Anda di halaman 1dari 48

esar dampaknya terhadap hasil pekerjaan nantinya.

c) Buat mall column dari plywood sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian cek diagonal
mall column waler.

d) Buat mall untuk girder dan jaraknya disesuaikan dengan gambar konstruksi sesuai dengan
jumlah girder yang dipakai.

2. Perakitan Column Waler

a) Letakkan column waler ke mall column waler, kemudian cek kembali jarak antar column
waler, kesikuan dan diagonalnya.

3. Perakitan Girder:

a) Letakkan girder GT 21 ke column waler, kemudian pasang hook strap HB 24 ke girder GT


24.Kencangkan dengan long socket dan impact wrench.

b) Pasang girder GT 24 ke column waler, pemasangan dimulai dari dari bawah, kemudian
pasang hook strap HB 24 dan kencangkan dengan long socket dan impact wrench.

c) Untuk pemasangan girder berikutnya dibuatkan penyangga girder GT 24 dengan balok kayu
sesuai jarak antar girder GT 24.

d) Satukan kedua ujung girder GT 24,kemudian pasang extetion splice ke pertemuan girder GT
24 dan kencangkan dengan wingnut.

e) Pasang girder GT 24 sisipan di sebelah sambungan extension splice dan harus menumpu
pada dua column waler. Penyambungan girder GT 24 ke column waler memakai hook strap HB
24.

f) Letakkan kedua girder GT 24 bersebelahan, kedua girder GT 24 tersebut harus menumpu


pada dua column waler, kemudian sambung kedua girder GT 24 tersebut menggunakan double hook
strap.

4. Perakitan Plywood:

a) Potong plywood sesuai yang direncanakan, kemudian letakkan plywood ke girder GT


24. Ujung plywood bagian bawah dibuat cantilever 5 cm, kemudian dipaku sementara,jangan
terlalu kuat untuk nantinya bisa dibuka dan diatur kembali jaraknya.

b) Cek kesikuan panel kemudian pasang torx screw 6 x 60 dengan menggunakan torx bit screw
driver dengan menyesuaikan jarak sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

c) Pasang kasau 5/7 diujung bawah plywood, kemudian pasang plywood(triplek) penutup pada
girder atas agar material dibawahnya tidak terkena adukan beton nantinya.
5. Pemasangan Base Plate:

a) Tentukan titik perletakan base plate sesuai dengan gambar kerja, kemudian pasang angkur
tanam D10 mm sebelum dilakukan pengecoran. Kemudian pasang base plate ke angkur, lalu tekuk besi
angkur untuk mengunci base plate.

6. Pemasangan Crane splice:

a.) Pasang crane splice ke girder GT 24, kemudian kunci dengan locking pin dan cotter
pin.Kemudian pasang segel sling ke crane splice.

7. Pemasangan Push Pull Props & Kicker Brace AV:

a) Pasang push pull props & kicker brace AV ke base plate, kemudian pasang push pull props ke
panel.lalu pasang kicker brace AV ke panel dan cek kesikuannya,

8. Pemasangan ke Base Plate:

a) Pasang push pull props ke base plate dan kunci dengan locking pin dan cotter pin,
kemudian pasang kicker brace AV ke push pull props dan kunci dengan locking pin dan cotter pin.

9. Pemasangan Wedge Head Piece:

a) Pasang wedge head piece ke column waler,lalu kunci dengan wedge K, kemudian pasang
push pull props ke wedge head piece, kunci dengan locking pin dan cotter pin.

10. Pemasangan Girder Head Piece:

a) Pasang girder head piece ke girder GT 24 dan kencangkan murnya, lalu pasang push pull
props ke girder head piece.Kunci dengan locking pin dan cotter pin.

11. Pemasangan Tie Rod:

a) Pasang PVC tube dan PVC cone pada colom, lalu pasang tie rod tepat ke lubang PVC yang
telah dipasang dan tembus ke column waler sisi samping.

b) Pasang counter plate dan kencangkan dengan wing nut.

12. Penyambungan dengan Tie Yoke:

a) Pasang tie yoke ke column waler lalu kunci dengan wedge KZ. Kemudian masukkan tie rod
ke tie yoke dan kencangkan dengan wingnut hingga ujung plywood rata dan tidak ada lobang, kemudian
cek kesikuan dan diagonalnya.

13. Penyambungan dengan Coupling:

a) Pasang coupling ke coulumn waler lalu kunci dengan wedge KZ. Kencangkan wedge KZ
dengan menggunakan palu, hingga ujung plywood rapat, kemudian cek kesikuannya.
14. Pemasangan Scaffolding Bracket:

a) Pasang scaffold bracket ke girder GT 24, lalu pasang papan horizontal 5cm x 20 cm ke scaffold
bracket setelah itu dipaku.

b) Pasang kayu vertikal 5 cm x 10 cm ke kupingan scaffold bracket dan dipaku.

BAB III

Memasang Balok dan Pelat Lantai

III.I Pengertian Balok

Balok beton adalah bagian dari struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok
dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa
momen lentur dan juga geser.

III.II Pengertian Pelat Lantai

Yang dimaksud dengan pelat lantai yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang
yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan
bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya.
Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran
balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap
dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat
umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

III.III Alat:
1.) Meteran

2.) Palu

3.) Siku

4.) Waterpass

5.) Circle Saw

6.) Benang

7.) Paku ukuran 1 dan 1,5

III. IV Bahan:

1.) Multiplek

2.) Paku

3.) Benang

4.) Kayu Kasau

III. V Langkah Kerja:

Karena bottom form dan side form sudah ada yang jadi dan siap pakai, sehingga kami tidak merakit
bottom form dan side form lagi.

1. Pemasangan Cross Brace:

a.) Ubah posisi snap lock main frame tegak lurus terhadap cross brace.

b.) Pasang Cross Brace ke snap lock main frame,kemudian kembalikan posisi snap lock seperti
semula.

2. Pemasangan Cross Head Jack:

a.) Pasang quick jack nut ke spindle cross head jack, kemudian pasang cross head jack ke frame.

b.) Cross head jack digunakan untuk meletakkan 2 girder, U head jack digunakan untuk
meletakkan 1 girder.

3. Pemasangan Bekisting Balok:


a.) Letakkan girder GT 24 arah memanjang ke cross head jack. Kemudian pasang kayu kasau 6/12
arah melintang pada girder GT 24.

4. Pasang Beam Clamp:

a.) Pasang kasau beam clamp ke side form tegak lurus kasau 6/12,lalu cek kesikuan dan kunci
dengan paku.

5. Pemasangan Stronger Beam:

a.) Pasang stronger beam ke side form lalu cek kesikuan dan kencangkan dengan menggunakan
wing nut.

6. Pemasangan Bekisting Pelat:

a.) Tentukan jarak antara main girder

b.) Tentukan jarak antara secundary girder

7. Pemasangan Hory Beam:

a.) Setel hory beam sesuai dengan ukuran bentang pelat konstruksi yang telah ditentukan dengan
menarik inner beam, kemudian kunci dengan pen setelah itu pasang hory beam ke side form.

8. Pemasangan Plywood:

a.) Setelah semua rangkaian girder terpasang semua lalu cek leveling, setting ulang jika masih
belum level.

b.) Pasang plywood 12 mm dengan paku, jika ada sambunagan maka sambungan antara plywood
harus rata dan rapat. Pertemuan/sambungan antara plywood harus benar-benar menumpu pada hory
beam.

BAB IV

Memasang Tangga

IV. I Pengertian Tangga

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang
memiliki jarak satu sama lain. Tangga adalah jalur yang memiliki undak-undak(trap) atau anak tangga
yang menghubungkan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk
naik dan turun antara lantai bertingkat. Ukuran tangga dan penempatannya diatur sesuai dengan
kebutuhan dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan standar tangga.
IV. II Macam-Macam Acuan dan Perancah untuk Tangga:

1. Cetakan tangga lurus

2. Cetakan tangga membelok

3. Cetakan tangga melingkar

IV. III Bentuk-Bentuk Tangga:

1. Tangga Spiral

2. Tangga Lurus

3. Tangga dengan Burdes

4. Poros

5. Tangga lingkaran

6. Tangga lingkaran

IV. IV Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :

1. Perencanaan tangga

2. Bentuk optride dan cetakannya

3. Pembuatan cetakan tangga

IV. V Syarat-Syarat Acuan Tangga:

Yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah tangga ialah ketinggian dari tangga, yaitu jarak
tinggi dari lantai yang satu kelantai atasnya. Apabila ruangan yang ada terlalu sempit, maka
direncanakan suatu tangga dengan beberapa bordes sehingga kemiringan dari tangga ini tidak terlalu
curam dan tidak terasa melelahkan bila dijalani.

1. Lebar tangga
Rumah tinggal 90cm

Umum 120cm

2. Optride

Rumah tinggal 20cm

Umum 17cm

3. Antride 25cm

4. Kemiringan maximum 45 atau dengan menggunakan perbandingan

5. Syarat Tangga Ideal = 2 x Optride + 1 Antride = 1 Langkah (57cm-65cm)

IV. VI Alat:

1. Meteran

2. Gergaji

3. Palu Cakar

4. Rapid Clamp

5. Linggis

6. Waterpass

7. Siku

8. Pensil

9. Benang

IV. VII Bahan:

1. Kayu 4/6 x 40

2. Papan

3. Paku

4. Multiplek
IV. VIII Langkah Kerja:

1. Pemasangan Tiang

Sebelum pemasangan, tiang yang akan dikerjakan harus diukur dahulu tinggi tiang yang dibutuhkan,
dengan jalan menarik benang dari lantai di bawahnya sepanjang bentang tangga yang direncanakan.
Kemudian ditentukan letak tiang-tiangnya. Pada tempat-tempat itu diukur tinggi dan ukuran-ukurannya,
ini adalah ukuran tinggi tiang yang dibutuhkan lalu dipasang pada masing-masing tempat tadi. Tinggi
tiang jangan diukur tepat dengan ukuran tadi tapi dikurangi sedikit, dengan maksud agar lebih mudah di
dalam penimbangan gelagar. Pemasangan tiang-tiang ini tidak berbeda dengan pemasangan tiang pada
balok dan lantai, baik dudukannya ataupun pemasangan pada skornya.

2. Penimbangan Gelagar

Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu dilanjutkan dengan penimbangan dan pemasangan gelagar.
Penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang
pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.

3. Pemasangan Papan Lantai

Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan papan lantai acuan pada cetakan
lantai. Kita tinggal memasang di atas gelagar-gelagar yang sudah terpasang di bawahnya dan
memakukannya pada gelagar tersebut.

4. Pemasangan Dinding Cetakan Beserta Penggambaran Tride-Tridenya

Bagian tepi lantai yang sudah terpasang tadi harus lurus sesuai dengan lebar tangga. Baru setelah itu,
dinding cetakan dipasang pada tepi lantai cetakan, berdiri vertikal kemudian disokong pada bagian
atasnya dengan tiang bagian luar di samping dinding tadi, sedang bagian bawah ditahan oleh papan
penguat yang dipakukan pada gelagar. Penggambaran tride-tridenya dengan menggunakan waterpass,
siku dan meteran.

5. Pemasangan Papan Pencetak Optride

Setelah semua tride tergambar pemasangan papan-papan pencetak, optride tidak bisa langsung
dipasang tapi harus terlebih dahulu dilakukan pemasangan penulangan. Setelah pemasangan
penulangan selesai, papan-papan optride dipasang dengan diperkuat oleh klos yang dipakukan pada
dinding cetakan. Pada bagian tengah papan ini diberi sokong dipakukan dengan sebilah kayu yang kita
pasang miring dari atas ke bawah.

BAB IV
KESIMPULAN

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan menerima informasi berbeda-beda, tergantung proses
menyimak dan kerja otak manusia tersebut dalam mengelola informasi yang diterimanya. Begitu pula
halnya dalam pengerjaan laporan ini, penulis menyadari pasti ada hal-hal yang tidak tercantumkan yang
cukup penting dalam laporan ini yang tentunya berguna.

Laporan ini pada dasarnya untuk menguatkan kembali ingatan pada mahasiswa mengenai praktik yang
baru saja dilakukan dan tidak cepat lupa akan apa-apa saja yang telah mereka kerjakan. Pada laporan ini
telah dicantumkan mengenai alat, bahan dan prosedur kerja dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
yang telah diberikan.

Begitulah laporan ini disusun, tentu kurang dan salahnya masih banyak dan itu semua karena kami
masih dalam tahap belajar. Untuk perbaikan laporan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

ACUAN DAN PERANCAH

Oleh:
Nama: Endy Manalu
NIM: 1005141005
MRKG -3A

MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2011

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................
Daftar Isi .................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................
B Landasan teori ................................................
C.Tujuan ................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Job 1 Pekerjaan Bowplang
a. Alat dan Bahan ....................................................
b. Langkah kerja ......................................................
c.Gambar kerja ..................................................
B. Job 2 Acuan Pondasi
a. pendahuluan ........................................................
b. Alat dan Bahan ....................................................
c. Langkah kerja ......................................................
d.Gambar kerja ..................................................
C. Job 3 Acuan Kolom
a. pendahuluan ........................................................
b. Alat dan Bahan ....................................................
c. Langkah kerja ......................................................
d.Gambar kerja ..................................................
D. Job 4 Acuan Balok
a. pendahuluan ........................................................
b. Alat dan Bahan ....................................................
c. Langkah kerja ......................................................
d.Gambar kerja ..................................................
E. Job 5 Acuan Pelat Lantai
a. pendahuluan ........................................................
b. Alat dan Bahan ....................................................
c. Langkah kerja ......................................................
d.Gambar kerja ..................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................
B. Saran ....................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatbimbingan dan
penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan mengenai Acuan dan perancah .

Dalam laporan ini dibahas mengenai apa itu acuan dan perancah , bagian dari acuan dan perancah, apa
fungsinya, dan bagaimana mengukur beberapa komponen dengan menggunan landasan teori yang telah diajarkan
serta bagaimana cara pelaksanaan secara langsung dilapangan.

Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik sipil khususnya mahasiswa Manajemen Rekayasa
Konstruksi Gedung ( MRKG ).Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca

penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan
lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada suatu
bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk menopang beban
yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan
mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat menahan gaya
tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat menahan gaya tarik dan tekan.
Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga
beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton
Bertulang.
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa dikenal
dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu konstruksi
sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai
dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh,
namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang
dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi
beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya
seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang
cukup tentang acuan dan perancah.

B. Landasan Teori
1. pengertian
Acuan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara yang merupakan
cetakan / mal ( beserta pelengkapnya ) pada bagian samping dan bawah dari suatu konstruksi beton yang
dikehendaki.
2. Syarat pembuatan acuan dan perancah
Untuk memenuhi standar pengerjaan suatu konstruksi kekuatan acuan dan perancah juga sangat menentukan
proses pengerjaan konstruksi beton. Walaupun hanya sebagai konstuksi sementara acuan dan peancah adalah jenis
pekerjaan yang perlu perencanaan yang matang, memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama, dan membutuhkan
biaya yang cukup besar pula. Jadi, untuk menghasilkan suatu hasil kerja yang efisien serta hemat biaya maka
pembuatan perancah haruslah memenuhi syarat sebagai berikut.
- Kuat
- Kokoh / stabil
- Tidak bocor
- Mudah dibongkar
- Ekonomi
- Bersih
3. Gambaram umun acuan perancah serta bagian-bagiannya
Bagian Acuan :
a. Cetakan
b. Gelagar balok
c. Gelagar utk cetakan lantai/ pengaku cetakan balok.
d. Papan penjepit cetakan.
Bagian Perancah :
e. Tiang perancah
f. Baji
g. Landasan
Bahan yang digunakan
a. Kayu
b. Multipleks
c. Paku
d. Benang

Bahan Pelepas Cetakan


Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton.
Bahan- bahan yang digunakan
1.Minyak pelumas
2.Meni
3.Air
4.Kapur
5.Plastik
4.Sambungan pada pengerjaan acuan dan perancah
Sambungan untuk cetakan bawah ( papan dengan papan ), diletakkan ditengah tumpuan dan masing
masing sisi dipaku 2 buah paku

Sambungan untuk cetakan samping ( papan dengan papan ), papan dirangkai dengan menggunakan klam
perangkai.
sambungan tsb tidak boleh segaris

Sambungan gelagar dengan tiang.


pada konstruksi sederhana, gelagarnya memakai papan dan sambungan dengan tiang cukup dipakukan saja.

Sambungan tiang dengan tiang


penempatan sambungan ini jangan diletakkan pada tengah dari tinggi tiang, krn daerah ini terjadi tekuk yg paling
besar

5.Pemakuan
Pemakuan yang berhubungan langsung dengan cetakan berfungsi sebagai pegangan agar tidak bergeser,
shg pemakuan hanya sedikit saja dan panjang paku tidak terlalu panjang.Untuk pemakuan yang lain minimal dua
buah paku dan dibuat tidak segaris
6. Pembongkaran acuan dan perancah
Pembongkaran dilakukan bila umur beton telah mencapai cukup umur ( 28 hari )
Pada cetakan samping pembongkaran bisa dilakukan lebih dahulu dari pada cetakan bawah.
7. Tipe acuan dan perancah
Sistem konvensional / tradisional
a. Banyak bahan terbuang
b. Tenaga kerja banyak
c. Waktu kerja lama
d. Pemakaian berulang terbatas

Semi sistem
Untuk komponen pracetak
Sistem penuh / pabrikan
a. Biaya investasi tinggi
b. Umur pemakaian lama
c. Multiguna
d. Dilengkapi dengan gambar sistem
8.tipe pembebanan pada acuan dan perancah
Pembebanan secara vertikal
Pembebanan secara horizontal

C. Tujuan praktik
Tujuan dari pelaksanaan praktikun acuan dan perancah adalah sebagai berikut:
Menyelesaikan target materi perkuliahan semester empat untuk kelas MRKG 4A jurusan Teknik Sipil Politeknik
Negeri Medan
Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang mana harus menggunakan acuan
ataupun perancah.
Masiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara nyata seperti pada kenyataan yang
terdapat dilapangan
Mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti manajemen waktu, biaya, dan mutu dalam pekerjaan beton khususnya
pada bagian pekerjaan acuan dan perancah.

BAB II
PEMBAHASAN
Job 1
BOWPLANG
Bowplang adalah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari dasar bangunan, ketinggian bangunan
,letak bangunan agar sesuai dengan rencana. Wujud dari bowplang adalah lembaran papan yang diratakan salah satu
sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang telah ditancapkan pada tempat nya dengan
ketinggian yang telah ditentukan. Pembuatan bowplang biasanya dilakukan setelah observasi lapangan dan setelah
dilakukan pemetaan.
Syarat pembuatan bowplang
Harus kuat dan kokoh
Jarak antara bowplang dengan dinding kerja tidak terlalu rapat
Bowplang harus berhadapan dengan bangunan
Semua elevasi harus sama

a. Alat dan bahan


Alat
1. palu
2. gergaji potong
3. alat ukur
4. waterpass ( timbang air)
5. siku
6.benang
Bahan
1. tiang bowplang ukuran 2 x 2
2. balok bowplang ukuran 1,5 x 3
3 paku

b. Langkah kerja
Perhitungan bahan
Pembuatan tiang bowplang awal sebagai acuan
Pembuatan tiang bowplang berikutnya serta pengikuran tinggi yang sama pada tiap tiang bowplang
Pengerjaan balok bowplang pada titik tiang yang sudah ditentukan.
Pemberian tanda pada balok bowplang
Pemasangan benang

Job 2
ACUAN PONDASI
a. Pendahuluan
Pembuatan acuan pondasi sangat lah sedehahana. Pada kenyataannya acuan pondasi terdiri dari dua jenis
yaitu acuan pondasi beton tak bertulang dan acuan pondasi beton bertulang. Pada pondasi beton tak bertulang acuan
antara pondasi dan sloop dapat dikerjakan terpisah, sedangkan pada pekerjaan acuan pondasi beton bertulang
dilakukan pekerjaan pembuatan acuan yang menyatukan antara acuan pondasi dan sloop. Pada acuan pondasi beton
bertulang, papan acuan hanya untuk sisi tegaknya saja sedangkan pada sisi miringnya tidak terlalu curam dan tidak
perlu dipasang.
b. Alat dan bahan
Alat
1. palu
2. gergaji potong
3. alat ukur
4. waterpass ( timbang air)
5. siku
6.benang
7. cangkul
8. sekop
Bahan
1. papan untuk bak cetakan dan dinding cetakan
2. kayu ukuran 1 x 2 atau 2 x 2 untuk tiang acuan
3. kayu akuran 1 x 3 untuk klam atau pengikat dinding
4. Kayu untuk pengaku diagonal.
5. paku
c. Langkah kerja
Perhitungan bahan
Pembuatan lantai kerja
Pemotongan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja
Perakitan acuan pondasi
Peletakan acuan pada lantai kerja

Job 3
ACUAN KOLOM
a. Pendahuluan
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan meneruskannya ke pondasi.
a) Bentuk penampangan kolom:
1. Bujur sangkar
2. Empat persegi panjang
3. Lingkaran
4. Segi banyak
Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan beban yang berada di
atasnya dan dari segi estetika.
b) Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu:
1. Syarat Umum
2. Tegak
3. Posisi tepat/As
c) Bagianbagian dari Acuan Kolom
1. Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan, maka sebaiknya
penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar kolom yang kita
kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.
2. Klem-klem Perangkai
Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem dari sisa-sisa
potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan jarak klem-
klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat.
3. Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan yang lainnya pada
tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan
dipasang dengan jarak 40 65 cm.

4. Penyetelan Acuan Kolom


Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan dipasang cetakan. Pertama-tama
dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan
tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Agar kolom tegak dan kokoh, digunakan Rapid
Clamp atau Plat Clamp. Namun sebelumnya cek dulu menggunakn unting-unting agar benar-benar pada posisi tegak
dan tepat As.
b.Alat dan bahan
Alat
1. palu
2. gergaji potong
3. alat ukur
4. waterpass ( timbang air)
5. siku
6.benang
7. unting-unting

Bahan
1. Tiang atau balaok ukuran 2 x 3 sebagau pengaku samping atau sebagai pengikat dinding cetakan.
2. multiplex sesuai ukuran dinding kolom
3. paku
4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk pembuatan baji jika dipetrlukan
5. kayu ukuran 1 x 3 untuk penahan diagonal kolom

c. Langkah kerja
Dalam praktikum ini kolom yang di gunakan adalah kolom jadi yang sudah dicetak atau dirakit sebelumnya. Jadi
dalam pengerjaannya tidak ada proses perakitan. Jadi langkah pengerjaan yang dilaksanakan adalah:
Pemilihan acuan kolom yang sama ukuran sisinya serta ukuran tingginya.
Penempatan acuan ke lantai kerja yang sudah disiapkan.
Pemeriksaan ketepatan posisi acuan terhadap titik kolom
Pemasangan pengaku diagonal.

Job 4
ACUAN BALOK
a.Pendahuluan
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban lantai atau
tembok ke kolom.
Syarat-syarat Acuan Balok:
1. Syarat umum
2. Ketepatan posisi/as
3. Elevasi
4. Kedataran
b.Alat dan bahan
Alat
1. palu
2. gergaji potong
3. alat ukur
4. waterpass ( timbang air)
5. siku
6.benang

Bahan
1. Tiang atau balaok ukuran i x 3 sebagau pengaku ( klam) samping atau sebagai pengikat dinding cetakan.
2. multiplex sesuai ukuran dinding dan alas balok
3. paku
4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk pembuatan baji jika diperlukan
5. kayu ukuran 1 x 3 untuk penahan diagonal kolom
6. Tiang ukuran 2 x 2 sebagai tiang acuan balok

c.Langkah kerja
Perhitungan bahan
Pemotonngan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja
Perakitan acuan balok
Pembuatan tiang perancah
Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang
Perakitan diatas kolom

Job 5
ACUAN PLAT LANTAI
Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan konstruksi yang harus kuat
dan kokoh.
a) Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:
1. Syarat umum
2. kedataran
3. Elevasi

b) Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :


1. Tiang acuan dan pengaku
Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan
sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah
gelagar.
2. Gelagar
Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan
dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan
dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika
papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya.
3. Lantai cetakan
Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan
harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan
memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan.
c) Alat dan bahan
Alat
1. palu
2. gergaji potong
3. alat ukur
4. waterpass ( timbang air)
5..benang

Bahan
1. Tiang atau balaok ukuran 1 x 3 sebagau pengaku ( klam) samping atau sebagai pengikat dinding
cetakan dan penyokong diagonal
2. multiplex sesuai ukuran dinding dan alas Plat lantai
3. paku
4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk tiang perancah
5. kayu ukuran 2 x 3 untuk penahan bentang panjang dan pendek

d) Langkah kerja
Perhitungan bahan
Pemotonngan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja
Perakitan acuan balok
Pembuatan tiang perancah
Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang
Perakitan diatas kolom

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang
dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi
beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya
seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang
cukup tentang acuan dan perancah
Dengan kegiatan ini, mahasiswa dapat mengerti hal-hal baru yang berkembang dalam proyek, mendapatkan
pengalaman, dapat memahami situasi nyata di lapangan, dan mengetahui aplikasi mata kuliah yang telah diajarkan.
B. Saran
1. Sebaiknya praktikum dilakuakan oleh tiap-tiap dosen mata kuliah secara khusus dan tersendiri, sehingga mahasiswa
dapat lebih memahami aplikasi teori secara lebih terperinci.
2. Dalam pembagian job sebaiknya dilakukan perorangan untuk mengantisipasi mahasiswa yang tak mau perduli
dengan praktikum
ACUAN DAN PERANCAH
Oleh:

Nama: Endy Manalu

NIM: 1005141005

MRKG -3A

MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI GEDUNG

JURUSAN TEKNNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

MEDAN

2011

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................

Daftar Isi .................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................

B Landasan teori ................................................

C.Tujuan ................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Job 1 Pekerjaan Bowplang

a. Alat dan Bahan ....................................................

b. Langkah kerja ......................................................

c.Gambar kerja ..................................................

B. Job 2 Acuan Pondasi

a. pendahuluan ........................................................

b. Alat dan Bahan ....................................................

c. Langkah kerja ......................................................

d.Gambar kerja ..................................................

C. Job 3 Acuan Kolom

a. pendahuluan ........................................................

b. Alat dan Bahan ....................................................

c. Langkah kerja ......................................................

d.Gambar kerja ..................................................

D. Job 4 Acuan Balok

a. pendahuluan ........................................................

b. Alat dan Bahan ....................................................

c. Langkah kerja ......................................................

d.Gambar kerja ..................................................

E. Job 5 Acuan Pelat Lantai

a. pendahuluan ........................................................

b. Alat dan Bahan ....................................................

c. Langkah kerja ......................................................

d.Gambar kerja ..................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................

B. Saran ....................................................................

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatbimbingan dan
penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan mengenai Acuan dan
perancah .

Dalam laporan ini dibahas mengenai apa itu acuan dan perancah , bagian dari acuan dan perancah,
apa fungsinya, dan bagaimana mengukur beberapa komponen dengan menggunan landasan teori yang
telah diajarkan serta bagaimana cara pelaksanaan secara langsung dilapangan.

Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik sipil khususnya mahasiswa Manajemen Rekayasa
Konstruksi Gedung ( MRKG ).Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung, jembatan maupun bangunan
lainnya, mayoritas komponen bangunannya terbuat dari beton. Beton merupakan struktur utama pada
suatu bangunan yang terdiri dari campuran semen, air, pasir, dan agregat kasar, yang berfungsi untuk
menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan bahan yang elastis, tetapi setelah umur
tertentu akan mengeras dan mempunyai kekuatan tertentu pula, sehingga dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

Beton merupakan bahan bangunan yang hanya dapat menahan gaya tarik namun tidak dapat
menahan gaya tekan. Untuk menghasilkan bangunan yang maksimal, beton tersebut haruslah dapat
menahan gaya tarik dan tekan. Dalam perwujudan hal tersebut, maka beton perlu ditambahkan
tulangan agar dapat menahan gaya tekan, sehingga beton dapat berfungsi dengan maksimal. Dengan
ditambahkannya tulangan beton tersebut dinamakan Beton Bertulang.

Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu yang biasa
dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/ Form Work yang berupa cetakan, atau suatu
konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan suatu konstruksi beton
yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat
sementara yang harus kuat dan kokoh, namun mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan
pada beton.

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton
yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material,
perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan
pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus
dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.
B. Landasan Teori

1. pengertian

Acuan perancah atau bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara yang
merupakan cetakan / mal ( beserta pelengkapnya ) pada bagian samping dan bawah dari suatu
konstruksi beton yang dikehendaki.

2. Syarat pembuatan acuan dan perancah

Untuk memenuhi standar pengerjaan suatu konstruksi kekuatan acuan dan perancah juga sangat
menentukan proses pengerjaan konstruksi beton. Walaupun hanya sebagai konstuksi sementara acuan
dan peancah adalah jenis pekerjaan yang perlu perencanaan yang matang, memerlukan waktu
pengerjaan yang relatif lama, dan membutuhkan biaya yang cukup besar pula. Jadi, untuk menghasilkan
suatu hasil kerja yang efisien serta hemat biaya maka pembuatan perancah haruslah memenuhi syarat
sebagai berikut.

- Kuat

- Kokoh / stabil

- Tidak bocor

- Mudah dibongkar

- Ekonomi

- Bersih

3. Gambaram umun acuan perancah serta bagian-bagiannya

Bagian Acuan :

a. Cetakan

b. Gelagar balok

c. Gelagar utk cetakan lantai/ pengaku cetakan balok.


d. Papan penjepit cetakan.

Bagian Perancah :

e. Tiang perancah

f. Baji

g. Landasan

Bahan yang digunakan

a. Kayu

b. Multipleks

c. Paku

d. Benang

Bahan Pelepas Cetakan

Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan dan beton.

Bahan- bahan yang digunakan

1.Minyak pelumas

2.Meni

3.Air

4.Kapur

5.Plastik

4.Sambungan pada pengerjaan acuan dan perancah

Sambungan untuk cetakan bawah ( papan dengan papan ), diletakkan ditengah tumpuan dan masing
masing sisi dipaku 2 buah paku
Sambungan untuk cetakan samping ( papan dengan papan ), papan dirangkai dengan menggunakan
klam perangkai.

sambungan tsb tidak boleh segaris

Sambungan gelagar dengan tiang.

pada konstruksi sederhana, gelagarnya memakai papan dan sambungan dengan tiang cukup dipakukan
saja.

Sambungan tiang dengan tiang

penempatan sambungan ini jangan diletakkan pada tengah dari tinggi tiang, krn daerah ini terjadi tekuk
yg paling besar

5.Pemakuan

Pemakuan yang berhubungan langsung dengan cetakan berfungsi sebagai pegangan agar tidak bergeser,
shg pemakuan hanya sedikit saja dan panjang paku tidak terlalu panjang.Untuk pemakuan yang lain
minimal dua buah paku dan dibuat tidak segaris

6. Pembongkaran acuan dan perancah

Pembongkaran dilakukan bila umur beton telah mencapai cukup umur ( 28 hari )

Pada cetakan samping pembongkaran bisa dilakukan lebih dahulu dari pada cetakan bawah.

7. Tipe acuan dan perancah

Sistem konvensional / tradisional

a. Banyak bahan terbuang


b. Tenaga kerja banyak

c. Waktu kerja lama

d. Pemakaian berulang terbatas

Semi sistem

Untuk komponen pracetak

Sistem penuh / pabrikan

a. Biaya investasi tinggi

b. Umur pemakaian lama

c. Multiguna

d. Dilengkapi dengan gambar sistem

8.tipe pembebanan pada acuan dan perancah

Pembebanan secara vertikal

Pembebanan secara horizontal

C. Tujuan praktik

Tujuan dari pelaksanaan praktikun acuan dan perancah adalah sebagai berikut:

Menyelesaikan target materi perkuliahan semester empat untuk kelas MRKG 4A jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Medan

Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang mana harus
menggunakan acuan ataupun perancah.

Masiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara nyata seperti pada
kenyataan yang terdapat dilapangan

Mahasiswa diharapkan dapat lebih mengerti manajemen waktu, biaya, dan mutu dalam pekerjaan
beton khususnya pada bagian pekerjaan acuan dan perancah.
BAB II

PEMBAHASAN

Job 1

BOWPLANG

Bowplang adalah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari dasar bangunan, ketinggian
bangunan ,letak bangunan agar sesuai dengan rencana. Wujud dari bowplang adalah lembaran papan
yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang telah
ditancapkan pada tempat nya dengan ketinggian yang telah ditentukan. Pembuatan bowplang biasanya
dilakukan setelah observasi lapangan dan setelah dilakukan pemetaan.

Syarat pembuatan bowplang

Harus kuat dan kokoh

Jarak antara bowplang dengan dinding kerja tidak terlalu rapat

Bowplang harus berhadapan dengan bangunan

Semua elevasi harus sama

a. Alat dan bahan

Alat

1. palu

2. gergaji potong

3. alat ukur

4. waterpass ( timbang air)

5. siku

6.benang

Bahan
1. tiang bowplang ukuran 2 x 2

2. balok bowplang ukuran 1,5 x 3

3 paku

b. Langkah kerja

Perhitungan bahan

Pembuatan tiang bowplang awal sebagai acuan

Pembuatan tiang bowplang berikutnya serta pengikuran tinggi yang sama pada tiap tiang bowplang

Pengerjaan balok bowplang pada titik tiang yang sudah ditentukan.

Pemberian tanda pada balok bowplang

Pemasangan benang

Job 2

ACUAN PONDASI

a. Pendahuluan

Pembuatan acuan pondasi sangat lah sedehahana. Pada kenyataannya acuan pondasi terdiri dari
dua jenis yaitu acuan pondasi beton tak bertulang dan acuan pondasi beton bertulang. Pada pondasi
beton tak bertulang acuan antara pondasi dan sloop dapat dikerjakan terpisah, sedangkan pada
pekerjaan acuan pondasi beton bertulang dilakukan pekerjaan pembuatan acuan yang menyatukan
antara acuan pondasi dan sloop. Pada acuan pondasi beton bertulang, papan acuan hanya untuk sisi
tegaknya saja sedangkan pada sisi miringnya tidak terlalu curam dan tidak perlu dipasang.

b. Alat dan bahan


Alat

1. palu

2. gergaji potong

3. alat ukur

4. waterpass ( timbang air)

5. siku

6.benang

7. cangkul

8. sekop

Bahan

1. papan untuk bak cetakan dan dinding cetakan

2. kayu ukuran 1 x 2 atau 2 x 2 untuk tiang acuan

3. kayu akuran 1 x 3 untuk klam atau pengikat dinding

4. Kayu untuk pengaku diagonal.

5. paku

c. Langkah kerja

Perhitungan bahan

Pembuatan lantai kerja

Pemotongan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja

Perakitan acuan pondasi

Peletakan acuan pada lantai kerja

Job 3

ACUAN KOLOM

a. Pendahuluan
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan meneruskannya ke
pondasi.

a) Bentuk penampangan kolom:

1. Bujur sangkar

2. Empat persegi panjang

3. Lingkaran

4. Segi banyak

Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan beban yang
berada di atasnya dan dari segi estetika.

b) Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu:

1. Syarat Umum

2. Tegak

3. Posisi tepat/As

c) Bagianbagian dari Acuan Kolom

1. Papan Acuan

Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan papan, maka
sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang sesuai dengan lebar
kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka penyambungan dengan arah melebar
tidak diperlukan.

2. Klem-klem Perangkai

Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan klem dari sisa-sisa
potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan disambung. Sedangkan
jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat.

3. Papan Penjepit Dinding

Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu dengan yang lainnya
pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar papan cetakan tidak pecah ketika
beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 65 cm.
4. Penyetelan Acuan Kolom

Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan dipasang cetakan.
Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan apabila
terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan kerangka acuan dirangkai. Agar kolom
tegak dan kokoh, digunakan Rapid Clamp atau Plat Clamp. Namun sebelumnya cek dulu menggunakn
unting-unting agar benar-benar pada posisi tegak dan tepat As.

b.Alat dan bahan

Alat

1. palu

2. gergaji potong

3. alat ukur

4. waterpass ( timbang air)

5. siku

6.benang

7. unting-unting

Bahan

1. Tiang atau balaok ukuran 2 x 3 sebagau pengaku samping atau sebagai pengikat dinding cetakan.

2. multiplex sesuai ukuran dinding kolom

3. paku

4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk pembuatan baji jika dipetrlukan

5. kayu ukuran 1 x 3 untuk penahan diagonal kolom

c. Langkah kerja

Dalam praktikum ini kolom yang di gunakan adalah kolom jadi yang sudah dicetak atau dirakit
sebelumnya. Jadi dalam pengerjaannya tidak ada proses perakitan. Jadi langkah pengerjaan yang
dilaksanakan adalah:

Pemilihan acuan kolom yang sama ukuran sisinya serta ukuran tingginya.
Penempatan acuan ke lantai kerja yang sudah disiapkan.

Pemeriksaan ketepatan posisi acuan terhadap titik kolom

Pemasangan pengaku diagonal.

Job 4

ACUAN BALOK

a.Pendahuluan

Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban lantai
atau tembok ke kolom.

Syarat-syarat Acuan Balok:

1. Syarat umum

2. Ketepatan posisi/as

3. Elevasi

4. Kedataran

b.Alat dan bahan

Alat

1. palu

2. gergaji potong

3. alat ukur

4. waterpass ( timbang air)

5. siku

6.benang

Bahan
1. Tiang atau balaok ukuran i x 3 sebagau pengaku ( klam) samping atau sebagai pengikat dinding
cetakan.

2. multiplex sesuai ukuran dinding dan alas balok

3. paku

4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk pembuatan baji jika diperlukan

5. kayu ukuran 1 x 3 untuk penahan diagonal kolom

6. Tiang ukuran 2 x 2 sebagai tiang acuan balok

c.Langkah kerja

Perhitungan bahan

Pemotonngan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja

Perakitan acuan balok

Pembuatan tiang perancah

Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang

Perakitan diatas kolom

Job 5

ACUAN PLAT LANTAI

Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan konstruksi yang harus kuat
dan kokoh.

a) Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:


1. Syarat umum

2. kedataran

3. Elevasi

b) Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :

1. Tiang acuan dan pengaku

Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini
bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu
sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar.

2. Gelagar

Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas
gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari
gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang
semuanya.

3. Lantai cetakan

Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi
papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya
lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan.

c) Alat dan bahan

Alat

1. palu

2. gergaji potong

3. alat ukur

4. waterpass ( timbang air)

5..benang

Bahan
1. Tiang atau balaok ukuran 1 x 3 sebagau pengaku ( klam) samping atau sebagai pengikat dinding
cetakan dan penyokong diagonal

2. multiplex sesuai ukuran dinding dan alas Plat lantai

3. paku

4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk tiang perancah

5. kayu ukuran 2 x 3 untuk penahan bentang panjang dan pendek

d) Langkah kerja

Perhitungan bahan

Pemotonngan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerja

Perakitan acuan balok

Pembuatan tiang perancah

Peletakan acuan diatas kolom yang sudah dipasang

Perakitan diatas kolom

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang
dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material,
perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan
pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus
dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah

Dengan kegiatan ini, mahasiswa dapat mengerti hal-hal baru yang berkembang dalam proyek,
mendapatkan pengalaman, dapat memahami situasi nyata di lapangan, dan mengetahui aplikasi mata
kuliah yang telah diajarkan.
B. Saran

1. Sebaiknya praktikum dilakuakan oleh tiap-tiap dosen mata kuliah secara khusus dan tersendiri,
sehingga mahasiswa dapat lebih memahami aplikasi teori secara lebih terperinci.

2. Dalam pembagian job sebaiknya dilakukan perorangan untuk mengantisipasi mahasiswa yang tak
mau perduli dengan praktikum

LAPORAN

DISUSUN

OLEH

NAMA : HASBI ANSARI SIREGAR

NIM :1105021026

KELAS :SI-3B

DOSEN PENGAMPU : Ir. AMSUARDIMAN, M.T.

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmad dan hidayahNya penulis mampu
menyelesaikan LAPORAN PRAKTIK KERJA ACUAN PERANCAH IIini. Laporan ini dimaksudkan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dan diharapkan dapat berguna bagi yang
membutuhkannya. Penulis telah menumpahkan segenap fikirannya untuk menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini dibuat sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan selama dibengkel.
Penulis sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu dan pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa-masa mendatang.

Semoga LAPORAN PRAKTIK KERJA ACUAN PERANCAH IIini dapat berguna bagi pembaca dan semua
orang. Atas perhatian dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

1 Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1. Pengertian Acuan Perancah

2. Syarat - Syarat Acuan Perancah

6 Bab II Memasang Kolom

7 1. Pengertian Kolom

2. Alat
9 3. Bahan

1 4. Langkah Kerja

1 Bab III Memasang Balok dan Pelat Lantai

1 1. Pengertian Balok

1 2. Pengertian Pelat Lantai

3. Alat

1 4. Bahan

1 5. Langkah Kerja

1 Bab IV Memasang Tangga

1 1. Pengertian Tangga

1 2. Macam - Macam Acuan dan Perancah untuk Tangga

2 3. Bentuk - Bentuk Tangga

4. Hal - Hal yang Perlu Diperhatikan

5. Syarat - Syarat Acuan Tangga

6. Alat

7. Bahan

2 8. Langkah Kerja Lampiran

2 9. Proses pengerjaan

Bab V Kesimpulan

2 1. Kesimpulan

BAB I

I.I PENDAHULUAN
I.II Pengertian Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah merupakan suatu pekerjaan yang sangat menentukan dalam mewujudkan bentuk
stuktur beton, maka dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus memiliki keterampilan
khusus dan memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah. Acuan dan perancah
(Bekisting) adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara pada praktik kerja beton sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Dari namanya acuan dan perancah, terbagi menjadi dua fungsi,
yaitu fungsi acuan dan fungsi perancah.

Acuan yang dimaksud adalah sebagai cetakan atau patokan untuk ukuran maupun bentuk beton yang
diinginkan, sedangkan perancah adalah sebagai penyokong tegak dan lurusnya acuan tersebut. Acuan
dan perancah harus kuat memikul beban sendiri, berat beton basah, beban hidup, dan beban peralatan
kerja selama proses pengecoran.

I.III Syarat-Syarat Acuan dan Perancah:

1.) Kuat

Kuat maksudnya acuan dan perancah harus mampu menerima dan menopang seluruh beban yang
bekerja,baik itu beban hidup ataupun beban mati.

2.) Kaku

Kaku atau tidak bergerak, maksudnya acuan dan perancah harus mampu menahan beban jika terjadi
deformasi yang melebihi yang diijinkan,sehingga tidak membahayakan bagi para pekerja yang ada
disekitarnya.

3.) Rapi

Seluruh rangkaian pekerjaan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan menjadi
rapi dan teratur, baik itu peralatan, pekerjaan dan terutama hasilnya.

4.) Mudah Dibongkar

Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena bersifat sementara dan harus baik dalam
pembongkarannya. Karena jika pembongkaran tidak baik dapat merusak beton yang telah jadi dan
merusak acuan yang seharusnya dapat digunakan berkali-kali.

BAB II

MEMASANG KOLOM
II.I Pengertian Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.

II.II Alat:

1) Palu

2) Gergaji

3) Impact Wranch

4) Circle Saw

5) Meteran

6) Siku

7) Unting-unting

8) Water Pass

9) Benang

10) Long Socket

11) Torx Bit

12) Sling kap

13) Kape

14) Kuas Rol

II.III Bahan:

1) Multiplek

2) Paku
II.IV Langkah Kerja:

1. Pembuatan Mall:

a) Alas kerja untuk tempat perakitan harus rata atau datar untuk mempermudah pekerjaan

b) Buat stoper dari balok kayu atau plywood yang lurus untuk column waler dan girder. Kemudaian
cek kesikuan, karena kesikuan pada pekerjaan ini sangat besar dampaknya terhadap hasil pekerjaan
nantinya.

c) Buat mall column dari plywood sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian cek diagonal
mall column waler.

d) Buat mall untuk girder dan jaraknya disesuaikan dengan gambar konstruksi sesuai dengan
jumlah girder yang dipakai.

2. Perakitan Column Waler

a) Letakkan column waler ke mall column waler, kemudian cek kembali jarak antar column
waler, kesikuan dan diagonalnya.

3. Perakitan Girder:

a) Letakkan girder GT 21 ke column waler, kemudian pasang hook strap HB 24 ke girder GT


24.Kencangkan dengan long socket dan impact wrench.

b) Pasang girder GT 24 ke column waler, pemasangan dimulai dari dari bawah, kemudian
pasang hook strap HB 24 dan kencangkan dengan long socket dan impact wrench.

c) Untuk pemasangan girder berikutnya dibuatkan penyangga girder GT 24 dengan balok kayu
sesuai jarak antar girder GT 24.

d) Satukan kedua ujung girder GT 24,kemudian pasang extetion splice ke pertemuan girder GT
24 dan kencangkan dengan wingnut.

e) Pasang girder GT 24 sisipan di sebelah sambungan extension splice dan harus menumpu
pada dua column waler. Penyambungan girder GT 24 ke column waler memakai hook strap HB
24.

f) Letakkan kedua girder GT 24 bersebelahan, kedua girder GT 24 tersebut harus menumpu


pada dua column waler, kemudian sambung kedua girder GT 24 tersebut menggunakan double hook
strap.

4. Perakitan Plywood:
a) Potong plywood sesuai yang direncanakan, kemudian letakkan plywood ke girder GT
24. Ujung plywood bagian bawah dibuat cantilever 5 cm, kemudian dipaku sementara,jangan
terlalu kuat untuk nantinya bisa dibuka dan diatur kembali jaraknya.

b) Cek kesikuan panel kemudian pasang torx screw 6 x 60 dengan menggunakan torx bit screw
driver dengan menyesuaikan jarak sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

c) Pasang kasau 5/7 diujung bawah plywood, kemudian pasang plywood(triplek) penutup pada
girder atas agar material dibawahnya tidak terkena adukan beton nantinya.

5. Pemasangan Base Plate:

a) Tentukan titik perletakan base plate sesuai dengan gambar kerja, kemudian pasang angkur
tanam D10 mm sebelum dilakukan pengecoran. Kemudian pasang base plate ke angkur, lalu tekuk besi
angkur untuk mengunci base plate.

6. Pemasangan Crane splice:

a.) Pasang crane splice ke girder GT 24, kemudian kunci dengan locking pin dan cotter
pin.Kemudian pasang segel sling ke crane splice.

7. Pemasangan Push Pull Props & Kicker Brace AV:

a) Pasang push pull props & kicker brace AV ke base plate, kemudian pasang push pull props ke
panel.lalu pasang kicker brace AV ke panel dan cek kesikuannya,

8. Pemasangan ke Base Plate:

a) Pasang push pull props ke base plate dan kunci dengan locking pin dan cotter pin,
kemudian pasang kicker brace AV ke push pull props dan kunci dengan locking pin dan cotter pin.

9. Pemasangan Wedge Head Piece:

a) Pasang wedge head piece ke column waler,lalu kunci dengan wedge K, kemudian pasang
push pull props ke wedge head piece, kunci dengan locking pin dan cotter pin.

10. Pemasangan Girder Head Piece:

a) Pasang girder head piece ke girder GT 24 dan kencangkan murnya, lalu pasang push pull
props ke girder head piece.Kunci dengan locking pin dan cotter pin.

11. Pemasangan Tie Rod:

a) Pasang PVC tube dan PVC cone pada colom, lalu pasang tie rod tepat ke lubang PVC yang
telah dipasang dan tembus ke column waler sisi samping.

b) Pasang counter plate dan kencangkan dengan wing nut.


12. Penyambungan dengan Tie Yoke:

a) Pasang tie yoke ke column waler lalu kunci dengan wedge KZ. Kemudian masukkan tie rod
ke tie yoke dan kencangkan dengan wingnut hingga ujung plywood rata dan tidak ada lobang, kemudian
cek kesikuan dan diagonalnya.

13. Penyambungan dengan Coupling:

a) Pasang coupling ke coulumn waler lalu kunci dengan wedge KZ. Kencangkan wedge KZ
dengan menggunakan palu, hingga ujung plywood rapat, kemudian cek kesikuannya.

14. Pemasangan Scaffolding Bracket:

a) Pasang scaffold bracket ke girder GT 24, lalu pasang papan horizontal 5cm x 20 cm ke scaffold
bracket setelah itu dipaku.

b) Pasang kayu vertikal 5 cm x 10 cm ke kupingan scaffold bracket dan dipaku.

BAB III

Memasang Balok dan Pelat Lantai

III.I Pengertian Balok

Balok beton adalah bagian dari struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok
dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa
momen lentur dan juga geser.

III.II Pengertian Pelat Lantai

Yang dimaksud dengan pelat lantai yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang
yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan
bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya.
Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran
balok portal.

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap
dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat
umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).

III.III Alat:

1.) Meteran

2.) Palu

3.) Siku

4.) Waterpass

5.) Circle Saw

6.) Benang

7.) Paku ukuran 1 dan 1,5

III. IV Bahan:

1.) Multiplek

2.) Paku

3.) Benang

4.) Kayu Kasau

III. V Langkah Kerja:

Karena bottom form dan side form sudah ada yang jadi dan siap pakai, sehingga kami tidak merakit
bottom form dan side form lagi.

1. Pemasangan Cross Brace:


a.) Ubah posisi snap lock main frame tegak lurus terhadap cross brace.

b.) Pasang Cross Brace ke snap lock main frame,kemudian kembalikan posisi snap lock seperti
semula.

2. Pemasangan Cross Head Jack:

a.) Pasang quick jack nut ke spindle cross head jack, kemudian pasang cross head jack ke frame.

b.) Cross head jack digunakan untuk meletakkan 2 girder, U head jack digunakan untuk
meletakkan 1 girder.

3. Pemasangan Bekisting Balok:

a.) Letakkan girder GT 24 arah memanjang ke cross head jack. Kemudian pasang kayu kasau 6/12
arah melintang pada girder GT 24.

4. Pasang Beam Clamp:

a.) Pasang kasau beam clamp ke side form tegak lurus kasau 6/12,lalu cek kesikuan dan kunci
dengan paku.

5. Pemasangan Stronger Beam:

a.) Pasang stronger beam ke side form lalu cek kesikuan dan kencangkan dengan menggunakan
wing nut.

6. Pemasangan Bekisting Pelat:

a.) Tentukan jarak antara main girder

b.) Tentukan jarak antara secundary girder

7. Pemasangan Hory Beam:

a.) Setel hory beam sesuai dengan ukuran bentang pelat konstruksi yang telah ditentukan dengan
menarik inner beam, kemudian kunci dengan pen setelah itu pasang hory beam ke side form.

8. Pemasangan Plywood:

a.) Setelah semua rangkaian girder terpasang semua lalu cek leveling, setting ulang jika masih
belum level.

b.) Pasang plywood 12 mm dengan paku, jika ada sambunagan maka sambungan antara plywood
harus rata dan rapat. Pertemuan/sambungan antara plywood harus benar-benar menumpu pada hory
beam.
BAB IV

Memasang Tangga

IV. I Pengertian Tangga

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang
memiliki jarak satu sama lain. Tangga adalah jalur yang memiliki undak-undak(trap) atau anak tangga
yang menghubungkan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk
naik dan turun antara lantai bertingkat. Ukuran tangga dan penempatannya diatur sesuai dengan
kebutuhan dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan standar tangga.

IV. II Macam-Macam Acuan dan Perancah untuk Tangga:

1. Cetakan tangga lurus

2. Cetakan tangga membelok

3. Cetakan tangga melingkar

IV. III Bentuk-Bentuk Tangga:

1. Tangga Spiral

2. Tangga Lurus

3. Tangga dengan Burdes

4. Poros

5. Tangga lingkaran

6. Tangga lingkaran

IV. IV Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :

1. Perencanaan tangga

2. Bentuk optride dan cetakannya

3. Pembuatan cetakan tangga


IV. V Syarat-Syarat Acuan Tangga:

Yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah tangga ialah ketinggian dari tangga, yaitu jarak
tinggi dari lantai yang satu kelantai atasnya. Apabila ruangan yang ada terlalu sempit, maka
direncanakan suatu tangga dengan beberapa bordes sehingga kemiringan dari tangga ini tidak terlalu
curam dan tidak terasa melelahkan bila dijalani.

1. Lebar tangga

Rumah tinggal 90cm

Umum 120cm

2. Optride

Rumah tinggal 20cm

Umum 17cm

3. Antride 25cm

4. Kemiringan maximum 45 atau dengan menggunakan perbandingan

5. Syarat Tangga Ideal = 2 x Optride + 1 Antride = 1 Langkah (57cm-65cm)

IV. VI Alat:

1. Meteran

2. Gergaji

3. Palu Cakar

4. Rapid Clamp

5. Linggis

6. Waterpass

7. Siku

8. Pensil
9. Benang

IV. VII Bahan:

1. Kayu 4/6 x 40

2. Papan

3. Paku

4. Multiplek

IV. VIII Langkah Kerja:

1. Pemasangan Tiang

Sebelum pemasangan, tiang yang akan dikerjakan harus diukur dahulu tinggi tiang yang dibutuhkan,
dengan jalan menarik benang dari lantai di bawahnya sepanjang bentang tangga yang direncanakan.
Kemudian ditentukan letak tiang-tiangnya. Pada tempat-tempat itu diukur tinggi dan ukuran-ukurannya,
ini adalah ukuran tinggi tiang yang dibutuhkan lalu dipasang pada masing-masing tempat tadi. Tinggi
tiang jangan diukur tepat dengan ukuran tadi tapi dikurangi sedikit, dengan maksud agar lebih mudah di
dalam penimbangan gelagar. Pemasangan tiang-tiang ini tidak berbeda dengan pemasangan tiang pada
balok dan lantai, baik dudukannya ataupun pemasangan pada skornya.

2. Penimbangan Gelagar

Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu dilanjutkan dengan penimbangan dan pemasangan gelagar.
Penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang
pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.

3. Pemasangan Papan Lantai

Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan papan lantai acuan pada cetakan
lantai. Kita tinggal memasang di atas gelagar-gelagar yang sudah terpasang di bawahnya dan
memakukannya pada gelagar tersebut.

4. Pemasangan Dinding Cetakan Beserta Penggambaran Tride-Tridenya

Bagian tepi lantai yang sudah terpasang tadi harus lurus sesuai dengan lebar tangga. Baru setelah itu,
dinding cetakan dipasang pada tepi lantai cetakan, berdiri vertikal kemudian disokong pada bagian
atasnya dengan tiang bagian luar di samping dinding tadi, sedang bagian bawah ditahan oleh papan
penguat yang dipakukan pada gelagar. Penggambaran tride-tridenya dengan menggunakan waterpass,
siku dan meteran.

5. Pemasangan Papan Pencetak Optride

Setelah semua tride tergambar pemasangan papan-papan pencetak, optride tidak bisa langsung
dipasang tapi harus terlebih dahulu dilakukan pemasangan penulangan. Setelah pemasangan
penulangan selesai, papan-papan optride dipasang dengan diperkuat oleh klos yang dipakukan pada
dinding cetakan. Pada bagian tengah papan ini diberi sokong dipakukan dengan sebilah kayu yang kita
pasang miring dari atas ke bawah.

BAB IV

KESIMPULAN

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan menerima informasi berbeda-beda, tergantung proses
menyimak dan kerja otak manusia tersebut dalam mengelola informasi yang diterimanya. Begitu pula
halnya dalam pengerjaan laporan ini, penulis menyadari pasti ada hal-hal yang tidak tercantumkan yang
cukup penting dalam laporan ini yang tentunya berguna.

Laporan ini pada dasarnya untuk menguatkan kembali ingatan pada mahasiswa mengenai praktik yang
baru saja dilakukan dan tidak cepat lupa akan apa-apa saja yang telah mereka kerjakan. Pada laporan ini
telah dicantumkan mengenai alat, bahan dan prosedur kerja dalam menyelesaikan setiap pekerjaan
yang telah diberikan.

Begitulah laporan ini disusun, tentu kurang dan salahnya masih banyak dan itu semua karena kami
masih dalam tahap belajar. Untuk perbaikan laporan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai