Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Pemetaan geologi lembar Atambua dan Kupang serta beberapa pulau kecil di sekitarnya
merupakan pelaksanaan dari Proyek Pemetaan Geologi dan Interpretasi Foto Udara,
Direktorat Geologi, dalam PELITA II. Pemetaan geologi di daerah yang terletak antara 8 o45
10o25 LS dan 120o15 125o15 BT ini dilaksanakan di tahun 1974 selama 4 bulan, 1975
selama 2 bulan.
Daerahnya termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur yang
beribukota Kupang dan meliputi daerah seluas lebih kurang 17.200 km 2. Terdapat empat
kabupaten dan satu Daerah Administratif, masing-masing:
Kabupaten Belu dengan ibukota Atambua
Kabupaten Timor Tengah Utara dengan ibukota Kefamenanu
Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan ibukota Soe
Kabupaten Kupang dengan ibukota Kupang.
Daerah administratif Roti dengan ibukota Baa.

Secara geografi daerah yang dipetakan di sebelah utara dibatasi oleh Laut Sawu, selatan oleh
Laut Timor, timur oleh Propinsi Timor Timur dan barat oleh Selat Sawu.
Penduduk sebagian besar beragama Nasrani dan umumnya mengusahakan peternakan,
sedangkan makanan pokoknya jagung. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari ialah bahasa
daerah yaitu Tetun, Dawan atau Merai akan tetapi umumnya mereka mengerti bahasa
Indonesia. Merupakan daerah terbuka dengan penyebaran pepohonan yang sangat jarang
(savana) kecuali di beberapa tempat di bagian selatan P. Timor yang berhutan lebat.
Kupang dihubungkan ke Jakarta oleh jalur penerbangan tetap yang dilakukan oleh GIA dan
MNA. Perusahaan penerbangan tersebut terakhir menghubungkan Kupang dengan pulau
Roti dan Sawu, sedangkan hampir seluruh pelosok P. Timor dapat dicapai oleh kendaraan
roda empat terutama di musim kemarau.
Di dalam pemetaan geologi ini dipergunakan peta topografi skala 1:100.000 sebagai peta
dasar yang berasal dan peta sen HIND 637. Umumnya peta topografi ini cukup balk, kecuali
beberapa di antaranya yang rendah ketelitiannya.
Di samping tercakup oleh citra Landsat jalur 5-8/S 9.30-10 E 124-125, daerah yang
dipetakan ini tercakup pula oleh beberapa jalur potret udara.
Daerah ini sebelumnya sudah seringkali diselidiki baik dan segi geologi maupun
paleontologinya. Akan tetapi apa yang telah dilakukan hanya mencakup daerah yang sempit
dan tepencar-pencar, sehingga tidak didapatkan gambaran secara regional. Beberapa basil
pcnelitian geologi Timor Barat yang penting di antaraya penerbitan oleh Molengraaff
(1913, 1914, 1915), Roever (1940), Simons (1940), Tappembeck (1940), West (1941),
Marks (1957), Waard (1957).

FISIOGRAFI
Timor Barat dapat digolongkan dalam 5 satuan fisiografi.
Pegunungan kasar
Terdapat di pantai utara dan tersusun dan batuan beku. Membentuk pegunungan yang cukup
tinggi dengan salah satu puncaknya mencapai ketinggian 1228 m di atas permukaan laut.
Berlereng terjal dengan lembah sempit, secara keseluruhan menampakkan permukaan kasar.
Di daerah sekitar kampung Mananias pegunungan ini berbentuk kuesta yang menghadap ke
selatan. Pola aliran umumnya sejajar atau hampir sejajar dan sungai-sungai ini berair
diwaktu musim hujan. Alinan sungai di daerah ini berpola tulang daun, umumnya sungai -
sungai intermitten, sedangkan 2 sungai besan Noil Mena dan Mota Benain adalah sungai
undenfit.

Dataran tinggi
Terdapat di tiga tempat, masing-masing di sekitar Kupang, Biuduk dan Wailuli. Terdiri dan
batu -gamping koral terangkat yang ketinggiannya benkisar antara 200500 m di sekitar
Kupang, 600 m di sekitar Biuduk dan lebih dan 800 m di sekitar Wailuli.
Membentuk plato dengan permukaan kasar, hampir datar atau sedikit miring, benlereng
landai sampai terjal. Walaupun tidak benkembang dengan baik adanya gejala topografi karst
masih dapat diamati.

Pegunungan bergelombang
Sebagian besar pulau Timor ditempati oleh satuan ini. Terdiri dari rangkaian pegunungan
berlereng landai sampai agak terjal, tersusun dan batuan yang bersifat lempungan dan tidak
padat. Sesuai dengan sifat batuannya maka gejala rayapan maupun longsoran tanah sening
dijumpai. Lembah sungai yang terdapat dalam satuan fisiognafi ini berlereng landai sampai
terjal. Ketinggian punggungan berkisar antara 200-600m di atas permukaan laut. Pada
punggung rangkaian pegunungan ini umumnya terdapat puncak-puncak yang menonjol jika
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Puncak atau tonjolan ini terdiri dan batuan yang
tahan terhadap erosi sehingga adanya tekuk pada lereng antara batuan ini dengan batuan
lempungan yang terdapat di sekitarnya terlihat dengan jelas. Puncak atau tonjolan ini
terkenal dengan nama Fatu.

Fatu
Di daerah ini terdapat istilah Fatu yang arti umumnya adalah batu atau gunung. Istilah lain
yang sama artinya ialah Foho, Lob, Nuaf dan Tubu. Monfologinya mudah dikenali kanena
membentuk tonjolan yang menyolok jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Daya
tahan batuan penyusun terhadap erosi sangat berpengaruh terhadap pembentukan morfologi
fatu ini. Batuan penyusunnya adalah batugamping, malihan dan batuan beku,
Di bagian tengah pulau Timor Barat fatu ini membentuk deretan memanjang benarah barat-
daya-timurlaut, sedangkan di bagman lain fatu tersebut didapatkan secara tersebar.
Ketinggian puncak-puncak fatu ini sangat benbeda dan salah satunya adalah Nuaf Mutis,
2427m di atas permukaan laut dan merupakan puncak tertinggi di Timor bagian barat.

Dataran rendah
Terdapat di muara sungai besar, sebagian berupa rawa dan umumnya tergenang air pada
waktu pasang naik. Termasuk dalam satuan ini adalah dataran sempit yang terdapat di
beberapa tempat di antara pegunungan dengan batuan klastik yang agak termampatkan.
Beberapa endapan sungai membentuk undak sungai yang secara setempat mencapai ke-
tinggian 45 m di atas alas sungai.

STRATIGRAFI
Batuan yang terdapat di daerah lembar peta Atambua dan Kupang sangat beragam baik jenis
maupun umurnya. Jenis batuannya terdiri dan batuan sedimen, beku, volkanik dan batuan
malihan.
Batuan sedimen terdiri dan batugamping, kalsilutit, batupasir, lanau. serpih dan lempung
sedangkan batuan bekunya adalah batuan ultrabasa dan diorit. Batuan volkanik terdiri dan
breksi, lava dan tufa; batuan malihannya adalah batuan malihan berderajat rendah sampai
tinggi. meliputi batusabak, filit, sekis, amfibolit dan granulit. Batuan tersebut di atas ada
yang bersifat otokton dan parotokton dan ada pula yang bersifat alokton.
Stratigrafi dan perian satuan otokton dan parotokton serta satuan alokton dimulai dari yang
tertua ke muda adalah sebagai berikut:

SATUAN OTOKTON DAN PAROTOKTON


Pb FORMASI BISANE - Bagian bawah terdiri lapisan seragam serpih kelabu
kehitaman yang diselingi oleh batulanau berwarna keunguan, batupasir berwarna kemerahan
yang umumnya gampingan dan batusabak. lnterkalasi lava yang terkloritkan juga
ditemukan. Di bagian atas serpihnya semakin berkurang sedangkan batupasirnya semakin
banyak. Sisipan sisipan yang didapatkan adalah batugamping dan serpih pasiran.
Batupasirnya adalah batupasir kwarsa kelabu yang perlapisannya mencapai 20 cm, grewaki,
batupasir mikaan atau batupasir berkarbon yang berbutir menengah dan berwarna kehijauan.
Batupasir berkarbon ini mencapai ketebalan sampai 10 meter. Sisipan batugamping
mencapai ketebalan maksimum 50 cm. Singkapan yang terbagus dan dianggap sebagai
lokasi tipe terdapat sepanjang tebing sungai (Noil) Bisane, anak sungai dan Noil Sitoto di
sebelah barat Nuaf Kekneno. Satuan sebanding yang terdapat di Timor Timur dibagi
menjadi dua formasi, masingmasing Formasi Atahoc dan Formasi Criibas (AudleyCharles,
1968). Para penyelidik terdahulu memasukkan satuan ini ke dalam bagian bawah Kekneno
serie atau Flysch facies (Wanner, 1913, Molengraaff, 1913, 1914, 1915). Fosil sangat
jarang. Hanya pecahan-pecahan brakiopod krinoid dan koral ditemukan dalam sisipan serpih
pasiran atau batulanau. Pecahan trilobit ditemukan dalam sisipan batugamping di Noil
Besasi, sedangkan Atomodesma sp ditemukan di sungai Buimanuk. De Roever (1940)
melaporkan adanya sepalopoda Perem pada sisipan batugamping kelabu di sungai Tunsif.
Secara kasar ketebalan formasi ini diperkirakan sekitar 1000 meter.

TRa FORMASI AITUTU - Bagian bawah terdiri dan selang seling tipis batulanau
beraneka warna (merah, coklat, kelabu, kehijauan) dengan napal dan batugamping.
Batupasir kwarsa, batupasir mikaan, rijang dan batugamping hablur merupakan sisipan tipis
yang terdapat di dalamnya. Di bagian atas terdiri dari pergantian perlapisan kalsilutit putih
agak kekuningan mengandung urat urat kalsit dengan serpih yang berwarna kelabu.
Kalsilutit merupakan bagian yang terbesar. Singkapannya yang bagus dan luas di Timor
Barat terdapat di Nuaf Kekneno. Karena strukturnya yang rumit maka ketebalannya sulit
diperkirakan, tapi diduga paling sedikit sekitar 1.000 meter. Bendasarkan banyaknya fosil
Halobia sp terutama pada singkapan batulanau yang berwarna coklat kemerahan di sekitar
kali Mota Menak dan di pegunungan Kekneno, umurnya diperkirakan Trias Akhir. Formasi
ini adalah apa yang disebut sebagai Kekneno serie oleh para ahli Belanda sebelum perang
(Simons,1940). Penamaan Formasi Aitutu mengikuti penamaan yang diberikan oleh Audley-
Charles (1968) untuk satuan sebanding yang terdapat di Timor Timur.

Jw FORMASI WAILULI - kalkarenit, serpih lanauan, napal, grewaki yang


umumnya berwarna kelabu sampai kehijauan. Kalkarenitnya berwarna putih dengan bintik
bintik kelabu kehijauan. Umumnya berlapis baik dan belum mengalami deformasi dalam.
Singkapannya yang bagus ditemukan di sungai Oitbolan, sebelah barat Kolbano dimana
formasi ini tersingkap setebal 450 meter. Umur Jura Akhir dicirikan dengan adanya fosil
Belemnopsis sp. Ditemukan pula fosil fosil amonit dan brakiopoda yang tidak terawetkan
secara baik. Penamaan formasi ini diberikan oleh Audley-Chanles (1968) untuk singkapan
yang terdapat di Timor Timur. Wanner (1913) menggabungkan satuan ini ke dalam Ofu
serie, tetapi atas dasar paleontologi dan tektoniknya maka Formasi Wailuli dianggap
sebagai satuan yang terpisah.

Kna FORMASI NAKFUNU - Endapan laut dalam yang meliputi batulanau rijangan
mengandung radiolaria, serpih rijangan dengan radiolaria, napal lanauan, rijang radiolaria
dan kalsilutit. Batuan yang mengandung radiolaria benlapis tipis, scdangkan batuan linnya
lebih tebal perlapisannya (5 sampai 10 cm). Batuan yang mengandung manggan dan besi
mangganan serta berlapis baik ditemukan juga. Batulanau rijangan yang mengandung
radiolaria dan serpih senta napal lanauan berwanna tetang (kunmg pucat, kclabu muda atau
coklat muda) sedangkan baturijangnya benmacam-macam warna (merah tua, kehijauan,
kuning pucat dan kecoklatan). Kalsilutit dan rijang gampingan berwanna semu merah jambu
sampai merah muda. Dengan semakin banyaknya sisipan batugamping semakin menurun
pula tingkat kekersikannya. Disebabkan oleh struktur lipatannya yang rumit serta
penyesaran-penyesaran dan juga struktur sedimennya susah dikenali maka kedudukan
lapisannya tidak jelas. Singkapan yang bagus dapat diamati di pegunungan Nakfunu antara
Nikiniki dan Kolbano, tepat sebelah timur Oinlasi serta di Noil Tuke. Radiolania sangat
umum dijumpai di samping Dictiomitra sp., Spyrocystis sp., yang menunjukkan umur Kapur
Awal (Albian). Tebal formasi ini diperkirakan sekitar 600m. Sebelumnya dianggap sebagai
bagian dari Ofu series yang diperkirakan berumur Jura. Formasi ini dapat dikorelasikan
dengan Formasi Wailuli di Timor Timur (Audley-Chanles, 1968).
TKo FORMAS1 OFU - Bagian bawah terdiri dari endapan laut dalam berupa kalsilutit
yang berwanna merah jambu sampai coklat kemerahan, napal dan serpih dengan sisipan
rijang radiolaria yang berwanna kekuning-kuningan. Rijang bermacam-macam warna
(merah, coklat, jingga dan kuning kehijauan) sering dijumpai dalam kalsilutit. Bagian atas
terdiri dan napal putih berbintik merah jambu, napal putih dan kalsilutit yang berwarna putih
pula. Formasi Ofu telah mengalami deformasi lanjut dan imbrikasi. Struktur dalam berupa
belah rekahan (fracture cleavage) dan stilolit berkembang baik dalam kalsi lutit. Singkapan
bagus formasi ini terdapat di sungai Siu dan Tuke di dekat desa Ofu. Disebabkan strukturnya
yang rumit dan alas formasi ini tidak tersingkap maka ketebalannya sukar ditentukan dan
diperkinakan lebih dan 2.500 m. Fosil-fosil yang terdapat dalam formasi ini meliputi
Hedbergellae dan tipe planispina, Heterphelix sp., Globotruncana stuarti (D. Carter, 1974,
hubungan pribadi), Globorotalw angulata, G. pseudomeinardii, G. rex, G. elongata, G.
formosa (P. Siregar, Direktorat Geologi, 1975) yang semuanya menunjukkan umur Kapur
Akhir-Eosen. Nama formasi ini berasal dan di Timor Timur dinamakan Batugamping
Borolalo oleh Audley- apa yang sebelumnya disebut Ofu series (Wanner,1913). Satuan
yang serupa litologinya Chanles (1968). Hubungmn formasi ini dengan Formasi Noni atau
Haulasi masih merupakan pertanyaan sebab Formasi Ofu ini hanya tersingkap di
daerah Kolbano dan tidak ditemukan kontaknya dengan formasi-formasi lain yang sebaya
atau hampir sebaya.

Tmn FORMASI NOIL TOKO - konglomerat, batugamping konglomeratan,


batugamping globigenina, batupaslr gampingan, napal, tuf, tufa gampingan dan serpih.
Komponen-komponen konglomerat terdiri dari batuan yang berasal dari Komplek Mutis,
misalnya sekis dan ampibolit, batusabak dan rijang yang berasal dari formasi yang lebih tua,
batuan volkanik dan formasi Maubisse dan batugamnping yang mengandung Alveolina yang
mungkin berasal dari Formasi Haulasi. Batugamping konglomeratan berwarna keputihan
dan sebagian terekat oleh batupasir halus gampingan dan napalan. Batugamping globigenina
berwarna putih kotor sampai kekuning-kuningan, batupasir gampingannya kecoklatan,
berbutir sedang sampai kasar dan bersilang-siur. Napal, napal tufaan, tuf dan tufa
gampingannya menunjukkan perlapisan yang tidak baik dan di beberapa tempat tersingkap
sebagai singkapan yang pejal. Singkapan yang baik terdapat di Noil (sungai) Noni di dekat
desa Noil Toko di daerah pegunungan Miomafo. Fosil-fosil yang terdapat pada formasi ini
meliputi Globigerina unicara, G. ollgocenica, G. officinalis, G. outchitaenuis, Globo-
rotalla spp., Lepidocydina sp., Amphistegina sp., Miogypsina sp., Lepidocyclina verbeeki
(NEWION & HOLLAND) dan Operculina sp. (D. Kadar dan P. Siregar, Direktorat
Geologi, 1975) yang menunjukkan umur Miosen Awal. Ketebalannya diperkirakan sekitar
800 meter. Sebelumnya formasi ini dikenal sebagai Young Tertiary deposits (van West,
1941.; van Voonthuysen, 1940).

Tmc FORMASI CABLAC - Bagian bawah terdiri dari kalsilutit dan batugamping
oolitik, sedangkan bagian atas terdiri dari batugamping pejal yang sebagian berupa
batugamping koral, kalkarenit dan kalsilutit. Pendolomitan serta pengersikan terlihat dalam
sayatan pipih. Rijang juga sering ditemukan dalam batugamping. Formasi ini menindih
secara tak selaras maupun secara tektonik formasi-formasi Aitutu, Metan dan Komplek
Mutis. Ketidak selarasan lain ditandai oleh adanya konglomerat alas yang komponen-
komponennya breasal dari formasi-formasi yang ditutupinya, seperti yang tersingkap di
dekat desa Boei. Batuan yang berasal dari formasi ini didapatkan pula sebagai bongkah
bongkah asing di dalam Komplek Bobonaro. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa
Formasi Cablac ini saling menjari dengan Formasi Noil Toko. Lokasi tipenya terdapat di
Timor Timur dan telah diperikan oleh Audley-Charles (1968). Sebelumnya formasi ini
dikenal sebagai Fatu Complex dan Marks (1961) menyebutnya sebagal Fatu limestone
formation. Berdasarkan fosil fosil yang dikandungnya, antara lain: Spiroclypeus sp.,
Miogypsina spp., Operculina sp., Lithothamnium sp., umurnya adalah Miosen Awal
(Audley-Charles, 1968). Ketebalannya diperkitakan sekitar 800 meter.

KELOMPOK VIQUEQUE - Berturutan dari bawah ke atas terdiri dari Formasi Batuputih
dan Formasi Noele yang hubungannya selaras tetapi di beberapa tempat dipisahkan oleh
ketidakselarasan.

Tmpb FORMASI BATUPUTIH - Di daerah Terban Tengah bagian bawahnya terdiri


dari kalsilutit, tufa, sedikit napal dan batugamping arenit sedangkan di bagian atasnya terdiri
dari napal, kalkarenit, batupasir, batupasir napalan, napal lanauan dan sedikit konglomerat.
Kalsilutit berwarna putih, pejal, banyak mengandung foraminifera dan kadang-kadang juga
pecahan cangkang lamelibranchia. Tufanya adalah tufa gelas yang ketebalannya mencapai
12 m, setempat menunjukkan perlapisan bertahap dan konvolut. Kalkarenit berbutir halus,
berwarna kelabu dan menunjukkan struktur-struktur bioturbasi (bioturbation), silang siur
serta nendatan. Batupasir berbutir kasar dan berwarna kelabu. Konglomerat mengandung
pelet-pelet lempung (clay pellets). Di daerah Terban Tengah setempat - setempat ditemukan
hubungan (kontak) yang tidak selaras antara bagian atas formasi ini dengan Formasi Noele
yang menutupinya. Di daerah Kolbano batuannya terdiri dari kalsilutit, kalsilutit lempungan,
kalsilutit glokonitan, kalkarenit dan batugamping rijangan yang kesemuanya berselang-
seling dengan lapisan napal dan serpih. Kalsilutit berwarna putih kadang-kadang agak
kuning dan pejal. Kalkarenit menunjukkan perlapisan bertahap dan perlapisan silang siur.
Serpih umumnya berwarna kuning kecoklatan. Batugamnping rijangan umumnya berwarna
kuning muda. Di lokasi tipenya formasi ini mencapai ketebalan sekitar 448 m (Kenyon,
1974) sedangkan di daerah Kolbano singkapan setebal lebih kurang 1100 m bisa diamati di
sungai Sinual. Di daenah lokasi tipe foram plangton yang dikandungnya menunjukkan umur
Miosen Akhir - Pliosen (N15N21) (Kenyon, 1974); sedangkan di daenah Kolbano me-
nunjukkan kisaran umur N9 N12. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya foraminifera
plangton yang antara lain: Orbulina univerua dORBIGNY, Globigerinoides trilobus
REUSS, Globigerinoides immaturus LE ROY, Globoquadrina altispira CUSHMAN &
JARVIS, Globorotalta scitula BRADY, Globorotalia sp., Globigerina sp., Globigerinotdes
sp. (P. Sinegar, Direktorat Geologi, 1975). Hubungan formasi ini dengan formasi yang ada
di bawahnya pada dasarnya tidak dapat diterangkan secara sedimentasi biasa, mungkin lebih
mudah diuraikan sebagaimana Moore & Karig (1976) menerangkan pengendapan dalam
sistem parit-busur. Kontak pada peta geologi digambar secara konvensional dengan
mengingat pendapat Moore & Karig tersebut. Istilah Seri Batuputih pertama kali digunakan
oleh Hopper (1942), sedangkan penulis-penulis Belanda sebelumnya menamakan Seri
Miosen Atas Plio-Plistosen. Kenyon (1974) menamakannya Formasi Batugamping
Batuputih.

QTn FORMASI NOELE - napal pasiran berselang seling dengan batupasir, konglomerat
dan sedikit tufa dasit. Perubahan fasies kearah lateral maupun perubahan litologi kearah
ventikal sangat cepat. Napal, berwarna putih keabu-abuan, pasiran, kadang-kadang lanauan,
banyak mengandung globigerina dan foram pelagos lainnya. Batupasirnya litos, kadang-
kadang menunjukkan perlapisan bentahap, perlapisan konvolut dan berbutir sedang sampai
halus. Tebal masing-masing perlapisan berkisar antana 10 - 190 cm. Pecahan-pecahan
cangkang moluska umum terdapat dalam batupasir -ni. Komponen-komponen konglomerat
agak membulat sampai membulat dan umumnya berasal dari rombakan-rombakan batuan
malihan dan batuan yang lebih tua lainnya serta clay peliets. Tufa berwarna putih,
bersusunan dasit, berlapis-lapis sejajar dan kadang-kadang konvolut. Terdapat sebagai
sisipan dalam napal. Di lokasi tipe ketebatan formasi ini sekitar 700 meter. Formasi ini
menindih Formasi Batuputih dan ditindihi secara tidak selaras oleh Ql dan Qac. Analisa
paleontologi yang dilakukan oleh P. Siregar, 1975. dari Direktorat Geologi antara lain
mendapatkan fosil-fosil foram Globorotalia truncatulinoida dORBIGNY, Gl tosaencis
TAKAYANAGI & SAITO, Gl tumida BRADY, Gl. multicamerata CUSHMAN & JARVIS,
Gl acostaecis BLOW Globiterinoides fistolusus SCHUBERT, Gl extremus BOLLI,
Globigerina riveroas BOLLI & BERMUDEZ, Pulleniatina obliquilata PARKER & JONES,
dan Sphaerodinella dehiscens PARKER & JONES yang menunjukkan kisaran umur N 18
N 22, Plio-Plistosen. Istilah Formasi napal Noel digunakan oleh Kenyon (1974) dan
mencakup ribbed sandstone series, Upper & Lower grey siltstone dari Hopper (1942) dan
merupakan bagian atas dari Seri Miosen Atas - Plio - Plistosennya penulis-penulis Belanda
yang lain.
Ql BATUGAMPING KORAL - Umunnya terdiri dari batugamping koral yang
berwarna putih sampai kekuning-kuningan din kadang-kadang kemerahan serta
batugamping napalan. Setempat-setempat berkembang pula batugamping terumbu dengan
permukaan kasar dan berongga. Di bagian bawah biasanya menunjukkan perlapisan yang
hampir datar atau terungkit sedikit (3o sampai 5o), sedangkan di bagian atas perlapisan
tersebut tidak terlihat. Satuan ini membentuk topografi yang agak menonjol berupa bukit
memanjang dengan puncak-puncak yang hampir datar. Singkapan tertinggi didapatkan pada
ketinggian sekitar 1300 meter di atas permukaan laut di sekitar Lakudirun, sebelah timur
Atambua. Fasies batugamping napalan yang terdapat di dalam satuan ini mengandung fosil-
fosil yang berumur Plistosen (N 23) dan kelihatannya saling jari-jemari dengan Qac.
Ketebahan maksimumnya 300 meter seperti yang terukur di pegunungan Lakaan, daerah
Atambua. Sebelumnya adalah apa yang disebut sebagai gamping kwarter oleh para
geologiawan Belanda dan di Timor Timur disebut Baucau Limestone oleh Audley-Charles
(1968).
Qac KONGLOMERAT DAN KERAKAL - Endapan klastika kasar seperti
konglomerat, kerikil, kerakal dan bongkah dengan selingan batupasir berstruktur silangsiur
terutama di bagian bawah. Perekatan oleh kalsit dan limonit agak kuat di bagian bawah
dan semakin berkurang ke bagian atas dan akhirnya berupa endapan lepas di bagian paling
atas. Potongan-potongan tulang binatang bertulang belakang (vertebrata) ditemukan di dekat
desa Mota Oe sebelah timur Atambua. Endapan ini membentuk undak-undak sungai yang
dibeberapa tempat mencapai
ketinggian 45 meter di atas datum banjir yang sekarang. Para penyelidik sebelumnya
menyebutnya sebagai undak sungai tua sedangkan di Timor Timur dinamakan Ainaro
Gravel oleh Audley-Charles (1968).

Qa ALUVIUM - pasir, kerikil, lerakal yang berasal dari bermacam-macam batuan,


terdapat pada dataran banjir sungai-sungai besar. Lempung pasiran dan lumpur hitam
terdapat di daerah rawa-nawa dan dataran pantai. Lumpur asin yang tertinggal sesudah
penggenangan air di musim penghujan diusahakan oleh penduduk setempat untuk
pembuatan garam di musim kemarau.

SATUAN ALOKTON
BATUAN SEDIMEN DAN VULKANIK

pPm KOMPLEK MUTIS - batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang
meliputi batusabak, filit, sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit, genes amfibolit, granulit.
Batusabak keabu-abuan, kecoklatan sampai coklat tua dengan belah sabak sempurna
merupakan sebagian kecil singkapan yang terdapat di Gunung Miomafo dan Mutis. Filitnya
adalah filit serisit, filit arkosa-albit, filit grafit dan filit kwarsitan. Sekis terdiri dari sekis
epidot-klorit-aktinolit, sekis kwarsa-karbonat-muskovit-klorit dan setempat ditemukan pula
sekis kwarsitan-granat pidmontit. Amfibolit merupakan bagian terbesar di dalam Komplek
Mutis dan terdiri dari amfibolit plagioklas, amfibolit epidot, sekis amfibolit, genes granat
amfibolit. Batuan berderajat granulit adalah genes amfibolit granat, genes granat yang
mengandung staurolit-kianit dan anortosit hornblende pirop. Kadang-kadang di dalam
amfibolit ditemukan pula batuan granitan, gnanodioritan dan dioritan yang termalihkan.
Kwarsit filitan yang tersingkap di bagian hulu sungai Besasi sebelah barat Gunung Mutis
mengandung lensa-lensa dan lapisan tipis kwarsit pejal, berwarna kemerahan dan sebagian
mengandung klorit. Terdapat juga baturijang gampingan yang terlipat kuat. Bebenapa
bongkah gabro dan gabro leuko dengan mineral-mineral yang terarah ditemukan pula di
aliran sungai (Noil) Besi sebehah timur Gunung Mutis, sedangkan pegmatit granitan yang
terkloritkan tersingkap di kaki Gunung Miomafo. Komplek Mutis diterobos oleh retas yang
bersusunan diabas, diorit hornblende, diorit kwarsa dan retas tersebut agak termalihkan.
Lokasi tipenya tersingkap bagus dan luas di bagian hulu sungai Besasi di sekitar Gunung
Mutis. Singkapannya di Gunung Mutis menunjukkan bahwa batuan ini menutupi secara
tektonik Formasi Aitutu. Kontaknya dengan Formasi Haulasi dan Formasi Noni yang tak
teruraikan menunjukkan hubungan yang dekat selalu ditandai oleh retas yang menerobos
keduanya. Komplek Mutis ini ditutupi secara tektonik oleh Formasi Maubisse yang berumur
Perem. Umur Komplek Mutis diperkirakan berkisar dari Perem (Molengraaff, 1915) sampai
PraKarbon (Tappenbeck, 1940). van West (1941) dan Audley-Charles (1968) menduganya
berumur Pra Perem. Satuan serupa di Timor Timur dinamakan Komplek Lolotoi (Audley-
Charles, 1968).

TRPml FORMASI MAUBISSE - terdiri dari batugamping berwarna merah kecoklatan


sampai ungu (TRPml) dan lava bantal (TRPmv) yang kehihatannya saling jari-menjari.
Bagian bawah terdiri dari batugamping pejal betlapis baik, tebal rata-ratanya 10 cm dengan
selingan tipis baturijang. Semakin ke atas perlapisannya menjadi samar dan akhirnya
merupahan batugamping pejal tidak berlapis. Tetapi di bagian atas ini masih ditemukan
sisipan-sisipan serpih pasiran berwarna merah jambu sampai kecoklatan, kalsilutit dan rijang
dengan warna serupa. Sisipan serpih tersebut umumnya terisi kalsit pada rekahan-
rekahannya. Lava bantal (TRPmv) terutama bensusunan basal dan spilit di samping
beberapa batuan volkanik seperti trakit, senit porfir dan andesit leuko. Batuan-batuan
tersebut umumnya telah mengahami ubahan, terutama kloritisasi yang mengakibatkan
batuan berwarna kehijauan; dan sebagian terserpentinitkan terutama di bagian bawah atau
sekeliling bongkah bantalnya. Celah-celah antara bongkah-bongkah bantal ini biasanya terisi
oleh rijang berwarna coklat kotor. Formasi ini telah mengalami tektonik lanjut dan mungkin
berulang-ulang dan kontaknya dengan formasi lain adalah kontak tektonik. Ketebalan
formasi ini sulit ditentukan karena telah rusak. Formasi ini mudah dikenali karena
membentuk bukit atau kelompok bukit yang sangat menonjol. Lebih terkenal dengan istilah
Fatu walaupun tidak semua fatu terdiri dan batugamping. Di Timor Barat, singkapan yang
bagus dan mudah dicapai terdapat di dekat desa Kiupukan, pada Jalan raya antara
Kefamenanu dan Atambua. Lokasi tipenya terdapat di dekat desa Maubisse di Timor Timur
(Audley-Charhes, 1968). Formasi ini banyak sekali mengandung fosil terutama pada batu-
gampingnya serta sisipan-sisipan serpihnya. Fosil-fosil tersebut meliputi banyak sekali
genera amonit yang ditemukan di Somohole (ejaan yang betul ialah Soanmahole), Lidak,
Bitauni, Amanasi, Tai Wei; brakiopoda, krinoida, koral, fusulina dan Halobia (Tappenbeck,
1940 di dalam Marks, 1957). Sebelumnya formasi ini termasuk dalam Sonnebait series
(Marks, 1957).

Kno FORMASI NONI - batuan sedimen laut dalam yang terdiri dari baturijang
radiolaria, berlapis baik dengan perlapisan setebal 5 - 15 cm, batugamping rijangan dan
rijang lempungan. Umumnya berwarna kehijauan di bagian luar dan kemerahan sampai
coklat serta ungu tua di bagian dalam. Bebenapa rijang berwanna kehitaman dan rijang
lempungan berwarna coklat keunguan, hijau atau kemerahan. Formasi ini telah mengalami
deformasi lanjut, kadang-kadang ditemukan lipatan tak seirama dengan sumbu perlipatan
tak teratur dan bidang perlapisannya terpotong-potong. Batugamping rijangan, berlapis baik,
berwarna ungu kehijauan, mengandung fosil Globotruncana sp., tersingkap di Noil Noni
dan di Molo. Fosil ini menunjukkan umur Kapur Akhir. Ketebahan sesungguhnya formasi
ini suhit ditentukan sebab singkapannya di sungai Noni hanya 50 m. Satuan ini merupakan
bagian bawah dan apa yang sebelumnya disebut sebagai Palelo series obeh Tappenbeck
(1940).

TKhn FORMASI HAULASI dan FORMASI NONI TAK TERURAIKAN - terdiri


dari batuan-batuan yang mirip dengan batuan dari Formasi Noni dan sebagian darinya sama
dengan batuan dari Formasi Haulasi. Singkapan di sungai Palelo dan di Rio (sungai) Besi,
sebebah utara pegunungan Mutis karena strukturnya yang rumit, sehingga sukar dipisahkan;
karenanya digabungkan menjadi satu satuan. Umurnya diperkirahan berkisar antara Kapur
Akhir sampai Eosen Tengah. Strukturnya amat komplek sehingga ketebalan singkapan di
sungai Palelo diperkirakan hanya 400 m. Sebelumnya satuan ini disebut Paleho series oleh
Tappenbeck (1940).

Tpah FORMASI HAULASI - terdiri dari batuan sedimen laut dangkal yaitu grewaki
konglomeratan, batupasir, serpuh tufaan dan napal kelabu sampai kehijauan yang berlapis
baik. Bahan-bahan vulkanik umum dijumpai dalam formasi ini. Grewaki konglomeratan
berstruktur longsoran dengan framgmen-fragmen batuan Komplek Mutis maupun Formasi
Noni dapat diamati di dekat desa Haulasi. Seperti halnya Formasi Noni (Kno), formasi ini
telah mengalami perlipatan lanjut dan ponyesaran-penyesaran. Penyontohan batugamping
yang mengandung foraminifera di Haulasi didapatkan fosil-fosil: Nummulites sp., Alveolina
sp, Operculina sp., Quinqueloculina spp. (pengenalan oleh M.K. Adisaputra, P. Siregar,
Budiman, F. Azis, Direktorat Geologi, 1974); atas dasar ini diperkirakan bahwa formasi ini
berumur bagian bawah Paleosen Tengah sampai Eosen Tengah. Ketebalannya diperkirakan
sekitar 300 m. Formasi ini adalah bagian atas dari apa yang disebut sebagai Palelo series
oleh Tappenbeck (1940).

Tem FORMASI METAN - aglomerat dengan komponen-komponen yang bersudut


dan bersudut tanggung di dalam masa dasar tufa. Komponen-komponen tersebut terdiri dari
andesit dan tufa gelas yang ukurannya mencapai sebesar kepalan tangan. Umumnya tidak
terpisahkan, pejal tetapi di beberapa tempat berlapis baik. Masa dasarnya adalah tufa kasar
yang berwarna putih kotor, kuning kotor sampai kehijauan yang kadarnym semakin ke atas
semakin besar. Di antara aglomerat dan tufa tersebut didapatkan sisipan-sisipan lava.
Umumnya berkomposisi andesit, sebagian bertekstur gelas dan mengandung hornblende.
Terdapat juga lava yang berkomposisi basal piroksen. Pada bagian atas aglomenat
didapatkan lensa-lensa batugamping dan napal pasiran yang berwarna kelabu muda sampai
kelabu tua, banyak mengandung foraminifera besar dan foraminifera kecil maupun
ganggang. Di samping batuan-batuan di atas didapatkan pula serpih napalan berwarna
kelabu tua, rapuh dan banyak urat kalsitnya serta lapisan-lapisan napal tufaan yang tebal nyu
mencapai 2 m. Singkapan yang luas dan bagus didapatkan di sepanjang aliran Noil (sungai)
Metan beserta anak-anak sungainya, di sebebah barat Lelogama. Singkapan-singkapan
lainnya lebih sempit dan terisolasi seperti misalnya di selatan Pegunungan Mutis. Fosil-fosil
yang ditemukan terdiri dari Fasciolites sp, Nummulites sp., Quinque1oculina sp,
Amphistegina sp., yang menunjukkan umur Eosen Bawah. (pengenalan dilalukan oleh F.
Azis dan M.K. Adisaputra, Direktorat Geologi, 1974). Ketebalan formasi ini diperkirakan
sekitar 600 m.

Ted DIORIT - DIORIT KWARSA - berbutir halus sampai kasar dan beberapa di
antaranya bertekstur diabas. Mineral mafik yang sering dijumpai ialah hornblende
sedangkan piroksen ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Felspar, baik ortokbas maupun
plagioklasnya berkristal sedang dan sebagian telah terserisitkan. Magnetit dan pirit umum
dijumpai pada batuan ini. Umurnya diperkinakan Eosen, karena ditemukan terobosannya
pada batuan yang berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal.

Tmm FORMASI MANAMAS - terutama terdiri dan breksi volkanik yang pejal dengan
sisipan lava dan tufa hablur. Breksi volkanik yang merupakan bagian terbesar mempunyai
komponen-komponen yang benkomposisi basal piroksen yang meengandung olivin, basal
gelas, andesit augit, sienit atau trakit nefelin dan diabas. Masa dasar terdiri dari tufa yang
berwarna kecoklatan sampai kehijauan, kemungkinan akibat kloritisasi. Lavanya ialah lava
bantal yang berkomposisi andesit sampai basal, berkekar dan sebagian telah mengalami
kloritisasi. Sisipan tufa hablurnya berlapis baik. Deformasi pada formasi ini tidak begitu
kuat dengan kemiringan 20o 30o ke arah utara. Tetapi batuan-batuan tersebut telah amat
terkekarkan dan terpecahkan. Satuan ini disesarkan di atas batuan ultra basa. Lokasi tipe
formasi ini terletak di dekat desa Manamas di mana sayatannya dapat diikuti sampai ke Wini
di pantai utara. Dari pantai utara Oecussi formasi ini memanjang ke arah timur sampai he
perbatasan dengan Timor Timur. Ketebalannya diperkirakan sekitar 1.500 m. De Waard
(1957) menamakan formasi ini Endapan volkanik Miosen Bawah. Penanggalan dengan
cara radiometri salah satu contoh batuan dari formasi ini (Univensitas Fliniders, komunilasi
tertulis) menghasilkan angka 5,9 - 6,2 juta tahun (Miosen Akhir).

Ub BATUAN ULTRA BASA - basal, lerzolit dan serpentinit. Basal berwarna abu-abu
tua, porfiritik dan versikular sedangkan lerzolit berwanna kehajauan, hypidiomorfik, banyak
mengandung mineral hitam, retak retak dan mengalami serpentinisasi. Serpentin yang
merupakan bagian terbesar berwarna hijau tua, kadang kadang dengan bintik-bintik hitam
dan putih. Bintik bintik hitam terdiri dari mineral magnetit, sedangkan bintik-bintik putihnya
adalah mineral antigonit yang berbutir kasar sampai halus. Kedua macam mineral tersebut
dikelilingi oleh serabut-serabut serpofit dan krisotil. Serpentinit mendaun ditemukan di
punggung antara Nuaf (bukit) Mutis dengan Nuaf Lelofui serta di daerah Atapupu. Struktur
ini disebabkan oleh mineral-mineral antofilit yang besar dikelilingi oleh mineral-mineral
antigonit, serpofit, krisotil dan magnetit yang berukuran lebih kecil. Singkapan singkapan
yang baik dapat ditemukan di daerah daerah bukit Mutis, Lelofui, Miamafo dan Atapupu.
Batuan serpentinit ini umumnya berasosiasi dengan sesar naik atau zona-zona sesar naik.
Tb KOMPLEK BOBONARO - secara litologi terdiri dan dua bagian pokok: (a)
lempung bersisik, (b) bongkah bongkah asing yang bermacam-macam ukurannya. lempung
bersisik mempunyai sifat seragam yaitu menunjukan cermin sesar, lunak, berwarna aneka
ragam: merah tua, kehijauan, hijau keabuan, metah kecoklatan, abu-abu kebiruan dan merah
jambu. Terlihat garis-garis alur dengan perdaunan lemah, terutama apabila matrik lempung
ini terdapat di sekitar batuan yang bebih kompeten, seperti halnya di sekitar bongkah asing.
Kadang-kadang mengembang bila lapuk, memperlihatkan kemas jagung berondong.
Lempung bersisik ini merupakan matrik dan bongkah-bongkah asing yang berasal dan
batuan yang lebih tua. Bongkah-bongkah asing tersebut antara lain batupasir bermika dari
Formasi Bisane, batugamping dari Formasi Cablac, rijang, batuan ultrabasa, lava bantul dan
batugamping krinoida dan Formasi Maubisse, batuan dari Komplek Mutis, Formasi Ofu,
Formasi Nakfunu dan batuan-batuan yang lain. Orientasi bongkah bongkah asing ini agak
teratur, yaitu agak sejajar (subparalel) dengan poros pulau dan kadang-kadang menunjukkan
boudinasi dengan struktur kerucut-dalam kerucut seperti yang terdapat di tepi jalan di
sebelah barat Camplong. Dalam lempung bersisik terkandung fosil-fosil foram yang
menunjukkan umur dari Mesozoikum sampai Pliosen yang dicirikan oleh Globotruncana
sp., Truncorotaloides topilensis, Globigerina angulizuturalis, Globorotalta peripheroacuta,
Globigerina nephentes, Globorotalia tumida, Globigerinoides ruben, Globigerinoides
extremus dan Globoquadrina altispira (P. Siregar, Direktorat Geologi, 1975). Fosil-fosil
yang menunjukan umur pra Miosen telah mengalami proses pengendapan kembali
(reworked) dan populasinya lebih jarang jika dibandingkan dengan fosil-fosil yang
menunjukkan umur Miosen Tengah sampai dengan Pliosen. Kelihatannya bagian atas
Komplek Bobonaro menunjukan kesamaan umum dengan bagian bawah Kelompok
Viqueque. Hubungan yang sebenarnya antara kedua formasi tersebut belum diketahui
dengan pasti. Kontaknym dengan formasi-formasi yang lebih tua cenderung bersifat
tektonik. Ketebalan Komplek Bobonaro sangat bervariasi dan sangat sulit diperkirakan
mengingat sifat fisiknya. Komplek Bobonaro disebut sebagai Bobonaro Scaly Clay oleh
Audley-Charles (1968) berdasarkan lokasi tipenya di sekitar desa Bobonano di Timor Timur.
Para penyelidik terdahulu (Tappenbeck, 1940; van Bemmelen, 1949; Marks, 1961)
memasukkan satuan ini dalam Sonnebait series, sedangkan di Timor Timur disebut
Bibiliu series(Grunau, 1953).
TEKTONIKA
Pulau Timor dan beberapa pulau lain di sebelah baratnya terletak pada Busur Banda Luar tak
bergunungapi, beranomali gaya berat negatif dan termasuk dalam zona gempa dangkal
(kedalaman pusat gempa kurang dan 100 km).
Geologi maupun struktur geologinya sangat rumit dan hal ini menjadikan pulau tersebut
menjadi obyek penelitian pan ahli kebumian, baik dan dalam maupun luar negeri sejak 50
tahun terakhir. Kerumitan geologi dan strukturnya tersebut tercermin oleh:
1. Terdapatnya aneka ragam batuan dari berbagai umur dan batuan-batuan
tersebut umumnya bersentuhan secara struktur.
2. Terdapatnya batuan campur-aduk yang menutupi hampir 40% dan pulau
tersebut.

Mengenai batuan campur-aduk ini masih terdapat dua pendapat yang berbeda. Di satu pihak
berpendapat bahwa batuan tersebut terjadi sebagai hasil pengendapan biasa (olitostrom)
sedangkan di pihak lain berpendapat bahwa batuan tersebut terjadi sebagai akibat proses
tektonik (melange).
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa proses perkembangan tektonik daerah ini
paling tidak sejak Kapur Akhir-Eosen. Pada selang waktu tersebut terjadi perbenturan antara
busur kepulauan Paleo Timor dengan kerak Samudera Hindia sebagai akibat dan
pergerakan benua Australia ke utara (Audley-Chanles, dkk, 1975; Crostella dan Powel,
1976), dengan zona penunjaman condong ke utara. Pada waktu proses perbentunan iniah
terjadi:
a. Pembentukan batuan campur-aduk
b. Pengendapan formasi-formasi Noni, Haulasi semta Formasi Ofu.
c. Penempatan batuan-batuan basa dan ultrabasa
d. pemalihan pada Fommasi Maubisse, Ailiu (di Timor Timur) dan Komplek
Mutis (sebagian mungkin pemalihan ulang)
e. Kegiatan gunungapi yang membentuk Fommasi Metan.

Unsur-unsur struktur yang dominan ialah lipatan ketat, sesar naik dan mendatar, sedangkan
sesar turun kurang begitu menyolok.
Proses penunjaman (subdaksi) berlangsung lagi pada Kala Miosen (Crostella dan Powell,
1976; Katili, 1975; Audley-Charles dkk, 1975). Dalam proses penunjaman ini unsur-unsur
struktur yang telah ada sebelumnya teraktifkan kembali di samping struktur-struktur baru
yang terbentuk kemudian. Dalam proses penunjaman tersebut berlangsung pengendapan
Formasi Noiltoko di lereng palung yang dibarengi oleh proses lanjut pembentukan batuan
campur aduk; sedangkan Formasi Cablac diendapkan di sundulan-sundulan struktur.
Kegiatan gunungapi berlangsung pula dan hal ini tercermin oleh adanya tufa dalam
Fommasi Noiltoko. Kegiatan gunungapi ini mencapai puncaknya pada Miosen Akhir yang
menghasilkan Formasi Manamas yang berumur 5.9-6.2 juta tahun (Abbott & Chamalaun,
1976). Proses penunjaman tersebut diikuti oleh proses pemalihan derajat zeolit pada
Fommasi Noni dan Haulasi disamping proses pemalihan ulang pada Formasi Maubisse dan
Komplek Mutis, yang kemungkinan besar merupakan proses pemalihan metrogresif.
Jarak antara kepulauan busur (P. Tumor) dengan lereng utara kerak benua Australia semakin
dekat. Kegiatan penunjaman meningkat kembali pada Kala Pliosen yang diikuti oleh
kegiatan gunungapi di P. Wetar dan Atauro, yang berdasarkan penanggalan radioaktif
kalium-argon batuannya menunjukkan umur 3.1-3.4 juta tahun (Abbott & Chainalaun, 1976;
Whitford dkk, 1977).
Aktivitas penunjaman tersebut menyebabkan batuan pra Pliosen terlipat dan termalihkan
dibarengi dengan proses lanjut pembentukan batuan campur aduk yang bersamaan dengan
pengendapan Formasi Noele di lereng palung. Oleh karena itu batuan campur aduk
(Komplek Bobonaro) mempunyai cakupan umur dan Tersier Awal sampai Akhir. Unsur-
unsur struktur yang terbentuk terdahulu teraktifkan kembali disamping terbentuknya unsur-
unsur struktur yang baru. Terhentinya kegiatan gunungapi tersebut hampir bersamaan waktu
dengan terhentinya episode tektonik yang kuat di P. Timor dan sekitarnya (Carter dkk, 1976)
dan merupakan awal terbentuknya Palung Timor (Heirtzler dkk, 1973). Hal ini diduga
merupakan awal perbenturan antara tepian utana kerak benua Australia dengan kepulauan
busur.
Akibat perbenturan tersebut kerak benua Australia menunjam di bawah kepulauan busur
dengan sudut condong ke utara (Bowin dkk, 1980; Hamilton, 1979). Perbenturan tersebut
terus berlangsung hingga sekarang, sehingga satuan batuan yang berumur pra Plistosen
terlipat dan tersesarkan. Kegiatan tektonik yang berlangsung di Kala Holosen tercirikan
oleh:
1. Kegempaan aktif, diwakili oleh kegiatan gempa yang tercatat temmasuk
gempa-gempa yang terjadi pada tahun 1976 dan 1978.
2. Terobosan diapir lempung dan lumpun gunungapi yang aktif.
3. Sesar aktif, baik sesar pra Holosen yang teraktifkan kembali maupun yang
terbentuk kemudian; serta
4. Pengangkatan dan penurunan tegak.

Di bagian banrt P. Timor pengangkatan tegak sitinggi 0.37 - 0.7 mm/th telah berlangsung
sejak 35.000 tahun terakhir (Tjia, 1979), sedangkan di bagian tengah mencapai lebih kurang
3.3 mm/th (Tjokrosapoetro, 1978).

SUMBERDAYA ALAM DAN ENERGI

Sumberdaya alam yang dijumpai di daerah ini ialah krom, nikel, tembaga, asbes, manggan,
gipsum dan bahan bangunan. Krom dan nikel berupa mineral kromit dan garnerit ditemukan
pada bongkah-bongkah batuan ultra basa yang tersebar tidak merata di kaki pegunungan
sekitar Atapupu dan juga di bagian selatan Nuaf Mutis. Pada bukitnya sendiri adanya
mineral-mineral tersebut sulit diamati. Tembaga (malakit) didapatkan pula pada bongkah
batuan ultra basa di tempat yang sama. Disamping itu didapatkan kalkopirit pada batuan
malihan ampibolit dari Fatu Lakaan dan Nuaf Mutis. Asbes dijumpai dalam ceruk-ceruk
kecil pada bidang sesar yang terdapat pada batuan ultra basa di sebelah selatan Atapupu.
Buntat-buntat (nodules) manggan yang bergaris tengah sekitar 10 cm didapatkan pada
Formasi Nakfunu sedangkan kongkresi yang mencapai ukuran garis tengah hampir 20 cm
kadang-kadang ditemukan pada Komplek Bobonaro. Sebaran kongkresi manggan pada
Komplek Bobonaro yang agak berarti didapatkan di sekitar desa Basleo, sebelah timur
Nikiniki serta di daerah antana desa Ponu dan Kaubeleh, sebelah barat Atapupu. Seperti
halnya kongkresi manggan, gipsum didapatkan pula secara tersebar pada Komplek Bobo-
naro. Dapat diamati misalnya di sebelah timur Kecamatan Wailuli dan di selatan kampung
Kukinu serta di sebelah timur desa Manumean.
Eksplorasi sumberdaya mineral ini telah dilakukan oleh van West (1941), PN ANEKA
TAMBANG (1974) dan PT FLOBAMORA beberapa tahun terakhir ini
Bahan bangunan yang dijumpai ialah batugamping dan lempung. Penyelidikan terhadap
batugamping terutama batugamping koral dan lempung untuk bahan baku semen telah
dilakukan oleh Direktorat Geologi atas permintaan PT SEMEN GRESIK pada tahun
1975/1976. Suatu usaha pencarian sumberdaya enengi berupa minyak dan gas bumi pernah
dilakukan oleh INTERNATIONAL OIL dari tahun 1972 sampai 1977. Beberapa pemboran
telah dilakukan antara lain di lepas pantai Kolbano dan Laut Sawu. Karena basil eksplorasi
menunjukkan bahwa sumberdaya energi tersebut tidak berpotensi, maka usaha pencariannya
dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai