Anda di halaman 1dari 17

SONDIR

SONDIR
A. Dasar Teori
Standar ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir,
untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di
lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa
perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan
geseran total tanah (Tf), yang dapat digunakan untuk interpretasi perlapisan
tanah yang merupakan bagian dari desain pondasi.

Standar ini menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi


lapangan dengan alat sondir meliputi: sistem peralatan uji penetrasi di lapangan
dan perlengkapan lainnya; persyaratan peralatan dan pengujian; cara uji;
perhitungan parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah; laporan uji; dan
contoh uji. Cara uji ini berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal maupun
ganda yang ditekan secara mekanik (hidrolik).

B. Alat
1. Konus

Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut


(lihat Gambar 1.1)

keadaan tertekan keadaan terbentang

Gambar 1.1. Rincian Konus Ganda.

5
a. Ujung konus bersusut 600 ± 50.
b. Ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi
konus = 10 cm2.
c. Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus
ganda harus terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok
untuk menahan abrasi dari tanah.
2. Selimut (bidang) geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

a) Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan


0 mm s.d 0,5 mm.
b) Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter
selimut geser.
c) Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3 cm2.
d) Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya
tanah.
e) Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 μ m AA ±
50 %.
3. Pipa dorong

Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai


berikut:
a. Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m.

b. Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak
tertekuk jika disondir atau didorong.

c. Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar dari pada diameter
dasar konus ganda untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak selimut
geser.

d. Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap.


e. Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan,
sehingga terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus.

f. Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.

4. Batang dalam

Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:
a. Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong.

b. Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan.

c. Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong


dengan perbedaan kira-kira 0,1 mm.

d. Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat


menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan
lain.

e. Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar
antara 0,5 mm dan 1,0 mm.

f. Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas
untuk mencegah korosi.

g. Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk
mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.

5. Mesin pembeban hidrolik

Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut (lihat gambar 1.2):
a) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang
diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak
pada waktu pengujian.
b) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan
hidrolik yang dapat digerakkan naik atau turun.
c) Sistem penekan hidrolik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi,
gerigi dorong dan penekan hidrolik yang berfungsi untuk mendorong
atau menarik batang dalam dan pipa dorong.
d) Pada penekan hidrolik terpasang 2 buah manometer yang digunakan
untuk membaca tekanan hidrolik yang terjadi pada waktu penekanan
batang dalam, pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk
pembacaan tekanan rendah disarankan menggunakan manometer
berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa dengan ketelitian 0,05 Mpa. Untuk
pembacaan tekanan menengah digunakan manometer berkapasitas 0
MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan untuk pembacaan
tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d 25 MPa
dengan ketelitian 0,1 MPa.

Gambar 1.2. Rangkaian Alat Penetrasi Konus (Sondir Belanda)

C. Batasan peralatan dan perlengkapan


Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut :

a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %.


b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik :
a. Untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %.
b. Untuk perlawanan geser (fs ) adalah 20 %.
c) Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan
dengan dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidrolik.

Gambar 1.3 Rincian Penekan Hidrolik.

d) Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang


memadai dan diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak
berubah arah pada waktu pengujian.
e) Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2
m s.d 3 m sehingga datanya tidak bermanfaat.
f) Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker, namun di
daerah tanah lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian
beban menggunakan karung pasir.
D. Metode Uji

1. Persiapan pengujian

Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan


sebagai berikut :

a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya


digali dengan linggis sedalam sekitar 5 cm.
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat
sesuai dengan letak rangka pembeban.
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal.
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5
MPa untuk penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0
MPa s.d 5 MPa dan manometer 0 MPa s.d 25 MPa untuk
penyondiran tanah keras.
e) Periksa sistem hidrolik dengan menekan piston hidrolik
menggunakan kunci piston dan jika kurang tambahkan oli serta
cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem.
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidrolik berada
tepat di atasnya.
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan
memutar baut pengencang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh
dan terikat kuat pada permukaan tanah. Apabila tetap bergerak pada
waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas balok-balok
penjepit.
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta
kepala pipa dorong, dalam kedudukan ini batang dalam selalu
menonjol keluar sekitar 8 cm di atas kepala pipa dorong. Jika
ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan potongan besi
berdiameter sama dengan batang dalam.
2. Prosedur pengujian

a. Pengujian penetrasi konus

Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-


langkah sebagai berikut :

a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan


hidrolik pada kedudukan yang tepat.
b) Dorong atau tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan,
sehingga penekan hidrolik hanya akan menekan pipa dorong.
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan
penekan hidrolik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai
mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian.
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam
dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidrolik
hanya menekan batang dalam saja (kedudukan 1, lihat Gambar
1.4).
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan
penetrasi konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5.
Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun,
karena akan mengacaukan pembacaan data.
b. Pembacaan hasil pengujian

Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai


berikut:

a) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam


sedalam kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, lihat Gambar
1.4) dan catat pada formulir pada kolom Cw.
b) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan
konus pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-
dua (kedudukan 3, lihat Gambar 1.4) dan catat pada formulir
pada kolom Tw.
Gambar 1.4. Kedudukan Pergerakan Konus Pada Waktu Pengujian Sondir

c. Pengulangan langkah-langkah pengujian

Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai


perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai
kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40
m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik
untuk sondir ringan ataupun sondir berat.
d. Penyelesaian pengujian

1) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan


mendorong atau menarik kunci pengatur pada posisi cabut
dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
2) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.
E. Perhitungan

1. Rumus-rumus perhitungan
- Friction (Fr) :

0,1 x (Qc – TR)

Dimana ; Qc : Perlawaan Konus (Kg/cm2)

Tr : Total Resistance (Kg/cm2)

- Friction x 20 :

Fr x 20/10

Dimana ; Fr : Friction (Kg/cm2)

20 : nilai tetapan

10 : nilai tetapan

- Total Comulative Friction (Tcf) :

Tcf + Fr

Dimana ; Tcf : Total Comulative awal (Kg/cm)

Fr : Friction (Kg/cm2)

- Local Friction (LF) (Fr x 10) (kg/cm)

Fr x 10

Dimana ; Fr : Friction (Kg/cm2)

- Friction Ratio (Fr) :

(Fr / qc) x 100

Dimana ; Fr : Friction (Kg/cm)

Qc : Cone Resistance (Kg/cm2)


Gambar 1.5. Sistem Gaya Waktu Pengujian Sondir.

2. Prosedur perhitungan
Lakukan perhitungan perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka
banding geser (Rf), dan geseran total (Tf) tanah dan penggambaran hasil
pengujian dengan tahapan berikut :
a. Cara perhitungan
a) Hitung perlawanan konus (qc) bila ujung konus saja yang
terdorong dengan menggunakan persamaan (1) s.d (4).
b) Hitung perlawanan geser (fs) lokal bila ujung konus dan bidang
geser terdorong bersamaan dengan menggunakan persamaan (5)
s.d (8).
c) Hitung angka banding geser (Rf) dengan menggunakan persamaan
(9).
d) Hitung geseran total (Tf ) tanah dengan menggunakan persamaan
(10).
b. Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus
a) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (qc)
dengan kedalaman (meter).
b) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara
perlawanan geser (fs) dengan kedalaman dan geseran total (Tf)
dengan kedalaman.
c) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data
perlawanan konus dan perlawanan geser, gambarkan grafik
hubungan antara angka banding geser dengan kedalaman.
d) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas pada
satu lembar gambar dengan skala kedalaman yang sama.
c. Menentukan jenis tanah berdasarkan FR (%)
Friction Ratio (FR) merupakan perbandingan antara gesekan
selimut (fs) dengan tahanan ujung (qc), dimana nilai ini dapat
digunakan untuk memperkirakan jenis tanah yang diselidiki.
Penentuan jenis tanah berdasarkan nilai FR (%) dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1.1. Soil Type As A Function Ratio Begaman 1965.
Coarse sand with gravel through fine sand 1,2 % - 1,6 %
Silty sand 1,6 % - 2,2 %
Silty sand clayey soils 2,2 % - 3,2 %
Clay and Loam and Loam Soil 3,2 % - 4,1 %
Clay 4,1 % - 7,0 %
Peat ˃7%

Tabel 1.2 Hubungan antara kepadatan, relative density, nilai N, qc dan ɵ.


Relative Tekanan Conus Sudut geser dalam
Kepadatan Nilai N
Desity (Dr) qc (kg/cm2) (Ø˚)
Very loose < 0,2 <4 < 20 < 30
Loose 0,2 - 0,4 4 – 10 20 – 40 30 – 35
Medium
0,4 - 0,6 10 – 30 40 – 120 35 – 40
dense
Dense 0,6 - 0,8 30 – 50 120 – 200 40 – 45
Very Dense 0,8 - 1,0 > 50 > 200 > 45

Tabel 1.3 Hubungan Antara Konsistensi Dengan Tekanan Conus Pada Tanah
Lempung.
Tekanan Conus qc
Konsistensi Underained Cohesion (T/m)
(kg/cm2)
Very Soft < 0,25 < 1,25
Soft 2,5 - 5,0 1,25 - 2,50
Medium Stiff 5,0 - 10,0 2,50 - 5,00
Stiff 10,0 - 20,0 5,00 - 10,00
Very Stiff 20,0 - 40,0 10,00 - 20,00
Hard > 40,0 > 20,00

F. Laporan Uji
1. Sondir 1
Tabel 1.4 Pembacaan Alat Sondir S1.
Depth Cone Total Resistence
Resistance (qc) (TR)
(m) (kg/cm) kg/cm2
0 0 0
0-0,2 20 15
0,2-0,4 25 25
0,4-0,6 30 50
0,6-0,8 90 50
0,8-1,0 200 250

a. Mencari Friction (fr) (Kg/cm²)


Fr = TR – QC
( Selisih antara Total dan Cone Resistence )

Kedalaman 0,20 = 15 – 20 =5 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = 25 – 25 =0 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 50 – 30 = 20 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 140 – 90 = 50 Kg/cm²
Kedalaman 1,00 = 250 – 200 = 50 Kg/cm²

b. Mencari Total Friction (Tf) (Kg/cm²)


Tf = ( fr x 20 ) /10

Kedalaman 0,20 = ( 5 x 20 ) /10 = 10 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = ( 0 x 20 ) /10 =0 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = ( 20 x 20 ) /10 = 40 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = ( 50 x 20 ) /10 = 100 Kg/cm²
Kedalaman 1,00 = ( 50 x 20 ) /10 = 100 Kg/cm²
c. Total Comulative Friction (Tcf) (Kg/cm²)

Kedalaman 0,20 = 10 + 0 = 10 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = 0 + 10 = 10 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 40 + 10 = 50 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 100 + 50 = 150 Kg/cm²
Kedalaman 1,00 = 100 + 150 = 250 Kg/cm²

d. Mencari Local Friction (Lf) (Kg/cm²)


Lf = fr /10

Kedalaman 0,20 = 5 / 10 = 0,5 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = 0 / 10 =0 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 20 / 10 =2 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 50 / 10 =5 Kg/cm²
Kedalaman 1,00 = 50 / 10 =5 Kg/cm²

e. Mencari Friction Ratio (Fr) (%)


lf
Fr ¿ x 100 %
qc

0,5
Kedalaman 0,20 ¿ x 100 %=¿ 2,50 %
20
0
Kedalaman 0,40 ¿ x 100 %=¿ 0,00 %
25
2
Kedalaman 0,60 ¿ x 100 %=¿ 6,67 %
30
5
Kedalaman 0,80 ¿ x 100 %=¿ 5,56 %
90
5
Kedalaman 1,00 ¿ x 100 %=¿ 2,50 %
200

2. Sondir 2
Tabel 1.4 Pembacaan Alat Sondir S2
Depth Cone Total Resistence
Resistance (qc) (TR)
(m) (kg/cm) kg/cm2
0 0 0
0-0,2 20 15
0,2-0,4 30 70
0,4-0,6 30 50
0,6-0,8 40 80
0,8-1,0 150 250

a. Mencari Friction (fr) (Kg/cm²)


Fr = TR – QC
( Selisih antara Total dan Cone Resistence )

Kedalaman 0,20 = 15 – 20 = 5 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = 70 – 30 = 40 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 80 – 40 = 40 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 250 – 150 = 100 Kg/cm²

b. Mencari Total Friction (Tf) (Kg/cm²)


Tf = ( fr x 20 ) /10

Kedalaman 0,20 = ( 5 x 20 ) /10 = 10 Kg/cm²

Kedalaman 0,40 = ( 40 x 20 ) /10 = 80 Kg/cm²

Kedalaman 0,60 = ( 40 x 20 ) /10 = 80 Kg/cm²

Kedalaman 0,80 = ( 100 x 20 ) /10 = 200 Kg/cm²

c. Total Comulative Friction (Tcf) (Kg/cm²)


Kedalaman 0,20 = 10 + 0 = 10 Kg/cm²
Kedalaman 0,40 = 80 + 10 = 90 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 80 + 90 = 170 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 200 + 170 = 370 Kg/cm²

d. Mencari Local Friction (Lf) (Kg/cm²)


Lf = fr /10

Kedalaman 0,20 = 5 / 10 = 0,5 Kg/cm²


Kedalaman 0,40 = 40 / 10 =4 Kg/cm²
Kedalaman 0,60 = 40 / 10 =4 Kg/cm²
Kedalaman 0,80 = 100 / 10 = 10 Kg/cm²

f. Mencari Friction Ratio (Fr) (%)


lf
Fr ¿ x 100 %
qc

0,5
Kedalaman 0,20 ¿ x 100 %=¿ 2,50 %
20
4
Kedalaman 0,40 ¿ x 100 %=¿ 13,33 %
30
4
Kedalaman 0,60 ¿ x 100 %=¿ 10,00 %
40
10
Kedalaman 0,80 ¿ x 100 %=¿ 6,67 %
150

Anda mungkin juga menyukai