Anda di halaman 1dari 8

ANALISA METODE-METODE PERENCANAAN

PERKERASAN STRUKTURAL RUNWAY BANDAR UDARA


MUHAMMAD YUSSUF
( UNIVERSITAS SUMATERA UTARA )
JURNAL PENELITIAN ILMIAH
ABSTRAK: Metode perencanaan perkerasan struktural pada landasan pacu
bandar udara yang umum digunakan adalah metode US Corporation Of Engineer
yang lebih dikenal dengan metode CBR, metode FAA (Federal Aviation
Administration), metode LCN (Load Classification Number) dari Inggris, metode
Asphalt Institute dan metode Canadian Departement Of Transportation. Adapun
tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menganalisa kelebihan dan
kekurangan masing-masing metode yang digunakan, sehingga dapat dilakukan
suatu evaluasi metode perencanaan perkerasan struktural yang sesuai kebutuhan
perencanaan.

Kata Kunci : Perkerasan, CBR, FAA , LCN , Bandar Udara


Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara berfungsi
sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari transportasi udara ke
transportasi darat atau sebaliknya. Meningkatkan pergerakan penumpang dan
barang diharapkan dapat menciptakan peningkatan perekonomian. Pertumbuhan
lalu-lintas udara secara langsung berpengaruh menunjang laju pertumbuhan
ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi yang
dapat menjangkau daerah- daerah yang jauh atau sulit terjangkau oleh transportasi
darat.

Untuk meningkatkan pelayanan transportasi udara, maka perlu dibangun


bandar udara yang mempunyai kualitas baik secara struktural maupun fungsional.
Membangun bandar udara baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan
dengan penambahan kapasitas penerbangan, tentu akan memerlukan metode
efektif dalam perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis,
memenuhi unsur keselamatan pengguna dan tidak menggangu ekosistem. Dalam

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
suatu pekerjaan pembangunan bandar udara, yang menjadi penentu tercapainya
keberhasilan pekerjaan salah satunya adalah dari segi perencanaannya. Oleh
karena itu diperlukan tenaga ahli yang mampu membuat perencanaan bandar
udara.

Beberapa metode perencanaan perkerasan struktural yang paling banyak


digunakan meliputi metode US Corporation Of Engineer yang lebih dikenal
dengan metode CBR, metode FAA (Federal Aviation Administration), metode
LCN dari Inggris, metode Asphalt Institute dan metode Canadian Departement Of
Transportation. Akan tetapi tidak semua metode yang ada layak digunakan untuk
setiap kondisi, karena itu perlu dilakukan analisa dan kajian yang seksama
mengenai keuntungan dan kerugian atau akurasi dari masing-masing metode
tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia ( Basuki, 1986 ).

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan ditinjau dalam perencanaan


lapangan terbang antara lain : Tipe pengembangan lingkungan sekitar, kondisi
atmosphir, kemiringan runway, ketinggian altitude, kemudahan untuk mendapat
transport darat, tersedianya tanah untuk pengembangan, adanya lapangan terbang
lain, halangan sekeliling, pertimbangan ekonomis dan tersedianya fasilitas-
fasilitas penunjang lainnya ( Basuki, 1986 ).

Jurnal ini membahas tentang perencanaan runway bandar udara Mandailing


Natal, dimana titik permasalahannya terletak pada perbedaan kondisi lapangan
yang dapat berupa kondisi keadaan tanah, daya dukung tanah, konfigurasi roda
pendaratan, kontak area pesawat dan jenis tanah yang ditemukan di lapangan.
Berdasarkan perbedaan kondisi diatas maka perlu adanya dilakukan perencanaan
runway yang sesuai menurut kondisi yang ditemukan di lapangan, kemudian
mencari gambaran tentang metode-metode untuk perencanaan runway apabila
digunakan beberapa metode prosedur perencanaan.

Dalam penulisan jurnal ini saya membatasi masalah dalam perencanaan


struktural tebal perkerasan flexible pada landasan pacu khususnya landasan pacu
untuk pesawat ringan. Adapun metode yang digunakan untuk menentukan tebal

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
perkerasan flexible yaitu metode US Corporation Of Engineers (metode CBR),
metode FAA dan metode ICAO (LCN).

METODOLOGI

1. Metode California Division of Highway (CBR )


California Bearing Ratio (CBR) adalah perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan terhadap beban standard dengan kedalaman dan
kecepatan tertentu. Nilai CBR digunakan untuk perkerasan juga untuk
penentuan tebal perkersan. Metode CBR biasanya berdasarkan atas
investigasi kekuatan daya dukung tanah dasar. Adapun langkah-langkah
yang harus dilaksanakan untuk menentukan tebal lapisan perkerasan untuk
metode CBR adalah sebagai berikut.
a. Menentukan Pesawat Rencana
b. Menentukan Lalu-Lintas Pesawat
c. Menentukan Equivalent Single Wheel Load ( ESWL )
d. Menentukan Tebal Perkerasan
2. Metode FAA (Federal Aviation Administration, 2009)
Federal Aviation Administration (FAA) adalah metode yang pada
dasarnya menggunakan analisa statistik perbandingan kondisi lokal dari
tanah, sistem drainase dan cara pembebanan untuk berbagai tingkah laku
beban, dimana tofografi, jenis- jenis lapisan tanah serta evaluasi air tanah
akan sangat berpengaruh terhadap kondisi yang dihadapi di lapangan,
tetapi dalam hal merencanakan tebal perkerasan landasan pacu suatu
bandar udara metode ini juga sangat memperhatikan annual departure
(tingkat keberangkatan tahunan pesawat) dari pesawat yang akan
direncanakan pada perencanaan suatu perkerasan bandar udara.
3. Metode LCN (Load Classification Number)
LCN (Load Classification Number) adalah angka yang menunjukkan
kekuatan daya dukung tanah dasar bandar udara terhadap pesawat yang
boleh beroperasi di bandara tersebut dimana bila angka LCN perkerasan
lapangan terbang lebih besar daripada LCN pesawat, maka dapat
disimpulkan pesawat dapat mendarat di lapangan terbang tersebut dengan

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
selamat. Metode Load Classification Number juga sangat tergantung
kepada geometrik roda pendaratan pesawat, beban roda tiap pesawat dan
tekanan roda pesawat.

ANALISIS : Dalam analisis penulisan ini, terlebih dahulu dikumpulkan data


mengenai jumlah lalu lintas pesawat yang beroperasi dan kondisi tanah dasar.
Untuk aplikasi perhitungan menggunakan contoh data dari lapangan terbang pada
bandar udara Padang Bolak, Tapanuli Selatan. Dimana keberangkatan tahunan
pesawat yang dimaksud disini adalah masih berupa analisa saja, karena belum
beroperasi sepenuhnya (Bandara Madina). Dari data yang diperoleh maka dapat
ditentukan jumlah lintasan pesawat tahunan yang direncanakan dengan cara
mengalikan jumlah penerbangan setiap minggunya dalam satu tahun dengan
anggapan 1 tahun terdiri dari 52 minggu sehingga didapatkan hasil perkiraan
jumlah lintasan tahunan.

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
HASIL :

Dari hasil perhitungan tebal perkerasan, didapat bahwa hasil yang diperoleh
dengan menggunakan metode LCN menghasilkan tebal paling besar, hal ini
memang disebabkan karena prosedur pada metode ini hanya memperhitungkan
repetisi beban yang diakibatkan oleh pesawat rencana saja, tanpa
mempertimbangkan repetisi beban yang diakibatkan oleh keseluruhan lalu-lintas
pesawat, sehingga tebal perkerasan direncanakan hanya untuk melayani beban
repetisi pesawat rencana.
Adapun persamaan yang diperoleh dari ketiga metode yang digunakan
adalah mengenai CBR rencana, dimana ketiga metode tersebut menggunakan
CBR 5%, CBR 10% dan CBR 12% sebagai CBR rencana untuk menentukan tebal
perkerasan masing-masing. Hasil yang diperoleh dengan metode CBR untuk
kondisi tanah dasar CBR 5% dan CBR 10% adalah seragam, seharusnya tebal
perkerasan pada tanah dasar CBR 12% dapat lebih tipis, tetapi dalam hal ini tebal

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
perkerasan yang dihasilkan adalah sama, hal ini dikarenakan persyaratan tebal
minimum yang ditentukan oleh Corps of Engineer adalah sama.
Perencanaan perkerasan struktural metode FAA juga memiliki persamaan
dalam hal tebal lapisan yang diperoleh, hal ini dapat dilihat pada lapisan
permukaan yang memiliki tebal lapisan yang sama pada masing-masing CBR
rencana yang digunakan, hal ini dikarenakan persyaratan tebal minimum yang
ditentukan oleh FAA Advisory Circular adalah sama. Kemudian pada metode
LCN memiliki tebal yang lebih besar dari metode CBR dan FAA, hal tersebut
dapat terlihat pada lapisan permukaan dan lapisan pondasi, akan tetapi pada
lapisan pondasi bawah hasil yang diperoleh metode LCN hampir sama dengan
metode CBR dan FAA.
Perbedaaan tebal lapisan permukaan dan lapisan pondasi pada metode LCN
dengan metode CBR dan FAA diakibatkan oleh pesawat rencana yang hanya
memperhitungkan satu pesawat rencana saja, tanpa mempertimbangkan repetisi
beban yang diakibatkan oleh keseluruhan lalu-lintas pesawat.

KESIMPULAN : Berdasarkan hasil analisis metode-metode perencanaan


struktural tebal lapisan perkerasan lentur dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Tebal perkerasan untuk lapisan permukaan (surface course) yang
dihasilkan dengan menggunakan metode LCN lebih tebal dari pada
tebal lapisan permukaan (surface course) yang dihasilkan dengan
menggunakan metode CBR dan FAA, yaitu sebesar 28 cm.

2. Metode CBR dan LCN memiliki tebal lapisan pondasi yang sama
besar, yaitu 33 cm.

3. Metode CBR menghasilkan tebal lapisan paling besar untuk lapisan


pondasi bawah (Subbase course), yaitu sebesar 46 cm dan tebal
lapisan paling besar untuk lapisan pondasi (Base course) juga
dihasilkan oleh metode CBR dan LCN, yaitu sebesar 33 cm.

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
4. Metode-metode yang digunakan dalam perencanaan perkerasan
struktural runway pada bandar udara yang dibahas memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yang
digunakan, sehingga ketika akan diterapkan di lapangan perlu kiranya
dilakukan analisis dan kajian terlebih dahulu.

5. Dalam perencanaan struktural perkerasan suatu runway, semakin


tinggi daya dukung suatu tanah maka akan semakin tipis lapisan
perkerasan yang dibutuhkan demikian pula sebaliknya.

SARAN : Berdasarkan hasil analisis metode-metode perencanaan struktural tebal


lapisan perkerasan lentur dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Hasil desain perkerasan sangat dipengaruhi oleh metode-metode apa saja


yang dipakai, oleh karena itu maka sebaiknya pemilihan metode tersebut harus
dijadikan salah satu pertimbangan yang matang dalam perencanaan desain
perkerasan runway.

2. Sebaiknya dalam perencanaan suatu perkerasan, perlu diperhitungkan


temperature dan iklim, karena struktur perkerasan yang direncanakan tidak hanya
harus memiliki respon yang baik terhadap beban lalu-lintas pesawat, tetapi juga
harus mampu mengantisipasi perubahan temperatur dan iklim, karena
berpengaruh terhadap kekuatan bahan yang digunakan

3. Metode CBR, FAA adalah metode yang dikeluarkan dan banyak digunakan di
negara lain. Apabila metode ini digunakan di Indonesia, perlu diadakan terlebih
dahulu kajian yang lebih lanjut terhadap kesesuaian iklim di Indonesia.

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kajian Metoda Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur,

Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung, 2005.

Anonim, Flexible Pavement Design, Nichols Consulting, Nevada, 2005.

Anonim, Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Keputusan Menteri Perhubungan


No. KM 44, Jakarta, 2002.

Basuki, H. Merancang dan Merencanakan Lapangan Terbang , Penerbit


Alumni, Bandung, 1986.

FAA, Advisory Circular AC-150/5320-6E. Airport Pavement Design and


Evaluation , United States of America, 2009.

Sandhyavitri, A. dan Taufik, H. Teknik Lapangan Terbang , Universitas Riau,


Pekan Baru, 2005.

Yang, C. Design of Funtional Pavement , Jhon Wiley dan Son Inc, New York,
1984.

Yoder, J. dan Witczak, W. Principle of Pavement Design , Second Edition,


London, 1975.

ALUMNI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MUHAMMAD YUSUF.ST

Anda mungkin juga menyukai