BAB II
DASAR TEORI
Debit Pengamatan
2002 - 2011
Th.Th
Debit Simulasi
Keseimbangan Air
( Surplus /minus)
Kebutuhan Air
Baku
Kebutuhan Air
Kebutuhan
Penggelontoran
Gambar 2.1. Skema Keseimbangan Air
Dimana :
Na = Keseimbangan air
Qtersedia = Ketersediaan air
Qbutuh = Kebutuhan air.
Pr = Peluang
2. Besarnya peluang (Pr) atau frekuensi kala ulang (Tr) dari suatu seri urutan
kajian debit tertentu yang tidak melampaui dapat dihitung berdasarkan dari
urutan besar ke kecil dengan menggunakan persamaan Weibull :
m
Pr =
(N + 1)
Dimana :
m = Nomor urut dari besar ke kecil
N = Jumlah data
Pr = Peluang terjadinya kejadian, hubungannya dengan kala ulang.
Siklus hidrologi adalah bagian inti dari hidrologi yang tidak mempunyai
awal dan akhir, siklus hidrologi merupakan gerakan air permukaan bumi. Selama
berlangsungnya siklus hidrologi , yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke
atmosfir kemudian ke permukaan tanah dan kembali ke laut dan tidak pernah
habis, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, danau atau waduk, dalam
tanah
sehingga dapat di manfaatkan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya.
Siklus hidrologi merupakan sistem tertutup dengan pengertian bahwa air
berputar dalam suatu sistem alami. Siklus tersebut secara keseluruhan
dikemudikan oleh kelebihan dari radiasi matahari yang masuk atau menuju
permukaan bumi, terhadap radiasi yang keluar atau meninggalkan permukaan
bumi.
Kejadian hujan yang jatuh kepermukaan bumi ini adalah merupakan proses
dari faktor-faktor meteorologi. Air laut dan air yang ada didaratan sepanjang saat
menguap ke udara. Di udara uap air tersebut akan mengalami kondensasi,
membentuk awan dan butiran-butiran air, bilamana butiran-butiran air tersebut
cukup besar dan tidak terbawa tiupan angin akan jatuh sebagai hujan. Sebelum
hujan itu mencapai permukaan bumi sebagian telah menguap di udara dan oleh
tumbuh-tumbuhan.
Air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menimbulkan beberapa
proses, yaitu sebagian akan meresap kedalam tanah (infiltrasi). Peresapan ini akan
keluar lagi melalui pori-pori dan retakan tanah yang kemudian timbul sebagai
mata air. Sebagian lagi dari air hujan itu tertahan pada lekukan-lekukan tanah
(retensi), menjadi es. Sebagian lagi mengalir kepermukaan tanah (run off),
menuju rawa-rawa, danau, sungai dan pada akhirnya terus ke laut, yang
selanjutnya air tersebut akan menguap kembali ke udara.
Evaporasi (penguapan) adalah proses pertukaran molekul air di permukaan
menjadi melekul uap air (gas) di atmosfer melalui kekuatan panas (heat energy).
Evaporasi dapat terjadi pada sungai, danau, laut dan reservoir (permukaan air
bebas ), permukaan tanah.
2.4. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak
dari permukaan tanah, permukaan air serta tanaman menguap ke udara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Evapotranspirasi adalah suhu air, suhu
udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Metode yang akan digunakan adalah metode Penman Modifikasi karena
metode ini menggunakan parameter iklim yang paling lengkap dibanding dengan
metode yang lainnya.
Parameter iklim yang dipakai pada metode ini antara lain adalah:
Radiasi (Ra)
Dasar pemikiran yang digunakan oleh Penman adalah panas radiasi yang
diberikan matahari ke permukaan bumi, panas tersebut ada yang dipantulkan
dengan gelombang pendek dan ada yang dipantulkan dengan gelombang panjang.
Energi panas sinar matahari ini akan mengubah air menjadi uap air.
Adapun metode Penman tersebut adalah sebagai berikut:
Eto = B (Hi-Ho) + (1-B) × Ea
Dimana :
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Hi = faktor radiasi yang datang (mm/hari)
Hi = (1 - r) × Ra (a1 + a2 × z)
Ho = faktor radiasi yang keluar (mm/hari)
Ho = Sta4 (a3 - a4 × ed0,5) (a5 + a6 × z)
Ea = Faktor Aerodinamik (mm/hari)
Ea = a7 (ea – ed) (a8 - a9 × U)
B = perbandingan dari perhitungan Evaporasi dengan Energi
Budget.
B = D/(D + G )
D = kemiringan dari kurva tekanan uap udara jenuh pada
temperatur
ea = tekanan uap udara jenuh pada temperatur Ta (mb)
Koefisien Penman a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9
2.5. Kebutuhan Air di Sawah (NFR)
Net Field Requirement (NFR) adalah kebutuhan air bersih di sawah,
merupakan jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman di sawah untuk padi
ditentukan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Penyiapan lahan
Evapotranspirasi Tanaman
Perkolasi dan Rembesan
Pengantian dan Lapisan
Curah hujan efektif.
Rumus NFR untuk masing-masing keperluan :
Padi : NFR = P + WLR + Etc – Re (80%)
Palawija : NFR = Etc – Re (50%)
Penyiapan lahan : NFR = LP – Re (80%)
Dimana :
NFR = Kebutuhan air bersih di sawah
P = Perkolasi
WLR = Penggantian lapisan air
Etc = Evapotranspirasi
LP = Penyiapan lahan
Re (80%) = Curah hujan efektif diambil 80% dari curah hujan nyata
yang jatuh pada suatu daerah periode tertentu.
Re (50%) = Curah hujan efektif diambil 50% dari curah hujan nyata
yang jatuh pada suatu daerah periode tertentu.
Tabel 2.3 Harga Koefisien Tanaman Palawija.
Jangka Bulan
Tumbuh
Tanaman (hari) 1 2 3 4 5 6
b) Kebutuhan untuk air selama penyiapan lahan
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air selama penyiapan lahan,
menggunakan rumus :
LP = M . ek / (ek-1),
Dimana :
LP = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang dan
jenuh
M = Eo + P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan
= 1,1 × Eto (mm/hari)
P = Perkolasi
K = M × T/S
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari), diambil 30 atau
45 hari.
S = kebutuhan air untuk menjenuhkan ditambah dengan
lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm
T (HARI) 30 45
M S (mm) S (mm)
m/hari 150 200 250 300 350 150 200 250 300 350
3.00 5.60 8.30 9.90 11.60 13.20 5.10 6.10 7.20 8.30 9.10
3.50 7.00 8.60 10.20 11.90 13.50 5.40 6.40 7.50 8.60 9.70
4.00 7.30 8.90 10.50 12.10 13.80 5.70 6.70 7.80 8.90 9.90
4.50 7.60 9.20 10.80 12.40 14.10 6.10 7.10 8.10 9.20 10.20
5.00 7.90 9.50 11.10 12.70 14.30 6.40 7.40 8.40 9.50 10.50
5.50 8.20 9.80 11.40 13.00 14.60 6.80 7.70 8.80 9.80 10.80
6.00 8.60 10.10 11.70 13.30 14.90 7.20 8.10 9.10 10.10 11.20
6.50 8.90 10.40 12.00 13.60 15.20 7.60 8.50 9.40 10.40 11.50
7.00 9.30 10.80 12.30 13.90 15.50 8.00 8.80 9.80 10.80 11.80
7.50 9.70 11.10 12.60 14.20 15.80 8.40 9.20 10.10 11.10 12.10
8.00 10.00 11.40 13.00 14.50 16.10 8.80 9.60 10.50 11.40 12.50
8.50 10.40 11.80 13.30 14.80 16.40 9.20 10.00 10.80 11.80 12.80
9.00 10.80 12.10 13.60 15.20 16.70 9.60 10.40 11.20 12.10 13.10
9.50 11.20 12.50 14.00 15.50 17.10 10.10 10.80 11.60 12.50 13.50
10.00 11.60 12.90 14.30 15.80 17.40 10.50 11.20 12.00 12.90 13.80
10.50 12.00 13.20 14.70 16.20 17.70 11.00 11.60 12.40 13.20 14.20
11.00 12.40 13.60 15.00 16.50 18.00 11.40 12.00 12.80 13.60 14.50
11.50 12.80 14.00 15.40 16.80 18.30 11.90 12.40 13.20 14.00 14.90
12.00 13.20 14.40 15.70 17.20 18.70 12.30 12.90 13.60 14.40 15.30
12.50 13.60 14.80 16.10 17.50 19.00 12.80 13.30 14.00 14.80 15.60
13.00 14.00 15.20 16.50 17.90 19.30 13.30 13.70 14.40 15.20 16.00
13.50 14.50 15.60 16.80 18.20 19.70 13.70 14.20 14.80 15.60 16.40
Sumber Perencanaan Jaringan Irigasi (KP – 01)
10
air irigasi yang dibutuhkan untuk dapat mengairi seluruh areal suatu
jaringan irigasi dengan memperhitungkan adanya kehilangan air di
sepanjang saluran primer, sekunder dan tersier.
IR = NFR
e
Diagram alir dari perhitungan kebutuhan air untuk irigasi dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Mulai
Input data:
Hujan Bulanan, Evapotranspirasi tanaman acuan (Eto), Curah
Hujan Efektif, Perlokasi, Debit Pengamatan, Catcment Area
Curah hujan efektif, Perkolasi
Awal Masa Tanam
Luas Areal Terairi
Perhitungan
Kebutuhan Air Irigasi
Debit Andal
Irigasi dengan sistem
golongan
Kebutuhan Air
Terpenuhi
Tidak
Ya
Selesai
Metode Mock
Program Mock
Operasi dari program Mock dapat diikuti berdasarkan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Hujan yang jatuh ke tampungan dalam tanah, didapat besarnya jumlah
air pada daerah perkiraan disebut Soil Moisture Storage (SMS) atau
tampungan kelembaban tanah dan didefinisikan :
SMS = ISM + R - E
Dimana :
SMS = tampungan kelembaban tanah (mm)
ISM = awal tampungan kelembaban tanah (mm),
R = besarnya hujan (mm) dan jika hujan terjadi pada musim
kering dimana WS = 0, maka hujan yang dipakai R (1-PF).
E = Evapotranposrtasi Aktual (mm).
Persamaan Penman dapat memberikan hasil maksimum Evapotranspirasi
potensial. Evapotranspirasi aktual akan berkurang dari Evapotranspirasi
potensial, karena air kelembaan tanah tidak selalu tersedia.
Pada musim kering kelembaban tanah selalu rendah sehingga sering terjadi
tanaman mengalami kekurangan air serta menyebabkan tanaman “stress” dan
“layu”. Model Mock merumuskan besarnya perbedaan antara Evapotranspirasi
potensial yaitu :
E = Ep (m/20) (18-n)
Dimana :
E = Perbedaan Evapotranspirasi potensial dan aktual (mm/bln)
Ep = Evapotranspirasi potensial (mm/bln)
m = Proporsi dari permukaan tanah yang ditutupi oleh vegetasi
setiap bulannya (%)
n = Jumlah hari hujan per tahun.
2. Water surplus yaitu kelebihan air dihitung dari persamaan :
WS = ISM + R – E – SMC
Dimana :
WS = kelebihan air bila melampaui SMC (mm)
ISM = kelembaban tanah awal (mm)
R = besarnya hujan (mm)
E = Evapotranspirasi aktual (mm)
9. Model Mock dikalibrasikan dengan cara konvensial Trial and Error dan
Hujan (R)
Q stor = R x PF
E
WS = ISM + R - E - SMC
SMC SMS = ISM + R# - E Qdirect = WS x (1-1F)
Q total
Qbaseflow
G stor(t) = Gstor(t-1) x RX + INFIL - Gstor(t) +
(1 + RC/2) x INFIL Gstor (t-1)
Mulai
Input Data Pengamatan:
- Hujan Bulanan
- Evapotranspirasi Bulanan
- Debit Sungai Bulanan
Parameter Model :
ISM, SMC, PF dan RC
Tidak
Koef.
Deterministik
>0,7- 0.85
Ya
Debit Perhitungan
Selesai
Dengan keterbatasan persediaan air, maka pengaturan pola tanam dan jadwal
tanam perlu dilaksanakan untuk mengurangi banyaknya air yang diperlukan.
Pola tanam adalah suatu system dalam menentukan jenis-jenis tanaman atau
penggiliran tanaman pada suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan
persediaa air yang ada dan dilaksanakan sesuai jadwal penanaman yang
ditetapkan.
Altenatif pola tanam disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Dengan membagi areal irigasi dalam beberapa golongan berdasarkan
pertimbangan pemasokan air dan tenaga kerja yang tersedia.
2. Jenis tanaman
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Selama jangka waktu penyiapan lahan (45 hari), air irigasi diberikan
secara
terus menerus dan merata untuk seluruh areal. Tidak dibedakan antara areal
yang sudah ditanami atau areal yang masih dalam tahap penyiapan. Skema pola
tanam dengan koefesien tanaman dan Penggantian lapisan air dapat dilihat pada
tabel 2.6 dan tabel 2.7.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1.05
0.95
1.10
1.10
1.05
1.05
0.95
0.50
0.75
1.00
1.00
0.82
0.45
1.10
1.10
1.05
C1
LP
LP
1.05
1.05
0.95
1.10
1.10
1.05
1.05
0.95
0.50
0.75
1.00
1.00
0.82
0.45
1.10
1.10
C2
LP
LP
LP
LP
0.45
1.10
1.05
1.05
0.95
1.10
1.10
1.05
1.05
0.95
0.50
0.75
1.00
1.00
0.82
1.10
C3
LP
LP
LP
1.07
1.02
0.67
0.32
0.00
1.07
1.02
0.67
0.48
0.42
0.42
0.75
0.92
0.94
0.76
0.42
0.15
1.08
LP
LP
LP
LP
LP
LP
C
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
WLR1
3.3
3.3
3.3
3.3
WLR 2
3.3
3.3
3.3
3.3
WLR 3
3.3
3.3
3.3
3.3
WLR
1.10
2.20
1.10
1.10
1.10
1.10
2.20
1.10
1.10
1.10