PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen berharga dalam makanan
karena berguna sebagai antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan. Vitamin
C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati yaitu, sayur dan buah
seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya dan tomat (Almatsier, 2001). Peranan utama
vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen merupakan
senyawa protei yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian dalam
tulang, dentin dan vasculair endhothelium. Asam askorbat sangat penting
peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino prolin dan lisin menjadi
hidroksi prolin dan hidroksilisin. Penetapan kadar vitamin C dalam suasana asam
akan mereduksi larutan dye membentuk larutan yang tidak berwarna.
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin C pada suatu bahan
pangan. Diantaranya adalah metode titrasi dan metode sektofotometri. Namun,
pada raktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode titrasi iodin.
1.2 Tujuan
Adaun tujuan dilakukannya praktikum analisa kadar Vitamin C adalah unutk :
a. Mengetahiu cara penentuan vitamin C pada bahan pangan
b. Mengetahui kadar vitamin C dengan metode titrasi Jod
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan yang Digunakan
a. Tomat
Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Ada berbagai jenis
tanaman tomat yang dibudidayakan di dunia, dan setiap jenisnya memiliki
kekhasannya masing-masing. Menurut Redaksi Agromedia (2007), tanaman tomat
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Species : Lycopersicon esculentum Mill.
Kandungan nutrisi buah tomat dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut
Tabel 1. Kandungan nutrisi tomat segar.
Persyaratan
No. Jenis uji Satuan
Mutu 1 Mutu 2
1. Keasaman sifat, varietas - Seragam Seragam
2. Tingkat ketuaan - Tua tapi Tua tapi
tidak tidak
terlalu matang dan terlalu matang
tidak lunak dan tidak lunak
3. Ukuran - Seragam Seragam
4. Kotoran - Tidak ada Tidak ada
5. Kerusakan % Maks. 5 Maks. 10
(jumlah/jumlah)
6. Busuk (jumlah/jumlah) % Maks. 1 Maks. 1
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1992)
b. Pepaya
Pepaya (Carica Papaya L), merupakan tanaman monodioecious (berumah
tunggal sekaligus berumah dua). Menurut Tjitrosoepomo (2004), sistematika
tumbuhan pepaya (Carica papayaL.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papayaL.
Nama lokal : Pepaya
Buah pepaya juga mengandung unsur antibiotik, yang dapat digunakan
untuk pengobatan tanpa efek saming. Buah pepaya juga mengandung unsur yang
dapat membuat encernaan makanan lebih sempurna, disamping memiliki daya yang
dapat membuat air seni bereaksi asam, yang secara ilmiah disebut zat caricaksantin
dan violaksantin. Adapun komposisi gizi untuk buah pepaya masak dan muda serta
daun pepaya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Gizi Buah Pepaya Masak, Muda dan Daun Pepaya per 100
gram
Tomat Pepaya
Ekstaksi tahap2
Filtrat dengan 50 ml
aquadest
Aquades 25 ml blanko
penambahan amilum Disentrifuge
1% 2ml
Penyaringan
dengan kertas
saring
Filtrat
Sampel yang telah didapat dari tahap persiapan bahan di atas, ditambahkan
aquades sebanyak 30 ml untuk melarutkan vitamin lalu distirer yang berguna untuk
menghomogenkan larutan. Setelah itu dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse
untuk sentrifugasi selama 15 menit. Tujuan dari sentrifuse tersebut untuk
memisahkan larutan dengan endapan berdasarkan berat jenisnya. Setelah
disenrtifuse selama 15 menit, larutan disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan filter dan filtrate sehingga menghasilkan residu. Perlakuan tersebut
dilakukan 3x agar filtrat tidak terlalu pekat. Lalu, dimasukkan ke labu ukur dan
ditera sampai 100 ml sebagai pengencer, kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer masing-masing 25 ml. Selanjutnya, ditambahkan amilum sebanyak 2
ml sebagai indikator titik akhir titrasi dan dititrasi dengan yodium 0,01 N dan
analisa hasilnya. Indikator titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna biru
yang merupakan reaksi antara amilum dengan larutan yodium.
BAB 3. HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisa
3.2 Pembahasan
Analisa kadar vitamin dengan titrasi iodin dengan sampel buah tomat dan
pepaya. Larutan iodin berfungsi sebagai pereaksi yang memperlihatkan jumlah
vitamin C yang terdapat dalam sampel. Iodium mengubah vitamin C dalam sampel
menjadi dehidroaskorbat sehingga akan berwarna biru tua saat dititrasi.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan vitamin C setelah
perhitungan diperoleh hasil berturut-turut 40; 38; 43; 39 mg/100 gr sampel sehingga
didapat rata-rata vitamin C pada 100 gram buah tomat terkandung 40 mgvitamin C.
Menurut SNI SNI 01-3162-1992 mengatakan kadar vitamin C dalam 100 gram
tomat adalah 34 mg. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin kecil volume
titrasi maka semakin kecil kadar vitamin C pada bahan tersebut. Kadar vitamin C
tertinggi diperoleh pada ulangan ke 1 yaitu sebesar 40 mg/100 gram sampel hal ini
karenakan memiliki volume titrasi yang tinggi. Jumlah vitamin C pada bahan
pangan dipengaruhi oleh keadaan buah dimana semakin layu atau tidak segar maka
kadar vitamin C semakin berkurang (The World's Healthiest Fruit, 2007).
RATA-RATA
0.2500 0.2353
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500 0.0255
0.0000
TOMAT PEPAYA
Diagram di atas menunjukkan kadar vitamin C tomat dan pepaya. Pada sampel
tomat rata-rata 0,0255% dan pada pepaya 0,2353%. Dari kedua rata-rata sampel
tersebut sangat jauh dari literatur yang ditentukan menurut Radzevicius (2013),
kandungan vitamin C pada buah tomat sebesar 16,20 mg/100 gr dan menurut
literatur kadar vitamin C pada peaya 78 mg/100 gr. Bedanya hasil rata-rata vitamin
C disebabkan oleh kurangnya ketelitian praktikum kadar vitamin C ini. Standar
deviasi yang didapat pada kedua sampel ini berturut-turut adalah 0,0024% dan
0,0197%. Dari kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak
memiliki ketelitian yang tinggi karena menurut literatur SD yang memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi yang mempunyai nilai SD<0,5%. Selain memiliki rata-rata
dan SD pada praktikum kadar vitamin C juga menghitung RSD, dimana RSD yang
didapat pada sampel tomat sebesar 5,9562% dan pada pepaya sebesar 28,9738%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketelitian rendah karena RSD yang diperoleh
>5%, disebabkan data yang dihasilkan kurang presisi dan tingkat keakurasian
dibawah 95% dan juga kesalahan praktikum saat membaca skala.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum ini adalah :
1. Untuk menganalisis vitamin C dapat digunakan 2 metode titrasi dan
spektofotometri.
2. Rata-rata kadar vitamin C pada buah tomat sebesar 0,0255% dan pada buah
pepaya sebesar 0,2353%.
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum harus memahami buku petunjuk
terlebih dahulu, agar pada saat praktikum berjalan dengan lancar dan hasil yang
didapatkan sesuai dengan literatur yang ada
Dokumentasi
No. Gambar Keterangan
1
Sampel tomat dan pepaya yang
telah dipisahkan residu dan
filtratnya
2.
3.
4.
5.
6.
(xx)
SD =
RSD = %
x
1. Tomat
a. Ulangan 1
0,2 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 2,1544
0,176
= 0,021544
= 8,1693
b. Ulangan 2
0,1 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 2,0825
0,088
= 0,020825
= 4,2257
c. Ulangan 3
0,2 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 2,0153
0,176
= 0,020153
= 8,7332
d. Ulangan 4
0,1 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 2,0101
0,088
= 0,020101
= 4,3779
8,1693+4,2257+8,7332+4,3779
e. Rata-rata = 4
= 6,3765
(8,16936,3765)2 +(4,22576,3765)2 +(8,73326,3765)2 +(4,37796,3765)2
f. SD = 3
3,21413184 +4,62594064+5,55403489+3,99440196
= 3
17,38850933
= 3
= 5,796169777
= 2,4075
2,4075
g. RSD = 6,3765 100%
= 37,7558
2. Pepaya
a. Ulangan 1
1 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 1,9341
0,88
= 0,19341
= 4,5499
b. Ulangan 2
1,2 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 2,0303
1,056
= 0,020303
= 52,0120
c. Ulangan 3
0,5 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 1,9775
0,44
= 0,019775
= 22,2503
d. Ulangan 4
0,2 0,01 0,88 1 100
Kadar vitamin (mg/gr bahan) = 0,01 1,9439
0,176
= 0,019439
= 9,0540
4,5499+52,0120+22,2503+9,0540
e. Rata-rata = 4
= 21,9666
(4,549921,9666)2 +(52,012021,9666)2 +(22,250321,9666)2 +(9,054021,9666)2
f. SD = 3
303,3414389 +902,7260616+0,08048569+166,7352388
= 3
1372,883225
= 3
= 457,6277417
= 21,3922
21,39223555
g. RSD = 100%
21,9666
= 97,3853 %
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Depkes RI., 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes
RI