Anda di halaman 1dari 23

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping brfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah senyawa organik kompleks
yang mengandung asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptida.
Protein mengandung atom karbon, oksigen, nitrogen dan sulfur. Kandungan protein
dalam bahan pangan bervariasi, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Bahan pangan
hewani, leguminose dan serealia umumnya mengandung protein yang tinggi
(Kusnandar, 2010).
Protein merupakan salah satu makromolekul yang penting dalam
bahan pangan. Oleh karena itu, disamping perlu memahami struktur protein
dan peranannya dalam produk pangan, baik sebagai sumber gizi maupun karena
sifat fungsionalnya, maka perlu diketahui juga bagaimana cara penetapan
(analisisnya). Analisis protein penting untuk keperluan pelabelan gizi, mengetahui
sifat fungsional dan penentuan sifat biologis protein. Analisis protein juga perlu
dilakukan untuk mengetahui kandungan total protein dari suatu bahan
pangan, jumlah protein tertentu dalam suatu campuran, kandungan protein hasil
dari suatu isolasi dan purifikasi protein, kandungan non-protein nitrogen, komposisi
asam amino dan nilai gizi protein (Andarwulan, 2011).
Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan pengan berbeda-beda.
Karena itu, pengukuran kadar protein suatu bahan sangat dipelukan. Secara umum
analisa protein dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode Kjeldahl,
metode Biuret dan metode Lowry. Pada praktikum kali ini analisa protein dilakukan
dengan metode Kjeldahl.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum analisis protein ini adalah untuk :
1. Mengetahui cara analisis kadar protein metode Kjeldahl pada bahan pangan
dan hasil pertanian.
2. Menetapkan kadar protein dengan metode Kjeldahl.
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan yang Digunakan
a. Tahu

Menurut Suprapti (2005), tahu dibuat dari kacang kedelai dan dilakukan
proses penggumpalan (pengendapan). Kualitas taahu sangat bervariasi karena
perbedaan bahan penggumpalan dan perbedaan proses pembuatan. Tahu diproduksi
dengan memanfaatkan sifat protein yaitu akan menggumpal bila bereaksi dengan
asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka akan berlangsung secara cepat dan
serentak diseluruh bagian cairan sari kedelai sehingga sebagian besar air yang
semula tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap didalamnya. Pengeluaran
air yang terperangkap tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan,
semakin banyak air yang dapat dikeluarkan dari gumpalan protein, gumpalan
protein itu disebut tahu. Standar kualits tahu dilihat dari komponen terbesar pada
tahu adalah air sehingga kadar air pada tahu sekitar 80% - 85%.

Tahu juga dapat didefinisikan suatu produk makanan berupa padatan lunak
yang dibuat melalui proses pengolahan kedelai (Glycine species) dengan cara
pengendapan protein dengan atau penambahan bahan lain yang diijinkan (Badan
Standarisasi Nasional, 1998). Syarat mutu pada tahu menurut SNI 01-3142-1998
dapat dijelaskan dalam tabel 1. Syarat Mutu Tahu.
Tabel 1. Syarat Mutu Tahu berdasarkan SNI 01-3142-1998

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Keadaan
1.1 Bau Normal
1.2 Rasa Normal
1.3 Warna Putih normal atau kuning normal
1.4 Penampakan Normal, tidak berlendir, dan
tidak berjamur

2. Abu % (b/b) Maks. 1,0


3. Protein (N x 6,25) % (b/b) Min. 9,0
4. Lemak % (b/b) Min. 0,5
5. Serat kasar % (b/b) Maks. 0,1
6. Bahan tambahan makanan % (b/b) Sesuai SNI 01-0222-1995 dan
peraturan men. Kes no
722/Men.Kes/Per/IX/1998

7. Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
7.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
7.4 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0 / 250,0
7.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03
8. Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
9. Cemaran mikroba
9.1 Escherichia coli APM/g Maks 10
9.2 Salmonella /25 g negatif
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1998)

a. Tepung Kedelai
Tepung kedelai merupakan salah satu bahan pengikat yang dapat
meningkatkan daya ikat air pada bahan makanan karena di dalam tepung kedelai
terdapat pati dan protein yang dapat mengikat air. Daya ikat air mempengaruhi
ketersediaan air yang diperlukan oleh mikroorganisme sebagai salah satu faktor
penunjang pertumbuahannya. Semakin meningkat daya ikat air maka ketersediaan
air yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang,
sehingga aktivitas bakteri dalam bahan makanan yang dapat menyebabkan
kebusukan menurun (Virgo, 2007).
Tepung kedelai sering dikenal sebagai soyflour dan grit. Bahan tersebut
biasanya biasanya mengandung 40-50% protein. Tepung kedelai terbuat dari
kedelai yang diolah dan digiling menjadi bentuk tepung. Penggunaan panas dalam
pengolahan diperlukan untuk peningkatan nilai gizi, daya tahan siman dan
meningkatkan rasa (Herman, 1985). Komposisi kimia tepung kedelai dapat dilihat
ada tabel 2
Tabel 2. Komposisi kimia teung kedelai dalam 100 gram
Komposisi Kandungan

Air % 4,87

Rotein % 34,39

N terlarut % 4,60

N amonia % 0,05

Lemak % 25,53

Gula reduksi % 0,12

Abu % 3,72

Nilai cerna protein 75,49

Sumber : Widodo (2001)

2.1.2 Bahan kimia yang digunakan


a. Selenium
Selenium adalah elemen kimia non metalik pada group VI A, pada tabel
periodik dengan simbol Se, nomor atom 34, berat atom 78,96 A. Titik beku
217,00C, titik didih 684,9oC. Ada empat tingkat oksidasi, yaitu elemen Se (0),
selenate (+6), selenite (+4) dan selenide (-2). Selenium memiliki 3 bentuk, yaitu
kristal berwarna merah, bubuk berwarna merah dan kristal heksagonal warna abu-
abu. Selain itu selenium merupakan suatu elemen semilogam golongan transisi
yang dapat berperan sebagai antioksidan sebagai pencegah kanker dan merupakan
suatu elemen mineral mikro yang diperlukan dalam jumlah kecil tetapi dapat
bersifat racun dalam jumlah besar (Whanger, 2006).
b. H2SO4 (Asam Sulfat)
H2SO4 (Asam sulfat) biasa digunakan sebagai pembersih toilet, pembersih
logam, cairan baterai pada automotif, amunisi dan pupuk. Asam sulfat merupakan
cairan tidak berwarna dan amat korosif, Bereaksi hebat dengan air dan
mengeluarkan panas (eksotermis). Bereaksi juga dengan logam, kayu, pakaian dan
zat organik. asam sulfat pekat bersifat oksidator yang dapat menimbulkan
kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain.
Sangat reaktif dengan bubuk zat organik. Konsentrasi asam lebih kental dan padat
dibandingkan air. Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi
larutannya, kurang dari 10% bersifat iritan dan lebih dari 10% bersifat korosif.
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang sangat kuat yang bersifat korosif yang
dapat menyebabkan rasa terbakar yang sangat parah dan kerusakan jaringan ketika
kontak dengan kulit atau membran mukosa (Cahyadi, 2008).
c. Indikator MMB
Metil Blue merupakan senyawa yang memiliki rumus molekul
C16H18ClN3S.3H2O dengan bobot molekul 373,91 gram/mol, berwarna hijau tua,
tidak berbau dan stabil dalam udara serta mudah larut dalam air (larutannya
berwarna biru tua), kloroform dan alkohol (Hawley, 1981). Larutan metil merah
dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral. Larutan asam yang
ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan netral berwarna
kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa berwarna
kuning, Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau netral kita
tidak dapat menggunakan metil merah (Cahyadi, 2008).
d. Asam Klorida (HCl)
Larutan HCl adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau menyengat
dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia berbahaya atau
B3. Produk rumah tangga yang mengandung asam klorida antara lain pembersih
lantai/porselen, penghilang karat pada besi atau baja, baterai, lampu blitz kamera
dan kembang api. Larutan asam klorida ( HCl ) adalah cairan kimia yang sangat
korosif, berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3. Di dalam tubuh HCl diproduksi didalam lambung
yang lebih dikenal dengan asam lambung yang dihasilkan oleh sel parietal, secara
alami salah satu fungsi asam lambung ini untuk menghancurkan bahan makanan
yang masuk kedalam usus, jika produksi asam lambung meningkat dari keadaan
normal akan mengiritasi lambung dan menimbulkan rasa perih dilambung yang
lebih dikenal dengan sakit maag. Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada
konsentrasi larutannya, < 5% bersifat iritan lemah, 5 10% bersifat iritan kuat, , >
10 % bersifat korosif (Cahyadi, 2008).
e. Asam Borat
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan
nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan nama pijer. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan
pangan sebagai pengenyal atau sebagai pengawet (Cahyadi, 2008). Borat
diturunkan dari ketiga asam borat yaitu asam ortoborat (H3BO3), asam piroborat
(H2B4O7), dan asam metaborat (HBO2). Asam ortoborat adalah zat padat zat padat
kristalin putih, yang sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air panas.
Garam%garam dari asam ini sangat sedikit yang diketahui dengan pasti. Asam
ortoborat yang dipanaskan pada 1000 C, akan diubah menjadi asam metaborat. Pada
1400 C dihasilkan asam piroborat. Hal ini disebabkan oleh lemahnya asam borat,
garam%garam yang larut terhidrolisis dalam larutan, dan karenanya bereaksi basa
(Vogel, 1985).
f. NaOH
NaOH (Natrium Hidroksida) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkali
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum dan detergen Natrium hidroksida adalah basa yang
paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun
larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Cahyadi, 2008).

g. Aquades
Aquades adalah air dari hasil penyulingan, kandungan murni H2O,
sedangkan air mineral tidak murni H2O. Aquades merupakan pelarut yang lebih
baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang
segera larut didalam aquades mencakup berbagai senyawa organik netral yang
mempunyai gugus fungsional seperti gula, alkohol, aldehid, dan keton (Lehninger,
1982). Aquades tersusun atas hydrogen perixida maksimal 49.9%, aquades ini
berwarna putih bening seperti air. Aquades adalah air biasa yang telah mengalami
penyulingan sehingga tidak memiliki kandungan mineral apapun dan juga ridak ada
campuran apapun, berperan sebagai pelarut (Fatih,2008).

2.2 Persiapan Bahan


tahu, tepung kedelai, blanko (aquades)

penghalusan sampel (tepung kedelai dan tahu)

penimbangan sampel 0,5 g dan aquades 0,5 ml


Persiapan bahan pada praktikum ini yaitu pertama menyiapkan sampel berupa
tepung kedelai dan tahu. Pertama bahan dihaluskan terlebih dahulu untuk
memudahkan dalam melarutkan bahan serta memudahkan proses destruksi protein
dalam bahan. Kemudian bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram.
2.3 Prosedur Analisa

Sampel 0,5 g, Blanko


(aquades) 0,5 mL

Pemasukan pada labu Kjeldan

Penambahan 1 g selenium + 2 ml H2SO4

Pemasangan labu ke alat destruksi

Destruksi 1 jam

Pendinginan 1 jam

Penambahan 15 ml asam borat


dan 2 tetes MMB dalam erlenmeyer

Pemasangan labu pada destilator

Pemasangan penampung

Destilasi (4 menit)

Titrasi dengan HCl

mL titrasi dihitung sebagai jumlah N


Sampel tahu dan kedelai yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam labu
Kjeldahl kemudian ditambahkan selenium sebanyak 1 gram dan H2SO4 sbanyak 5
ml. Penambahan selenium bertujuan untuk menaikkan titik didih asam sulfat,
sehingga destruksi berjalan dengan cepat. Serta penambahan H2SO4 befungsi untuk
mendekstruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Untuk blanko ditambahkan 0,5 ml
aquades sebagai pengenceran. Kemudia didekstruksi selama 1 jam dengan skala
dekstruksi 8. Setelah 1 jam didinginkan selama 1,5 jam supaya reaksi selanjutnya
dapat berjalan dengan baik.

Erlenmeyer ditambahkan 30 ml asam borat. Asam borat berfungsi untuk


menangkap amonia bebas. Juga ditambahkna 2 tetes MB (Metilen Blue) sebagai
indikator untuk mengetahui larutan telah keadaan asam berlebih. Setelah dingin,
labu Kjeldahl dipasang pada destilator. Erlenmeyer juga dipasang pada destilator.
Kemudian didestilasi selama 4 menit. Setelah destilasi, larutan dalam erlenmeyer
dititrasi dengan HCl. HCl sebagai larutan penetrasi yang berfungsi menangkap
amonium kembali dari asam borat membentuk amonium klorida. Jumlah asam
klorida untuk titrasi setara dengan jumlah gas NH3 yang dibebaskan dari proses
destilasi. Selanjutnya tahap terakhir yaitu titrasi. Titrasi dilakukan hingga terjadi
perubahan warna menjadi warna ungu.
BAB 3. HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisa
3.1.1 Data Pengamatan
Volume Volume
HCL HCL
Berat untuk untuk
(b) (a)
Sampel Ulangan sampel N HCl titrasi titrasi
(ml)
(gr) blanko sampel
(ml) (ml)
(a) (b)
1 0,5202 0,02 0,9 40,6 39,7
Tahu I 2 0,4875 0,02 0,9 39,8 38,9
3 0,5240 0,02 0,9 42,7 41,8
1 0,5222 0,02 0,9 138,4 137,5
Kedelai I
2 0,5409 0,02 0,9 142,1 141,2
1 0,2077 0,02 0,7 12,9 12,2
Tahu II
2 0,2356 0,02 0,7 11,6 10,9
1 0,2158 0,02 0,7 43,3 42,6
Kedelai II 2 0,2098 0,02 0,7 40,5 39,8
3 0,2164 0,02 0,7 46,1 45,4

3.1.2 Data Perhitungan


a. Sampel tahu 1

Ulangan %N Kadar protein Kadar protein


bb bk
1 2,1381 13,3631 95,4505
2 2,2355 13,9721 99,8006
3 2,2349 13,9679 99,7707
Rata-rata 13,7677 98,3406
Sd 0,3504 2,5029
rsd 2,5452 2,5452
2. sampel kedelai 1

ulangan %N K. protein bb K.protein bk


1
7,3769 42,4170 43,6523
2
7,3135 42,0525 43,2772
Rata-rata
42,2347 43,4648
Sd
0,2577 0,2652
Rsd
0,6103 0,6103
3. sampel tahu 2

ulangan %N K.protein bb K.protein bk


1
1,6456 10,2851 73,4652
2
1,2962 8,1010 57,8641
Rata-rata
9,1930 65,6646
Sd
1,5444 11,0316
Rsd
16,7999 16,7999
4. sampel kedelai 2

Ulangan %N Kadar protein Kadar protein


bb bk
1 5,5305 31,8004 32,7265
2 5,3148 30,5599 31,4499
3 5,8777 33,7966 34,7809
Rata-rata 32,0523 32,9858
Sd 1,6330 1,6805
rsd 5,0948 5,0948

3.2 Pembahasan
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif. Kadar protein yang ditentukan
berdasarkan cara Kjeldahl disebut kadar protein kasar (crude protein) karena terikut
senyawa N bukan protein. Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana
untuk penetaan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang
mengandung nitrogen. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, karena
hanya memerlukan jumlah samel dan dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa
yang pendek. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganilis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan angka
konversi pada samel tahu 5,7 dan tepung kedelai 5,75, diperoleh nilai protein dalam
bahan makanan itu.
Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan mengenai kadar protein tahu
didapatkan bahwa rata-rata kadar protein wb dan db pada sampel tahu pada ulangan
1 dan 2 sebesar 13,7677, 98,3406 dan 9,1930, 65,6646 . sedangkan rata-rata wb
dan db tepung kedelai ulangan 1 dan 2 adalah 42,2347, 43,4648 dan 32,0523,
32,9858. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar protein tahu belum sesuai
dengan syarat mutu menurut SNI 01-3142-1998 yaitu kadar protein tahu min 9,0%
(w/b). Sedangkan Pada literatur kadar protein kedelai sebesar 40,4 %. Pada
pengulangan 1 kadar protein kedelai sudah sesuai dengan literatur, namun pada
pengulangan 2 tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dikarenakan pada praktikum ke
2 jumlah sampel yang digunakan lebih sedikit, hal ini yang mempengaruhi kadar
protein dari kedelai tersebut.

RATA-RATA 1 RATA-RATA 2
80.0000 65.6646
150.0000
98.3406 60.0000
100.0000 32.9858
32.0523
43.4648
42.2347 40.0000
50.0000 13.7677 20.0000 9.1930
0.0000
0.0000
TAHU 1 KEDELAI 1
TAHU 2 TEPUNG KEDELAI 2
RATA-RATA BB RATA-RATA BK RATA-RATA BB RATA-RATA BK
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum ini adalah
1. kadar protein didapat dari mengekstrak sampel kemudian didistilasi dan
dititrasi berdasarkan metode Kjeldahl.
2. Kadar protein tepung kedelai memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan
dengan tahu.
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum harus memahami buku petunjuk
terlebih dahulu, agar pada saat praktikum berjalan dengan lancar dan hasil yang
didapatkan sesuai dengan literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fatih.2008. Kamus Kimia. Yogyakarta: Panji Pustaka

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta: Dian


Rakyat.

Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara. Jakarta.

Feistel and Wagner. 2006. "A New Equation of State for H2O Ice Ih". J. Phys. Phys.
Chem.Ref

Herman, A.S., 1985. Prinsip dasar Pembuatan dan Pengawasan Mutu Tahu.
BPPIHP, Bogor

Kusnandar, F, 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Penerbit Dian Rakyat,


Jakarta.

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia . Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.


Suprapti, M. L., 2005. Teknologi Pengolahan Pangan : Pembuatan Tahu
Mentah. Yogyakarta: Kanisius.

Svehla, G. (1985). Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Edisi ke lima. Diterjemahkan oleh: L. Setiono dan A. Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Virgo, S. D. Hanela, 2007. Pengaruh Pemberian Tepung Kedelai Terhadap Daya


Simpan Nugget Ayam Ras Afkir. Fakultas Peternakan Universitas Andalas,
Padang.
Widodo, S. 2001. Pengaruh Suhu dan Lama Perkecambahan Biji Kedelai
(Glycinemax) terhadap Mutu Kimia dan Nutrisi Tepung yang Dihasilkan.
Skripsi.. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
DOKUMENTASI
1. Penimbangan Sampel 2. Sampel 3. Selenium

4. Penambahan Selenium dan 5. Penambahan 6. Pemasangan


Sampel dalam tabung H2So4 Labu Kjeldahl
Kjeldahl

7. Proses destruksi dengan 8. Penambahan 9. Destilasi selama


skala 6 (10 mnt), kemudian MMB dan asam 4 menit
skala 8 (10 mnt) setelah itu borat
selama 1 jam

10. Hasil Destilasi 11. Titrasi 12. Hasil Titrasi


menggunakan
HCl 0,02 N
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Faktor konversi tahu = 5,7
Faktor konversi kedelai = 5,75
Kadar air (bb) tahu = 86%
Kadar air (bb) kedelai = 2,83%
() ,
%N =

% Protein (bb) = % N x Faktor konversi


% ()
% Protein (bk) = ()
+++
Rata-rata =

(xx)
SD =

RSD = %
x

1. Tahu I
Ulangan 1
(39,7) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,5202 1000
1112,2352
= 520,2

= 2,1381
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 2,1381 x 6,25
= 13,3631
13,3631
c. % Protein (bk) = 10086 100
13,3631
= 100
14

= 95,4507
Ulangan 2
(38,9) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,4875 1000
1089,8224
= 487,5

= 2,2355
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 2,2355 x 6,25
= 13,9719
13,9719
c. % Protein (bk) = 10086 100
13,9719
= 100
14

= 99,7993
Ulangan 3
(41,8) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,5240 1000
1171,0688
= 524

= 2,2349
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 2,2349 x 6,25
= 13,9681
13,9681
c. % Protein (bk) = 10086 100
13,9681
= 100
14

= 99,7721
13,3631+13,9719+13,9681
Rata-rata (bb) = 3
41,3031
= 3

= 13,7677
95,4507+99,7993+99,7721
Rata-rata (bk) = 3
295,0221
= 3

= 98,3407
(13,363113,7677)2 +(13,971913,7677)2 +(13,968113,7677)2
SD (bb) = 2

0,16370116+0,04169764+0,04016016
= 2

0,24555896
= 2
= 0,12277948
= 0,3504
(95,4507 98,3407)2 +(99,799398,3407)2 +(99,772198,3407)2
SD (bk) = 2

8,3521+2,12751396+2,04890596
= 2

12,52851992
= 2

= 6,26425996
= 2,5028
0,3504
RSD (bb) = 100%
13,7677

= 2,5451 %
2,5028
RSD (bk) = 98,3407 100%

= 2,5450 %
2. Kedelai I
Ulangan 1
(137,5) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,5222 1000
3852,2
= 522,2

= 7,3769
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 7,3769 x 5,75
= 42,4172
42,4172
c. % Protein (bk) = 1002,83 100
42,4172
= 100
97,17

= 43,6526
Ulangan 2
(141,2) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,5409 1000
3955,8592
= 540,9
= 7,3135
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 7,3135 x 5,75
= 42,0526
42,0526
c. % Protein (bk) = 1002,83 100
42,0526
= 100
97,17

= 43,2774
42,4172+42,0526
Rata-rata (bb) = 2
84,4698
= 2

= 42,2349
43,6526+43,2774
Rata-rata (bk) = 2
86,93
= 2

= 43,465
(42,417242,2349)2 +(42,052642,2349)2
SD (bb) = 1

= 0,03323329 + 0,03323329
= 0,06646658
= 0,2578
(43,6526 43,465)2 +(43,277443,465)2
SD (bk) = 1

= 0,03519376 + 0,03519376
= 0,07039472
= 0,2653
0,2578
RSD (bb) = 100%
42,2349

= 0,6104
0,2653
RSD (bk) = 43,465

100%

= 0,6104 %
3. Tahu II
Ulangan 1
(12,2) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,2077 1000
341,7952
= 207,7

= 1,6456
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 1,6456 x 6,25
= 10,285
10,285
c. % Protein (bk) = 10086 100
10,285
= 100
14

= 73,4643
Ulangan 2
(10,9) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,2356 1000
305,3744
= 235,6

= 1,2962
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 1,2962 x 6,25
= 8,1012
8,1012
c. % Protein (bk) = 10086 100
8,1012
= 100
14

= 57,8657
10,285+8,1012
Rata-rata (bb) = 2
18,3862
= 2

= 9,1931
73,4643+57,8657
Rata-rata (bk) = 2
131,33
= 2

= 65,665
(10,2859,1931)2 +(8,10129,1931)2
SD (bb) = 1

= 1,19224561 + 1,19224561
= 2,38449122
= 1,5442
(73,4643 65,665)2 +(57,865765,665)2
SD (bk) = 1

= 60,82908049 + 60,82908049
= 121,65816098
= 11,0299
1,5442
RSD (bb) = 9,1931 100%

= 16,7974 %
11,0299
RSD (bk) = 100%
65,665

= 16,7972 %
4. Kedelai II
Ulangan 1
(42,6) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,2158 1000
1193,4816
= 215,8

= 5,5305
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 5,5305 x 5,75
= 31,8004
31,8004
c. % Protein (bk) = 100
1002,83
31,8004
= 100
97,17

= 32,7266
Ulangan 2
(39,8) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,2098
1115,0368
= 209,8
= 5,3148
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 5,3148 x 5,75
= 30,5601
30,5601
c. % Protein (bk) = 1002,83 100
30,5601
= 100
97,17

= 31,4501
Ulangan 3
(45,4) 0,02 14,008 1 100
a. % N = 0,2164 1000
1271,9264
= 216,4

= 5,8777
b. % Protein (bb) = % N x Faktor konversi
= 5,8777 x 5,75
= 33,7968
33,7968
c. % Protein (bk) = 1002,83 100
33,7968
= 100
97,17

= 33,7811
31,8004+30,5601+33,7968
Rata-rata(bb) = 3
96,1573
= 3

= 32,0524
32,7266+31,4501+33,7811
Rata-rata (bk) = 3
97,9578
= 3

= 32,6526
(31,800432,0524)2 +(30,560132,0524)2 +(33,796832,0524)2
SD (bb) = 2

0,063504+2,22695929+3,04293136
= 2
5,33339465
= 2

= 2,666697325
= 1,6330
(32,7266 32,6526)2 +(31,450132,6526)2 +(33,781132,6526)2
SD (bk) = 2

0,00549081+1,44600625+1,27351225
= 2

2,72500931
= 2

= 1,362504655
= 1,1673
1,6330
RSD (bb) = 32,0524 100%

= 5,0938 %
1,1673
RSD (bk) = 32,6526

100%

= 3,5749 %

Anda mungkin juga menyukai