SEMINAR KASUS
Oleh:
Kelompok 6
SEMINAR KASUS
Oleh:
Iput Hardianti, S.Kep NIM 102311101096
Rofidatul Inayah, S.Kep NIM 132311101025
Afriezal Kamil, S.Kep NIM 132311101054
Mayangga Sukmawati, S.Kep NIM 152311101273
1.3 Manfaat
a. Konsep dasar keilmuan yang dapat diaplikasikan pada pasien post
laparatomi
b. Meningkatkan kualitas hidup pasien post op laparatomi agar segera pulih
dan tidak mengalami komplikasi
BAB 2. TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Definisi Laparatomi
Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen
(bagian perut). Kata "laparotomi" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi
semacam ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant.
Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, lapara dan tome. Kata
lapara berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan
pinggul. Sedangkan tome berarti pemotongan (Kamus Kedokteran, 2011).
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.
Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi
lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali Ahmad (2000)
mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut
dengan operasi. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000), laparotomi adalah
pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan
biasanya terjadi pada usus halus.
2. Etiologi
a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
1) Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2) Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum)
yang dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi,
kompresi atau sabuk pengaman (seat-belt).
b. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga
abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis
primer dapat disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon
(paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan
penyebab peritonitis tersier.
c. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus
halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat
berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh
secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen),
Intusepsi (salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang
mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi),
hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen
usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus).
d. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.
e. Perdarahan pada saluran pencernaan
f. Masa pada abdomen (Tumor, cyste dll)
g. Pankreatitis
h. Abses
i. Adhesi (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
j. Divertikulitis
k. Kehamilan ektopik
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung; dan kateterisasi,
adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut
yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding
perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan
b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan
c. Pemantauan status pernafasan
d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul
jika diindikasikan.
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex: RL) atau koloid (ex: komponen
darah, albumin, plasma atau pengganti plasma).
f. Terapi obat: kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik
(mengurangi retensi cairan dan edema)
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Biasanya terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian dan
b) Keluhan utama
Keluhan utama diambil dari data subjektif atau objektif yang paling
menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien peritonitis
ialah nyeri di daerah abdomen, mual, muntah, demam.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien dibawa ke Rumah
Sakit dan dirawat serta merupakan pengembangan dari keluhan utama dan
data yang menyertai menggunakan pendekatan PQRST.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang faktor resiko penyebab masalah
kesehatan sekarang serta jenis penyakit dan kesehatan masa lalu. Pada klien
post operasi akibat peritonitis, perlu dikaji mengenai riwayat penyakit
saluran pencernaan (seperti Typhoid, Apendicitis, dll) dan riwayat
pembedahan sebelumnya.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga ini dikaji tentang penyakit yang menular
atau penyakit menurun yang ada dalam keluarga.
2. Pola Aktivitas Harian
Pengkajian pada pola aktivitas ini adalah membandingkan antara kebiasaan
selama di rumah sakit sebelum sakit dan selama sakit di rumah sakit meliputi :
a) Pola Nutrisi, Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, pantangan
makanan, alergi terhadap makanan dan nafsu makan. Biasanya pada klien
post operasi akibat peritonitis terdapat mual, muntah dan anoreksia.
b) Pola Eliminasi, Pada pola eliminasi yang harus dikaji meliputi frekuensi
buang air besar, konsistensinya dan keluhan selama buang air besar.
Frekuensi buang air kecil, warna, jumlah urine tiap buang air kecil. Pada
klien dengan post operasi biasanya dijumpai penurunan jumlah urine akibat
intake cairan yang tidak adekuat akibat pembedahan.
c) Pola Istirahat dan Tidur, Pada pola istirahat tidur yang harus dikaji adalah
lama tidur dalam sehari, kebiasaan pada waktu tidur. Pada klien post operasi
bisa ditemukan gangguan pola tidur karena nyeri.
d) Pola Personal Hygiene, Pola personal hygiene yang harus dikaji adalah
kemampuan klien perawatan diri seperti mandi, gosok gigi, keramas,
gunting kuku, dll. Pada klien dengan post operasi biasanya klien tidak dapat
melakukan personal hygiene secara mandiri karena keterbatasan gerak
akibat pembedahan dan nyeri.
e) Pola Aktivitas, Pada pola aktivitas meliputi kebiasaan aktivitas sehari-hari.
Pada klien dengan post operasi biasanya ditemukan keterbatasan gerak
akibat nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan umum klien setelah dilakukan pembedahan biasanya tampak
lemah, gelisah, meringis.
b) Pemeriksaan Fisik Persistem:
1) Sistem Pernafasan Kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi dan
karakter pernafasan, sifat dan bunyi nafas merupakan hal yang harus
dikaji pada klien dengan post operasi. Pernafasan cepat dan pendek
sering terjadi mungkin akibat nyeri. Pernafasan yang bising karena
obstruksi oleh lidah dan auskultasi dada didapatkan bunyi krekels.
2) Sistem Kardiovaskuler, Pada klien post operasi biasanya ditemukan
tanda-tanda syok seperti takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi dan
penurunan suhu tubuh.
3) Sistem Gastrointestinal, Ditemukan distensi abdomen, kembung
(penumpukan gas), mukosa bibir kering, penurunan peristaltik usus juga
biasanya ditemukan muntah dan konstipasi akibat pembedahan.
4) Sistem Perkemihan, Terjadi penurunan haluaran urine dan warna urine
menjadi pekat / gelap, terdapat distensi kandung kemih dan retensi urine.
5) Sistem Muskuloskeletal, Kelemahan dan kesulitan ambulasi terjadi
akibat nyeri di abdomen dan efek dari pembedahan atau anastesi
sehingga menyebabkan kekakuan otot.
6) Sistem Neurologi, Nyeri dirasakan bervariasi, tingkat dan keparahan
nyeri post operasi tergantung pada anggapan fisiologi dan psikologi
individu serta toleransi yang ditimbulkan oleh nyeri.
7) Sistem Integumen, Ditemukan luka akibat pembedahan di area abdomen.
Karakteristik luka tergantung pada lamanya waktu setelah pembedahan.
4. Aspek Psikologis
a) Status Emosional, Kemungkinan ditemukan emosi klien jadi gelisah dan
labil, karena proses penyakit yang tidak diketahui/tidak pernah diderita
sebelumnya dan akibat pembedahan.
b) Konsep Diri yaitu :
1) Body Image/Gambaran Diri, Mencakup persepsi dengan perasaan
terhadap tubuhnya, bagi tubuh yang disukai dan tidak disukai.
2) Harga Diri, Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh memenuhi ideal diri. Aspek utama adalah
dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain.
3) Ideal Diri, Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran dan
harapan terhadap penyakitnya.
4) Peran yang diemban dalam keluarga atau kelompok masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas /peran tersebut.
5) Identitas, Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
5. Aspek Sosial dan Budaya
Pengkajian ini menyangkut pada pola komunikasi dan interaksi interpersonal,
gaya hidup faktor sosiokultural serta support sistem yang ada pada klien.
6. Aspek Spiritual
Aspek ini menyangkut tentang kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan dan
cara untuk menjalankan ibadah.
7. Data Penunjang
Data penunjang ini terdiri dari farmakotherapi/obat-obatan yang diberikan
kepada klien, serta prosedur diagnostik yang dilakukan kepada klien seperti
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan Rontgen.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot diafragma
dan intercostae.
2. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan penurunan
curah jantung.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan luka invasif prosedur
pembedahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan dan posisi selama
pembedahan.
5. Hipertermia berhubungan dengan agen farmaseutikal.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah akibat penurunan peristaltik usus pasca pembedahan.
7. Hambatan mobilits fisik berhubungan dengan keterbatasan pergerakan
akibat kelemahan otot pasca pembedahan.
8. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post laparatomi.
l. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
4. Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual ataupun potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Assosiation fot the Study
of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
Tidakpern Kadang- Secara
Jarang
ah kadang Sering konsisten
menunju
No. NOC No.Indikator KriteriaHasil menunjuk menunjukk menunjukkan menunjukk
kkan
kan an an
1 2 3 4 5
1605 160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
Kontrol 160501 Menggambarkan faktor penyebab
Nyeri Menggunakan tindakan
160504 pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik yang di
160505
rekomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap
160513 gejala nyeri pada profesional
kesehatan
Mengenali apa yang terkait
160511 dengan gejala nyeri
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
berat
1 2 3 4 5
2102 Tingkat 210201 Nyeri yang dilaporkan
nyeri
210204 Panjangnya periode nyeri
Menggosok area yang terkena
210221
dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat berlebih
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajeme 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onsert/durasi, Membantu pasien untuk
n nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya dan faktor pencetus. mengenal nyeri dan
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada merek yang mengurangi nyerinya
tidak dapat berkomunikasi secara efektif dalam bentuk
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtauan yang ketat nonfamakologis maupun
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri farmakologis.
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya: tidur, nafsu
makan, performa kerja, perasaaan, pengertian, hubungan, tanggung jawab peran)
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi akan ketidaknyamanan akibat prosedur.
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan teknik non farmakologis (seperti: biofeeback, TENS, hypnosis, relaksasi,bimbingan
antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktifitas, akupresur, aplikasi panas/dingin dan
pijatan)
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajeme 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang Memanipulasi lingkungan
nlingkunga optimal. pasien untuk mendapatkan
n: 2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat kenyamanan yang optimal
kenyaman 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
an 4. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
5. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi selang,
balutan yang tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang menggangggu.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan
No Diagnosa Keperawatan
6. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Tidak Sedikit Cukup Sebagian Sepenuhny
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil Adekuat adekuat adekuat besar adekuat a adekuat
1 2 3 4 5
1009 Status nutrisi : 100801 Asupan makanan secara oral
Asupan
100803 Asupan cairan secara oral
Makanan dan
Cairan 100804 Asupan cairan intravena
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
berat
1 2 3 4 5
1208 Tingkat 120806 Kelelahan
depresi
120809 Insomia
120831 Berat badan turun
120832 Nafsu makan menurun
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajemen 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi Membantu klien memilih
nutrisi 2. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien makanan yang mampu
3. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (piramida makanan) memenuhi kebutuhan
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan metabolik.
gizi.
5. Berikan pilihan makanan dan bimbingan terhadap pilihan makanan.
6. Ciptakan lingkungan yang bersih, berventilasi, santai dan bebas dari bau menyengat.
1030 Manajemen 1. Kolaborasikan dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana keperawatan. Membantu klien memilih
gangguan 2. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien. makanan yang mampu
makan 3. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi. memenuhi kebutuhan
4. Monitor asupan kalori makanan harian. metabolik
5. Monitor berat badan klien secara rutin.
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
menyimpang menyimpang menyimpang menyimpang menyimpan
dari rentang dari rentang dari rentang dari rentang g dari
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil normal normal normal normal rentang
normal
1 2 3 4 5
1005 Status Nutrisi 100503 Hematokrit
: Pengukuran
Biokimia
100504 Hemoglobin
100507 Gula darah
100508 Kolestrol darah
Trigliserida
100507
darah
No. NIC Intervensi Rasional
1120 Terapi nutrisi 1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan Membantu klien memilih
2. Monitor asupan makanan harian makanan yang mampu
3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan kolaborasi dengan ahli gizi metabolik.
4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bernutrisi, tinggi
protein, kalori dan mudah dikonsumsi serta sesuai kebutuhan
1160 Monitor 1. Timbang berat badan pasien Menormalkan hematokrit,
nutrisi 2. Identifikasi penurunan berat badan terakhir hemoglobin, gula darah,
3. Tentukan pola makan kolestrol darah, trigliserida.
4. Lakukan pemeriksaan laboratorium, monitor hasilnya (misal : kolestrol, hematokrit,
hemoglobin, trigliserida, gula darah)
1 2 3 4 5
1010 Status Mempertahanka
Menelan 101001 n makanan di
mulut
101003 Produksi ludah
Kemampuan
101004
mengunyah
Jumlah menelan
sesuai dengan
101008
ukuran atau
tekstur bolus
Durasi makan
sesuai dengan
101009
jumlah yang
dikonsumsi
No. NIC Intervensi Rasional
1860 Terapi 1. Sediakan/gunakan alat bantu sesuai kebutuhan. Membantu proses metabolik
menelan 2. Hindari penggunaan sedotan untuk minum. pada pasien malnutrsi atau
3. Bantu pasien untuk berada pada posisi duduk selama 30 menit setelah makan. pasien beresiko tinggi
4. Instruksikan klien untuk tidak berbicara selama makan. malnutrisi.
5. Sedikan perawatan mulut sesuai kebutuhan.
1160 Monitor 1. Timbang berat badan pasien Menormalkan hematokrit,
nutrisi 2. Identifikasi penurunan berat badan terakhir hemoglobin, gula darah,
3. Tentukan pola makan kolestrol darah, trigliserida.
4. Lakukan pemeriksaan laboratorium, monitor hasilnya (misal : kolestrol, hematoktri,
hemoglobin, trigliserida, gula darah)