Anda di halaman 1dari 11

Diki lois fernando

151042

ENZIM KATALASE

I. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada praktikum enzim katalase ini adalah pengubahan hidrogen
peroksida (H2O2) yang bersifat racun menjadi air dan oksigen yang tidak berbahaya
dengan bantuan enzim katalase.
II. Metoda Praktikum
1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis april 2016, di laboratorium pendidikan
III, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah testube, pipet tetes, lumpang mortar
porselin, alu, penangas air, gelas, gelas ukur, spritus, objek glass, spidol, kawat, dan
label tempel. Bahan yang digunakan adalah hati ayam, air, batu es, bakteri, alkohol,
larutan hidrogen peroksida (H2O2), dan cuka.
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pengujian enzim katalase dengan ekstrak hati
Hati ayam dihancurkan hingga halus menggunakan alu didalam lumpang mortar
porselin dengan bantuan air. Setelah halus ekstrak hati disaring untuk memisahkan
antara fasa padat dengan fasa cairnya. Setelah itu ekstrak hati tersebut diukur dengan
gelas ukur sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam setiap testube. Pertama kita
panaskan dengan air yang telah mendidih, pada testube kedua kita beri perlakuan
dengan mendinginkannya ke dalam gelas yang telah berisi batu es, untuk testube
ketiga tidak diberi perlakuan (sebagai kontrol) dan pada testube terakhir diberi cuka.
Lamanya pada setiap perlakuan yaitu 15 menit. Setelah itu, pada masing-masing
testube diberi larutan H2O2 sebanyak 1 tetes. Lalu diamati perubahan yang terjadi.

2.3.2 Pengujian enzim katalase dengan bakteri


Pada pengujian dengan menggunakan bakteri, cara kerjanya yaitu bakteri diambil
dengan kawat yang telah dipanaskan diatas lampu spritus, setelah itu objek glass

2
Diki lois fernando
151042

disemprotkan alkohol pada satu sisinya saja, lalu diberi bidang batas pada sisi
tersebut menggunakan spidol, dan diberi tanda positif dan tanda negatif lalu dibuat 2
lingkaran pada objek glass. Pada lingkaran pertama dengan tanda positif diletakkan
bakteri dan pada lingkaran tanda negatif diletakkan setetes air. Setiap lingkaran
tersebut diberi satu tetes larutan H2O2, lalu amati perubahan yang terjadi.

II. Hasil dan Pembahasan


3.1 Pengujian enzim katalase pada ekstrak hati ayam
Dari praktikum yang dilakukan, hasil yang diperoleh dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1. Pengamatan enzim katalase dengan ekstrak hati
No Larutan Perlakuan Keterangan
1 Kontrol banyak ditemukan gelembung
2 Dipanaskan tidak ada gelembung
Ekstrak hati + H2O2
3 Didinginkan sedikit gelembung
4 pemberian cuka tidak ada gelembung

Tabel 2. Pengamatan enzim katalase dengan bakteri


No Tanda lingkaran Perlakuan Keterangan
1 Positif bakteri + H2O2 ditemukan gelembung
2 Negatif air + H2O2 tidak ditemukan gelembung

Dari data pengamatan enzim katalase dengan ekstrak hati pada tabel 1, ketika ekstrak
hati dan H2O2 diberikan berbagai perlakuan didapatkan perbedaan banyak gelembung
pada masing-masing test tube. Setelah diberikan larutan hidrogen peroksida (H2O2)
yang bersifat toksik. Gelembung tersebut merupakan oksigen (O2) penguraian dari
H2O2. Penguraian tersebut dapat terjadi karena pada ekstrak hati mengandung enzim
katalase. Enzim adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme
makhluk hidup. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Oleh sebab
itu enzim disebut sebagai salah satu katalisator alami. Enzim terdiri dari apoenzim
dan gugus prostetik. Apoenzim adalah bagian enzim yang tersusun atas protein.
Gugus prostetik adalah bagian enzim yang tidak tersusun atas protein. Gugus

3
Diki lois fernando
151042

prostetik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu koenzim (tersusun dari bahan
organik) dan kofaktor (tersusun dari bahan anorganik) (Wirahadikusumah, 2001).
Enzim katalase adalah salah satu jenis enzim yang umum ditemui di dalam
sel-sel makhluk hidup. Enzim katalase berfungsi untuk merombak hydrogen
peroksida yang bersifat racun yang merupakan sisa / hasil sampingan dari proses
metabolisme. Apabila H2O2 tidak diuraikan dengan enzim ini, maka akan
menyebabkan kematian pada sel-sel. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan
merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air dan
oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada substrat tertentu, enzim juga bersifat
termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta merupakan suatu senyawa
golongan protein. Pengaruh temperature terlihat sangat jelas, karena dapat merusak
enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein kebanyakan.Katalase adalah
enzim yang dapat menguraikan hidrogen peroksida yang tidak baik bagi tubuh
makhluk hidup menjadi air dan oksigen yang sama sekali tidak berbahaya. Menurut
Jafnir (1983), ini sesuai dengan fungsi hati yaitu untuk merombak zat yang bersifat
toksin menjadi zat yang berguna bagi tubuh.
Pada percobaan pertama yaitu perlakuan normal, gelembung yang ditemukan
sangat banyak. Gelembung itu muncul pada saat diberi H2O2. Menurut Lehninger
(1997) hal ini membuktikan bahwa enzim katalase yang terdapat di dalam hati ayam
mengubah H2O2 menjadi H2O (air) dan O2 (oksigen). Hal itu membuktikan bahwa di
dalam hati ayam yang masih segar terdapat banyak peroksisom sehingga
menghasilkan enzim katalase dalam jumlah banyak. Enzim katalase ini kemudian
menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Dengan
gelembung-gelembung udara yang terbentuk membuktikan bahwa enzim katalase
dapat menguraikan senyawa hydrogen peroksida menjadi H2O. Banyaknya
gelembung juga membutikan bahwa enzim katalase bekerja secara optimal pada
keadaan normal.
Pada percobaan kedua yaitu pemanasan, tidak ada gelembung yang
dihasilkan, ini membuktikan bahwa enzim katalase tidak bias bekerja pada suhu
tinggi. Pada perlakuan ketiga yaitu pengujian dengan suhu dingin, terlihat gelembung
yang sedikit dibandingkan dengan perlakuan normal, ini membuktikan juga bahwa

4
Diki lois fernando
151042

enzim katalase tidak dapat bekerja secara optimal pada suhu rendah. Menurut
Fessenden, dkk (1992) suatu kerja enzim sangat dipengaruhi oleh suhu, enzim
menjadi rusak bila suhunya terlalu tinggi atau rendah. Hal ini disebabkan karena
enzim memiliki sifat termolabil (tidak tahan panas). Protein akan mengental atau
mengalami koagulasi bila suhunya terlalu tinggi (panas). Peningkatan suhu diatas
suhu optimum menyebabkan putusnya ikatan hydrogen dan ikatan lain yang
merangkai molekul enzim, sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi adalah
rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi
berikatan dengan substratnya. Pada suhu sekitar 200 C, kebanyakan enzim aktif dan
nisbi mantap. Peningkatan suhu dapat meningkatkan laju reaksi. Dan aktivitas
menurun dengan cepat setelah suhu optimum dilewati. Sebagian besar enzim akan
rusak pada suhu di atas 600C karena proteinnya (gugus prostetik) menggumpal
(koagulasi). Jika telah rusak maka tidak akan berfungsi lagi meskipun berada pada
suhu normal, rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi. Penurunan aktivitas
biasanya disebabkan oleh denaturasi enzim.

(a)

(b) (c)

Gambar 1. Perlakuan pada ekstrak hati (a) dipanaskan (b) kondisi


normal, (c) didinginkan

5
Diki lois fernando
151042

(a)(b) (c)

Gambar 2. Hasil ekstrak hati + H2O2 (a) didinginkan, (b) dipanaskan, (c) kontrol
Pada testube berikutnya diberikan sedikit cuka dengan tujuan agar keadaan
ekstrak hati menjadi asam. Dan dalam hasil pengamatan yang terjadi tidak ditemukan
gelembung saat pemberian H2O2 di dalam testube. Hal ini membuktikan bahwa
enzim katalase tidak dapat bekerja pada keadaan yang terlalu asam. Menurut
Wilbraham (1992), Selain dari suhu, aktivitas enzim sangat dipengaruhi juga oleh
PH. Enzim bekerja secara maksimum pada PH di sekitar 7, yaitu PH cairan tubuh
pada umumnya. PH pada saat terjadi aktivitas maksimum disebut PH optimum enzim
tersebut.
Aplikasi PH yang tidak cocok maka sifat kerja enzim dapat menyebabkan
ionisasi dari gugus karboksil dan amino dari bagian bagian enzim yang tersusun atau
apoenzim dan dapat menyebabkan denaturasi. Oleh karena itu akan terjadi tambahan
struktur enzim sehingga tidakdapat bekerja dengan baik (Hart, 1983).
3.2 Pengujian enzim katalase dengan bakteri
Dari tabel 2 dapat dilihat hasil gambarnya sebagai berikut:

Gambar 3. Reaksi enzim katalase (a) Bakteri + H2O2 ada gelembung


ditunjukkan tanda panah, (b) Air + H2O2 tidak ada gelembung

6
Diki lois fernando
151042

Pada praktikum yang terakhir yaitu pengujian enzim katalase dengan menggunakan
sejenis bakteri dan air sebagai perlakuan kontrol. Saat diberikan larutan H2O2,
ditemukan gelembung pada lingkaran spidol yang berisi bakteri, sedangkan pada
lingkaran yang berisi air tidak ditemukan gelembung. Hal ini membuktikan pada
bakteri terjadi reaksi enzim katalase yang dapat mengubah H2O2 yang bersifat
berbahaya menjadi H2O (air) dan O2 (oksigen) yang tidak bersifat toksik. Menurut
Volk (1988) bakteri katalase positif bisa menghasilkan gelembung-gelembung
oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase
yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu
hasil respirasi aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat
menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri.
Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi. Bakteri
katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-gelembung. Hal ini berarti H2O2
yang diberikan tidak dipecah oleh bakteri katalase negatif, sehingga tidak
menghasilkan oksigen. Bakteri katalase negatif tidak memiliki enzim katalase yang
menguraikan H2O2.
Mekanisme enzim katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukan respirasi,
bakteri menghasilkan berbagai macam komponen salah satunya H2O2. Bakteri yang
memiliki kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase maka segera
membentuk suatu sistem pertahanan dari toksikH2O2yang dihasilkannya sendiri.
Bakteri katalase positif akan memecahH2O2menjadi H2O dan O2 dimana indikator
yang menunjukkan adanya aktivitas katalase tersebut adalah adanya gelembung-
gelembung oksigen (Taringan, 1988).
Enzim katalase tidak hanya ditemukan pada hati makhluk hidup. Namun juga
ditemukan pada sel tumbuhan dan juga bakteri. Enzim katalase merupakan salah satu
enzim yang terdapat pada bakteri. Enzim diproduksi oleh peroksisom dan aktif dalam
melakukan reaksi oksidatif bahanbahan yang dianggap toksik oleh bakteri seperti
hidrogen peroksida (Lehninger, 1997).
Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2
menjadi H2O dan O2. Enzim katalase penting untuk pertumbuhan aerobik karena
H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun

7
Diki lois fernando
151042

terhadap sel mikroba. Beberapa bakteri yang termasuk katalase negatif adalah
Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, dan Clostridium. Beberapa bakteri
mampu memproduksi enzim katalase. Beberapa bakteri diantaranya memproduksi
katalase lebih banyak daripada yang lain. Ini ditunjukkan dengan jumlah yang
banyak pada bakteri aerob. Sedangkan bakteri anaerob obligat tidak memproduksi
enzim katalase karena mereka tidak memerlukan enzim tersebut untuk mendapatkan
oksigen (Dwidjoseputro, 1978).

8
Diki lois fernando
151042

IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkaan bahwa :
1. Pada suhu panas gelembung tidak ada, ini membuktikan bahwa enzim tidak
bekerja pada suhu tinggi.
2. Pada suhu dingin gelembung hanya sedikit, ini membuktikan bahwa enzim
tidak bekerja optimal pada suhu rendah.
3. Pada keadaan normal dihasilkan banyak gelembung, ini membuktikan bahwa
enzim bekerja optimal pada keadaan normal.
4. Pada bakteri terjadi reaksi penguraian hidrogen peroksida dengan bantuan
enzim katalase. Dibuktikan dengan adanya gelembung pada lingkaran spidol
berisi bakteri tersebut.
4.2 Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam bekerja,
dan bekerjalah secara serius agar praktikum yang dilaksanakan memberikan hasil
yang memuaskan.

9
Diki lois fernando
151042

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.

Fessenden, Ralp J. and Joan S. Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Erlangga: Jakarta.

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.

Jafnir. 1983. Pengantar Anatomi Hewan Invertebrata. Universitas Andalas: Padang.

Lehninger, Albert L. 1997. Dasar-dasar Biokomia. Erlangga: Jakarta.

Tambun, Rondang. 2002. Peluang Pemanfaatan Enzim Katalase.Jurnal Kimia.Vol 5


(2). Hal 7-11.

Taringan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Depdikbud: Jakarta.

Volk, Swisley A & Margareth F Whceler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Erlangga:


Jakarta.

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB:
Bandung.

Wirahadikusumah, Muhamad. 2001. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat.


Penerbit ITB: Bandung

10

Anda mungkin juga menyukai