oleh
Rofidatul Inayah, S.Kep
NIM 132311101025
a. Definisi Supracella
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak (Smeltzer & Bare, 2001).Tumor otak merupakan adanya
lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif
yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intrakranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase, apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
kanker paru, payudara, prostat, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder
(Sylvia & Wilson, 2005).
Tumor Supracella merupakan
b. Anatomi Fisiologi
1. Sistem saraf pusat
a) Otak
b) Meninges
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting yang dilindungi oleh
tulang tengkorak yang keras, jaringan pelindung, dan cairan otak. Dua
macam jaringan pelindung utama yaitu meninges dan sistem ventrikular.
Meninges terdiri dari tiga lapisan yaitu
1) Durameter
Durameter merupakan lapisan paling luar yang tebal, keras, dan
fleksibel tetapi tidak dapat diregangkan (unstrechable).
2) Arachnoid membran
Arachnoid membran merupakan lapisan bagian tengah yang
bentuknya seperti jaringan laba-laba. Sifat lapisan ini lembut,
berongga-rongga, dan terletak dibawah lapisan durameter.
3) Piameter
Piameter merupakan lapisan pelindung yang terletak pada lapisan
paling bawah (paling dekat dengan otak, sumsum tulang belakang,
dan melindungi jaringan-jaringan saraf lain). Lapisan ini
mengandung pembuluh darah yang mengalir di otak dan sumsum
tulang belakang. Antara piameter dan membran arachnoid terdapat
bagian yang disebut dengan subarachnoid space (ruang sub-
arachnoid) yang dipenuhi oleh cairan serebrospinal (CSS)
(Puspitawati, 2009).
Gambar 3. Lapisan meninges
c) Sistem Ventrikulus
Otak sangat lembut dan kenyal sehingga sangat mudah rusak. Selain
lapisan meninges, otak juga dilindungi oleh cairan serebrospinal (CSS)
di subarachnoid space. Cairan ini menyebabkan otak dapat mengapung
sehingga mengurangi tekanan pada bagian bawah otak yang dipengaruhi
oleh gravitasi dan juga meilndungi otak dari guncangan yang mungkin
terjadi. CSS ini terletak dalarn ruang-ruang yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Ruang-ruang ini disebut dengan ventrikel
(ventricles). Ventrikel berhubungan dengan bagian subarachnoid dan
juga berhubungan dengan bentuk tabung pada canal pusat (central canal)
dari tulang belakang. Ruang terbesar yang berisi cairan terutama ada
pada pasangan ventrikel lateral (lateral ventricle). Ventrikel lateral
berhubungan dengan ventrikel ketiga (third ventricle) yang terletak di
otak bagian tengah (midbrain). Ventrikel ketiga dihubungkan ke
ventrikel keempat oleh cerebral aqueduct yang menghubungkan ujung
caudal ventrikel keempat dengan central canal. Ventrikel lateral juga
membentuk ventrikel pertama dan ventrikel kedua (Puspitawati, 2009).
CSS merupakan konsentrasi dari darah dan plasma darah yang
diproduksi oleh choroid plexus yang terdapat dalam keempat ventrikel
tersebut. Sirkulasi CSS dimulai dalam ventrikel lateral ke ventrikel
ketiga, kemudian mengalir ke cerebral aqueduct ke ventrikel keempat.
Dari ventrikel keempat mengalir ke lubang-lubang subarachnoid yang
melindungi keseluruhan SSP. Volume total CSS sekitar 125 ml dan daya
tahan hidupnya (waktu yang dibutuhkan oleh sebagian CSS untuk
berada pada sistem ventrikel agar diganti oleh cairan yang baru) sekitar
3 jam. Apabila aliran CSS ini terganggu, misalnya karena cerebral
aqueduct diblokir oleh tumor dapat menyebabkan tekanan pada ventrikel
karena dipaksa untuk mengurangi cairan yang terus menerus diproduksi
oleh choroid plexus sementara alirannya untuk keluar terhambat. Dalam
kondisi ini, dinding-dinding ventrikel akan mengembang dan
menyebabkan kondisi hydrocephalus. Bila kondisi ini berlangsung terus
menerus, pembuluh darah juga akan mengalami penyempitan dan dapat
menyebabkan kerusakan otak (Puspitawati, 2009).
c. Etiologi
Penyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan.Beberapa faktor resiko yang
dapat menimbulkan resiko terjadinya tumor otak sebagai berikut
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sindrom herediter seperti tuberous sclerosis
retinoblastoma, multiple endrocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko
tumor otak. Selain itu sindroma seperti turcot dapat menimbulkan
kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%.
2. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi. Radiasi jenis ionizing radiation bisa
menyebabkan tumor otak jenis neuroephitelial tumors, meningiomas, dan
nerve sheath tumors, selain itu paparan terhadap sinar x dapat meningkatkan
risiko tumor otak.
3. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat. Infeksi virus yang dipercayai bisa menyebabkan tumor otak
adalah virus Epseien-barr.
4. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan.Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea, nitrosamides, dan nitrosoureas bisa
menyebabkan tumor sistem saraf pusat.
5. Gaya hidup
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar berkorelasi dengan peningkatan risiko
tumor otak. Risiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak
buah dan sayuran.
g. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan pada tumor otak yaitu (Ariani, 2012):
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek massa yang mendesak.
2. Hidrosefalus
3. Herniasi Otak
4. Epilepsi
5. Kematian
h. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada tumor otak yaitu
(Gisenberg, 2005):
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur data awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal dan salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor.
Gambar 5 Gambaran neuroma akustik
i. Penatalaksanaan
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya yaitu (Gisenberg, 2005):
1. Terapi Medikamentosa
Antikonvulsan untuk kejang dan kortikosteroid seperti dexametason untuk
mengurangi peningkatan tekanan intra kranial. Steroid juga dapat
memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati edema
otak.
2. Pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi
dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa
serta memperoleh efek paliasi. Pembedahan memerlukan insisi tulang
(kraniotomi). Pendekatan ini digunakan untuk mengobatai pasien
meningioma, neuroma akoustik, astrositoma kistik pada serebellum, tumor
kongenital, dan beberapa granuloma.
3. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan
proses keganasan. Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis
tumor otak. Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel,
sebagai adjuvant pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya
telah dilakukan tindakan operasi.Pada dasarnya teknik radioterapi yang
dipakai adalah 3D conformal radiotherapy, namun teknik lain dapat juga
digunakan untuk pasien tertentu seperti stereotactic
radiosurgery/radiotherapy (Kemenkes RI, 2015).
4. Chemotherapy
Kemoterapi pada kasus tumor otak saat ini sudah anyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang survival rate dari pasien terutama pada
kasus oligodendroglioma. Kemoterapi pada tumor otak tidak bersifat
kuratif, tujuan utama dari kemoterapi adalah untuk menghambat
pertumbuhan tumor dan meningkatkan kualitas hidup (quality of life) pasien
selama mungkin (Kemenkes RI, 2015).
PATHWAY
Gangguan perfusi jaringan Herniasi serebral Bergesernya ginus medialis Statis vena serebral
lobus temporal ke inferior
Obstruksi sistem
Gangguan Gangguan penglihatan serebral
Papil edema
persepsi sensori Obtruksi drainage
vena retina
Tumor serebrum
Lobus parasentralis Korteks motorik
Kelemahan pada kaki kejang Lobus temporalis Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus oksipitalis
dan ekstremitas bawah
Tindakan infasif
Post Anastesi Luka post operasi
Luka eksisi
Penurunan kerja Jaringan Jaringan
Penurunan
medulla oblongata terputus terbuka
kerja pons
Perdarahan Port de entry
Penurunan Merangsang Proteksi
Resiko Infeksi refleksi batuk Penurunan kerja area sensorik kurang
Kehilangan otot eliminasi
banyak cairan
Akumulasi sekret
Nyeri Akut Invasi
Penurunan
Resiko Syok peristaltik usus Bakteri
Hipovolemik Ketidakefektifan
bersihan jalan Resiko Infeksi
nafas Konstipasi
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
1. Anamnesis
Anamnesis pada klien dengan tumor otak dapat dilakukan sebagai berikut
1) Data demografi
nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung
jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK
dan adanya gangguan fokal sepeti nyeri kepala hebat, muntah-muntah,
kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji bagaimana terjadi nyeri kepala, mual, muntah, kejang dan
penurunan tingkat keasadaran dengan pendekatan PQRST.Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan
perubahan didalam intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif dan koma.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala sebelumnya.Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit saat ini dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga sebelumnya apakah ada
yang memiliki riwayat tumor otak atau tidak
6) Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji apakah klien mengerti tentang penyakitnya dan bagaimana
pengambilan keputusan saat sakit
b. Pola nutrisi metabolik
Nafsu makan hilang, adanya mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan, kesulitan
menelan gangguan pada refleks palatum dan faringeal
c. Pola eliminasi
Perubahan pola berkemih dan buang air besar
d. Pola aktifitas dan latihan
Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat
kesadaran, resiko trauma karena epilepsi, hemiparesis, ataksia,
gangguan penglihatan dan merasa mudah lelah
e. Pola tidur dan istirahat
Susah untuk beristirahat atau mudah tertidur
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pusing, sakit kepala, kelemahan, tinitus, afasia motorik, gangguan
rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan, penurunan memori,
pemecahan masalah, kehilangan kemampuan masuknya rangsang
visual, menurunan kesadaran sampai dengan koma, tidak mampu
merekam gambar, tidak mampu membedakan kanan/kiri
g. Pola persepsi dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan kesulitan
untuk mengekspresikan
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Masalah bicara dan ketidakmampuan dalam berkomunikasi
(kehilangan komunikasi verbal/ bicara pelo )
i. Reproduksi dan seksualitas
Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas atau
pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan
tidak berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat
ini, mudah tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan
dan orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu atau tidak
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan
pasien dilanjutkan mengukur TTV, kesadaran pasien diamati sadar
sepenuhnya (komposmentis, apatis, somnolen, delirium semi koma,
koma, keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tampak
tidak sakit.
2. Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I
Pada klien tumor otak yang tidak mengalami kompresi saraf ini
tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
b) Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabakan lesi pada bagian tertentu
dari lintasan visual. Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan
adanya papiledema. Tanda yang menyertai papailedema dapat
terjadi gangguan penglihatan termasuk pembesaran bintik buta dan
amaurosis fugaks (saat ketika penglihatan berkurang).
c) Saraf III, IV, dan VI
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma
multiforms
Gambar 8 glioblastoma multiforms
d) Saraf V
Pada tumor otak yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada
kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema yang menekan saraf
ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral
e) Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
f) Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus
temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang
mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau
korteks yang berbatasan
g) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan terdapat kesulitan membuka
mulut
h) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
i) Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, indra
pengecapan normal
3. Pengkajian sistem motorik
Keseimbangan dan koordinasi, lesi serebellum mengakibatkan
gangguan pergerakan. Gangguan ini bervariasi bergantung pada ukuran
dan lokasi spesifik tumor dalam serebellum. Gangguan yag paling
sering dijumpai yang kurang mencolok tetapi memiliki karakteristik
yang sama dengan tumor serebellum adalah hipotonia (tidak ada
resistensi normal terhadap regangan dan perpindahan anggota tubuh
dari sikap aslinya) dan hiperekstenbilitas sendi. Gangguan dalam
koordinasi berpakaian merupakan ciri khas pada klien dengan tumor
lobus temporalis.
Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, terhambatnya suplai darah ke otak
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernapasan,
kegagalan fungsi pernapasan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak
dan peningkatan tekanan intrakranial
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kompresi/ perubahan
tempat jaringan otak, obstruksi drainage vena retina
5. Hipertermi berhubungan dengan kompresi subkortikal akibat peningkatan
tekanan intrakranial
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat
jaringan otak
7. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
8. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo,
dan/atau gangguan penglihatan, sekunder akibat kompresi/perubahan tempat
jaringan otak.
b. Intra operasi
1. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan luka eksisi
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka eksisi
c. Post operasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
post anastesi
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus post anastesi
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi bakteri pada luka post operasi
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, terhambatnya suplai darah ke otak
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kompresi pada pusat pernapasan di medulla oblongata, kelemahan otot-otot
pernapasan, kegagalan fungsi pernapasan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak dan peningkatan tekanan intrakranial
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kompresi/ perubahan tempat jaringan otak, obstruksi drainage vena retina
5. Hipertermi berhubungan dengan kompresi subkortikal akibat peningkatan tekanan intrakranial
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kompresi/perubahan tempat jaringan otak
7. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
8. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan dalam cara berjalan, vertigo, dan/atau gangguan penglihatan, sekunder akibat
kompresi/perubahan tempat jaringan otak.
d. Intra operasi
1. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan luka eksisi
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka eksisi
e. Post operasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret post anastesi
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus post anastesi
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan invasi bakteri pada luka post operasi
No.Dx DiagnosaKeperawatan
2. Ketidakefektifan pola nafas Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Deviasi
Deviasi
Deviasi yang Deviasi Tidak
ringan
berat dari cukup sedang dari adadeviasi
dari
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil kisaran berat dari kisaran dari kisaran
kisaran
normal kisaran normal normal
normal
normal
1 2 3 4 5
0415 Status 041501 Frekuensi pernafasan
pernafasan Irama pernafasan
041502
041504 Suara auskultasi nafas
041508 Saturasi oksigen
Sangat Berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
1 2 3 4 5
0403 Status Penggunaan alat bantu
040309
pernafasan: nafas
ventilasi 040310 Suara nafas tambahan
Pernafasan dengan bibir
040312
mengerucut
040313 Dispnea saat istirahat
040314 Dispnea saat latihan
No. NIC Intervensi Rasional
3140 Manajemen 1. Posisikan pasien untuk maksimalkan ventilasi Menjaga jalan nafas pasien
jalan nafas 2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedotan tetap paten
lendir
3. Kelola pemberian bronkodilator, sebagaimana mestinya
4. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan,sebagaimana mestinya
3320 Terapi oksigen 1. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier Membantu pemenuhan
2. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan kebutuhan oksigen pasien
3. Monitor aliran oksigen
4. Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir pengangkatan oksigen saat makan
5. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa/dipindahkan
3350 Monitor 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas Memantau pemenuhan
pernafasan 2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi oksigen pasien
3. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti SaO2, SvO2, SpO2)
sesuai dengan protokol yang ada
4. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas tersebut
5. Monitor hasil foto thoraks
No Diagnosa Keperawatan
3. Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual ataupun potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Assosiation fot the Study
of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
Tidakpern Kadang- Secara
Jarang
ah kadang Sering konsisten
No. NOC No.Indikator KriteriaHasil menunju
menunjuk menunjukk menunjukkan menunjukk
kkan
kan an an
1 2 3 4 5
1605 160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
Kontrol 160501 Menggambarkan faktor penyebab
Nyeri Menggunakan tindakan
160504 pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik yang di
160505
rekomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap
160513 gejala nyeri pada profesional
kesehatan
Mengenali apa yang terkait
160511 dengan gejala nyeri
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
berat
1 2 3 4 5
2102 Tingkat 210201 Nyeri yang dilaporkan
nyeri
210204 Panjangnya periode nyeri
Menggosok area yang terkena
210221
dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat berlebih
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajeme 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onsert/durasi, Membantu pasien untuk
n nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya dan faktor pencetus. mengenal nyeri dan
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada merek yang mengurangi nyerinya
tidak dapat berkomunikasi secara efektif dalam bentuk
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtauan yang ketat nonfamakologis maupun
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri farmakologis.
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya: tidur, nafsu
makan, performa kerja, perasaaan, pengertian, hubungan, tanggung jawab peran)
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi akan ketidaknyamanan akibat prosedur.
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan teknik non farmakologis (seperti: biofeeback, TENS, hypnosis, relaksasi,bimbingan
antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktifitas, akupresur, aplikasi panas/dingin dan
pijatan)
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajeme 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang Memanipulasi lingkungan
nlingkunga optimal. pasien untuk mendapatkan
n: 2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat kenyamanan yang optimal
kenyaman 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
an 4. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
5. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi selang,
balutan yang tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang menggangggu.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan
Post operasi
No Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual ataupun potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Assosiation fot the Study
of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
Tidakpern Kadang- Secara
Jarang
ah kadang Sering konsisten
menunju
No. NOC No.Indikator KriteriaHasil menunjuk menunjukk menunjukkan menunjukk
kkan
kan an an
1 2 3 4 5
1605 160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
Kontrol 160501 Menggambarkan faktor penyebab
Nyeri Menggunakan tindakan
160504 pengurangan nyeri tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik yang di
160505
rekomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap
160513 gejala nyeri pada profesional
kesehatan
Mengenali apa yang terkait
160511 dengan gejala nyeri
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada
berat
1 2 3 4 5
2102 Tingkat 210201 Nyeri yang dilaporkan
nyeri
210204 Panjangnya periode nyeri
Menggosok area yang terkena
210221
dampak
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat berlebih
210218 Mondar mandir
210219 Focus menyempit
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
210227 Mual
210228 Intoleransi makanan
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajeme 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onsert/durasi, Membantu pasien untuk
n nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya dan faktor pencetus. mengenal nyeri dan
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada merek yang mengurangi nyerinya
tidak dapat berkomunikasi secara efektif dalam bentuk
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtauan yang ketat nonfamakologis maupun
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri farmakologis.
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya: tidur, nafsu
makan, performa kerja, perasaaan, pengertian, hubungan, tanggung jawab peran)
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi akan ketidaknyamanan akibat prosedur.
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan teknik non farmakologis (seperti: biofeeback, TENS, hypnosis, relaksasi,bimbingan
antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktifitas, akupresur, aplikasi panas/dingin dan
pijatan)
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajeme 1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang Memanipulasi lingkungan
nlingkunga optimal. pasien untuk mendapatkan
n: 2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat kenyamanan yang optimal
kenyaman 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
an 4. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
5. Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi selang,
balutan yang tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang menggangggu.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan