Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang bersifat kronis


(menahun) dan sudah lama menjadi permasalahan kesehatan di dunia.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis yang dalam istilah Latin disebut Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan, akan tetapi kuman tersebut
ditularkan dari seseorang ke orang lain dan menyerang organ paru -paru manusia.

Manusia adalah satu-satunya tempat untuk bakteri tersebut menyerang.


Bakteri ini berbentuk batang dan termasuk bakteri aerob obligat. Pada saat
penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei) dimana terdapat percikan dahak dalah sekali batuk.
Secara umum, sifat kuman tuberkulosis memiliki ukuran panjang 110 dan lebar
0,2 0,6 dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, tidak meiliki
selubung.

Risiko penularan tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.


Penderita TB paru dengan BTA (+) memberikan risiko penularan lebih besar dari
penderita TB paru dengan BTA (-).Setelah kuman masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfa,
saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

B.Tujuan Praktikum

Untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan TB dengan menggunakan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang bersifat kronis


(menahun) dan sudah lama menjadi permasalahan kesehatan di dunia.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis yang dalam istilah Latin disebut Mycobacterium tuberculosis.
Kuman penyebab tuberkulosis ini ditemukan oleh ilmuan Jerman yang bernama
Robert Koch dan dipublikasikan kepada masyarakat ilmiah pada tanggal 24 Maret
1882. Penyakit tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan, akan tetapi kuman
tersebut ditularkan dari seseorang ke orang lain dan menyerang organ paru -paru
manusia (Aditama, 2002).

Bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan spora dan toksin.


Bakteri ini memiliki panjang dan tinggi antara 0,3 - 0,6 dan 1 - 4 m,
pertumbuhan bakteri ini lambat dan bakteri ini merupakan bakteri pathogen
makrofag intraselluler (Ducati dkk, 2006).

Pada saat penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) M. tuberculosis ditularkan melalui percikan
ludah. Infeksi primer dapat terjadi di paru-paru, kulit dan usus (Hull, 2008).

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru


dapat menularkan penyakit ini kepada 10 orang terdekatnya. Menurut WHO (Mei 2009)
1/3 penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.tb. Kabar baiknya adalah tidak semua orang
yang terinfeksi kuman M.tb menderita penyakit tuberculosis. Dalam hal ini, imunitas tubuh
sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit
TBC.

Sumber penularan penyakit adalah dari penderita TB Paru pada BTA (+).
Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh
karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji dari 5.000 kuman/cc
dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA
negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil
kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nucle).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Daya penularan
dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, maka
akan semakin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak telihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Kemenkes
RI,2014).

Gejala TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala sistemik dan


gejala respiratorik Gejala sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam
tidak tinggi selama lebih satu bulan, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.Sedangkan
gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa
berlangsung secara terus-menerus selama 3 minggu atau lebih. Hal ini terjadi apabila
sudah melibatkan brochus. Gejala respiratorik lainnya adalah batuk produktif sebagai
upaya untuk membuang ekskresi peradangan berupa dahak (sputum). Kadang gejala
respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah disebabkan karena pembuluh darah
pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Apabila kerusakan sudah
meluas, timbul sesak nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai pula
dengan rasa nyeri pada dada (Aditama, 2002).

Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain -lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung(Aditama, 2002).

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, memperbaiki kualitas


hidup, meningkatkan produktivitas pasien, mencegah kematian, kekambuhan dan
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap obat
antiberkulosis (OAT) (WHO, 2009).

Untuk mengetahui adanya tuberkulosis, dokter biasanya berpegang pada


tiga patokan utama. Pertama, hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan
hasil pemeriksaan yang dilakukannya pada pasien itu. Kedua, hasil pemeriksaan
laboratorium untuk menemukan basil tahan asam (BTA) dan/atau basil
tuberkulosis secara pembiakan/kultur. Ketiga, hasil pemeriksaan rontgen dada
yang akan memperlihatkan gambaran paru orang yang diperiksanya. Selain ketiga
patokan utama ini kadang-kadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari
hasil pemeriksaan darah atau pemeriksaan tambahan yang lain (Aditama, 1994).

Saat ini dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dalam waktu yang
relative singkat. Pengobatan ini dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment
Shortcourse). Obat yang digunakan kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid,
Ethambutol yang di kenal dengan istilah fixed dose. Pengobatan ini di lakukan selama
6bulan dalam 2 tahap.
Fase Intensif Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol (2 bulan awal)
Fase Lanjutan Rifampicin, Isoniazid (4 bulan setelahnya).Apabila di temukan pasien
yang relaps, maka dalam pengobatannya harus di tambah dengan injeksi Streptomicin
sebanyak 60x injeksi (2bulan) dengan dosis 50-100mg / kg BB
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juli 2017 pukul 09.00 12.00
WITA bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mandala Waluya.
B. Prosedur Kerja

a. Pra analitik
- Persiapan pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
- Persiapan alat dan bahan : Kaset rapid tes, lanset, reagen buffer, pipet tetes, gelas
kimia.
- Persiapan sampel : Whole blood
b. Analitik
- Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Menyimpan KIT pada suhu ruang selama 30 menit
- Meletakkan test ditempat datar dan kering
- Untuk whole blood : meneteskan kedalam sampel well test bertanda Sdengan
menggunakan pipet kapiler.
- Untuk serum : meneteskan kedalam sampel well test bertanda Sdengan
menggunakan pipet kapiler dan menambahkan 2 tetes buffer sampel.
- Membaca hasil setelah 10- 20 menit dan mengamati terbentuknya garis merah
c. Pasca analitik
- (+) positif : Terbentuk 2 atau 3 garis berwarna.
- ( - ) Negatif : Terbentuk satu garis warna
- Invalid : Jika tidak timbul garis warna pada zona kontrol
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Pengamatan

Tabel.1. Hasil pengamatan percobaan pemeriksaan TB

No Identitas Pasien Hasil keterangan

1. Nama : Siti Nur Jumarlin (-) Negatif

Jk : Perempuan

Umur : 20 Tahun

Riwayat : Sedang
mengalami batuk

B. Pembahasan

Pada praktikum ini kami melakukan pemeriksaan TB(tuberculosis).


Tuberculosis merupakan bagian penyakit dimana disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, penyakit ini menyerang pada paru-paru, dapat pula terserang di selaput
otak, tulang ataupun kalenjer limfe. Jika pada paru-paru terjadi penyakit ini akan
dinyatakan sebai TB ekstra paru, dimana dapat dilihat pada pemeriksaan radiologis.

Penyakit TB seharusnya cepat diobati sebelum penyakit tersebut sulit untuk


disembuhkan, dimana perlu kita ketahui gejala yang umum terjadi yaitu batuk terus
menerus dengan dahak yag keluar. Jika dilihat dari teori menurut WHO (2009)
gejalanya, yaitu terasa sesak nafas, batuk darah nyeri dada, badan lemah , nafsu
makan atau pernah batuk darah, berat badan menurun, berkeringan malam
walaupun tanpa kegiatan, dan demam meriang lebih dari sebulan

Pada percobaan ini kami menggunakan sampel serum darah yang dimana
dicuragai terkena penyakit TB. Hasil yang kami dapatkan adalah negatif (-) yang dimana
seharusnya gejala TB yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik Gejala sistemik
pada umumnya penderita akan mengalami demam tidak tinggi selama lebih satu
bulan, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.Sedangkan gejala repiratorik atau
gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa berlangsung secara terus-
menerus selama 3 minggu atau lebih.

Pada pasien tersebut mengalami batuk yang terjadi selama 1 minggu. Saat
ini dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dalam waktu yang relative singkat.
Pengobatan ini dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse).
Obat yang digunakan kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol
yang di kenal dengan istilah fixed dose. Pengobatan ini di lakukan selama 6bulan dalam
2 tahap.

Bakteri ya n g ki t a k et ah ui p en ye b ab T B ya i t u Mycobacterium
tuberculosis tidak menghasilkan spora dan toksin. Bakteri ini memiliki panjang
dan tinggi antara 0,3 - 0,6 dan 1 - 4 m, pertumbuhan bakteri ini lambat dan
bakteri ini merupakan bakteri pathogen makrofag intraselluler.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat
menularkan penyakit ini kepada 10 orang terdekatnya. Menurut WHO (Mei 2009) 1/3
penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.tb. Kabar baiknya adalah tidak semua orang
yang terinfeksi kuman M.tb menderita penyakit tuberculosis. Dalam hal ini, imunitas
tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi
penyakit TBC.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hasil yang kami dapatkan negatif (-) yang dimana pasien hanya
mengalami 1 minggu rasa batuk

B. Saran
Sebaiknya alat dan bahan-bahannya diperbanyak lagi jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai