Disusun Oleh :
DIK C 2015
GETARAN
1. KONSEP
1. Getaran
2. Periode
3. Frekuensi
4. Amplitudo
5. Simpangan
6. Sudut Fase
7. Konstanta Pegas
8. Energi Kinetik Getaran
9. Energi Potensial Getaran
10. Energi Total
2. PENGERTIAN
10. ENERGI TOTAL GETARAN Jumlah energi kinetik dan energi potensial
3. RUMUS
PERIODE
1
T= T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)
FREKUENSI
1 T = periode (s)
= f = frekuensi (Hz)
T
AMLITUDO
x
A = amplitudo
A= x = simpangan (m)
sin(t+)
= frekuensi sudut
= sudut fase
t = waktu (s)
SIMPANGAN
A = amplitudo
x = A sin(t + ) x = simpangan (m)
= frekuensi sudut
= sudut fase
t = waktu (s)
KONSTANTA PEGAS
1 1
Etot = m A2 2 cos2(t + )+ k A2 sin2(t + )
2 2
1 1
= k A2 cos2(t + )+ k A2 sin2(t + )
2 2
1
= k A2
2
1
Etot = k A2
2
4. HUBUNGAN PERIODE (T), KONSTANTA (k) DAN MASSA (m)
PADA PEGAS
k = m2
k = m (2)2
1
k = m (2 )2
1
(2 )2 =
1
2 =
=
2
T = periode (s)
T = 2
m = massa (kg)
k = tetapan gaya (N/m) => F = kx
mg = kx
k=
T = periode ( s)
T = = 2
L = panjang tali ayunan ( m)
GELOMBANG
1. KONSEP
1. Gelombang
2. Jenis Gelombang
3. Cepat Rambat Gelombang
4. Panjang Gelombang
5. Energi Gelombang
6. Intensitas Gelombang
2. PENGERTIAN
3. RUMUS
PANJANG GELOMBANG
= panjang gelombang
= VT
V = cepat rambat gelombang
= periode
INTENSITAS GELOMBANG
MACAM-MACAM GELOMBANG
1. Gelombang merambat lurus
2. Pemantulan
Contoh : gema
3. Interferensi
Contoh : Gaung ( penggabungan gelombang datang dan gelombang gema )
4. Pembiasan
Contoh : pada malam hari suara keyboard membias kebawah
5. Resonansi
Contoh : gitar ( udara dari bak gitar ikut bergetar ), suling (udara ikut bergetar
dalam pipa (medium))
6. Difraksi
Contoh : pada celah jendela keci masih dapat masuk cahaya
7. Dispersi
8. Polarisasi
Pertemuan V 02/03/2016
OPTIK GEOMETRI
1. KONSEP
1. Hukum Pemantulan
2. Hukum pembiasan
3. Jarak benda
4. Jarak bayangan
5. Jarak fokus
6. Jarak bias
7. Bayangan semu
8. Bayangan sejati
2. PENGERTIAN
4. Jarak bayangan adalah jarak bayangan ke alat optik atau panjang ( posisi
benda ) dihitung dari benda ke alat optik
5. Jarak fokus adalah tempat berkumpulnya sinar pantul atau sinar bias
Sinar datang
Udara r>
I n1 n1 sin i = n2 sin r
n1 v1 = n2 v2
v1 = c
n2 = atau secara umumu
2
n= dimana c = kecepatan cahaya
Pertemuan VI 09/03/2016 ( LIBUR)
OPTIK GEOMETRI
PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN
A. CERMIN CEMBUNG
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
1. Sinar yang datang menuju pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali
seolah-olah melalui titik itu
2. Sinar yang datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah datang
dari fokus
3. Sinar yang datang menuju fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama
Pembentukan bayangan pada cermin cembung
Sifat bayangan :
1. maya
2. tegak
3. diperkecil
B. CERMIN CEKUNG
Sinar-sinar istimewa yang dibentuk oleh cermin cekung
1. Sinar yang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan melalui pusat
kelengkungan itu lagi
2. Sinar yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui fokus utama
3. Sinar yang melalui fokus utama akan dipantulkan sejajar sumbu utama
Pembentukan bayangan pada cermin cekung
1. jika objek terletak di ruang I, maka bayangan yang terbentuk berada di ruang IV
yang.
Bersifat :
- Maya
- Tegak
- Diperbesar
2. Jika objek terletak di titik F, maka bayangan yang terbentuk adalah maya dan tak
terhingga.
3. Jika objek terletak di ruang II, maka bayangan yang terbentuk berada di ruang III
Bersifat
- Nyata
- Terbalik
- Diperbesar
4. jika objek terletak di titik M, maka bayangan yang terbentuk adalah nyata, tebalik,
dan sama besar.
5. Jika objek terletak di ruang III, maka bayangan yang terbentuk terletak di ruang II
yang
Bersifat :
- Nyata
- Terbalik
- Diperkecil
C. CERMIN DATAR
Pembentukan bayangan pada cermin datar
Untuk melukis bayangan digunakan aturan hukum pemantulan.
Sifat bayangan:
-maya/semu
-tegak
-sama besar
Pertemuan VIII 23/3/2016
OPTIK GEOMETRI
2) Sinar datang menuju titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
3) Sinar yang datang melewati pusat optik lensa diteruskan, tidak dibiaskan
Ba bayangan bersifat :
-maya
-tegak
, -diperbesar
-didepan lensa
2. Benda dititik F
bayangan bersifat:
maya di tak hingga
3. Benda diruang II
bayangan bersifat :
-nyata
-terbalik
, -diperbesar
4. Benda diruang 2F
Bayangan bersifat :
-nyata
-terbalik
-sama besar
Bayangan bersifat :
-nyata
-terbalik
-diperkecil
B. LENSA CEKUNG
Pada lensa cekung juga terdapat 3 sinar istimewa, yaitu :
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seolah-olah berasal dari titik
fokus.
2. Sinar yang datang melalui titik fokus akan dibiaskan sejajar sumbu utama lensa.
3. Sinar yang datang melalui titik pusat lensa akan diteruskan tanpa pembiasan.
3. Diruang III
sifat bayangan :
-Maya
-Tegak
-diperkecil
Pertemuan IX 30/03/2016
LISTRIK STATIS
1. KONSEP
1. Muatan Listrik
2. Medan Lisrik
3. Potensial Listrik
2. PENGERTIAN
2. Muatan Listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang
membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang
berdekatan dan juga memiliki muatan listrik. Simbol Q
sering digunakan untuk menggambarkan muatan. Sistem
Satuan Internasional dari satuan Q adalah coulomb, yang
merupakan 6.24 x 1018 muatan dasar
3. Medan Lisrik adalah daerah atau ruang di sekitar muatan listrik yang
masih dipergunakan oleh gaya listrik. Arah medan
listrik yaitu menjauhi sumber positif dan mendekati sumber
negatif. Medan listrik dapat digambarkan dengan garis-garis
khayal yang dinamakan garis-garis gaya listrik.
3. RUMUS
1. Muatan Listrik
Rumus yang berlaku dalam muatan listrik adalah rumus yang dimatematiskan dari
hukum coulomb. Hukum coulomb ditemukan oleh Charles Augustin de Coulomb pada
akhir abad ke 18. Ilmuan dibidang fisika berkebangsaan Perancis ini menemukan hukum
yang dinamakan hukum coulomb. Hukum ini berbunyi
Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik
sebanding dengan muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak yang memisahkan kedua muatan tersebut.
secara matematis:
F = gaya tarik manarik/tolak menolak (newton)
1 2
F=k 2
q = muatan listrik (coulomb)
r = jarak antara kedua muatan
k = konstanta = 1/4o = 9 x 109 N.m2/C2
o= permitivitas listrik dalam ruang hampa/udara
= 8,85 x 10-12 C2/Nm2
Jika medium muatan bukan pada medium vakum atau udara maka besar gaya antaran
muatan q1 dan q2 akan lebih kecil
2. Medan Lisrik
rumus medan listrik menjadi :
3. Potensial Listrik
.
EP = q.V atau EP =
Pertemuan X 06-04-2016
LISTRIK DINAMIS
1. KONSEP
1. Kuat Arus Listrik
2. Hukum Ohm
3. Hukum 1 Kirchoff
4. Hukum 2 Kirchoff
2. PENGERTIAN
1. Listrik Dinamis Mempelajari tentang muatan-muatan listrik yang
bergerak yang disebut arus listrik.
3. RUMUS
3. Hukum 1 Kirchoff
4. Hukum 2 Kirchoff
+ = 0
MEDAN MAGNETIK
1. KONSEP
1. Pengaertian magnet
2. Sifa-sifat magnet
3. Hubungan kelistrikan dengan kemagnetan
4. Kuat medan
5. Indiksi magnetik
6. Penentuan magnet
7. Gaya magnetik.
2. PENGERTIAN
1.Magnet
2.Sifat-sifat magnet
4.Kuat medan
Kuat medan yaitu gaya persatuan kuat kutub magnet.kuaty medan dapat
dinyatakan dengan menggunakan konsep medan,yaitu dirumuskan
E=F/Q
5.induksi magnetik
Induksi magnet adala kuat medan magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir
pada konduktor.
sin
dB=KI
2
6.Adanya sifat kemagnetan dalam suatu benda dalam penghantar listik dapat di
tentukan oleh alat yaitu Kompas.
7.Gaya magnetik
F1 = F2 = B2I1I
7.Induksi elektromagnetik
= -N
= sin
Pertemuan XIV 04/05/2016 (MENGERJAKAN SOAL DI BAB IV LISTRIK
DAN BAB V MEDAN MAGNETIK)
Pertemuan XV 11/05/2016
1. Arus bolak-balik
Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah-ubah secara bergantian.
2. Tegangan rata-rata
Tegangan rata-rata adalah besarnya nilai tegangan selama setengah
gelombang dari nol hingga T/2.
5. Diagram fasor
Diagram fasor adalah sebuah gambar anak panah yang dignakan untuk
menyatakan suatu besaran bolak balik.
6. Rangkaian R-L-C
Rangkaian R-L-C adalah rangkaian yang tediri dari resistor, induktor, dan
kapasitor yang dapat dihubungkan secara seri dan paralel.
7. Sudut fase
Sedut fase () adalah sudut yang terbentuk antara tegangan dan arus sumber
pada diagram fasor.
2. RUMUS
1. Arus bolak-balik
2. Tegangan rata-rata
1
< >= lim
0
Dan tegangan dapat di cari nilainya dengan menggunakan Hukum Ohm, yaitu:
= = cos( + 0 )
Dengan :
1
=
= 2 + ( )2
= ( . )2 + ( . . )2
= . 2 + ( )2
Dengan:
= 2 + ( )2
1 1 1 1
= = 2+( )