Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN SKIZOFRENIA 1.

Pengertian Skizofrenia berasal dari dua


kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa.
Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten
dan serius yang mengakibatkan prilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecah masalah. Berdasarkan
pengertian diatas ditarik kesimpulan bahwa skizofrenia adalah suatu penyakit yang dengan
bentuk psikosa yang sering di jumpai dengan variasi penyebab yang belum diketahui dan
perjalanan penyakit yang luas. Skizofrenia dapat menyebabkan disharmoninya antara berfikir,
perkataan dan perbuatan. SKIZOFRENIA 2. Etiologi 1. Faktor presipitasi (faktor pencetus) a.
Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-
1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
skizofrenia 40-68%, kembar 2 telur 2-15% dan kembar satu telur 61-86% (maramis,1998;215).
b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak
dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita skizofrenia tampak pucat,
tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun
serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih
dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan saraf pusat Penyebab
skizofrena diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan
patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan
artefakt pada waktu membuat bsediaan. e. Teori aldolf mayer Skizofrenia tidak disebabkan
oleh penyakit bidaniah sebab hingga sekarang tidak ditemukan kelainan patologis anatomis
atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi mayer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut mayer
skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan
(otisme) f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul
karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3)
kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak
mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilahskizofrenia menonjolkan gejala utama penyalit
ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. 2. Faktor Predisposisi (Faktor Pendukung) a. Teori Biologis
Penelitian-penelitian (Heston, 1997, Gottesman, 1978) telah mengindikasikan bahwa faktor-
faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan psikosis.
Tampak bahwa individu-individu yang berada pada risiko tinggi terhadap kelainan ini adalah
mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung yang lain). Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir, terjadi pada
bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pyramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia tampak tersusun rapi. b. Teori
Psikososial 1) Teori sistem keluarga, menurut Bowen (1978), menggambarkan perkembangan
skizofrenia sebagai suatu disfungsi keluarga. Konflik diantara suami-isteri akan mempengaruhi
anak yang menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas, sementara anak harus
meninggalkan ketergantungan totalnya pada orang tua masuk ke dalam masa dewasa, di masa
ini anak tidak mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. 2) Teori interpersonal
Sullivan (1953) mengatakan orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan suatu
hubungan orang tua- anak yang penuh dengan ansietas tinggi, bila tingkat ansietas anak
dipertahankan konsep dirinya akan mengalami ambivalen, pesan-pesan yang membingungkan
tidak mampu membentuk rasa percayanya kepada orang lain maka terjadilah kemunduran
dalam psikosis ditandai dengan rasa tidak aman dalam suatu hubungan. 3) Teori Psikodinamik
Hartman (1964) menegaskan bahwa perkembangan yang dihambat oleh suatu hubungan yang
saling mempengaruhi antara orang tua-anak akan mengakibatkan ego menjadi lemah,
penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu mengalami ansietas menjadi maladaptive,
perilakunya sering merupakan penampilan dari segmen Id dalam kepribadiannya. 3. Klasifikasi
Skizofrenia Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain : a. Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama
berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b.
Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan
psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat,
waham dan halusinaasi banyak sekali. c. Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur
15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi
gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. d. Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok
ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan
pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan
kemauan. e. Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien
seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f. Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia
dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini
timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g. Skizofrenia Skizo Afektif Disamping
gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo
depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi. 4. Patofisiologi Pada skizofrenia ini gangguan
memang terdapat pada proses berfikir yang mengalami gangguan terutama adalah asosiasi
longgar berarti ada hubungannya antara ide kalimat dimana kalimatnya tidak saling
berhubungan, kadang-kadang ide pertama belum selesai diutarakan sudah menemukan ide lain
atau dapat dikatakan terjadi pemindahan maksud misalnya tani tapi dikatan suwati,
sedangkan bentuk yang lebih parah adalah inhohereen. 5. Manifestasi Klinis a. Gejala Primer
1). Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah
gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi 2). Gangguan afek emosi -Terjadi kedangkalan afek-
emosi -Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat) -Emosi dan afek serta
ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan -Emosi berlebihan -Hilangnya kemampuan untuk
mengadakan hubungan emosi yang baik 3). Gangguan kemauan -Terjadi kelemahan kemauan
-Perilaku negativisme atas permintaan -Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya
dipengaruhi oleh orang lain 4). Gejala psikomotor -Stupor atau hiperkinesia, logorea dan
neologisme -Stereotipi -Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama -
Echolalia dan echopraxia 5). Autisme. b. Gejala Sekunder 1). Waham 2). Halusinasi Istilah ini
menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima
pancaindra. halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi
penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi 6. Komplikasi a. Aktifitas hidup
sehari-hari Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan
diri, penampila dan sosialisasi. b. Hubungan interpersonal Klien digambarkan sebagai individu
yang apatis, menarik diri, terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan
proses adaptasi klien terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang. c.
Sumber koping Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi pada
klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi stress. d.
Harga diri rendah Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani
mencapai sukses. e. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang
dimiliki dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu. f. Motivasi Klien mempunyai
pengalaman gagal yang berulang. g. Kebutuhan terapi yang lama Klien disebut gangguan jiwa
kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun
tau 2 kali lebih dirawat di rumah sakit dalam 1 tahun. 7. Penatalaksanaan a. Penatalaksaan Non
Medis 1). Terapi lingkungan a) Berikan lingkungan yang aman, terstruktur dan terasa seperti
di masyarakat b) Tingkatkan uji realitas c) Monitor jumlah stimulus d) Munculkan kesempatan
komunikasi e) Sediakan aktivitas yang akan mengalihkan klien dari keasyikan dengan
halusinasi dan paranoid atau pemikiran waham 2). Terapi perilaku a) Fokuskan pada
konsekuensi perilaku disfungsional dan cara untuk mengubahnya b) Ajarkan keterampilan
sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari dan keterampilan berkomunikasi c) Gunakan sistem
tanda penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dengan memberi penghargaan
kepada mereka berupa hak-hak khusus 3). Terapi kelompok a) Fokuskan pada keterampilan
kehidupan sehari-hari b) Ajarkan cara-cara mengelola stressor lingkungan dan interpersonal c)
Bantu klien mengembangkan rasa diri yang positif d) Beri interaksi yang bersifat mendukung
dan bersifat langsung dengan orang lain 4). Terapi keluarga a) Fokuskan pada peningkatan
pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem keluarga b) Bantu keluarga untuk bisa bersikap
mendukung dan merawat klien tanpa menjadi terlalu melindungi c) Anjurkan kejujuran atau
ekspersikan perasaan 5). Terapi residensial a) Fokuskan pada intervensi krisi b) Atasi perilaku
yang terlibat oleh keluarga dan masyarakat sebagai penyimpangan c) Beri lingkungan yang
aman dengan ruang lingkup yang tepat dan batasan yang realitis mengenai perilaku apa yang
dapat diterima d) Beri kesempatan untuk mengobati klien dan memantau efek obat e) Lakukan
rawat inap untuk mengatasi perilaku kekerasan yang ditijikan pada diri dan orang lain 6).
Terapi rawat jalan/ program pengobatan sehari a) Fokuskan pada pengelolaan gejala jangka
panjang b) Tingkatkan pengelolaan pengobatan c) Beri terapi individual, terapi kelompok dan
aktivitas terstruktur atau pelatihan kerja sesuai dengan kebutuhan klien b. Penatalaksaan Medis
1). Obat antipsikotik memberi intervensi farmakologis untuk menangani gejala skizofrenia
akut dan kronik dengan meredakan agitasi psikomotor, agresi, kegelisahan berat dan insomnia
2). Obat-obatan antipsikotik dapat menurunkan halusinasi, waham, dan gangguan pikiran
setelah kadar terapiutik dalam darah tercapai 3). Pengobatan menurunkan perilaku kacau dan
destruktif dan memfasilitasi intervensi terapeutik lain yang gangguan rasa diri dan kurangnya
hubungan dengan orang lain ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS SKIZOFRENIA 1.
PENGKAJIAN Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart
dan Sunden,1998). Cara pengkajian lain berfokus pada lima dimensi : fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi: a. Identitas klien b. Keluhan
utama/alasan masuk Simtomatologi (data subjektif dan objektif) pada klien dengan skizofrenia,
delusi dan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan psikosis didapatkan) 1) Autisme
Merupakan suatu keadaan yang berfokus pada batiniah (inner side). Seseorang mungkin saja
menciptakan dunianya sendiri. Kata-kata dan kejadian-kejadian tertentu mungkin mempunyai
arti yang khusus untuk orang yang psikosis, arti suatu simbolik alamiah yang hanya dimengerti
oleh individu tersebut. 2) Ambivalen emosional Kekuatan emosi cinta, benci dan takut
menghasilkan banyak konflik dalam diri seseorang. Setiap kali terjadi kecenderungan untuk
mengimbangi orang lain sampai netralisasi emosional terjadi dan akibatnya individu tersebut
akan mengalami kelesuan atau rasa acuh tak acuh 3) Afek taksesuai Afeknya dasar, tumpul dan
seringkali tidak sesuai (misalnya pasien tertawa ketika mencerikan kembali kematian salah satu
orang tuanya) 4) Kehilangan asosiatif Istilah ini menggambarkan disorganisasi pikiran yang
amat sangat dan bahasa verbal dari orang yang psikosis. Pikirannya sangat cepat, disertai
dengan perpindahan ide dari suatu pernyataan ke pernyataan berikut 5) Ekolalia Orang yang
psikosis seringkali mengulangi kata-kata yang didengarnya 6) Ekopraksia Orang yang psikosis
sering kali mengulangi gerakan orang lain yang dilihatnya (ekolalia dan ekopraksia adalah hasil
dari batas ego seseorang yang sangat lemah) 7) Neologisme Orang yang psikosis menciptakan
kata-kata baru yang tidak bermakna apa-apa untuk orang lain, tetapi memiliki arti simbolik
untuk dirinya sendiri 8) Pikiran konkret Orang yang psikosis memiliki kesukarab untuk
berpikir abstrak dan mengartikan hanya secara harafiah aspek-aspek yang ada di
lingkungannya 9) Asosiasi gema/clang Orang yang psikosis menggunakan kata-kata bersajak
dengan suatu pola yang menyimpang dari ketentuan yang sebenarnya 10) Kata-kata tak
beraturan Orang yang psikosis akan memakai kata-kata bersama-sama secara acak dan tak
beraturan tanpa hubungan yang logis 11) Delusi 12) Istilah ini menunjukkan adanya ide-ide
atau keyakian-keyakinan yang salah. Jenis-jenis waham ini mencangkup: -Kebesaran :
seseorang memiliki suatu perasaan berlebihan dalam kepentingan atau kekuasaan -Curiga :
seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau
mencurigai dirinya -Siar : semua kejadian dalam lingkungan sekitar diyakini merujuk/terkait
pada dirinya -Kontrol : seseorang percaya bahwa objek atau orang tertentu mengontrol
perilakunya 13) Regresi Suatu mekanisme pertahankan ego yang paling mendasar yang
digunakan oleh seseorang yang psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan teknik-teknik yang
dirasa aman untuk dirinya digunakan. Prilaku sosial yang tidak sesuai dengan terlihat dengan
jelas 14) Religius Orang yang psikosis menjadi penuh dengan ide-ide religius, pikiran
mekanisme pertahankan yang digunakan dalam suatu usaha untuk menstabilkan dan
memberikan struktur bagi pikiran dan perilaku disorganisasi c. Faktor predisposisi dan
presipitasi d. Dimensi fisik/ biologis e. Dimensi psikososial f. Status mental g. Kebutuhan
persiapan pulang h. Mekanisme koping i. Masalah psikososial dan lingkungan j. Aspek medis
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung disebut data obyektif,
sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga melalui wawancara
perawatan disebut data subjektif. Dari data yang dikumpulkan, perawatan langsung
merumuskan masalah keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya
sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon maslah.
Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang
terdapat pada pohon masalah : penyebab (kausa), masalah utama (core problem) dan effect
(akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki
oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek/akibat dari
masalah utama. Pohon maslah ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun
diagnosa keperawatan. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko tinggi mencederai diri
sendiri dan orang lain b. Isolasi sosial c. Koping individu tidak efektif d. Perubahan persepsi
sensori e. Kurang perawatan diri 3. INTERVENSI a. Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan
orang lain berhubungan dengan: 1) Kurang percaya diri: kecurigaan terhadap orang lain 2)
Panik 3) Rangsangan katatonik 4) Reaksi kemarahan/amok 5) Instruksi dari halusinasi 6)
Pikiran delusional 7) Berjalan bolak balik 8) Rahang kaku : mengepalkan tangan, postur tubuh
yang kaku 9) Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada
dalam lingkungan sekitarnya 10) Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang
agresif 11) Perkataaan yang mengancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri
untuk menyiksa orang lain secara psikologis 12) Peningkatan aktifitas motorik, langkah kaki,
rangsangan, mudah tersinggung, kegelisahan. 13) Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu
ancaman. 14) Menerima suruhan melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.
Perencanaan : Sasaran / Tujuan : Tujuan Umum: -Pasien tidak akan menciderai dirinya, orang
lain dan lingkungan. Tujuan khusus: -Dalam 2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda
peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada perawat agar diberikan
intervensi sesuai kebutuhan. Intervensi dan rasional : a) Pertahankan agar lingkungan pasien
pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana,
tingkat kebisingan rendah ). Rasional : Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan
yang penuh stimulus. Individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena
mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien agitasi. b) Observasi secara ketat perilaku
pasien (setiap 15 menit). Kerjakan hal ini sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk menghindari
timbulnya kecurigaan dalam diri pasien. Rasional : Observasi ketat merupakan hal yang
penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuk selalu
memastikan bahwa pasien berada dalam keadaan aman. c) Singkirkan semua benda-benda
yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien, Rasional: Jika pasien berada dalam
keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan benda-benda tersebut untuk
membahayakan diri sendiri maupun orang lain. d) Coba salurkan perilaku merusak diri ke
kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir). Rasional :
Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilangkan ketegangan yang
terpendam. e) Staf harus mempertahankan dan menampilkan perilaku yang tenang terhadap
pasien. Rasional : Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien. f) Miliki
cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.
Rasional : Hal ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik
kepada staf. g) Berikan obat-obatan tranquilizer sesuai program terapi pengobatan. Pantau
keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya. Rasional : Cara mencapai batasan alternatif
yang paling sedikit harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psikiatri. h) Jika
pasien tidak menjadi tenang dengan cara mengatakan sesuatu yang lebih penting daripada
yang dikatakan oleh pasien (menghentikan pembicaraan) atau dengan obat-obatan, gunakan
alat-alat pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk
membantu. Ikuti protokol yang telah ditetapkan oleh institusi. Jika pasien mempunyai riwayat
menolak obat-obatan, berikan obat setelah fiksasi dilakukan. i) Observasi pasien yang dalam
keadaan fiksasi setiap 15 menit (sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien
tidak terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada ekstremitaas pasien). Bantu pasien
untuk memenuhi, kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan posisi yang
memberikan rasa nyaman untuk pasien dan dapat mencegah mencegah aspirasi. Rasional :
Keamanan klien merupakan prioritas keperawatan. j) Begitu kegelisahan menurun, kaji
kesiapan pasien untuk dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau
dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons pasien. Rasional :
Meminimalkan resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat. Kriteria hasil : -Ansietas
dipertahankan pada tingkat dimana pasien tidak menjadi agresif -Pasien memperlihatkan rasa
percaya kepada oraang lain disekitarnya -Pasien mempertahankan orientasi realitanya. b.
Isolasi sosial berhubungan dengan 1) Kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain 2) Panik
3) Regresi ketahap perkembangan sebelumnya 4) Waham 5) Sukar berinteraksi dengan orang
lain pada masa lampau 6) Perkembangan ego yang lemah 7) Represi rasa takut. Perencanaan :
Tujuan Tujuan Umum: -Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain
dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap. Tujuan khusus: -Pasien siap masuk
dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalam satu minggu.
Intervensi: a) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi
singkat. Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan
memfasilitasi rasa percaya kepaada orang lain. b) Perlihatkan penguatan positif kepada pasien
Rasional : Membuat pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna. c) Temani pasien
untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal
yang menakutkan atau sukar untuk pasien Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercayai
akan memberikan rasa aman kepada klien. d) Jujur dan menepati semua janji Rasional:
Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya. e) Berhati-
hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan kesempatan untuk keluar
ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas. Rasional : Pasien yang curiga dapat saja menerima
sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman. f) Berikan obat-obat
penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifan dan efek samping obat.
Rasional : Obat-obatan anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis pada
seseorang, dengan demikian memudahkan interaaksi dengan orang lain. g) Diskusikan dengan
pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk memutus respon ( misalnya latihan
relaksasi, berhenti berfikir ). Rasional : Perilajku maladaptif seperti menarik diri dan curiga
dimanifestasikan selama terjadi peningkatan ansietas. h) Berikan pengakuan dan penghargaan
tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain. Rasional : Penguatan akan
meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan perilaku tersebut.
Kriteria hasil : -Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi
dengan orang lain -Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh -Pasien
melakukan pendekatan interaaaaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat
diterima. c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan: 1) Ketidakmampuan untuk
percaya kepada orang lain 2) Panik 3) Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang 4) Rendah diri 5)
Contoh peraan negatif 6) Menekan rasa takut 7) Sistem pendukung tidak adekuat 8) Ego kurang
berkembang 9) Kemungkinan faktor heriditer 10) Disfungsi sistem keluarga. Perencanaan
Tujuan Tujuan umum -Pasien dapat menggunakan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya
kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan
khusus : -Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada orang lain -Pasien tidak mudah
panik -Pasien dapat mengontrol rasa takut dan rendah diri Intervensi dan rasional : a) Dorong
perawat yang sama untuk bekerjasama dengan pasien sebanyak mungkin Rasional :
Mempermudah perkembangan hubungan saling percaya. b) Hindari kontak fisik Rasional
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang
mengisyaratkan ancaman. c) Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan didekat
pasien sehingga pasien daapat melihat hal tersebut namun tak dapat mendengar apa yang
dibicarakan. Rasional Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan
dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga. d) Jujur dan
selalu tepati janji. Rasional Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung
munculnya suatu hubungan saling percaya. e) Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataaan
yang kreatif untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan kaleng, makanan milik
pribadi atau makanan khas keluarga yang akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal
ini ). Rasional Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien
menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya. f) Periksa
mulut pasien setelah minum obat Rasional Meyakinkan bahwa pasien telah menelan obatnya
dan tidak mencoba obat tersebut. g) Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan
yang mendukung adanya hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan perawat atau terapis
adalah kegiatan yang terbaik. Rasional Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat
mengancam paasien-pasien curiga. h) Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang
sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan maraah yang
ditujukan pasien langsung kepada diri perawat Rasional Mengungkapkan perasaan secara
verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk
sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat mencurahkan perasaan yang telah lama
terpendam. i) Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal
yang tidak mengancam pasien yang curiga. Rasional Pasien curiga tidak memiliki kemampuan
untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali. Kriteria Hasil : -
Pasien dapaat menilai situasi secara realistik daan tidak melakukan tindakan projeksi
perasaannya dalam lingkungan tersebut. -Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi
kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain -Pasien makan
makanan dari piring Rumah Sakit dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya -
Pasien dapat berinteraksi secara tepat / sesuai dengan kooperatif dengan perawat dan rekan-
rekannya. d. Perubahan persepsi sensori berhungan dengan 1) Panik 2) Menarik diri 3) Stress
berat, mengancam ego yang lemah. Perencanaan : Tujuan Tujuan umum -Pasien dapat
mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi. Tujuan khusus : -
Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
Intervensi dan rasional : a) Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti
mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan ).
Rasional : Intervensi awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari halusinasinya.
b) Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-
apa diperlakukan seperti itu Rasional : Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu
ancaman dan berespons dengan cara yang agresif. c) Sikap menerima akan mendorong pasien
untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan perawat. Rasional Penting untuk mencegah
kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari
halusinasi. d) Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata suara tersebut daripada kata-kata
mereka yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan pasien tahu
bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Katakan meskipun saya menyadari
bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara
yang berbicara apapun. Rasional Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien
menyadari bahwa halusinasi tersebut adalah tidak nyata. e) Coba untuk menghubungkan waktu
terjadinya halusinasi dengan waktu meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti
hubungaan ini. Rasional : Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas,
halusinasi dapat dicegah. f) Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya. Rasional
Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi
kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita. Kriteria hasil -
Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
-Pasien dapat mengatakan tanda-tanda peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik
tertentu untuk memutus ansietas tersbut e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan 1)
Menarik diri 2) Regresi 3) Issability Perencanaan Tujuan : Tujuan umum -Pasien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri Tujuan khusus -Pasien mengerti tentang perlunya
perawatan diri -Pasien dapat melakukan perawatan diri dengan bantuan minimal Intervensi: a)
Kaji pengetahuan klien tentang perlunya perwatan diri Rasional Identifikasi pemahaman klien,
memudahkan penetapan intervensi selanjutnya b) Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan ketidakmampuannya merawat diri Rasional Eksplorasi perasaan
mempermudah penilaian ketidakmampuan klien c) Dukung kemandirian pasien, tapi berikan
bantuan saat pasien tidak mampu melakukan beberapa kegiatan. Rasional Kenyamanan dan
keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan. d) Berikan pengakuan dan
penghargaan positif untuk kemampuannya merawat diri Rasional : Penguatan positif akan
meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya pengulanganperilaku yang diharapkan. e)
Demonstrasikan pada pasien cara melakukan perawatan diri yang sulit dilakukan pasien.
Rasional : Dengan contoh / tindakan secara langsung akan lebih diingat oleh pasien. f) Jika
pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan defekasi dan berkemih. Bantu
pasien kekamar mandi setiap satu atau 2 jam sesuai jadwal yang telah ditetapkan sesuai
kebutuhan, sampai pasien mampu memenuhi kebutuhan tanpa bantuan. Kriteria hasil : -Pasien
makan sendiri tanpa bantuan -Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian dan merawat
dirinya tanpa bantuan -Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi
setiap hari -Pasien dapat melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan. 4.
IMPLEMENTASI Tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Perawat perlu memvalidasi dengan singkat sebelum
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, apakah rencana tindakan masih sesuai dengan
kebutuhannya saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal, sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai
kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilakukan. 5.
EVALUASI Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan outcome yang telah dibuat pada
intervensi. Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan. Evaluasi dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai nelakukan tindakan, evaluasi sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara
respon klien dengan tujuan jangka panjang serta tujuan jangka pendek yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Konsep dasar keperawatan. EGC : Jakarta
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika: Yogyakarta. Gail
W.Stuart, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa ed 5. EGC : Jakarta
Keliat, B.A.dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional JIWA. EGC :
jakarta.
Purba, j.M. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. USU press :Medan

Anda mungkin juga menyukai

  • Konsep Nifas
    Konsep Nifas
    Dokumen7 halaman
    Konsep Nifas
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Iii
    Bab I-Iii
    Dokumen130 halaman
    Bab I-Iii
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Analisa Swot Ronde
    Analisa Swot Ronde
    Dokumen2 halaman
    Analisa Swot Ronde
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Sehat Jiwa
    Format Pengkajian Sehat Jiwa
    Dokumen16 halaman
    Format Pengkajian Sehat Jiwa
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Fishbone
    Fishbone
    Dokumen1 halaman
    Fishbone
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Dokumentasi Keperawatan
    Dokumentasi Keperawatan
    Dokumen15 halaman
    Dokumentasi Keperawatan
    tirtadewinikomang
    100% (1)
  • Fishbone
    Fishbone
    Dokumen1 halaman
    Fishbone
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Format API Keperawatan Jiwa
    Format API Keperawatan Jiwa
    Dokumen1 halaman
    Format API Keperawatan Jiwa
    Alfian Hari Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Pathway CA Endometrium
    Pathway CA Endometrium
    Dokumen2 halaman
    Pathway CA Endometrium
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • S Kardio
    S Kardio
    Dokumen24 halaman
    S Kardio
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Proposal Discharge Planning
    Proposal Discharge Planning
    Dokumen10 halaman
    Proposal Discharge Planning
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Proposal Sentralisasi Obat
    Proposal Sentralisasi Obat
    Dokumen16 halaman
    Proposal Sentralisasi Obat
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Gna
    Gna
    Dokumen2 halaman
    Gna
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Askep Kehilangan
    Askep Kehilangan
    Dokumen6 halaman
    Askep Kehilangan
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • KAD
    KAD
    Dokumen20 halaman
    KAD
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • LP Hematemesis Melena
    LP Hematemesis Melena
    Dokumen16 halaman
    LP Hematemesis Melena
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan TBC Anak
    Laporan Pendahuluan TBC Anak
    Dokumen29 halaman
    Laporan Pendahuluan TBC Anak
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • LP Hematemesis Melena
    LP Hematemesis Melena
    Dokumen16 halaman
    LP Hematemesis Melena
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Livia
    Livia
    Dokumen48 halaman
    Livia
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Makalah Jantung1
    Makalah Jantung1
    Dokumen5 halaman
    Makalah Jantung1
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Iii
    Bab I-Iii
    Dokumen41 halaman
    Bab I-Iii
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Ronde Keperawatan
    Ronde Keperawatan
    Dokumen1 halaman
    Ronde Keperawatan
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Htisar Termoregulasi
    Htisar Termoregulasi
    Dokumen9 halaman
    Htisar Termoregulasi
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Gaduh Gelisah
    Gaduh Gelisah
    Dokumen4 halaman
    Gaduh Gelisah
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Analisa Swot Ronde
    Analisa Swot Ronde
    Dokumen2 halaman
    Analisa Swot Ronde
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Htisar Termoregulasi
    Htisar Termoregulasi
    Dokumen9 halaman
    Htisar Termoregulasi
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Cvcu
    Cvcu
    Dokumen14 halaman
    Cvcu
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Tabel Epds
    Tabel Epds
    Dokumen2 halaman
    Tabel Epds
    septa dwi anggraini
    Belum ada peringkat
  • Sectio Caesaria
    Sectio Caesaria
    Dokumen10 halaman
    Sectio Caesaria
    Raden Mas Iman
    Belum ada peringkat