Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA DAS BOANG

M. Agung Nugraha
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara Kampus Palembang
E-mail : agungmada@rocketmail.com

ABSTRAK
Sungai Boang adalah salah satu anak Sungai Musi yang berfungsi sebagai jaringan drainase Kota Palembang. Sub
DAS Boang termasuk dalam kawasan drainase. Sub DAS Boang menjadi daerah rawan banjir yang terdapat beberapa lokasi
genangan yang merupakan prioritas untuk ditangani, hal ini dikarenakan genangan yang terjadi sudah mengganggu dan
merusak kelancaran ekonomi, sarana dan prasarana kehidupan masyarakat.Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis debit
puncak rancangan dengan metode Rasional pada periode ulang tertentu dan membandingkannya dengan metode HSS
Nakayasu.Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan melakukan analisis terhadap debit pada DAS Boang untuk
periode ulang 2, 5, 10 dan 25 tahun dengan menggunakan metode Rasional dan HSS Nakayasu. Dari hasil analisis diperoleh
hasil perhitungan debit banjir rancangan banjir pada DAS Boang dengan metode Nakaysu diperoleh hasil perhitungan dengan
metode Rasional diperoleh debit puncak rancangan terbesar yaitu 75,02 m3/det untuk periode ulang 25 tahun dengan waktu
puncak sebesar 1,79 jam dan hasil debit rancangan dari metode HSS Nakayasu lebih kecil dari metode Rasional yaitu sebesar
69,95 m3/det untuk periode ulang 25 tahun dengan waktu puncak sebesar 0,9 jam.
Kata kunci:DAS Boang,Periode Ulang, Debit Banjir, Rasional, Nakayasu.

1. PENDAHULUAN diperhatikan dalam analisis adalah hujan yang tercatat


1.1. Latar Belakang pada stasiun pencatat hujan yang berada dalam DAS
Sungai Boang adalah salah satu anak Sungai Musi yang ditinjau. Umumnya data hujan yang diperlukan
yang berfungsi sebagai jaringan drainase Kota adalah 5-20 tahun pencatatan untuk data hujan harian,
Palembang. Sub DAS Boang termasuk dalam dan 2-5 tahun pencatatan untuk data hujan jam-jaman.
kawasan drainase. Sub DAS Boang menjadi daerah Data yang akan digunakan dipilih atas dasar
rawan banjir yang terdapat beberapa lokasi genangan ketersediaan data yang menerus dan letak stasiunnya.
yang merupakan prioritas untuk ditangani, hal ini Berdasarkan atas kejadiannya, hujan dibedakan
dikarenakan genangan yang terjadi sudah menjadi 3 bagian :
mengganggu dan merusak kelancaran ekonomi, a. Hujan Konvektif
sarana dan prasarana kehidupan masyarakat. Hujan yang disebabkan karena naiknya udara ke
Sistem drainase sub DAS Boang ini sudah tidak masa yang lebih rapat dan dingin. Hujan
mampu lagi menampung beban air yang lewat untuk inisangat berubah-ubah dan intensitasnya sangat
kondisi air maksimum sekarang dikarenakan telah bervariasi.
terjadi endapan sedimen, penumpukan sampah limbah b. Hujan Orografik:
rumah tangga dan enceng gondok. Kondisi ini Hujan yang disebabkan oleh pengangkatan
diperparah dengan adanya alih fungsi lahan rawa mekanis diatas rintangan pegunungan. Didaerah
menjadi lahan siap pakai secara masif di sekitar sub pegunungan, pengaruh orografik sangat
DAS Boang. menonjol sehingga pola hujan badai cenderung
Sungai Boang termasuk sungai dengan menyerupai pola hujan tahunan rerata.
karakteristik luas penampang kecil. Hujan dan pasang c. Hujan Siklonik
menyebabkan aliran air yang mengaliri ke Sungai Jika massa udara panas yang relative ringan
Boang akan melimpas keluar dan menyebabkan bertemu dengan massa udara dingin yang relatif berat,
genangan banjir. Kemiringan dasar saluran drainase maka udara panas tersebut akan bergerak di atas udara
yang landai terutama di bagian hilir menyebabkan dingin. Udara yang bergerak ke atas tersebut
kecepatan aliran menjadi lambat, sehingga pada saat mengalami pendinginan sehingga terjadi kondensasi
pasang naik air Sungai Musi masuk mengakibatkan dan terbentuk awan dan hujan. Hujan ini memiliki
aliran air terhambat sehingga terjadi genangan. sifat tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu
Pada tugas akhir ini akan meneliti berapa besar lebih lama.
debit puncak rancangan banjir pada periode ulang 2, 5,
10, 25 tahun dengan menggunakan metode Rasional 2.2. Hidrograf Banjir
dan metode hidrograf satuan sintetik Nakayasu. Debit banjir rancangan adalah debit banjir
maksimum yang mungkin terjadi pada suatu daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA dengan peluang kejadian tertentu. Untuk menaksir
2.1. Pengertian Hujan banjir rancangan digunakan cara hidrograf banjir yang
Hujan adalah suatu fenomena alam yang didasarkan oleh parameter dan karakteristik daerah
kejadiannya begitu acak baik waktu, lokasi, dan pengalirannya. Hidrograf adalah grafik yang
besarannya, sehingga sulit diperkirakan. Hujan yang menunjukan hubungan antara debit dan waktu

ISSN : 2355-374X 638 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 2, No. 4, Desember 2014
Nugraha,m.: Analisis Hidrograf Banjir pada Das Boang

kejadian banjir. Perencanaan bangunan air diperlukan 2.5. Periode Ulang


bahan masukan berupa perkiraan besarnya debit banjir. Curah hujan biasanya terjadi menurut pola
Estimasi tersebut seharusnya didasarkan pada metode tertentu dimana curah hujan biasanya akan berulang
yang tepat sehingga dapat menghasilkan perkiraan pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan
banjir yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Periode Ulang Hujan. Periode ulang adalah waktu
Hidrografterdiridaritigabagianyaitu : hipotetik dimana suatu kejadian dengan nilai tertentu,
a. Sisinaik (rising limb,A) yang debit rencana misalnya, akan disamai atau dilampaui 1
sangatdipengaruhiolehintensitashujan, lama hujan, kali dalam jangka waktu hipotetik tersebut. Penentuan
dankeadaandaerahaliransebelumterjadihujan. periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan
b. SisiPuncak (crest, B) merupakanbesarnya debit data dan keperluan pemakaian saluran yang berkaitan
maksimumuntuksuatuhujandengankedalamandan dengan umur tambang serta tetap memperhitungkan
distribusitertentu. resiko hidrologi.Periode ulang ditetapkan berdasarkan
c. Sisiresesi (recession limb, C) adalahbagian debit standar perancangan atau dipilih oleh ahli hidrologi
aliran yang sebagai parameter rancangan.
merupakanpengaturandariakifersetelahtidakadalag
ialiran yang 2.6. Definisi DAS
masukkedalamsungaisehinggahanyatregantungdar Daerah aliran sungai (DAS) dapat diartikan
isisikeadaanakifer sebagai kawasan yang dibatasi oleh pemisah
topografis yang menampung, menyimpan dan
mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai
2.3. AnalisaFrekuensiHujan yang akhirnya bermuara ke danau/laut.
Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan Menurut Undang-undang Republik Indonesia
analisis frekuensi terhadap data curah hujan nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, daerah
maksimum tahunan (annual series). Ada beberapa aliran sungai (catchment, basin, watershed) adalah
macam sebaran dalam statistik dan yang lazim suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
digunakan dalam analisis frekuensi ada 5 (lima) dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
macam yaitu : berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan
1).MetodeDistribusiNormal; air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
2).MetodeDistribusiLog Normal; secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
3).MetodeDistribusiPearson; topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
4).MetodeDistribusi Log Pearson III; perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
5).MetodeGumbel. Sistem adalah kumpulan bagian-bagian yang
terdiri dari benda/konsep yang disatukan dengan
2.4. IntensitasHujan keteraturan saling berhubungan atau saling
Intensitascurahhujanmenyatakanbesarnyacurahh ketergantungan (Chow dalam Muliawan, 2001).
ujandalamjangkapendek yang Pendekatan sistem mempunyai tujuan spesifik yaitu
memberikangambaranderasnyahujan per membangun hubungan masukan dan keluaran yang
jam.Untukmengolah data selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk rekonstruksi
hujanmenjadiintensitascurahhujandigunakancara kejadian masa lalu atau untuk prakiraan kejadiaan
statistic dari data pengamatandurasihujan yang terjadi. yang akan datang, dengan masalah pokok yang
Dan bilatidakdijumpai data untuksetiapdurasihujan, diperhatikan adalah operasi sistem yang digunakan
makadiperlukanpendekatansecaraempirisdenganberpe (Sudjarwadi, 1995).
domankepada 60 menit (1 jam) DAS merupakan ekosistem yang terdiri dari
danpadacurahhujanharianmaksimum yang unsur utama vegetasi, tanah, air dan manusia dengan
terjadisetiaptahun. Cara lain yang segala upaya yang dilakukan di dalamnya. Sebagai
lazimdigunakanadalahdenganmengambilpolaintensita suatu ekosistem, di DAS terjadi interaksi antara faktor
shujankota lain yang mempunyaikondisi yang biotik dan fisik yang menggambarkan keseimbangan
hampirsama. masukan dan keluran berupa erosi dan sedimentasi.
Besarnyaintensitascurahhujanituberbeda-beda yang
disebabkanolehlamanyacurahhujanataufrekuensikejad 2.7. Debit Banjir Rencana
iannya.Beberaparumusintensitascurahhujan yang Debit rencana sangat penting dalam perencanaan
dihubungkandenganhal-halini, sistem drainase, apabila salah dalam menentukan debit
telahdisusunsebagairumus-rumuseksperimentil rencana, maka sistem drainase yang terpakai tidak
(Sosrodarsono, SuyonodanKensaku Takeda,2006). akan berfungsi dengan semestinya. Debit rencana
Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas dapat yang digunakan yaitu :
digunakan berbagai metode, diantaranya Metode Van a. Metode Rasional
Breen, Hasper dan Der Weduwen. Metode rasional banyak digunakan untuk
memperkirankan debit puncak yang ditimbulkan oleh
hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Suatu
DAS disebut DAS kecil apabila distribusi hujan dapat

ISSN : 2355-374X 639 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 2, No. 4, Desember 2014
Nugraha,m.: Analisis Hidrograf Banjir pada Das Boang

dianggap seragam dalam suatu ruang dan waktu, dan selanjutnya adalah membuat kesimpulan dari seluruh
biasanya durasi hujan melebihi waktu konsentrasi. data-data yang telah dihasilkan.
b. Metode Hidrograf Nakayasu
Hidrograf satuan merupakan hidrograf khas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk suatu DAS tertentu. Konsep hidrograf satuan 4.1. Data Catchment Area
dikemukakan pertama kali oleh Sherman (1932) yang Daerah DAS Boang merupakan daerah dengan
dipergunakan untuk prakiraan banjir yang terjadi ketinggian tanah dari muka air laut yang berbeda-beda.
akibat hujan dengan kedalaman dan distribusi tertentu. Berdasarkan kondisi topografis wilayah DAS Boang
Keunggulan metode ini tidak hanya dapat memiliki kemiringan antara 0 3 %. Luas DAS Boang
memberikan besarnya debit banjir maksimum tetapi didapatkan bahwa kawasan DAS ini memiliki luas
dapat juga memberikan durasi hujan. Keunggulan sebesar 9,364 km2.
lainnya adalah dari metode hidrograf ini adalah
kemampuannya untuk melakukan analisis terhadap 4.2. Analisa Frekuensi Hujan
kolam detensi karena dapat dilakukan analisis Data hujan yang didapatkan dari stasium
terhadap routing banjir sampai ke spillway kolam klimatologi kemudian dioleh dengan cara mencari
tersebut. curah hujan maksimum tiap tahun dari tahun 2004
2013.Dari keempat metode yang digunakan di atas
III. METODOLOGI PENELITIAN yang paling mendekati adalah sebaran Metode
3.1. Studipustaka Distribusi Gumbel
Tahap studi pustaka yaitu mengumpulkan dan
mempelajari bahan-bahan yang berhubungan dengan 4.3. Koefisien Limpasan
masalah-masalah yang diteliti. Bahan-bahan tersebut Koefisien limpasan mencerminkan keadaan
berupa bahan yang didapat dari tulisan-tulisan ilmiah, permukaan daerah aliran. Koefisien pengaliran (C),
diktat-diktat, buku-buku maupun internet yang merupakan perbandingan volume air yang berhasil
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini mencapai muara DAS dengan voleme air yang jatuh
data yang diperoleh berupa litaratur mengenai hal-hal diatas DAS. Dari perhitungan nilai koefisien limpasan
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. (C) sebesar 0.5808
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Frekuensi Data Hujan
3.2. Pengumpulan data
Tahapinimerupakantahappengumpulan data-data Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana (mm)
yang berhubungandengananalisishidrograf.Beberapa Periode Log Log
data yang diperoleh, yaitu : Ulang Normal Normal Pearson Pearson Gumbel
1. Data sekunder yaitu berupa peta lokasi, peta (mm) (mm) (mm)
(mm) III (mm)
topografi, data curah hujan dan tata guna lahan 2 118 115.581 118 128.83 114.64
yang didapatkandariinstansi-instansi yang terkait.
2. Data primer berupa kondisi DAS dan 5 138.85 138.689 129.93 139.08 144.28
saluran-saluran sekunder, serta foto-foto aliran 10 149.77 152.582 149.82 151.43 163.9
pada lokasi.
25 158.71 164.978 156.8 165.09 188.69
3.3. Pengolahan data
Dalamtahapini yang dilakukanadalahmengolah
4.4. Waktu Konsentrasi
data yang sudahdidapatuntukdijadikan data
Sebelum dilakukan perhitungan debit rencana,
awaldalammelakukananalisadanperhitungan.Perhitun
dihitung dulu waktu konsentrasi (tc) dengan rumus
ganpertamaakanmencaridistribusicurahhujan,
Kirpich. Didapatkan waktu konsentrasi sebesar 1,79
kemudianmencariintensitashujandenganberbagaimeto
jam.
dedanmencari debit
banjirrancangandenganmetoderasionaldanmetode
4.5. Debit Rancangan Banjir
HSS Nakayasu. Dari pengolahan data
Rancangan sangat penting dalam perencanaan
ituakanmendapatkanhasilberupahujanrancangandan
sistem drainase, apabila salah dalam menentukan debit
debit rancangan. Kemudianhasil debit
rencana, maka sistem drainase yang terpakai tidak
darimetodeRasionalakandibandingkandenganmetode
akan berfungsi dengan semestinya.
HidrografSatuanSintetikNakayasu
Tabel 2. Perbandingan Hasil Debit Rancangan
3.4. AnalisisdanPembahasan
Setelah dilakukannya perhitungan debit
rancangan puncak maka akan dilakukan analisis
mengenai hasil debit yang akan dipakai sebagai debit
puncak rancangan.
3.5. Kesimpulan Dan Saran
Dari seluruh langkah-langkah yang telah
dilakukan, dimulai dari studi literatur, pengumpulan
data, pengolahan data, analisa dan perhitungan, maka

ISSN : 2355-374X 640 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 2, No. 4, Desember 2014
Nugraha,m.: Analisis Hidrograf Banjir pada Das Boang

3
Debit rancangan (m /det) Kodoatie, Robert. J, 2010.Tata Ruang Air. ANDI,
Periode Metode Rasional HSS Yogyakarta.
Ulang Talbot Mangundikoro. A. 1985. Dasar-Dasar Pengololaan
(tahun) Mononobe (Van Sherman
Nakayasu Daerah Aliran Sungai.
(Mononobe)
Breen) Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik Usaha Nasional,
2 32.14 52,4 26,96 42,50 Surabaya.
5 40.45 60,203 33,40 53,48 Soewarno.1995.Hidrologi aplikasi teknik untuk
analisa data. Nova, Bandung.
10 45.95 68,114 37.95 60,78
Subarkah, Imam.1980. Hidrologi untuk perencanaan
25 52.9 75,02 43.69 69,95 bangunan air. Idea Dharma, Bandung.
waktu Sudjarwadi, 1995. Pengelolaan Sumberdaya Air
puncak 1,79 jam 1,79 jam 1,79 jam 0,9 jam dengan Pendekatan Sistem. Workshop
(Tp) Pengelolaan Sumber Daya Air di Satuan Wilayah
Metode yang memiliki debit Sungai, Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah
maksimumterbesaradalahmetoderasionaldenganmeng Mada, Yogyakarta.
gunakanrumusintensitascurahhujanmetode Van Suripin.2004.SistemDrainasePerkotaanyangBerkelan
Breen. jutan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sosrodarsono, S dan Takeda, K.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1977.HidrologiUntukPengairan, PT Dainippon
5.1. Kesimpulan Gitakarya Printing. Jakarta.
Berdasarkan hasil analisis perhitungan yang Suyono, Sosdarsono.2006.Hidrologi untuk pengairan.
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : PT. Paramita, Jakarta.
1. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Triatmodjo, Bambang.1993.Hidraulika II. Beta Offset,
Rasional diperoleh debit puncak rancangan Yogyakarta.
terbesar yaitu 75,02 m3/det untuk periode Wilson, E.M.1993.Hidrologi Teknik. ITB, Bandung.
ulang 25 tahun dengan waktu puncak sebesar Palar, Ronaldo Toar dkk. 2013. Studi Perbandingan
1,79 jam. Antara Hidrograf SCS (Soil Conservation
2. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa debit Surface) dan Metode Rasional pada DAS Tikala.
puncak rancangan pada metode HSS Nakayasu Jurnal Sipil Statik Vol. 1 No.3.
lebih kecil dari metode Rasional yaitu sebesar Handayani, Yohanna Lilis dkk. 2011. Kajian Sistem
69,95 m3/det untuk periode ulang 25 tahun Drainase Untuk Mengatasi Banjir Genangan
dengan waktu puncak sebesar 0,9 jam. (Studi kasus system darinase jalan Akasia Kota
Pangkalan Kerinci). Jurnal Sains dan Teknologi,
DAFTAR PUSTAKA No. 10:53-60.
Wismarin, Th. Dwiati dkk.2011. Metode Perkiraan
A.Halim, Hasmar. 2002. Drainase Perkotaan.Edisi Laju Aliran Puncak (Debit Air) Sebagai Dasar
Pertama, UII Press. Yogyakarta. Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Sungai Wilayah Semarang Berbatuan SIG.
Aliran Sungai. Cetakan Ketiga (revisi). Gadjah Jurnal Teknologi Infornasi DINAMIK, Vol. 16
Mada University Press. Yogyakarta. No. 2:124-132.
Br, Sri Harto.1993. Analisis Hidrologi. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Chow, Ven Te.1989. Hidrolika Saluran Terbuka.
Erlangga, Jakarta.
Harto, Sri.1993.Analisis Hidrologi. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

ISSN : 2355-374X 641 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 2, No. 4, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai