Etiologi :
Sebab tersering adalah :
- PAP tidak tertutup oleh bagian terendah anak sehingga tekanan
diteruskan kebawah
- Infeksi ( amnionitis )
- Coitus
- Kelainan letak
Patofisiologi :
Liquor amnii didalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari
lapisan amnion dan korion terdapat liquoramnii (air ketuban ). Asal liquor amnii
belum begitu jelas, kemungkinan berasal dari :
- Kencing janin
- Transudat darah ibu
- Secret epitel amnion
- Campuran ketiganya
Air ketuban reaksinya alkalis, BD 1.00 1.025, terdiri dari air, tapi mengandung
sedikit ureum, protein, asam urine, gula,garam dan enzim-enzim. Juga terdapat
bintik-bintik lemak yang berasal dari kulit badan anak ( vernix caseosa ), rambut
halus ( lanugo ), dan sel yang berasal dari kulit anak maupun dari
amnion.Dikemukakan bahwa peredaran liquor amnii cukup baik. Dalam satu jam
didapatkan perputaran kurang lebih 500 ml. Mengenai cara perputaran inipun
terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air ketuban yang kemudian
dikeluarkan melalui urine. Sifat-sifat air ketuban seperti jernih atau keruhnya,
banyaknya dan susunannya dapat dipergunakan untuk pengenalan keadaaan
janin dengan cara amnioskopi/amniocentesis.
Penatalaksanaan medik
Pengelolaan : tergantung ada atau tidaknya infeksi
A. Ada infeksi ( fluktus berbau, febris, leukositotis ), tanpa melihat umur
kehamilan langsung diterminasi
B. Tidak ada infeksi
I. Ekspektatif
Syarat : Belum inpartu
Umur kehamilan antara 28 37 mgg
Pengelolaan :
Tidak boleh dilakukan PD,karena kan menambah
bahaya infeksi
Beri antibiotik profilaksis, paling lambat 6jam sesudah
ketuban pecah ( IM, IV, Oral )
Dapat diberi obat tokolitik, peroral/injeksi seperti
bricasma, salbutamol, alupent, Sulfat magnesicus
40% ( 2 gram )
Rawat jangan lebih 2x 24 jam, dianjurkan tidak boleh
coitus, irigasi vagina, bila ada tanda infeksi segera ke
RS, control lebih sering.
II. Aktif
Syarat : Sudah inpartu
Umur kehamilan > 37 mgg atau perkiraan BB bayi >
2500 gram atau kehamilan kurang dari 28 mgg.
Pengelolaan :
Bila belum ada his langsung lakukan induksi pitosin
Bila ada his, nilai kemajuan selama 6 jam sejak pasien
masuk RS. Bila kemajuan kurang memadai, pitosin
dripp.
Bila pasien masuk dengan fase aktif, pengelolaannya
sama dengan persalinan normal.
B.Konsep Dasar Kebidanan
I . PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1. Identitas pasien
Nama, umur dan alamat
2. Keluhan utama
Keluar cairan pervaginam, merembes berbau khas, cairan keluar sendirinya
walaupun tidak mengedan.
4. Riwayat kesehatan
4.1 Riwayat penyakit terdahulu dan keturunan
4.2 Riwayat alergi obat
4.3 Riwayat alergi makanan
b. Data Objektif
Meliputi :
Keadaan umum dan tingkat kesadaran pasien
Tanda-tanda Vital meliputi : Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan
Pemeriksaan fisik :
Head to Toe termasuk pemeriksaan Abdomen dengan tekhnik Leopold I s/d
IV
Laboratorium
Hb, Leucocyte, Haematocrit, Thrombocyte, HBsAg, Gol darah
DIAGNOSA KEBIDANAN
S : Pasien mengeluh Merasa keluar cairan dari jalan lahir berbau khas, cairan
keluar walaupun tidak mengedan
O: Ku dan tingkat kesadaran pasien, Tanda-tanda Vital, Pemeriksaan
Leopold I s/d IV, Pemeriksaan dalam ( Vaginal Touche ) serta observasi
His/kontraksi dan denyut jantung janin ( DJJ )
A: G..P..A.. gravida dengan KPSW
P: Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan infus jaga atau Drip
oksitosin untuk mempercepat proses persalinan dan pemberian antibiotic
(injeksi/oral )
Kolaborasi dengan dokter perlu tidak nya dilakukan pemeriksaan CTG
rutin
Observasi tanda-tanda vital
Observasi Dja, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam
Pemeriksaan dalam
IMPLEMENTASI
a) Memasang infus jaga ( cairan Dextrose 5% 500 ml )
b) Memberikan therapy antibiotik baik oral maupun injeksi sesuai advis
dokter
c) Mengobservasi tanda-tanda vital dan DJJ
d) Mengobservasi Pemeriksaan Dalam dan Kontraksi uterus
e) Mengobservasi pengeluaran pervaginam
f) Memenuhan kebutuhan nutrisi pasien
g) Memberiankan support mental
EVALUASI
a) Rehidrasi cairan terpenuhi
b) Resiko infeksi dapat dikurangi dengan pemberian therapi antibiotik
c) Keadaan umun pasien baik dan tingkat kesadaran composmentis
d) Rasa cemas pasien teratasi
e)