PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
Pada saat penderita TB batuk dan bersin kuman menyebar melalui udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) M. tuberculosis ditularkan melalui percikan
ludah. Infeksi primer dapat terjadi di paru-paru, kulit dan usus (Hull, 2008).
Sumber penularan penyakit adalah dari penderita TB Paru pada BTA (+).
Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh
karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji dari 5.000 kuman/cc
dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung. Pasien
TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit
TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA
negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan hasil
kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nucle).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Daya penularan
dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari paru-parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, maka
akan semakin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak telihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Kemenkes
RI,2014).
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain -lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang
yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung(Aditama, 2002).
Saat ini dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dalam waktu yang
relative singkat. Pengobatan ini dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment
Shortcourse). Obat yang digunakan kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid,
Ethambutol yang di kenal dengan istilah fixed dose. Pengobatan ini di lakukan selama
6bulan dalam 2 tahap.
Fase Intensif Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol (2 bulan awal)
Fase Lanjutan Rifampicin, Isoniazid (4 bulan setelahnya).Apabila di temukan pasien
yang relaps, maka dalam pengobatannya harus di tambah dengan injeksi Streptomicin
sebanyak 60x injeksi (2bulan) dengan dosis 50-100mg / kg BB
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juli 2017 pukul 09.00 12.00
WITA bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mandala Waluya.
B. Prosedur Kerja
a. Pra analitik
- Persiapan pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus
- Persiapan alat dan bahan : Kaset rapid tes, lanset, reagen buffer, pipet tetes, gelas
kimia.
- Persiapan sampel : Whole blood
b. Analitik
- Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Menyimpan KIT pada suhu ruang selama 30 menit
- Meletakkan test ditempat datar dan kering
- Untuk whole blood : meneteskan kedalam sampel well test bertanda Sdengan
menggunakan pipet kapiler.
- Untuk serum : meneteskan kedalam sampel well test bertanda Sdengan
menggunakan pipet kapiler dan menambahkan 2 tetes buffer sampel.
- Membaca hasil setelah 10- 20 menit dan mengamati terbentuknya garis merah
c. Pasca analitik
- (+) positif : Terbentuk 2 atau 3 garis berwarna.
- ( - ) Negatif : Terbentuk satu garis warna
- Invalid : Jika tidak timbul garis warna pada zona kontrol
BAB IV
A.Hasil Pengamatan
Jk : Perempuan
Umur : 20 Tahun
Riwayat : Sedang
mengalami batuk
B. Pembahasan
Pada percobaan ini kami menggunakan sampel serum darah yang dimana
dicuragai terkena penyakit TB. Hasil yang kami dapatkan adalah negatif (-) yang dimana
seharusnya gejala TB yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik Gejala sistemik
pada umumnya penderita akan mengalami demam tidak tinggi selama lebih satu
bulan, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.Sedangkan gejala repiratorik atau
gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa berlangsung secara terus-
menerus selama 3 minggu atau lebih.
Pada pasien tersebut mengalami batuk yang terjadi selama 1 minggu. Saat
ini dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dalam waktu yang relative singkat.
Pengobatan ini dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse).
Obat yang digunakan kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol
yang di kenal dengan istilah fixed dose. Pengobatan ini di lakukan selama 6bulan dalam
2 tahap.
Bakteri ya n g ki t a k et ah ui p en ye b ab T B ya i t u Mycobacterium
tuberculosis tidak menghasilkan spora dan toksin. Bakteri ini memiliki panjang
dan tinggi antara 0,3 - 0,6 dan 1 - 4 m, pertumbuhan bakteri ini lambat dan
bakteri ini merupakan bakteri pathogen makrofag intraselluler.
TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat
menularkan penyakit ini kepada 10 orang terdekatnya. Menurut WHO (Mei 2009) 1/3
penduduk dunia telah terinfeksi kuman M.tb. Kabar baiknya adalah tidak semua orang
yang terinfeksi kuman M.tb menderita penyakit tuberculosis. Dalam hal ini, imunitas
tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi
penyakit TBC.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hasil yang kami dapatkan negatif (-) yang dimana pasien hanya
mengalami 1 minggu rasa batuk
B. Saran
Sebaiknya alat dan bahan-bahannya diperbanyak lagi jumlahnya.