Anda di halaman 1dari 34

Impian yang Bukan Sekedar Angan

Seseorang boleh saja punya angan setinggi mungkin tentang suatu hal.
Karena Allah sudah mengkodratkan kita sebagai manusia untuk bisa berpikir dan
berimajinasi sekreatif apapun. Imaji adalah keindahan dan warna tersendiri dari
pikiran kita. Namun dalam mewujudkan setiap angan atau impian sangatlah tidak
semudah ketika membayangkan ataupun mengucapkannya. Banyak orang gagal
dalam mewujudkan keinginannya karena banyak faktor. Padahal impian itu sangat
penting untuk dimiliki oleh setiap manusia. Karena dengan kekuatan mimpi yang
dimilikinya, akan membantu manusia untuk melangkah maju menuju kehidupan
yang akan lebih baik dari sebelumnya.
Begitupun, dengan diriku yang punya sebuah mimpi yang mungkin dirasa
orang awam terlalu muluk. Tapi impianku sejatinya juga merupakan impian
banyak pandu seluruh Indonesia. Yap, dari situ mungkin banyak yang bertanya-
tanya apa hubungan pandu dengan impian itu. Pandu atau Pramuka adalah tentang
cerita bersama maupun derita bersama. Sejatinya, dunia coklat tua muda adalah
dunia yang dipenuhi manusia-manusia ber-passion, didalamnya pun tak ada hal
sedikitpun membosankan. Dituntut seorang diri memiliki kreasi dan intuisi untuk
dapat menghayati dunia kepramukaan. Begitupun dengan kisah coklat ku yang
sebenarnya tak sementereng orang lain yang jauh lebih dulu mengenal apa itu
pramuka, sepenting apa sih pramuka? Dunia itu baru aku kenal bahkan mulai
kuraba saat penggalang. Sejuta kisah kudapatkan, ingin rasanya hidup menjadi
pramuka sejati yang hidup bernafaskan satya dan dharma, mengalami pahitnya
kegagalan menjadi pramuka garuda yang sejak lama kudambakan. Lalu ketika
mulai kutapaki dunia penegak, impian itu jadi motivasi berlebih ketika aku ingin
masuk ke Dewan Ambalan sekaligus balas dendam kegagalan masa lalu , karena
sempat aku mengurungkan niat untuk masuk ke dalamnya meskipun banyak event
pramuka tingkat penegak dan prestasi yang sempat aku torehkan sebelumnya
hingga membawa Dewan Ambalan Diponegoro Kartini SMA N 1 Cawas menjadi
juara umum Padma Bhirawa Roverscout Competition V tahun 2015 dan lolos
hingga menjadi juara 2 umum Karya Bhuana Binwil Surakarta VII 2015. Yaa,
akhirnya aku bulatkan tekad untuk kembali bergabung di Dewan Ambalan selain
untuk untuk mempermudah impianku, tetapi juga berat rasanya bagiku untuk
meninggalkan dunia kepramukaan yang sudah kuarungi walau baru 4 tahun.
Hari demi hari kulalui dengan predikat baru sebagai anggota Dewan
Ambalan walau diawali dengan buruk ketika kami gagal mempertahankan juara
umum PBRC VI yang kali itu jatuh ke tangan SMA N 1 Klaten. Namun, hal itu
mulai terlupakan dan bahkan menjadi motivasi berlebih untuk terus belajar dan
belajar agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Satu impianku masih terus
tertanam dipikiranku sambil terus bergiat memperbaiki diri. Terus berbenah agar
layak dianggap sebagai pandu sejati, bak kisah Sang Pemimpi dan Laskar Pelangi
yang dengan cara mereka sendiri dapat berusaha dan tanpa kenal menyerah untuk
mewujudkan mimpinya. Seperti halnya aku yang sempat ditertawakan gara-gara
angan angan tinggi sehingga dianggap sebagai orang yang ambisius akan prestasi
pribadi semata dan dianggap menghambur hamburkan uang karena nantinya akan
memakan biaya yang cukup banyak. Tertawaan orang lain itu aku anggap sebagai
saran agar aku bisa membagi diri antara impian diri dengan impian organisasi.
Akan tetapi, menurutku seseorang yang lebih banyak ambisi itu adalah wujud dari
visi dan misi hidupnya yang lebih kreatif dan progresif. Dukungan dari kedua
orang tuaku pun juga seakan mengamini impianku tersebut.
Akhir Maret 2017, sebuah kabar yang kutunggu tunggu akhirnya mulai di-
expose. Yaappp, seleksi calon peserta Raimuna Nasional 2017 resmi akan
diadakan Dewan Kerja Cabang Klaten selaku tangan panjang dari Kwartir Cabang
Klaten pada tanggal 15 April 2017. Oh ya, Raimuna Nasional 2017 adalah
pertemuan generasi muda terlengkap di Indonesia. Kegiatan ini diikuti 15.000
perwakilan Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun)
dari seluruh Indonesia, serta perwakilan Pramuka dari luar negeri. Ditengah
merebaknya isu dan permasalahan terkait SARA, kegiatan Raimuna Nasional
2017 atau yang kerap disingkat Rainas 2017 diharapkan dapat memupuk rasa
kebhinnekaan dan tidak menjadikan perbedaan budaya sebagai penghambat
integritas bangsa. Oleh karena itu, Pramuka dapat diandalkan untuk menularkan
kembali virus kebhinnekaan tersebut kepada masyarakat luas.
Dari segi sistem, tahun 2017 kegiatan Raimuna Nasional menggunakan sistem
yang berbeda dibandingkan dengan penyelenggaran Raimuna Nasional
sebelumnya pada tahun 2012, pasalnya kini menggunakan sistem kenegaraan, di
mana bentuk perkemahan seperti sebuah pemerintahan atau negara. Terdapat
Presiden Rainas, Wakil Presiden Rainas, para Menteri (seperti Menteri Sarana
Pendukung, Menteri Pendidikan/Bidang Kegiatan, Menteri Keuangan, Menteri
Sekretaris Negara), Gubernur, Bupati, Camat, Lurah, RW, RT, dan Umpi. Di
samping itu, juga terdapat Dewan Adat (Ketua Dewan Kerja) yang diibaratkan
seperti Mahkamah Agung Raimuna Nasional.
Begitupun untuk pembagian wilayahnya, terdapat Kabupaten yang merupakan
tempat pemukiman peserta. Kabupaten dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksana
sebagai Bupati Perkemahan.
Kemudian dari setiap Kabupaten itu dibagi menjadi 2 Kecamatan, yaitu
Kecamatan Putra dan Kecamatan Putri. Kecamatan dipimpin oleh seoang camat,
sekretaris dan beberapa staf. Masing-masing Kecamatan terdiri dari 4 Kelurahan
yang dipimpin oleh seorang lurah, sekretaris kelurahan dan beberapa staf. Setiap
Kelurahan terdiri dari 4 RW dimana masing-masing RW terdiri dari 8 RT dan
setiap RT membawahi 8 Umpi.
Secara keseluruhan kegiatan yang dikembangkan dalam Raimuna Nasional 2017
dititikberatkan kepada bidang-bidang pengembangan diri Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega terdiri atas bidang mental, fisik, intelektual, spiritual dan sosial
sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Penyelenggaraan kegiatan
dalam Raimuna Nasional 2017 menggunakan metode yang beragam, sehingga
peserta lebih dapat merasakan, mempelajari, menghayati dan mendalami materi-
materi yang telah disampaikan. Kegiatan dibagi menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan muatan materi yang terkandung di dalamnya, dengan harapan
peserta Raimuna Nasional 2017 mendapatkan beragam kegiatan sebagai
penambah bekal dalam proses pembentukan jatidirinya.
Rasanya menjadi awal bagiku dalam mewujudkan 1 kursi dari 8 kursi
putra yang nantinya dapat berangkat ke Buper Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur,
13-21 Agustus 2017. Saat itu perasaanku berada ditengah-tengah pesimis dan
optimis karena hanya selang 1 hari dari program karya wisata sekolah ke Pulau
Bali dan juga surat edaran yang tidak kunjung disampaikan oleh pembina hingga
kepulanganku dari Pulau Bali. Kuputuskan untuk mencari informasi sendiri ke
pihak DKC terkait persyaratan yang harus dilengkapi untuk mengikuti seleksi.
Satu temanku, Borlian Fuad Adi Kartika yang juga ternyata terkena racun
impianku juga ingin menjadi teman bagiku nantinya untuk ikut serta dalam
gerbang awal dari jalan panjang menuju Cibubur. Namun, meskipun persyaratan
dari kami sudah lengkap, walaupun dari persiapan seleksi kami masih belum siap
sama sekali, jadi istilahnya kami berangkat seleksi hanya karena niat semata.
Apalagi pada hari H pelaksanaan dari pihak sekolah pun belum memberikan
perijinan resmi, baik dari surat tugas, disposisi, apalagi dalam surat kesanggupan
sekolah yang juga terlampir dalam edaran seleksi untuk membantu biaya
administrasi sebesar Rp. 2.500.000,00. Namun atas bantuan dari rekan rekan
Dewan Ambalan dalam membujuk pihak sekolah untuk segera memberi perijinan
minimal untuk mengikuti seleksi terlebih dahulu. Akhirnya setelah perijinan dapat
kami kantongi, dengan berbekal niat kami berangkat ke Sanggar Bhakti Pramuka
Klaten walau waktu sangat mepet. Tibalah disana aku dan Borlian bertemu para
pramuka penegak se-Kabupaten Klaten untuk mengikuti seleksi yang dibagi
menjadi tiga tahap, yakni tes tertulis dengan mengerjakan soal semacam LCTP
sejumlah 50 soal, tes wawancara terkait visi misi dan latar belakang peserta
seleksi, tes fisik yang meliputi push up, sit up, lari serta tes administrasi. Seharian
kami disana mengikutinya dengan baik. Harap dan cemas yang aku rasakan
setelah itu karena waktu sehari yang krusial apakah nantinya impianku yang
kutanam selama kurang lebih 2 tahun akankah terwujud atau gagal untuk bisa
menginjakkan kaki di Cibubur untuk Raimuna Nasional XI 2017. Event 5 tahun
sekali yang bila diibaratkan seperti Mekkah-nya anak pramuka se-Indonesia.
Hanya doa yang bisa aku panjatkan, karena kini Tuhan yang bekerja sedangkan
aku hanya bisa pasrah dan berharap angin akan berhembus sebagaimana
seharusnya.
Akhirnya, hari yang menjadi jawaban impianku akhirnya datang, kubuka
akun resmi Dewan Kerja Cabang Klaten, terkait hasil pengumuman seleksi. Dan
ternyata... Alhamdulillah namaku tercantum diantara nama-nama yang berhasil
melewati gerbang awal menuju jalan ke Cibubur, tapi tidak dengan Borlian,
karena aku adalah satu satunya orang dari SMA N 1 Cawas disitu. Berikut nama-
nama yang berhasil lolos seleksi :
NO NAMA STATUS ASAL
1. SELKA OKTAMIA PINKON DKC KLATEN

2. MARSITO NUR PURNOMO PINKON DKC KLATEN

3. IKHWAN ADIPUTRA PESERTA DKC KLATEN

4. MICKEY YOGA PRATAMA PESERTA DKC KLATEN

5. NISMARA PARAMAYOGA PESERTA DKC KLATEN

6. ABIYYU GENTA RIJADIANTO PESERTA SMA N 1 KLATEN

7. RAMADHAN ANAN SATRIA PESERTA SMK N 1 KLATEN

FEBRIAN RISKI ASTHONI PESERTA SMK N 1


8.
JUWIRING
9. M. ROHMAT MUSLIM PESERTA DKC KLATEN

10. MAHAR SURYA MALACCA PESERTA DKC KLATEN

SIDIQ RIDWAN R.H. PESERTA SMA N 1


11.
KARANGDOWO
12. HAFIDHANIA PENADI PESERTA SMA N 1 KLATEN

13. FEBRIANA KRISNA PUTRI PESERTA SMA N 1 KLATEN

14. CLARETA YUKI K.M. PESERTA SMA N 1 CEPER

15. CHINDY TRI ARDIYANT PESERTA SMK N 4 KLATEN

16. RISKA APRILIANI PESERTA SMK N 1 KLATEN

17. RIKMA AFISKA F.J. PESERTA SMK N 4 KLATEN

18. TALISSA RASENDRIYA PESERTA SMA N 2 KLATEN

19. IKA SAFIRA NATALIA PESERTA SMA N 1


KARANGDOWO
20. PENGKU ADHIL DHIMAS P. PESERTA SMA N 1 KLATEN

21. ABIYYU GENTA RIJADIANTO PESERTA SMA N 1 KLATEN

22. LUTHFI RASYID HANIFA PESERTA SMA N 1 CAWAS

23. MEGA AJI KARISMA PESERTA SMA N 1 BAYAT

24. RAMADHAN ANAN SATRIA PESERTA SMK N 1 KLATEN

25. FEBRIAN RISKI ASTHONI PESERTA SMK N 1


JUWIRING
26. SIDIQ RIDWAN RAHMAT H. PESERTA SMA N 1
KARANGDOWO

Terlebih lagi menurut suatu sumber bahwa hasil seleksiku menjadi yang terbaik
dari peserta seleksi yang lain. Langsung aku bersujud syukur kepada Allah,
sembari berkata dalam hati Yes, Cibubur, Im coming
Perjalanan menuju Cibubur yang sesungguhnya dimulai dengan adanya
Training Center atau pelatihan secara terpusat yang diadakan oleh DKC. Training
Center atau yang disingkat TC tersebut diselenggarakan 4 kali yang bertujuan
untuk meningkatkan keakraban setiap calon peserta Rainas 2017 disamping
mempersiapkan segala hal yang berkaitan didalamnya. TC pertama dilaksanakan
bertepatan dengan bulan Ramadhan, diisi dengan materi pengakraban antar calon
peserta yang dilanjutkan dengan buka bersama dengan UBALOKA (Unit Bantu
Pertolongan Pramuka) Klaten di R.M. Ilham batas kota. Disana kami calon
peserta Rainas mendapat pengalaman berharga untuk bertukar pikiran dengan
anggota UBALOKA senior yang ternyata ada juga yang merupakan Alumni
Rainas 2003. Setelah itu kami merasakan keseruan saat harus menyiapkan sahur
bersama seperti halnya ciri khas kegiatan Pramuka yang selalu mengedepankan
jiwa korsa antar sesama. Di akhir pertemuan TC 1 diadakan pembagian umpi
(satuan terkecil dalam kegiatan Raimuna Nasional 2017), dimana nantinya akan
ada 4 umpi dengan masing masing 2 umpi putra dan 2 umpi putri. Satu langkah
pertama berhasil kulalui dengan baik, lambat laun sekolah pun juga bersedia
membantu dalam hal administrasi sehingga mempermudah jalanku.
TC ke 2 yang hanya berselang 2 minggu dari TC pertama berisi tentang
materi yang berbeda dari TC pertama. Salah satunya adalah calon peserta Rainas
diminta untuk mempersiapkan buka puasa maupun makan sahur sendiri. Hasil
masakan kami bagaimanapun rasanya tetap nikmat karena semua larut dalam
kekeluargaan dan kekonyolan yang kami buat. Selain itu, karena waktu itu
mendekati Hari Raya Idul Fitri 1438 H, kami calon peserta Rainas mendapat tugas
baru untuk turut berpartisipasi dalam rangka posko mudik lebaran yang diadakan
oleh Pramuka Peduli Kwartir Cabang Klaten. Hal itu kusambut girang dalam
hatiku, karena nantinya akan ada pengalaman pengalaman lain yang luar biasa
yang belum tentu orang lain dapatkan. Namun sayang, hanya sekali aku datang ke
posko karena di jadwal terakhir posko sudah ambruk diterpa angin dan hujan.
TC 3 dan 4 hampir mirip dengan TC 1 dan 2, hanya saja untuk TC 4 lebih
bertujuan untuk menggembleng fisik calon peserta Rainas dengan adanya long
march tengah malam yang dimulai dari Kwarcab Klaten sampai Umbul Pluneng,
Kebonarum. Atas izin dan kehendak Allah langkah demi langkah yang aku dan
teman-teman jalani selama 4 kali TC dapat dilewati. Langkah terakhir adalah
Gladi Bersih Pra Rainas, target disitu adalah semua hal-hal baik rencana
pengaturan set camp administrasi dan lain sebagainya sudah selesai. Namun pada
kenyataannya, persiapan baru 60%, stigma negatif kami mulai bermunculan, dan
kami tujukan ke DKC selaku pihak penyelenggara. Ketidak efektifan setiap
penyelenggaraan TC yang terlalu mengarah kepada pengakraban jadi
penyebabnya. Lelah dan emosi mulai timbul disitu, situasi semakin keruh dimana
kesibukan semakin tinggi menjelang HUT RI ke 72 dan persiapan ke Cibubur
tinggal 4 hari. Nahas, HP semata wayangku hancur disaat yang tidak tepat. Lost
contact pun terjadi antara diriku dengan peserta lain maupun DKC, persiapanku
kembali terhambat. Namun, optimismeku akan semua kehendak Allah tidak
pernah surut. Kesabaran dan kebaikan kedua orang tua membuatku dapat HP
pengganti yang dapat memulihkan situasi yang mulai normal kembali.
Kufokuskan semua kesibukanku demi memuluskan langkah-langkah terakhir
menuju gerbang sesungguhnya impian 2 tahunku.
Hingga tiba waktunya Pelepasan Calon Peserta Raimuna Nasional oleh
Bupati Klaten menjadi situasi emosional sekaligus sebagai tanda mulai off-nya
diriku dari sekolah tercinta. Suasana acara pelepasan yang khidmat membuatku
larut dalam suasana haru yang muncul saat melihat senyum kedua orang tuaku
dengan tatapan yang juga cukup emosional, terutama Ibuku yang ikut dalam
upacara selalu menunjukkan rasa bangganya pada diriku yang menjadi salah satu
dari beberapa orang terpilih yang berhak mengepakkan sayap menuju atmosfer
baru di Cibubur. Aku mulai tertantang untuk membuktikan dan memberikan
jawaban kepada setiap warga Klaten yang mendukung kontingen Klaten agar
benar benar dapat melebarkan sayap di bumi Cibubur, Jakarta. Dengan
mengenakan jaket kontingen bernuansa biru, kami calon peserta Rainas 2017
secara resmi dilepas oleh Bapak Purwanto Anggono Cipto selaku Ketua Harian
Kwartir Gerakan Pramuka Cabang Klaten dan Bapak Jaka Sawaldi selaku Ketua
Umum Kwartir Gerakan Pramuka Cabang Klaten sekaligus sebagai wakil dari
Bupati Klaten yang berhalangan hadir saat itu. Berbagai kata motivasi beliau
berikan kepada kami. Acara ditutup dengan foto bersama seluruh Kontingen dan
pendukung Kontingen Kwartir Cabang Klaten. Hari itu juga resmilah kami
sebagai peserta Raimuna Nasional XI 2017 yang siap dikirim ke Buperta Cibubur.
Setelah acara pelepasan, aku sempatkan berpamitan dengan Bapak Ibu
Guru dan beberapa Kakak Pembina yang sudah mendukung baik secara moral
maupun material demi kelancaran kegiatan. Rasa penat dan lelah mulai kurasakan
kembali, meskipun masih banyak perlengkapan dan peralatan yang masih belum
clear. Bolak balik Solo-Klaten kulakukan bersama Surya, yang bagaikan partner
utamaku karena sejak TC pertama sampai keempat mungkin dia lah yang paling
sering bersamaku. Kami berdua masih sibuk melengkapi semua perlengkapan
baik pribadi, umpi maupun kontingen.
Keesokan harinya adalah kegiatan Karantina peserta Rainas 2017 pada
tanggal 10 Agustus 2017 atau tepat satu hari pra keberangkatan ke Cibubur.
Paginya, aku berpamitan mohon doa restu dari Ayah Ibu, sedih haru campur
aduk. Yaa, begitulah aku saat harus berpisah dengan orang tua walau hanya
sementara waktu, aku mencium lama kedua tangan orang tuaku. Apalagi, Ibuku
yang memelukku erat cukup lama, seluruh barang dan perlengkapanku sudah siap,
aku berangkat ke Sanggar Bhakti Pramuka Klaten dengan diantar oleh Imaam,
saudara sepupuku.
Karantina adalah langkah terakhirku sebelum ke Cibubur. Kegiatan
diawali oleh Kak Ndari selaku Andalan Kwarcab Klaten. Dengan karakternya
yang tegas dan sedikit galak benar benar menguji kedisiplinan kami sebagai
kesiapan menuju Rainas 2017. Hari hari terakhir di Klaten aku lewati bersama
teman teman konyolku, Mega, Surya, Pengku yang kebetulan kami terkenal paling
bandel tapi bisa dibilang sembodo karena kamilah yang paling aktif diantara yang
lain. Kami berempat dengan konyolnya justru main main keluar dari Sanggar
entah jajan, dan sekedar jalan jalan, padahal yang lain sedang sibuk sibuknya
melakukan persiapan kelompok. Sesampainya di Sanggar, seperti biasa kami
selalu kena semprot dari Kak Nana yang sepertinya sudah geram dengan tingkah
kami. Sebagai hukumannya kami diminta untuk memasak makanan untuk satu
kontingen pada sore harinya sekaligus mencuci piring. Yang namanya anak
cowok yang terkenal ndablegnya kami masih saja bercanda dengan Mega yang
khas dengan guyonan dan apabila kena marah pasti langsung ngomel sendiri
dengan kata ya biarin besok udah ke Cibubur kok santai aja. Dialah, yang
seakan akan jadi moodbooster kami diaat boring maupun tertekan. Malam itu
kami mendapat motivasi dari seorang alumni Pramuka SMA N 1 Klaten yang aku
lupa namanya, emosi kami dikuras guna menyegarkan hati dan pikiran kami,
kalimat yang paling aku ingat dari beliau adalah, Jadilah orang yang selalu
menerapkan 3 hal, yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Selain itu kami juga
diminta untuk meminta maaf satu sama lain agar nantinya saat Rainas tidak ada
lagi rasa yang mengganjal antar satu sama lain.
Hari Jumat, adalah benar benar hari terakhir kami di Klaten, karena sore
kami sudah bertolak ke Jakarta. Semua barang telah kami packing, dan kami
tunaikan Sholat Jumat dengan khusyu sembari memanjatkan doa kepada Allah
agar senantiasa diberi kesehatan, kemudahan sekaligus kelancaran nantinya saat
kegiatan. Sorenya, kami kembali dilepas oleh Bapak Purwanto Anggono Cipto
sekaligus do,a bersama dan penampilan yel-yel kontingen Klaten yang sebenarnya
dihadiri oreh wali peserta Rainas, tapi tidak denganku yang hanya lewat chatting
dan telfon aku berpamitan dengan kedua orang tuaku seklaigus Bu Insani sebagai
orang yang paling berjasa dalam mendukung persiapan kegiatanku. Bus sudah
kunaiki, kutersenyum sambil berarap Klaten dapat terus bisa bersinar. Canda tawa
kembali memenuhi suasana riang di bus kala senja itu. Satu persatu pun kembali
sibuk berpamitan dengan orang orang tercinta. Kami lalui dinginnya suasana bus
malam itu dengan penuh harapan bisa cepat sampai di Cibubur. Gemerlapnya
lampu tol Kanci-Palimanan hingga Cikampek jadi pemanis perjalanan mimpi
kami yang selangkah lagi jadi kenyataan. Canda tawa mulai kembali memecah
senyapnya bus dini hari itu, lagi-lagi Mega yang jadi aktornya, dalam bahasa Jawa
ia berkata, Ee cah mengko doake aku yo ben isoh ketemu Mbak Ruroh. Entah
apa yang ada didalam benak pikirnya hingga ia memikirkan sesosok Mbak Ruroh,
seorang youtubers yang sempat terkenal bersama Dimas (anak kecil yang berlogat
lucu). Banyak sekali omongan kosong yang kami bicarakan waktu itu, namun
itulah resep kekompakan kami.
Tak terasa kami sudah memasuki wilayah Jakarta Timur, dimana saksi
bisu dunia impian akan segera kami pijaki. Gelapnya langit mulai terhapus dan
kini berwarna kelabu, tandanya hari sudah pagi, dan cuaca saat itu lumayan
berawan. Dan akhirnya saat ditunggu telah tiba, tol Cibubur sudah hampir sampai
di penghujung, Cibubur Junction yang menurut petunjuk berada di seberang Bumi
Perkemahan Wiladatika pun sudah ada di depan kami. Itu tandanya kami sudah
tiba di tempat impian kami, memasuki gerbang Bumi Perkemahan Wiladatika dan
kami pun mulai bersorak hingga suasana bus jadi riuh. Cuk, Cibubur cuk!! kata
Surya yang nampak girang sambil menepuk pipiku. Ketika kami turun dari bus,
disitulah pertama kali saya berpijak diatas kiblatnya Pramuka Indonesia. Dan
disitu pula melihat ribuan orang yang berasal dari Sabang-Merauke, Ende-
Talaud, tak peduli bagaimana dan jauhnya perjalanan yang sudah mereka tempuh
dan saat itu mereka sudah benar benar berkumpul disitu, semuanya nampak
bahagia dengan atribut Kontingen Cabang maupun Kontingen Daerahnya masing
masing. Mungkin hanya kami yang berpenampilan paling nyeleneh diantara
yang lain, karena kami khususnya yang laki-laki hanya berpenampilan layaknya
orang piknik di pantai yaitu dengan kaos oblong celana pendek apalagi
berkalungkan sarung sisa sholat subuh tadi. Tapi ya beginilah orang Klaten
dengan segala keunikannya hingga ada pepatah Wong Klaten iku ra duwe isin
tur yo ora ngisin isini. Kami nikmati rimbun dan sejuknya udara Cibubur sambil
menurunkan barang-barang bus kami. Setelah itu, dengan kepolosan dan
kekonyolannya, kami berkeliling area Bumi Perkemahan yang kalau aku taksir
seluas kecamatan Cawas. Kamipun nampak langsung sok kenal dengan
kontingen lain, bukti dari anak pramuka yang mudah membaur dengan orang lain.
Ya Allah, capek rasanya mengelilingi Bumi Perkemahan sambil melihat tapak
perkemahan yang akan jadi tempat kami mendirikan set camp selama 7 hari
nantinya. Pagi itu juga masih banyak sekali orang umum salah satunya adalah
Imran Nahumarury, legenda sepak bola yang malang melintang di kancah liga dan
juga timnas Indonesia pada era akhir tahun 90an hingga awal 2000, yang saat itu
lari pagi di sekitar Bumi Perkemahan, yang memang sangat asri dan nyaman
apabila dibandingkan kota Jakarta yang sarat akan polusi.
Ternyata disitu sudah banyak kontingen yang sudah mendirikan set camp
dengan menampilkan ciri khas budaya masing masing daerah yang tentunya unik
untuk dilihat. Tak terasa cukup lama kami berkeliling hingga HT di tanganku
mulai berbunyi panggilan dari Kak Marsito yang meminta kami untuk segera
kembali ke tempat awal kumpul karena mobil dari UBALOKA Jawa Tengah
sudah datang, tandanya barang akan segera diangkut ke tapak perkemahan.
Setelah sampai di tapak perkemahan sembari menyiapkan desain set camp yang
akan kami buat, rasa lelah dan lapar mulai hinggap di tubuh kami karena faktor
belum sarapan pagi itu. Walaupun disekitar kami sudah terbangun dengan rapi set
camp masing masing. Bahkan gapura yang dibuat oleh kontingen dari Pariaman,
Sumatera Barat yang tepat di sebelah utara kami, berbentuk Rumah Gadang khas
Sumatera Barat yang terbuat dari tongkat dan rotan berwarna merah yang nampak
kokoh dan megah dipandang.
Dengan segala kondisi, mau tidak mau tapak perkemahan harus segera
kami buat agar malam itu kami sudah bisa beristirahat. Kondisi tubuh yang seperti
itu yang membuat emosi kami tidak terkontrol. Hei Ram, kamu itu ngapain dari
tadi enak banget kerjaanmu ceracau Surya yang mulai geram melihat Rama,
panggilan Nismara yang sama dengan Ramadhan.
Weh, lha maksudmu apa mas Sur kaya gitu sama aku? Balas Rama yang
nampaknya tidak terima.
Ini itu semua pada capek dan mau kerja, lihat tuh yang lain pada buat pioneering
masang dome, lhah kamu malah ngapain kata Surya sambil mengikat sambung
tongkat dengan penuh emosi.
Weh lha gimana lagi, aku kan juga udah ngebantuin sahut Rama sambil
melempar tali yang belum sempat ia pisahkan.
Udah to udah jangan pada ribut, katanya anak pramuka, gitu aja ribut, udah tuh
selesaiin pekerjaannya masing masing sahut mas Muslim mencoba meredam
situasi yang kacau. Itulah konflik pertama yang kami hadapi saat itu.
Akhirnya setelah dzuhur, set camp sudah selesai kami buat, kami lanjutkan
dengan bersih diri dan sarapan, yang sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk
sarapan. Setelah itu, ketika pikiran kami sudah segar kembali, timbul ide konyol
dari Mega. Eh ayo nyang Cibubur Junction pupung sela kaya ngene, sapa ngerti
ketemu Mbak Ruroh katanya mengingatkanku akan perkataannya di bus
semalam.
Bergegaslah aku, Pengku, Mega, Surya dan Muslim ke Cibubur Junction
dengan hanya memakai kaos dan sarung, cukup konyol bukan anak Klaten itu.
Disitu kami jadi pusat perhatian banyak orang melihat gaya kami. Apalagi kam
ipun harus menempuh jarak yang cukup jauh dengan hanya jalan kaki.
Sesampainya disana hal yang tak terduga sekaligus surprise, entah apakah Dewi
Fortuna selalu bersama kami, di Cibubur Junction secara tidak sengaja bertemu
dengan Dimas nya Mbak Ruroh yang selalu digembir gemborkan Mega
sebelumya. Kamipun sempat berfoto bersama dengan dia, lama berkeliling tiba-
tiba HP Muslim berdering, dan ternyata yang menelfon adalah Kak Nana, ketua
DKC Klaten. Sontak kamipun panik untuk segera bergegas kembali ke Bumi
Perkemahan yang jaraknya sekitar 1 km dari Cibubur Junction. Waktu itu kami
lari terbirit birit tanpa sempat mencari tumpangan karena takut terkena marah dari
Kak Nana.
Kami yang disuruh berkumpul di lapangan utama Bumi Perkemahan
akhirnya sampai dengan terengah engah karena lari larian. Ternyata kami diminta
mengambil atribut kegiatan Raimuna Nasional XI berupa kaos kegiatan, scraft,
topi, tas dan buku panduan di stand Konda Jateng. Kamipun juga Kontingen
Cabang lain se-Jawa Tengah, sempat juga kami berbincang-bincang ngalor
ngidul dengan peserta lain tentang persiapan, seleksi hingga kegiatan pra
keberangkatan Raimuna Nasional XI 2017.
Minggu, 13 Agustus 2017 adalah hari pertama kegiatan Raimuna Nasional
2017, begitu antusiasnya aku dalam menyambut petualangan dimensi nyata dari
angan virtualku. Aku mendapat jatah orang keempat pada plotting peserta, sesuai
jatah plot tersebut aku mengenakan scraft warna hijau. Sesuai jadwal yang sudah
diberikan, hari itu adalah jadwal dari kegiatan Mural Paintings dan Gapura
Nusantara. Namun sayang, kontingen Klaten tidak dapat berpartisipasi langsung
didalamnya mengingat keterbatasan jumlah peserta didalamnya. Saat pagi itu,
pertama kali kami mengumandangkan official yel-yel secara bersama-sama
dengan seluruh anggota kontingen daerah Jawa Tengah yang bunyinya :
Jateng Gayeng, Jateng Gayeng, Jateng Gayeng
Oo aa oo ee, hak ee hak ee hak ee hak ee
Jateng Gayeng
Siap, Sae, Asih, Mantap
Hooookkk yaaaaaa
Atmosfer yang sangat luar biasa aku rasakan disitu, Cibubur serasa milik konda
Jateng. Pada kegiatan mural paintings kontingen daerah Jawa Tengah
mempersembahkan karya lukisan yang luar biasa keren dengan menampilkan
karakter 2 anak pramuka, juga stupa candi Borobudur dan motif mega mendung
sebagai simbol kebudayaan Jawa Tengah yang patut dilestarikan. Tak lupa disitu
juga tercantum motto Raimuna Nasional Pramuka Untuk Masa Depan Indonesia
dan slogan KIBAR (Kreatif, Inovatif dan Berkarakter). Jelas kegiatan itu sebagai
implementasi sesungguhnya bagaiman jiwa setiap pramuka yang mampu
mengeksplor dirinya dengan bakat dan kreatifitas. Selain itu juga menjadi kiasan
akan rasa cintanya terhadap budaya Indonesia khususnya daerah masing masing.
Hari pertama yang memberikan pengalaman yang cukup mengesankan, dengan
miniatur kehidupan masyarakat Indonesia yang cukup beragam.
Malam harinya, adalah Opening Night Raimuna Nasional XI oleh Dewan Kerja
Nasional dan seluruh Sangga Kerja Rainas 2017. Ada sambutan langsung dari
Kak Robby Zulpandi selaku Presiden Raimuna Nasional yang memberikan
suntikan semangat dan motivasi bagi seluruh 15.000 orang lebih pemuda pemudi
Indonesia sekaligus menggemanya slogan KIBAR sebagai pedoman dan tolak
ukur selama kegiatan. Selain itu ada selayang pandang dari Kak Yudha Adhyaksa
selaku Pemangku Adat Raimuna Nasional 2017 juga sekaligus ketua Dewan Kerja
Nasional dan juga Kak Adhyaksa Dault selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka yang secara resmi membuka kegiatan tersebut. Tak lupa, official theme
song Raimuna Nasional juga dahsyat menggema di Lapangan Utama Buper
Wiladatika Cibubur. Semakin spesial dan sangat istimewa karena di malam yang
sangat cerah di Cibubur dimeriahkan oleh salah satu band ternama Indonesia yang
memiliki kecintaan lebih terhadap nasionalisme yaitu Nidji. Riuh riang lautan
manusia nampak sangat menikmatinya. Acara Opening Night malam itu ditutup
dengan pesta kembang api yang mewarnai gelapnya langit malam di kota Jakarta.
Nikmat Tuhan mana lagi yang akan kamu dustakan gumamku dalam hati
menikmati indahnya dunia anganku ini. Acara itu selesai, tidurku pun cukup
nyenyak dengan bersahabatnya cuaca dan kondisi lingkungan.
Keesokan harinya tepat merupakan Hari Pramuka ke 56. Sudah cukup lama
gerakan ini memberi warna cerah bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Sebagai wadah penggemblengan bagi jiwa-jiwa yang kompeten dan terarah bagi
orientasi Indonesia yang lebih baik. Pagi itu dihiasi kembali oleh kreatifitas anak
negeri yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika, sebuah sajian kolosal berkelas
yang menggabungkan konsep budaya daerah dari seluruh 34 provinsi di Indonesia
dan juga konsep kepramukaan yang sangat padu dan menakjubkan. Apalagi,
dihadiri secara langsung oleh orang nomor satu se Indonesia yaitu Bapak Ir. H.
Joko Widodo (Presiden RI) atau juga sebagai Ketua Majelis Pembimbing
Nasional Gerakan Pramuka. Presiden Joko Widodo mengatakan, generasi
pramuka saat ini kebanyakan diisi oleh adik-adik generasi milenial atau generasi
Y, yang cara berpikirannya sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.
Mereka adalah generasi adaptif dengan kemajuan teknologi, generasi yang sangat
kreatif dan inovatif. Untuk itu, Jokowi berpesan agar gerakan pramuka harus
melakukan terobosan, jangan berpikir linear, jangan terjebak rutinitas dan
monoton.
"Kita harus mendidik adik-adik pramuka bukan saja latihan baris berbaris, cara
membangun tenda, atau membuat simpul tali saja tapi juga harus memandu adik-
adik pramuka dalam disiplin menggunakan media sosial yang positif dan yang
produktif," kata Bapak Joko Widodo
Jokowi mengatakan, gerakan Pramuka harus memakai cara-cara yang kreatif,
cara-cara kekinian, cara-cara yang dekat dengan generasi milenial untuk
menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air di dalam diri setiap anggota
pramuka.
"Kita harus meninggalkan pendekatan-pendekatan lama yang tidak pas digunakan
untuk generasi saat ini. Sentuhlah rasa cinta, bangkitkan rasa bangga generasi
muda pada tanah airnya sehingga benar-benar tertanam di dalam diri setiap
anggota gerakan pramuka," kata beliau.
Beliau meyakini generasi muda Indonesia adalah generasi yang unggul, generasi
yang hebat, generasi yang kreatif, generasi petarung dan bukan generasi
pecundang. Ia meminta para anggota pramuka terus berkreasi, berkarya pada
wadah gerakan pramuka.
"Isilah waktu muda kalian dengan kegiatan yang positif yang produktif. Seorang
Pramuka itu harus berani termasuk berani melakukan inovasi. Seorang pramuka
itu harus terampil, termasuk terampil dalam menggunakan teknologi secara
positif," ucap Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Bapak Joko Widodo juga mengucapkan selamat
ulang tahun ke-56 kepada segenap unsur gerakan pramuka di seluruh tanah air
maupun yang berada di kantor-kantor luar perwakilan di luar negeri. Beliau
mengingatkan, Pramuka adalah akronim dari Praja Muda Kirana yang artinya jiwa
muda yang suka berkarya.
"Walaupun usia gerakan pramuka semakin bertambah, tapi saya minta
semangatnya harus tetap muda harus selalu produktif dalam berkarya, harus
inovatif, harus kreatif," katanya.
Selain Bapak Joko Widodo, hadir juga dalam acara ini Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam
Nahrawi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri
Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Selain itu, hadir pula Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal
(pol) Tito Karnavian, dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Dan saat
itu pula aku berhasil mencuri momen untuk berfoto bersama Ryamizard Ryacudu.
Selain itu, juga kudapati seorang pramuka cilik yang turut hadir dalam upacara
tersebut, tingkahnya yang lucu pun sempat menjadi pusat perhatian kala itu.

Pada malamnya, kembali kurasakan atmosfer suka cita para pramuka. Ditandai
dengan kembali mekar dan gemerlapnya kembang api di gelapnya langit malam
kota Jakarta bagian timur. Kami bersama berdiri membaur satu sama lain, ratusan
bahasa campur aduk disitu. Menjadi satu Indonesia yang berbhinneka, ditambah
meriahnya stand konda dari masing-masing 34 provinsi yang turut memeriahkan
Raimuna Nasional 2017 dengan kekhasannya masing masing. Acara
kebhinnekaan pada malam itu diisi penampilan budaya dan penampilan video
pendek dari masing masing kontingen daerah sesuai dengan nomor undian. Aku
seperti biasa memisah dari rombongan kontingen, dengan hanya Surya
bersamaku. Kuamati dan kunikmati pentas salam budaya itu degan seksama,
kebetulan waktu itu adalah penampilan dari kontingen daerah Nusa Tenggara
Timur. Ditampilkannya video singkat tentang keindahan surga tersembunyi di
NTT, mulai dari Pulau Komodo, Telaga Tiga Warna nan elok dari Gunung
Kelimutu, hingga pesona dari Labuan Bajo yang kini menjadi destinasi paling
menarik di dunia selain Pulau Bali. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan
tarian adat masyarakat NTT yaitu tari Hopong dan tari Kataga, yang dibawakan
masing masing dengan feminim dan gagah layaknya penarti profesional. Lagi lagi
aku kagum dengan anak Pramuka yang tidak sekedar mencintai budayanya sendiri
namun juga melestarikannya.
Ditengah asyiknya menonton tiba tiba aku dikejutkan dengan sapaan
seorang perempuan disampingku. Malam, Kak, boleh kenalan, dari kontingen
mana ya? kayaknya asik bener liatin pentas seni sapa dia ramah yang sempat
buat aku kaget sekaligus melongo. Eeh iya Kak, namaku Luthfi dari kontingen
Klaten, Jateng, kalo Kakak? sempat gugup saat tiba tiba diajak kenalan sama
cewek yang kalau dibilang lumayan cantik. Tak sadar pula bahwa ternyata cewek
itu adalah Sangga Kerja Rainas.
Ohh namaku Salshabila Kak, Sangker disini yang kebetulan asalnya deket kok,
dari kota Bogor. Ehh dari Jateng ya, ngomong ngomong ayahku dari Jateng juga
lhoh Kak, dari Blora tepatnya, jawab dia sambil tersenyum.
Lumayan jauh sih Kak kalau dari Klaten, keren ya Kak bisa jadi sangker disini,
tanyaku mewakili penasaranku.
Kita jadi Sangker kemarin ada edaran Kak ke Kwarcab kami dan kebetulan yang
direkrut itu yang deket deket sini jelas dia.
Tiba tiba, Ehhhhmmmm ternyata Surya yang ngode aku. Husshh balasku
acuh sambil kuejek Surya yang dari tadi hanya terdiam mengikuti alur
pembicaraanku sambil tetap menikmati pentas seni. Obrolanku dengan Salshabila
terus berlanjut hingga akhirnya kami saling menukar badge serta akun Instagram
kami, kamipun berpisah karena ajakan Surya yang mulai lapar karena acara itu
sampai sekitar pukul 22.00 WIB. Kamipun makan ketoprak dan lontong sayur di
Cafetaria. Kulanjutkan kembali ke tenda karena mata seakan tak kuat lagi
menahan kantuk. Teman teman lain ternyata belum kembali ke tenda dan nampak
masih asyik dengan urusannya.
Hari berikutnya, satu kesempatan bagiku mengikuti salah satu kegiatan sekaligus
fasilitas paling berharga di Rainas 2017 yaitu Global Development Village (desa
pembangunan global) adalah kegiatan menyenangkan yang dikemas secara in
door maupun outdoor dan bertujuan memberikan wawasan tentang perkembangan
berbagai hal sekaligus teknologi masa kini. Kegiatan inipun diharapkan akan
membantu setiap peserta Raimuna Nasional untuk dapat mengeksplorasi
tantangan yang dihadapi dunia, mengilhami mereka untuk menghargai dan
mempelajari segala bentuk perbedaan yang ada, merenungkan, menghayati dan
berusaha mengimplementasikan janji dan nilai-nilai kepramukaan, serta dapat
memikirkanbagaimana mereka dapat memberikan kontribusi konkret untuk
meningkatkan kesadaran orang lain disekitarnya.
Banyak pihak yang sadar akan potensi Pramuka sebagai kader penerus
pembangunan nasional, terbukti banyak pihak yang berkontribusi dalam hal
penyaluran materi yang diantaranya Teknologi Drone, Bonus Demografi,
BKKBn, Wawasan Kebangsaan, Revolusi Mental, Nasionalisme dan Cinta Tanah
Air, Pramuka ITB dan masih banyak lagi. Kegiatan ini dimulai dari pukul 07.45
dan jaraknya lumayan jauh untuk ditempuh dengan jalan kaki karena terletak di
area perkemahan untuk putri. Partner ku di setiap kegiatan adalah Febrian, karena
kami sama-sama memakai scraf berwarna hijau. Saat itu aku sempat bercakap-
cakap dengan salah satu peserta dari Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Pagi, Kak, sapaku
Hai pagi juga Kak, namanya siapa dari kontingen mana ya? balasnya sambil
memulai pembicaraan.
Oh, Luthfi Kak, dari kontingen Klaten, Jawa Tengah, kalau Kakak? tanyaku
balik.
Namaku Abdul dari Kontingen OKI, Sumsel sahut dia.
Ngomong-ngomong gimana Kak kegiatan pramuka di OKI, yang pernah jadi
tuan rumah Jamnas X 2011? tanyaku
Seru sih Kak, standar seperti kegiatan biasanya, tapi waktu itu gak ikut
Jamnas Kak, belum minat sama belum ada kesempatan jawab dia sambil kami
terus melanjutkan cakap-cakap kami yang juga membicarakan tentang makanan
khas di OKI yang ternyata bukan pempek seperti di Palembang, namun justru
tempoyak, yan terbuat dari buah durian yang telah difermentasikan. Tak terasa
sampai juga di area GDV, menurut jadwal aku mendapat jatah untuk masuk ke
stand Revolusi Mental yang mulai digencarkan di era Presiden Joko Widodo.
Revolusi Mental berisi materi tentang cinta tanah air serta bisa menerapkan 3
prinsipnya yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong. Selain materi juga diisi
game puzzle dan juga harmoni nusantara. Kerennya, kelompokku sukses jadi
pemenang dalam game tersebut. Aahaaa, 1 achievement pertama, ejekku pada
Febrian yang kali itu jadi musuhku dan kalah game. Setelah peluit dibunyikan aku
dan Febrian berganti ke stand selanjutnya yaitu Wawasan Kebangsaan yang dari
segi materi berisi tentang upaya untuk menghadapi berbagai ancaman dan
tantangan globalisasi, diperlukan wawasan kebangsaan dalam memperkuat
semangat nasionalisme melalui pendidikan Bela Negara
Keberadaan suatu bangsa dalam bingkai negara pada dasarnya dilandasi
oleh 3 (tiga) hal mendasar yaitu: kesadaran, semangat dan tekad yang kuat
dalam memahami wawasan kebangsaan, yaitu:
1. Kesadaran meliputi dua fenomena realitas, yaitu kesadaran ruang(pemahaman
terhadap konfigurasi geografis) dan kesadaranisi (kemajemukan dan
heterogenitas kita sebagai bangsa).
2. Semangat, yaitu spirit para founding father dan kita semua untuk mewujudkan
fenomena realitas tadi menjadi satu entity .. suatu kesatuan yang utuh
seperti diikrarkan melalui Sumpah Pemuda 1928 dan dipertahankan melalui
pertempuran 10 November 1945.
3. Tekad, merupakan komitmen kuat untuk mewujudkancita-cita luhur kita yang
tertuang dalam proklamasi kemerdekaan serta komitmen terhadap Wawasan
Kebangsaan yang berintikan 4 konsensus dasar berbangsa (Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika).
Ketiga aspek mendasar tersebut terakumulasi dalam pemahaman wawasan
kebangsaan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
. Disitulah aku mendapat pengalaman yang sangat berharga untuk turut ambil
bagian dalam diskusi tersebut, yang lebih membuatku senang adalah tanggapan
dari pihak pemateri terkait pendapatku yang langsung mengacungi dua jempol
karena dianggap pendapatku cukup simple dan mengena. Ngimpi apa aku isoh
njawab kaya mau pikirku yang seakan tidak percaya akan hal itu. Pada GDV aku
sebenarnya mendapat 4 jatah stand dari pagi hingga sore, namun hanya 3 yang
aku kunjungi selain itu tadi yaitu di Pramuka ITB, mungkin stand ini yang paling
berkesan bagiku karena selain ITB (Institut Teknologi Bandung) adalah perguruan
tinggi impianku namun memang materi yang disampaikan lumayan cocok dengan
aku. Disitu dijelaskan tentang berbagai teknologi tepat guna buatan langsung oleh
salah satu profesor di ITB yang bernama dr. Rekario yang secara langsung
merancang alat alat seperti Pembangkit Listrik Tenaga Vulkanik yang sejatinya
hanya merupakan prototype dari alat yang mengambil ide bahwa Indonesia
terletak di Ring of Fire. Prinsip kerjanya dijelaskan oleh Kak Abdul Aziz selaku
pemateri, yaitu dengan menggunakan panci presto yang akan dimanfaatkan uap
panasnya untuk menggerakkan miniatur turbin diatasnya, yang nantinya dapat
menghasilkan energi listrik. Selain alat tersebut ternyata masih banyak lagi alat
lain yang secara prinsip kerja sama yaitu memanfaatkan beberapa energi alternatif
terbarukan yang nantinya bisa dimanfaatkan secara riil oleh masyarakat Indonesia
dimasa mendatang. Materi tentang itu sebenarnya sempat menaikkan moodku
namun karena sudah lelah kemudian kuputuskan kembali ke tenda. Febrian pun
tidak mau kembali ke tenda, sendirian aku kembali ke tenda. Kok udah selesai
bro? tanya Mega yang saat itu mendapat jatah korve tenda. Nggak ah Meg,
bosen disana, capek mau istirahat dulu sahutku. Kusempatkan beristirahat sambil
menunggu teman temanku beristirahat.
Sore itu, seperti biasa Mega, Pengku, Surya, dan aku yang saat itu juga
memproklamasikan diri kami menjadi Rainas Group kembali punya rencana
nakal, yaitu mencuri salah satu banner Rainas, tak hanya itu kami juga berencana
untuk pergi ke Cibubur Junction untuk mengambil uang sambil makan. Rencana
kami mulai dengan mencari tumpangan ilegal untuk bisa cepat sampai ke Cibubur
Junction sambil mengintai banner yang kira kira bisa diambil. Target sudah kami
kunci namun lebih dulu pergi ke CJ untuk membeli cutter dan makan terlebih
dahulu. Kami makan di salah satu foodcourt disitu sambil menyusun strategi agar
nantinya bisa sesuai rencana. Kamipun segera ke hypermart mencari cutter, entah
apa setan yang hinggap dibenak kami, cutter itu kami bawa lari tanpa membayar
alias mencuri. ini yakin gak bro kita kaya gini? seru Surya pada Mega yang
ternyata otak dibalik pencurian nekat di mall besar seperti ini. Biarin aja wong
cuman cutter jawab Mega ketus sambil berlari ke arah pintu keluar. Alangkah
terkejutnya diluar suasana hujan deras, seketika hancur semua rencana dan
mencuri cutter seakan sia sia, mungkin ini ganjaran dari Allah atas perbuatan jahat
kami.
Bayar aja lah bro cuman 7000, tuh ada satpam takut kalo kita nanti
ketahuan nyuri, padahal kita juga peserta Rainas dan masih beberapa hari disini,
malu kan kalo masuk TV cuman gara gara nyuri cutter 7000 rupiahsaranku yang
juga sangat ketakutan. Langsung saja kami kembali masuk dan membayar ke
kasir. Huuuhh langsung lega rasanya. Karena kondisi yang masih hujan deras
kami memutuskan mencari taksi online untuk bisa kembali ke Bumi Perkemahan.
Apalagi Muslim yang dari tadi ternyata sudah menelfon sambil marah marah
karena kabarnya area tenda banjir. Setelah taksi datang kamipun dengan harap
cemas bisa kembali ke tenda meskipun resiko kami untuk dimarahi. Ketika tiba
ditenda ya benar, Muslim marah besrar. Kalian berempat ngapain baru sampai di
tenda, padahal yang disini mati-matian jaga tenda.
Udah lah slim, yang penting pada selamat sampai sini, yang penting Mbak Nana
nggak tahu soal ini, kalo sampai tahu, habislah kita. Ayo langsung ikut bantu aja
sahut Mas Ikhwan bijaksana. Yess batin kami.
Tanpa basa basi kami langsung membantu mengalirkan air dengan membuat
selokan karena memang air tidak lancar. Hingga hujan reda kami kembali
mengecek barang-barang yang memang diantaranya basah kuyup begitupun
dengan tubuh kami. Kita pun memutuskan tidak ikut ke lapangan utama karena
kondisi tenda dan tubuh kami. walaupun saat itu adalah Variety Show secara
langsung dengan Maudy Ayunda. Kamipun harus juga membereskan tenda yang
hampir roboh. Sampai pukul 22.30 kami baru selesai membereskan semuanya dan
dilanjutkan makan serta tidur dalam suasana yang tidak cukup mengenakkan
ditambah hawa dingin yang makin menyeruak.
Pagi harinya aku harus bangun sangat pagi untuk segala persiapan karena
menurut jadwal saat itu aku harus mengikuti Tur Edukasi ke TMII atau Taman
Mini Indonesia Indah. Pukul 05.00 pagi aku dan Febrian sudah sampai di
lapangan utama. Namun, kegiatan tak kunjung dimulai karena banyak peserta
yang terlambat mengikutinya. Kegiatan baru dimulai pukul 07.00 dan kamipun
diminta untuk segera naik ke bus. Di bus aku mendapat tempat duduk disamping
orang asal Maluku yang setelah berkenalan ternyata namanya Fadli dari Ternate.
Dia orangnya lumayan akrab ketika diajak bicara, dan juga pemberani, karena dia
berani mengajukan diri untuk menjadi ketua rombongan bus kami. Sepanjang
jalan antara Cibubur ke TMII yang sebenarnya lumayan dekat, suasana bus kami
tetap ramai yang hidup karena saling tukar yel yel.
Hanya dalam waktu sekitar 20 menit untuk sampai di TMII, disitu kami
masuk ke Museum Penerangan yang memiliki gedung mirip Pentagon, Amerika
Serikat yang atapnya berbentuk segi lima. Museum ini sejatinya merupakan
museum komunikasi yang diresmikan oleh ibu Tien Soeharto. Di dalamnya berisi
tentang sejarah penerangan dan komunikasi mulai dari sejarah perfilman
Indonesia, dan juga alat alat komunikasi seperti radio, TV, sejarah pers Indonesia
mulai dari tahun 1962 yang meliput secara langsung Asian Games IV sekaligus
berdirinya TVRI. Museum penerangan memiliki 3 lantai. Di lantai 1 kami
mendapat kesempatan untuk menonton film dokumenter tentang sejarah
berdirinya Museum Penerangan. Selanjutnya disitu kembali saya harus
mengatakan bahwa dunia itu sempit. Karena salah atu petugas Museum
Penerangan adalah orang asli Gombang, Cawas, Klaten yang aku lupa namanya.
Setelah selesai mengelilingi Museum Penerangan kamipun diminta untuk kembali
ke titik kumpul awal di Patung Kuda. Ketika sedang beristirahat tak sengaja
disampingku, salah satu peserta putri yang nampaknya sendirian dan keberatan
menggendong tas. Bukannya bermaksud modus atau apapun, namun tetap saja
orang berpikirian bahwa itu satu bagian dari mode modusin cewek. Kuhampiri dia
sekalian berkenalan, padahal maksud lain tersembunyiku adalah bisa tukar badge.
Setelah tahu, ternyata dia bernama Hilda asal kontingen kota Pekanbaru Riau.
Boleh aku bantu nggak Kak, kok kayanya keberatan. basa basiku.
Nggak kok Kak udah biasa lagian ini mau istirahatjawab dia sambil mulai
meletakkan tasnya.
Dari Pekanbaru naik apa Kak?tanyaku.
Pesawat Kak, tapi kemarin dateng kesini termasuk awal. Kalau kakak naik apa?
Tanya dia balik.
Bus kok Kak, oh iya ngomong ngomong boleh tuker badge kontingen nggak?
langsung saja aku to the point karena kelamaan.
Ternyata keinginanku tak semulus yang kukira Aduh maaf Kak tadi lupa nggak
aku bawa. Jawabnya yang seketika mamupus harapanku. Kebetulan setelah itu
waktu istirahat selesi dilanjutkan waktu bebas bagi peserta Tur Edukasi untuk
berkeliling TMII sepuasnya akan tetapi hanya dalam waktu dua setengah jam. Hal
itu ternyata sama sekali tidak membuatku tergoda untuk berkeliling, karena
kebetulan aku pernah ke TMII waktu masih SMP, disamping kelelahan semalam
akibat hujan telah menjadi beban berat di sekujur tubuh sehingga kuputuskan
untuk tetap duduk beristirahat di sekitar itu. Ternyata tidak hanya aku yang kurang
tertarik, banyak peserta lain yang hanya tiduran sampai sangat pulas, termasuk
salah seorang peserta asal Kaimana Papua yang tertidur sampai ngorok
disampingku.
Sampai akhirnya waktu berkeliling telah usai, saatnya kembali ke Bumi
Perkemahan. Sayangnya perjalanan kembali ke Bumi Perkemahan tidak semulus
saat berangkat, karena kondisi tol Cibubur saat itu macet hingga cukup jauh
sehingga memakan waktu 2 kali lebih lama dari waktu berangkat. Panasnya cuaca
luar kota Jakarta membuatku malas untuk mengikuti aktivitas di dalam bus meski
ada yel yel ditambah beberapa game. Sampai akhirnya kami kembali tiba di Bumi
Perkemahan, dan tanpa mampir kemanapun aku dan Febrian memutuskan untuk
langsung kembali ke tenda. Langsung saja kami bersih diri, dan sore itu pula aku
mengajak Surya untuk pergi ke pasar Rainas untuk mensurvei oleh oleh yang bisa
dibeli. Selain itu kami berdua juga berencana tukar badge dengan kontingen
daerah lain terutama yang cewek, sudah biasalah naluri seorang cowok. Ya,
rencana sore itu terbilang cukup sukses karena kami berhasil tukar badge dengan
kontingen putri yang berasal dari provinsi Jambi dan juga Kalimantan Selatan.
Setelah berasa sukses kami berdua kembali ke tenda dengan wajah yang lumayan
sumringah karena kami ingin memamerkan hasil ini pada Pengku dan Mega yang
ternyata punya rencana yang sama. Ternyata mereka berdua mendapatkan badge
yang lebih banyak dari kami yaitu sejumlah 3 badge. Tidak terima, aku dan Surya
kembali berencana untuk mendapatkan badge nanti saat malam pentas salam
budaya. Namun, terlebih dahulu kami mengunjungi tenda putri karena natura atau
bahan makanan untuk dimasak kami sudah dimasak oleh kontingen putri kami
dengan maksud lebih meningkatkan kebersamaan lewat makan bersama.
Jangan lupa bro rencana kita malam ini nggak boleh gagal bisik Surya dengan
optimisme tinggi.
Shapp boss, jawabku tak kalah optimis.
Setelah itu kami kembali mencuri start untuk menuju lapangan utama lebih awal
dengan harapan mendapatkan badge lebih banyak. Selain itu ada akal bulus dari
Surya untuk mencari gebetan malam itu. Selangkah kami memasuki lapangan
utama, perhatian kami justru terpecahkan oleh stand masing-masing konda di
sekitar lapangan. Kami berdua pun tergoda untuk masuk ke stand Sulawesi
Selatan yang menjual kopi asli toraja yang menggugah selera sekaligus kami
berniat agar badan lebih fresh untuk menghindari ngantuk. 2 gelas kopi toraja
original yang panas benar-benar sempat menggugah semangat kami. Di malam itu
kami tidak lagi fokus dengan penampilan budaya di panggung akan tetapi tentang
bagaimana mendapatkan badge dan kenalan baru.
Sayang sekali lagi-lagi gagal total dari rencana yang telah kami berdua susun.
Surya yang sibuk mencari kenalan ternyata bernyali kecil untuk sekedar senyum
maupun memulai pembicaraan. Justru sering kali tindakan konyol lah yang kami
lakukan. Alhasil justru lapar yang kami rasakan, tanpa pikir panjang ketoprak
tetaplah jadi menu pilihan utama di cafetaria. Setelah itu justru kantuk yang kami
kembali rasakan dan itu menuntut kami untuk kembali pulang ke tenda.
Ternyata tidak hanya kami berdua yang bergegas kembali ke tenda karena
memang sudah rencana untuk acara tirakatan karena malam tanggal 17 Agustus,
yang kita tahu adalah hari kemerdekaan Indonesia. Makanan sisa natura sudah
kami siapkan, dan sangat siap untuk disantap saat tirakatan. Dan tepat pukul 00.00
yang tandanya sudah masuk tanggal 17, kamipun dengan ide dadakan melakukan
koor(paduan suara) tentang 17 Agustus, memang hal itu sangat sangat konyol
tetapi sekonyol konyol apapun hal itu menurut kami adalah simbol dari sikap
nasionalisme dan patriotisme yang kami tunjukkan. Ini adalah pengalaman
pertama dariku sejak kecil untuk tidak merayakan HUT RI di kampung halaman,
padahal tepat hari itu adalah serah terima jabatan ketua umum organisasi
kepemudaan di kampungku.
17 Agustus 2017, ya, adalah hari peringatan ulang tahun Republik Indonesia yang
ke -72. Di Cibubur ini diadakan upacara bendera yang pembina upacaranya
langsung dari pembina upacara Kak Adhyaksa Dault selaku Ka Kwarnas 2013-
2018. Ada beberapa hal yang spesial yang dapat aku rasakan saat itu unjuk
kemampuan dari Satuan Karya Gerakan Pramuka dan upacara itu secara langsung
diliput oleh Trans TV selaku media partner dari Raimuna Nasional 2017 selain itu
diadakan beberapa lomba khas 17-an diantaranya, panjat pinang, kaki seribu,
sepakbola dan masih banyak lagi. Lomba tersebut diadakan masing masing
kabupaten. Lar biasa serunya acara itu terlihat dari wajah masing masing peserta
yang tidak ada sama sekali yang menunjukkan raut sedih. Kami dari kontingen
Klaten pun juga turut memeriahkan acara tersebut namun apa daya setiap cabang
lomba kami selalu kalah apalagi dengan tetangga sebelah selatan kami yaitu dari
Kaimana, Papua Barat. Memang saya akui orang orang Papua itu memiliki fisik
dan semangat yang berlipat dibandingkan yang lain. Karena sudah dipastikan
kami kalah, kami memutuskan kembali ke tenda untuk rehat sejenak, baru
beberapa menit kami rehat, sudah ada panggilan dari Kak Nana yang
memerintahkan kami untuk segera ke tenda cewek dengan dalih ada hal yang
sangat penting.
Ternyata para kaum hawa sedang sibuk sibuknya mempersiapkan tumpeng nasi
kuning untuk acara malam Binwil Surakarta. Kami pun diminta untuk
mempersiapkan peralatan seperti sound system, penerangan dan diesel.
Wihh, mantap nih, tester dulu dong, hehehe, celoteh Mega yang selalu
mencairkan suasana.
Apaan sih Meg. Itu bantuin dulu, testernya nanti malem. Sahut Mbak Nana.
Pada acara malam Binwil Surakarta, kami diminta berkumpul di lapangan
kabupaten putri bersama dengan anggota Binwil Surakarta yang terdiri dari
Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Solo, Klaten, dan Sragen tentunya.
Acara tersebut bertujuan untuk tetap menjaga dan mempererat silaturahmi antar
anggota sesama Binwil se-Surakarta. Pada saat itu juga yel-yel Karesidenan
menggema di tapak perkemahan putri ketika peserta kontingen lain sudah mulai
pergi ke lapangan utama untuk mengikuti jumpa tokoh lainnya dari Panji
Pragiwaksono. Cukup kecewa mungkin saat gagal bertatap muka dengan Panji
yang terkenal akan quotes dan stand up comedynya. Malam Binwil Surakarta
ditutup dengan acara potong tumpeng sekaligus makan bersama. Salah satu
quality night yang pernah saya hadiri mungkin seumur hidup.
Kemudian, setelah acara selesai kami semua se-binwil Surakarta berbondong-
bondong menuju lapangan utama untuk tetap mengikuti prosesi malam pentas seni
budaya sampai selesai. Pukul 23.00 pentas seni hari itu selesai.
Gila ya kita disini, full kegiatan tapi minim tidur. Kata Pengku yang tiba-tiba
memecah suasana.
Gapapa Ku, lagian kita juga bayar mahal kok disini, sia-sia kalo dilewatin gitu
aja, hehe sahut Abiyyu sambil mulai merebahkan diri dibawah minimnya bintang
di langit Cibubur.
Eh please deh jangan ngomongin biaya, toh kita juga puas disini jawab Mas
Marsito.
Iya mas santai, makanya itu, jawab Abiyyu mencoba meraih sleeping bagnya.
Gak nyangka ya bisa sampai sini, ngarepinnya sampai 2 tahun aku timpal aku
sambil menyeduh teh hangat.
Syukur deh bro, ya kaya gini yang kita rasain sekarang. Minta teh mu dong,
sahut Surya sambil menyodorkan gelas kecilnya.
Ehh pada gak ngajakin, sini minta teh nya sahut Mega yang tiba-tiba datang
nyerobot minta teh.
Sabar dong, ntar juga kebagian pasti, sisanya maksudnya candaku.
Hei, yang disitu segera masuk dome, itu Mega udah pulas dari tadi kata Muslim
dari balik dome.
Siapp pak bos, haha jawab Surya sambil ketawa.
Pagi harinya adalah giliranku untuk kegiatan free time atau giat waktu
luang. Yaitu kegiatan bebas bagi para peserta khusus free time untuk masuk di
stand Satuan Karya maupun stand Konda. Terlebih dahulu aku masuk ke Saka
Widya Budaya Bhakti. Apa sih Saka Widya Budaya Bhakti? Saka Widya Budaya
Bakti adalah wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
praktis di bidang Pendidikan dan Kebudayaan khususnya pendidikan anak usia
dini, nonformal dan informal, seni dan film, tradisi, sejarah, nilai budaya, cagar
budaya dan museum yang dapat diterapkan pada diri, keluarga, lingkungan dalam
menciptakan lapangan pekerjaan. Tujuan Pembentukan Saka Widya Budaya Bakti
adalah memberi wadah pendidikan dan pembinaan bagi para pramuka penegak
dan pramuka pandega untuk menyalurkan minat, mengembangkan bakat,
kemampuan, dan pengalaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan di bidang Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat menjadi bekal
bagi kehidupan dan penghidupannya untuk mengabdi pada masyarakat, bangsa,
dan negara. Adapun beberapa krida Saka Widya Budaya Bhakti : Krida Saka
Widya Budaya Bakti :
1. Krida Pendidikan Masyarakat,
berisi materi pokok berupa keterampilan dalam teknik keaksaraan.
2. Krida Anak Usia Dini,
berisi materi pokok berupa keterampilan dalam menyiagakan dan
menggalang kelompok sasaran program pendidikan anak usia dini.
3.Krida Pendidikan Kecakapan Hidup,
berisi materi pokok berupa keterampilan fungsional sebagai bekal hidup
mandiri.
4. Krida Bina Sejarah,
berisi materi pokok berupa keterampilan menjadi nara sumber teknis,
pengaman, pemelihara, dan jasa wisata sejarah.
5. Krida Bina Seni dan Film,
berisi materi pokok berupa keterampilan menjadi pegiat, pekerja, dan
pengabdi seni dan film sesuai bidang masing-masing.

6. Krida Bina Nilai Budaya,


berisi materi pokok berupa keterampilan dalam bidang permainan
tradisional, cerita rakyat, makanan tradisional, tradisi musyawarah.
Pada Saka Widya Budaya Bhakti selain membahas materi kami juga
diminta untuk memainkan beberapa game seperti ular tangga jumbo, kemudian
memanah. Dan semua game itu memiliki hadiah yang diperuntukkan bagi peserta
yang berhasil menyelesaikan tantangan dari pihak panitia maupun pemateri.
Kemudian dari Saka Wira Kartika yaitu adalah wadah kegiatan bagi Pramuka
Penegak dan Pramuka Pandega untuk meningkatkan kesadaran bela negara
melalui pengetahuan dan keterampilan di bidang matra darat. Membentuk patriot
bangsa yang setia, berbakti, dan menjunjung tinggi nilai luhur bangsa serta tetap
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Matra darat sendiri dapat
diartikan sebagai segala aktifitas dan kegiatan yang dilakukan secara terorganisir,
perorangan ataupun kelompok yang memanfaatkan kondisi alam di darat seperti
hutan, gunung, rawa, dan sungai. Disitu banyak materi tentang softskill,
handskill, yang bersifat praktek langsung seperti konstruksi jembatan dengan
menggunakan pioneering, membuat menara, teknik survival dengan alat alat
seperti tali webbing, carabiner dan lain lain.
Selanjutnya ada Saka Taruna Bumi yang bergerak dibidang pertanian
maupun perkebunan. Disitu kami diajari tentang berbagai manfaat dan kelebihan
tumbuhan herbal yang kini pengobatan herbal dianggap pengobatan yang aman
dan ampuh dalam penyembuhan berbagai penyakit. Selain itu kami juga diajari
berbagai metode pertanian efektif, mulai dari pengolahan tanah pemilihan bibit,
panen hingga pemasaran. Kami juga dikenalkan terkait gizi makanan yang harus
selalu diperhatikan setiap kita mengkonsumsi makanan apapun. Karena tepat
pada hari Jumat, aku pun segera mengakhiri free time untuk menunaikan sholat
Jumat yang dipimpin oleh Kak Adhyaksa Dault yang saat itu menjadi khotib
sekaligus imam sholat Jumat. Setelah sholat jumat kulanjutkan free time ku
untuk melakukan refreshing sejenak. Saat itu aku, Mega dan Surya memutuskan
untuk ke kolam ikan dekat danau Wiladatika untuk memancing sebagai sarana
melepas kepenatan. Aku yang awalnya sangat tidak suka dengan mancing, mulai
merasakan keseruan
Yuhuuu, dapet 2 nih, girang aku yang mendapatkan 2 ikan meski kecil kecil.
Gila, udah dapet aja, dari tadi aku ga dapet, Surya mulai menggerutu.
Sabar Sur mungkin ikannya takut sama kamu yang serem kaya gitu kata Mega
mengejek Surya.
Ehh awas ya ancam Surya
Kami hanya mendapat total 12 ekor nila super kecil yang lumayan untuk sekedar
lauk malam. Selanjutnya kami bertiga melanjutkan giat free time ke stand Konda
untuk melihat ciri khas budaya masing masing daerah.
Free Time selesai, malamnya kami semua peserta Raimuna Nasional 2017 dihibur
oleh band yang cukup terkenal yaitu J-Rocks. Kostum kami malam itu adalah
batik merah dan seperti biasa ciri khas kami yaitu bawahan sarung. Tak kusangka
ternyata malam itu penuh dengan skenario menakjubkan. Sangga kerja Rainas
benar benar luar biasa, menyiapkan kejutan megah yang mungkin belum pernah
dirasakan peserta. Lampion ditata rapi membentuk tulisan RAINAS XI.
Diterbangkan secara bersamaan ke angkasa, dengan warna warninya yang
menyelimuti Cibubur saat itu. Sungguh anugerah terindah yang takkan pernah
dilupa pada event 5 tahunan tersebut. Seakan tak peduli insiden flare yang sempat
membakar salah satu banner Rainas. Kami seluruh kontingen Klaten membentuk
2 shaf rapi dengan satu sama lain saling memeluk pundah menikmati glorious
night waktu itu. Diiringi dengan alunan musik Tanah Airku benar benar
membakar suasana. Tak lupa kami banyak mengabadikan momen langka itu, tak
ada kesedihan dimalam itu kecuali tangisan haru kekaguman. Banyak orang orang
yang terjangkit virus cinta perkemahan turut menikmatinya dengan kemesraan.
Pokoknya itu malam yang paling indah yang kurasakan secara langsung. Puas rasa
kami, rasa penat dan lelah baru kami rasakan seketika kami kembali ke tenda
untuk beristirahat. Tak ada lagi keributan seperti biasa karena aku yakin semua
anggota kami merasakan sesuatu yang sama, yaitu gembira, senang, dan sangat
puas. Hingga kami terlelap dalam mimpi sisa sisa cerita saat itu.
Tak terasa mentari pagi lebih dulu menampakkan diri sebelum kelopak kami
membuka. Pagi itu sedikit berbeda, suasana baru mungkin kami rasakan bersama.
Lebih dulu kami membersihkan sekitar tenda dan sedikit lebih santai dari
biasanya. Mungkin karena hari itu jadwal pemlottingan terakhir. Kami
menyiapkan sarapan bersama sembari saling berbagi senyuman dan canda tawa
menghiasi semaraknya hari itu. Pukul 07.00 kami masing masing bersiap untuk
mengikuti kegiatan, diawal dengan penaikan dan penghormatan bendera untuk
camp site kami. Menurut plotting mungkin kegiatanku adalah kegiatan paling
ditunggu dari seluruh peserta Rainas yaitu adalah Rover Challenge. Yaitu
permainan outdoor yang tidak se mainstream permainan pada umumnya. Karena
rata-rata permainan yang disuguhkan disini adalah permainan yang membutuhkan
adrenalin, fisik dan pastinya sangat sangat seru seperti offroad, kano, paramotor,
air softgun dan masih banyak lagi. Sedikit usil aku saat itu, yang sengaja tidak
ikut rombongan untuk mengikuti Paintball, yang membuatku penasaran akan
keseruannya. Ternyata benar saja banyak peserta lain yang rela menanggalkan
scrafnya untuk mencoba permainan itu. Memang Paintball menjadi primadona
karena mahalnya untuk mencoba permainan itu di wahana umum seperti di Jogja,
untuk memainkan Paintball dalam durasi 1,5 jam butuh biaya mencapai Rp.
700.000, sangatlah mahal bukan. Apa sih sebenarnya Paintball? Paintball adalah
Permainan perang-perangan (wargame), menggunakan senjata semi otomatis yang
menggunakan bola cat (paintball) sebagai peluru.
Permainan ini termasuk kategori beresiko tinggi (high impact outbound), namun
permainan ini juga sangat menyenangkan dan sangat safety selama pemain
mematuhi semua peraturan di dalamnya
Sebelum memulai permainan, seorang instruktur akan memberikan penjelasan
mengenai perlengkapan, jenis permainan,peraturan dan standart safety kepada
pemain.
Breffing ini sangat penting agar setiap pemain paham dan mengerti semua
peraturannya, dan yang terutama adalah pemain dapat selalu memperhatikan
standart safety permainan paintball. Perlengkapan yang umum di gunakan dalam
permainan Paintball antara lain
a. Goggle (Pelindung Wajah)
Goggle berfungsi untuk melindungi bagian wajah, terutama bagian MATA,
karena dalam permainan hampir 50% itu mengenai wajah.
Dalam permainan, Goggle dilarang dibuka didalam arena pertempuran selama
permainan sedang berlangsung dalam kondisi apapun, jika seorang pemain ingin
membuka Goggle harus keluar terlebih dahulu dari arena pertempuran.
Bagi yang berkaca mata masih dapat menggunakan Goggle tanpa melepas
kacamata.
b. Marker / Senjata Paintball
Senjata yang dipergunakan adalah Senjata semi automatis (satu tembakan hanya
satu peluru yang keluar). Jarak efektif senjata adalah 10 s.d 15 meter, lebih dari itu
peluru akan melayang
c. Body protect
Adalah alat pelindung bagian dada yg digunakan untuk mengurangi rasa sakit bila
terkena bola cat
d. Seragam
Fungsinya untuk mengurangi rasa sakit, boleh digunakan ataupun tidak.
Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu diadakan undian anggota regu, dan
aku mendapat regu sejumlah 10 orang dari berbagai daerah, ketua reguku bernama
Padlan, dia orang dari Talaud, sebuah pulau yang hanya berjarak 2 jam perjalanan
menuju ke Filipina, setelah berbincang-bincang ternyata dia sangatlah bersyukur
bisa datang ke Cibubur yang jauh lebih gemerlap dibanding daerahnya yang
cukup terasingkan.
Permainan dimulai, kami diberi waktu sekitar 25 menit untuk menyelesaikan
permainan melawan regu lain. Regu kami bermain sangat taktis sehingga hanya
butuh waktu 20 menit untuk menaklukkan regu lawan kami. Satu hal yang
berkesan saat itu saat aku berhasil melakukan headshot kepada satu anggota
lawan. Area itu jadi penuh akan cat warna hasil peluru tembakan. Selanjutnya, aku
memutuskan untuk pulang dulu ke tenda sambil mengajak Muslim dan Surya
yang nampaknya ikut terpincut game yang aku mainkan.
Kami kembali ke arena Arboretum Cibubur yang terletak sebelah Paintball, yaitu
Air Softgun, hapir sama dengan Paintball hanya beda senapan dan juga peluru. Di
sanggar Air softgun lagi lagi bertemu pelatih air softgun nasional yang ternyata
berasal dari Manisrenggo, Klaten bernama Arif. Kegiatan di sanggar Air softgun
kami tutup dengan foto bersama Kak Arif.
Setelah Giat Rover Challenge kami diminta kembali ke tenda untuk persiapan
malam pentas salam budaya yang kebetulan ditutup penampilan dari kontingen
daerah Jawa Tengah yang diwakili koncab Jepara, Banyumas, Salatiga dan
Cilacap. Kami diminta untuk ke gedung di dekat Arboretum untuk
mempersiapkan koreografi dan teknis supporter. Dresscode yang kami pakai
adalah PDL Konda Jateng. Di lapangan utama, peserta kontingen daerah Jateng
tumpah ruah di depan stand Konda Jateng sambil menunggu giliran penampilan.
Tepat pukul 21.30, saat video singkat tentang Jawa Tengah, pasukan konda Jateng
mulai bergerak menengah membanjiri depan panggung sambil menggemakan yel-
yel konda Jateng. Kontingen Jawa Tengah menampilkan gamelan dan juga tari
Bondan Payung serta tari Prawiroguno. Dalam sesak bercucuran keringat kami
berhasil menampilkan koreografi terbaik dengan bendera merah putih sebagai
wallpaper dan kami gerakkan seraya terus menggemakan yel-yel penyemangat.
Malam pentas salam budaya ditutup dengan penampilan kontingen pandu asal luar
negeri seperti bangladesh, Thailand, Malaysia, Brunei, hingga India yang turut
menyemarakkan pesta akbar pramuka 2017 itu. Setelah itu, kami diminta ke tenda
putri untuk mendapat pengarahan dari Kak Nana yang intinya kontingen cabang
Klaten meninggalkan Bumi Perkemahan Wiladatika pada Minggu malam. Kaget
awalnya, namun apadaya bus kepulangan sudah dipesan, dan mungkin malam itu
adalah malam efektif terakhir di Cibubur.
Pagi harinya, kegiatan kami hanya memasak natura terakhir di Rainas. Mengingat
hari itu hari terakhir kami di Cibubur. Sebenarnya masih ada karnaval dan festival
kuliner tapi kami harus melewatkannya, ada rasa kecewa mungkin. Kemudian
kami mulai packing barang pribadi maupun kontingen untuk dikumpulkan ke
tenda putri. Pengangkatan barang dibantu dengan truk kodim yang disediakan
koncab Sragen. Setelah tapak perkemahan kami sudah bersih, tak lupa kami
berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada peserta kontingen lain disekitar
kami yaitu dari kontingen Mahakam, Pariaman, dan juga Sukoharjo yang sudah
seperti saudara kami sendiri.
Kok udah mau pulang bro, buru buru amat. Tanya Nigo, peserta asal Mahakam,
Kaltim.
Iya bro, makasih ya untuk 7 harinya. Ucap Pengku.
Siap bro, lain kali ketemu lagi ya jangan lupain kami. Hati hati, selamat sampai
Klaten lagi ya. Ucap Nigo yang kemudian kami pun saling bersalaman sambil
memeluk satu sama lain. Detik itulah terakhir kali kami menginjakkan tapak
perkemahan kami.
Kami segera bergegas ke tenda putri untuk makan siang sambil membantu peserta
putri melakukan packing. Siang itu kami dikejutkan dengan kunjungan artis
sekaligus Andalan Nasional Gerakan Pramuka Urusan Kominfo, Kak Olivia
Zalianty ke tenda kami, hal itu langsung memecah suasana saat saat terakhir kami
di Cibubur. Kami menyambut dengan jargon Selamat Datang Kakak yang kami
lanjutkan dengan yel yel bersama beliau. Kami pun sempat berfoto bersama
dengan Kak Olivia. Beliau pun juga berpesan kepada kami agar selalu menjadi
pramuka sejati dimanapun berada meski nantinya Raimuna Nasional XI telah
selesai.
Malamnya kami diberi kesempatan oleh Kak Nana untuk membeli oleh oleh
sekaligus mengikuti acara terakhir di lapangan utama oleh Kikan. Tak lupa aku
menyempatkan diri makan ketoprak di Cafetaria yang tanpa sadar menjadi
makanan favoritku disini. Kunikmati sekali detik-detik terakhir kami di Cibubur
yang juga kami dokumentasikan sebagai saksi bisu kisah kasih suka duka di
surganya anak pramuka Indonesia, kuhayati dengan betul suara official theme
song Raimuna Nasional 2017. Suasana kontingen kami jadi haru. Kembang api
malam itu adalah kembang api perpisahan bagi kami sekaligus tanda bahwa
mimpi kami sudah akan benar benar berakhir. Pukul 23.00 kami naik ke bus dan
secara resmi meninggalkan Cibubur sembari melambaikan tangan ke peserta lain
sebagai salam perpisahan. Ingin rasanya untuk tetap merasakan atmosfer yang luar
biasa, susah untuk diungkapkan. Mulai dari awal kedatangan, upacara pembukaan
dan juga berbagai kegiatan yang kami ikuti selama 7 hari berkualitas yang sudah
aku impikan selama 2 tahun lamanya. Bertemu, bertatap muka dengan banyak
pramuka dari beragam etnis di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke,
juga pandu luar negeri yang memberi kesan tersendiri bagiku. Bertukar pikiran,
berbagi pengalaman, serta berbagi keseruan dengan mereka. Dinginnya bus
malam itu, memecah flashback ku. Ku mulai teringat akan berbagai kesibukan
rutinitas yang akan segera aku jumpai kembali sepulang dari sini. Gemerlapnya
malam tol Cibubur berangsur angsur pergi menjauh dari kami. Aku pun sadar
saatnya aku kembali pulang untuk berbagi manfaat yang sudah aku dapatkan
selama ini. Tak sadar, lelahnya hari itu membuat aku terlelap, dan terbangun di
hari kemudian.
Mulai saat itu aku pun sadar mimpi tidak hanya sekedar angan dan
lamunan yang menjadi bunga pikiran. Namun, kita diberi mimpi sebagai
tantangan dari Allah tentang seberapa bisa diri kita memperjuangkan dan
meraihnya. Pasti banyak kesempatan untuk meraihnya karena sejatinya
kesempatan itu adalah hadiah dari Allah, dan sukses itu berasal dari keyakinan
dan kerja keras kita sendiri. Aku mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak
yang telah bersedia melancarkan jalanku hingga aku dapat kembali menjadi aku
yang terbangun dari mimpi, yang siap memberikan perubahan terhadap diri
maupun yang sudah ada pada Tri Bina Pramuka. Aku juga sadar untuk menjadi
pramuka sejati tak perlu menjadi pramuka garuda, untuk menjadi jurnalis tak
perlu sebagai Indonesia Scout Journalist, namun aku bersyukur aku
berkesempatan emas disini untuk menimba pengalaman yang sangat berharga ini.
Yang jelas, jangan melihat pramuka dari kegiatan yang telah diikuti namun dari
hati dan karya baktinya untuk negeri. Masih banyak cara lain untuk menjadi
pramuka sejati. Sampai saat ini pun ketika aku harus fokus dengan masa depanku,
tetaplah hidupku tidak jauh dari yang namanya pramuka. Artinya, pramuka adalah
tentang jiwa yang akan selalu membekas dan tertambat dihati.
Untuk kita yang punya impian, ada 2 pilihan untuk kita, lanjut tidur dan tetap
memimpikan impian itu atau bangun dan mengejar mimpi tersebut. Karena masa
depan adalah bagi yang percaya akan keindahan impian mereka. Sekian. Sampai
jumpa di Raimuna Nasional XII 2022!!!

Anda mungkin juga menyukai