2 1 5 9 1 4 6 merupakan satu hal yang sangat penting
untuk dilakukan.
Sumber: Saaty, (2000)

582
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

Definisi Pantai pendangkalan di muara dalam kaitannya


Ada dua istilah tentang kepantaian dalam dengan pengendalian banjir.
bahasa Indonesia yang sering rancu
pemakaiannya, yaitu pesisir (coast), dan d. Pemecah gelombang lepas pantai.
pantai (shore). Pesisir adalah daerah darat di Pemecah gelombang lepas pantai adalah
tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut bangunan yang dibuat sejajar pantai dan
seperti pasang surut, angin laut dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai.
perembesan air laut.

Bangunan Pengaman Pantai


a. Tembok Laut (Sea Wall) dan Revetment.
Seawall adalah struktur vertikal yang
cenderung akan melindungi pantai terhadap
perubahan garis pantai dan erosi akibat
gelombang laut.

Gambar 5. Pemecah Gelombang


Lepas Pantai

Kriteria-Kriteria Yang Digunakan


Gambar 3. Seawall
a. Gelombang.
b. Groin. 1) Riwayat, faktor penting = 2, adalah
Groin adalah bangunan pelindung pantai rekaman peristiwa sebelumnya.
yang biasanya dibuat tegak lurus pantai dan a) Rendah - Skor 1-3 : 0-1 kali
berfungsi untuk menahan transport sedimen kejadian dalam 10 tahun terakhir
sepanjang pantai sehingga bisa mengurangi b) Sedang - Skor 4-7 : 2-3 kali
atau menghentikan erosi yang terjadi. Tipe kejadian dalam 10 tahun terakhir
dan bentuk groin terlihat pada Gambar 2.5 c) Tinggi - Skor 8-10 : > kali kejadian
di bawah ini. dalam 10 tahun terakhir
2) Kerawanan, faktor penting = 5,
a) Rendah - Skor 1-3 : < 1% terimbas
b) Sedang - Skor 4-7 : 1-10% terimbas
c) Tinggi - Skor 8-10 : > 10% terimbas
3) Probabilitas, faktor penting = 7, adalah
kemungkinan kejadian tersebut di
kemudian hari dalam suatu periode
waktu tertentu.
a) Rendah - Skor 1-3 : kira-kira satu
kali kejadian dalam 15-20 tahun
b) Sedang - Skor 4-7 : kira-kira satu
kali kejadian dalam 10-15 tahun
c) Tinggi - Skor 8-10 : kira-kira satu
kali kejadian dalam 5-10 tahun
Gambar 4. Tipe dan Bentuk Groin. 4) Ancaman maksimum, faktor penting =
c. Jetty. 10,
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai a) Rendah - Skor 1-3 : < 5% terimbas
yang diletakkan pada kedua sisi muara b) Sedang - Skor 4-7 : 5-25% terimbas
sungai yang berfungsi untuk mencegah c) Tinggi - Skor 8-10 : >25% terimbas

583
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

b. Erosi. a) Rendah - Skor 1-3 : pencemaran


1) Perubahan garis pantai berada di bawah ambang batas
a) Rendah - Skor 1-3 : < 0,5 m/tahun b) Sedang - Skor 4-7 : pencemaran
b) Sedang - Skor 4-7 : 0,5-2,0 m/tahun berada di sekitar ambang
c) Tinggi - Skor 8-10 : 2,0-5,0 m/tahun c) Tinggi - Skor 8-10 : pencemaran
2) Gerusan di kaki bangunan berada di atas ambang batas
a) Rendah - Skor 1-3 : tidak 2) Terumbu karang
membahayakan konstruksi a) Rendah - Skor 1-3 : kerusakan
b) Sedang - Skor 4-7 : cukup berbahaya pada 10-30% luas areal terumbu
terhadap konstruksi
c) Tinggi - Skor 8-10 : sangat b) Sedang - Skor 4-7 : kerusakan
membahayakan stabilitas bangunan pada 30-70% luas areal terumbu
tersebut dan bangunan lain
disekitarnya. c) Tinggi - Skor 8-10 : kerusakan
3) Panjang pantai yang tererosi pada 70-100% luas areal terumbu
a) Rendah - Skor 1-3 : 5 – 10 m 3) Hutan Mangrove
b) Sedang - Skor 4-7 : 10 -100 m a) Rendah - Skor 1-3 : kerusakan
c) Tinggi - Skor 8-10 : > 100 m pada 10-30% luas areal hutan
b) Sedang - Skor 4-7 : kerusakan
c. Abrasi. pada 30-70% luas areal hutan
1) Lebar pantai terabrasi c) Tinggi - Skor 8-10 : kerusakan
a) Rendah - Skor 1-3 : < 0,5 m/tahun pada 70-100% luas areal hutan.
b) Sedang - Skor 4-7 : cukup berbahaya
terhadap konstruksi
c) Tinggi - Skor 8-10 : sangat METODOLOGI PENELITIAN
membahayakan stabilitas bangunan
tersebut dan bangunan lain Tempat dan Waktu Penelitian
disekitarnya. Tempat penelitian yang diambil
2) Panjang pantai terabrasi berdasarkan berlokasi di pantai Wori
a) Rendah - Skor 1-3 : 5 – 10 m Kabupaten Minahasa Utara. Waktu
b) Sedang - Skor 4-7 : 10 -100 m penelitian dilakukan mulai awal bulan
c) Tinggi - Skor 8-10 : > 100 m Oktober 2012 dimulai dari persiapan, studi
literature, pengumpulan data, sampai
d. Sedimentasi. penyusunan hasil penelitian.
1) Lama muara tertutup
a) Rendah - Skor 1-3 : 0-1 bulan Bahan dan Peralatan
b) Sedang - Skor 4-7 : 1-2 bulan 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam
c) Tinggi - Skor 8-10 : > 2 bulan penelitian/penulisan skripsi yaitu:
2) Presentase pembukaan muara a. Buku-buku penunjang yang
a) Rendah - Skor 1-3 : > 80% menyangkut dengan penelitian/judul
penulisan sebagai pedoman untuk
b) Sedang - Skor 4-7 : 50-80% penyelesaian penulisan skripsi yang
merupakan studi kepustakaan dalam
c) Tinggi - Skor 8-10 : < 50% penulisan skripsi.
3) Pengaruh sedimentasi dari sungai b. Data-data proyek yang di tinjau.
terhadap sekitar
a) Rendah - Skor 1-3 : lokal Peralatan yang digunakan yaitu 1 (satu) unit
b) Sedang - Skor 4-7 : lokal dan komputer sebagai fungsi untuk pengetikan
sekitarnya (1-2 km2)
penyelesaian penulisan skripsi
c) Tinggi - Skor 8-10 : daerah yang luas
(2 km2) Bagan Alir Penelitian
Adapun penelitian ini mengikuti bagan
e. Lingkungan.
alir seperti pada Gambar 3.
1) Kualitas air laut

584
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

c. Analisis data.
Mulai
d. Kesimpulan dan saran.

Studi Literatur
PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Analisa Awal
Definisi Masalah
Kriteria-kriteria AHP yang diambil adalah
Data Primer Data Sekunder kriteria yang memberikan pengaruh
- Profil pantai - Observasi signifikan terhadap sistem. Adapun kriteria
-Tipe bangunan Lapangan yang ditetapkan untuk pemilihan bangunan
pengaman - Wawancara
pantai/alternatif
pengaman pantai mencakup:
Langsung
a. Gelombang.
Penyusunan Kriteria- b. Erosi.
kriteria untuk setiap c. Abrasi.
pantai Tidak d. Sedimentasi.
e. Lingkungan.

Tingkat Kerawanan
O
K? Tabel 3. Tingkat kerawanan Pantai Wori
Ya

Evaluasi
Total
Analisis Data dan Pembahasan NO Komponen Indikator Bobot Skor
Kategori Skor
Faktor
- Penyusunan Model Keputusan AHP
1 Gelombang Riwayat Tinggi 2 10 20
- Pengambilan Keputusan Kerawanan Tinggi 5 10 50
Ancaman Tinggi 10 10 100
Probabilitas
Maks Tinggi 7 10 70
Skor Sub-1 240
2 Erosi Perubahan
Garis Sedang 7 6 42
Pemilihan tipe Bangunan pengaman pantai Pantai
Gerusan Tinggi 3 10 30
Panjang
Tinggi 10 8 80
pantai
Kesimpulan Skor Sub-2 152
3 Abrasi Lebar Sedang 6 7 42
terabrasi
Panjang Sedang 10 7 70
terabrasi
Selesai Skor Sub-3 112
4 Sedimentasi Lama Rendah 10 2 20
tertutup
% Muara Sedang 6 6 36
Gambar 5. Bagan Alir Penelitian Terbuka
Pengaruh Tinggi 3 8 24
Sedimentasi
ke daerah
Prosedur Penelitian sekitar
Metodologi yang digunakan dalam 5 Lingkungan Kualitas Sedang 5
Skor Sub-4
4
80
20
penelitian ini mencakup kajian dan studi Air Laut
Terumbu Rendah 10 2 20
literatur, pengumpulan data, penyusunan dan Karang
Hutan Rendah 10 1 10
penerapan model keputusan Analytical Mangrove
Hierarchy Process, output keputusan. Skor Sub-5
Skor Akhir
50
634
Level Kerawanan dan Kerusakan : Sedang
Metode Pelaksanaan Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini mencakup kajian dan studi Syarat-syarat Alternatif
literature, pengumpulan data, penyusunan Pada penelitian ini akan dipakai tiga tipe
dan penerapan model keputusan Analytical bangunan pengaman pantai, yaitu, Seawall,
Hierarchy Process, output keputusan. Secara Groin, dan Jetty.
ringkas dijelaskan sebagai berikut : a. Seawall.
a. Kajian dan studi literatur. 1) Tidak ada sungai
b. Pengumpulan data. 2) Keadaan gelombang besar

585
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.8, Juli 2013 (579-586) ISSN: 2337-6732

3) Keadaan lingkungan berkualitas rendah Hasil AHP adalah sebagai berikut :


4) Tingkat erosi dan abrasi besar - Seawall = 0.4225
5) Proses sedimentasi di muara rendah - Groin = 0.2078
- Jetty = 0.3697
b. Groin.
1) Tidak ada sungai Dari hasil AHP didapatkan score
2) Keadaan Gelombang sedang tertinggi pada Seawall. Berdasarkan score ini
3) Tingkat erosi dan abrasi besar maka akan digunakan Bangunan Pengaman
4) Kualitas lingkungan berada dalam interval Pantai jenis Seawall.
rendah–sedang
5) Proses sedimentasi di muara rendah
PENUTUP
c. Jetty.
1) Terdapat sungai Kesimpulan
2) Keadaan gelombang berada dalam interval Berdasarkan analisa yang dilakukan
rendah – sedang maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut,
3) Tingakt erosi dan abrasi berada dalam yaitu :
interval rendah – sedang 1. Metode Analytical Hierarchy Process
4) Kualitas lingkungan berada dalam interval merupakan metode yang cukup
rendah – tinggi representatif dalam membantu proses
5) Proses sedimentasi di muara besar pengambilan keputusan terhadap
beberapa alternatif yang memiliki posisi
Bobot Alternatif. yang mendekati satu sama lain.
2. Metode Analytical Hierarchy Process
Tabel 4. Matriks hubungan Kriteria dan dapat digunakan untuk pemilihan
Alternatif. alternatif bangunan pengaman pantai
dimana pada pantai Wori, penerapan
metode ini menghasilkan keputusan
Gelom
Erosi
Abras Sedimen Lingku Bobot sebagai berikut :
bang i tasi ngan Kriteria
- Seawall : 42,25 %
- Groin : 20,78 %
Seawall 0,6250 0,2385 0,1634 0,2970 0,2970 0,4833 - Jetty : 36,97 %
Groin 0,2385 0,1365 0,2970 0,1634 0,1634 0,2919
Saran
Jetty 0,1365 0,6250 0,5396 0,5396 0,5396 0,1194 Adapun hal-hal yang disarankan yakni
kualitas penelitian dapat ditingkatkan dengan
0,0648
melakukan kajian-kajian yang mendalam
0,0405 dengan melibatkan ahli-ahli multidisiplioner
yang telah teruji kredibilitas dan
kapabilitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Saaty, T., L., 1993.”Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks”,
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Saaty, T. L., 2000. Decision Making for Leaders. University of Pittsburgh.

Saaty, T.L. and Vargas, L.G., 2000. Models, Methods, Concepts and Applications of
the Analytic Hierarchy Process, Boston: Kluwer Academic Publishers.

586

Anda mungkin juga menyukai