Ketaatan dan keimanan yang luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Taala mewujud pada
tindakan yang niscaya akan teramat berat ditunaikan manusia pada umumnya. Sebuah
keteladanan yang mesti kita tangkap dan nyalakan dalam kehidupan kita.
Nabi Ibrahim alaihissalam merupakan sosok pembawa panji-panji tauhid. Perjalanan hidupnya
yang panjang sarat dengan dakwah kepada tauhid dan segala liku-likunya. Bahkan Allah
Subhanahu wa Taala jadikan beliau sebagai teladan dalam hal ini, sebagaimana dalam firman-
Nya:
.
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya; ketika mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) kalian serta telah nyata
antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai kalian
beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya; Sesungguhnya aku
akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu
(siksaan) Allah. (Ibrahim berkata): Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal
dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya
Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir, dan
ampunilah kami ya Rabb kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Al-Mumtahanah: 4-5)
Demikian pula, beliau selalu mengajak umatnya kepada jalan Allah Subhanahu wa Taala serta
mencegah mereka dari sikap taqlid buta terhadap ajaran sesat nenek moyang. Allah Subhanahu
wa Taala berfirman:
. . .
.
.
.
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya: Patung-patung apakah ini
yang kalian tekun beribadah kepadanya? Mereka menjawab: Kami mendapati bapak-bapak
kami menyembahnya. Ibrahim berkata: Sesungguhnya kalian dan bapak-bapak kalian berada
dalam kesesatan yang nyata. Mereka menjawab: Apakah kamu datang kepada kami dengan
sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main? Ibrahim berkata:
Sebenarnya Rabb kalian adalah Rabb langit dan bumi, Yang telah menciptakannya; dan aku
termasuk orang-orang yang bisa memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian
pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berkeping-keping
kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk
bertanya) kepadanya. (Al-Anbiya`: 52-58)
Allah Subhanahu wa Taala memilihnya, menunjukinya kepada jalan yang lurus, serta
mengaruniakan kepadanya segala kebaikan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:
.
Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami karuniakan
kepadanya kebaikan di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk orang-orang yang
shalih. (An-Nahl: 121-122)
Bahkan Allah Subhanahu wa Taala mengangkatnya sebagai khalil (kekasih). Sebagaimana
dalam firman-Nya:
Dan Allah mengangkat Ibrahim sebagai kekasih. (An-Nisa`: 125)
Dengan sekian keutamaan itulah, Allah Subhanahu wa Taala wahyukan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam untuk mengikuti agama beliau alaihissalam.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. (An-Nahl: 123)
Demikianlah sekelumit tentang perjalanan hidup Nabi Ibrahim alaihissalam dan segala
keutamaan yang Allah Subhanahu wa Taala karuniakan kepadanya. Barangsiapa
mempelajarinya dengan seksama (mentadabburinya) niscaya akan mendulang mutiara hikmah
dan pelajaran berharga darinya. Terkhusus pada sejumlah momen di bulan Dzulhijjah yang
hakikatnya tak bisa dipisahkan dari sosok Nabi Ibrahim alaihissalam.
Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta
anak cucuku dari perbuatan menyembah berhala. (Ibrahim: 35)
Wahai Rabbku, jadikanlah aku beserta anak cucuku orang-orang yang selalu mendirikan shalat.
Wahai Rabb kami, kabulkanlah doaku. (Ibrahim: 40)
Setiap orangtua mengemban amanat besar untuk menjaga anak cucu dan keluarganya dari adzab
api neraka. Sehingga dia harus memerhatikan pendidikan, agama dan ibadah mereka. Sungguh
keliru, ketika orangtua acuh tak acuh terhadap kondisi anak-anaknya. Yang selalu diperhatikan
justru kondisi fisik dan kesehatannya, sementara perkara agama dan ibadahnya diabaikan.
Ingatlah akan seruan Allah Subhanahu wa Taala:
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari adzab api neraka. (At-
Tahrim: 6)