Anda di halaman 1dari 7

AIR SEBAGAI KOMPONEN TUMBUHAN

Nama : Rozalina Purmasari


No.Bp : (1510421030)
Kelompok : 2 Kelas B
Email : Rozaejhung@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum Air Sebagai Komponen Tumbuhan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 15
September 2016 pukul 08.00-12.00 WIB di Laboratorium Pemdidikan IV, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah untuk melihat peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan
epidermis, menghitung tekanan osmosis cairan sel, dan mengetahui cara mengukur potensial
air. Metode yang dipakai yaitu Plasmolisis dan Deplasmolisis Jaringan Epideremis, Penentuan
Tekanan Osmotik Cairan Sel, Mengukur Potensial Air Jaringan dengan Metode Chardakov.
Adapun hasil dari peristiwa plasmolisis pada sayatan epidermis daun Rhoe discolor yaitu
plasmolisis tercepat terjadi pada glukosa pada menghitung Tekanan osmotik didapatkan hasil
teringgi pada konsentrasi 0.24 sebesar 96% sedangkan yang terendah pada konsentrasi 0.10
yaitu 17%, dan pada mengukur potensial air dengan metode Chardakov pada konsentrasi 0.1
terapung, 0,4 tenggelam dan sisanya melayang. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa sel mengalami plasmolisis dan deplasmolisis, potensial osmotik bergantung pada
konsentrasi larutan dan cairan penguji yang dipantulkan atau melayang karena adanya
perbedaan kerapatan antara larutan penguji dan larutan uji.

Keyword: Air, Chardakov, Plasmolisis, Potensial Osmotik

PENDAHULUAN molekul air dapat berinteraksi secara


langsung sebagai komponen reakti
Air merupakan senyawa utama dalam proses metabolisme di dalam
protoplasma, yang berfungsi sebagai sel. Struktur molekul protein dan asam
pelarut untuk membawa nutrisi mineral nukleat serta aktivitas biologis
dari tanah ke kedalam tumbuhan. Air protoplasma bergantung dekat dengan
merupakan medium bagi reaksi-reaksi molekul air. Hampir semua molekul
metabolisme. Air merupakan pereaksi protoplasma mengandung aktivitas
penting dalam fotosintesis dan proses- kimia,khasnya pada lingkungan air
proses hidrolitik. Air penting untuk tempat mereka berada. (Haryati, 2003)
turgiditas, pertumbuhan sel, Osmosis sangat di tentukan oleh
pertumbuhan sel, mempertahankan potensial kimia air atau potensial air
bentuk daun, operasi stomata dan yang menggambarkan kemampuan
pergerakan struktur tumbuhan. molekul air untuk dapat melakukan
(Salisbury,1995) difusi. Potensial air murni dinyatakan
Fungsi air yang paling penting sebagai nol, yang satunya dapat berupa
yaitu dalam reaksi-reaksi biokimia satuan tekanan (Atm,bar) atau sataun
dalam protoplasma yang dikontrol oleh energi. Potensial air akan egatif apabila
enzim. Selain memberi fasilitas bagi potensial didalam sisteam lebih rendah
berlangsungnya suatu reaksi biokimia, dari pada air murni. Air akan bergerak
dari potensial tinggi ke potensial sel tidak harus mengeluarkan energi
rendah. (Tim Fisiologi Tumbuhan, 2015) untuk membuat hal itu terjadi. Gradien
Menurut Kimbal (1983) osmosis konsentrasi itu sendiri merupakan
akan berhenti jika kecepatan desakan energi potensial dan mengarahkan
air keluar seimbang dengan air masuk difusi. Suatu molekul yang berdifusi
karena perbedaan konsentrasi. Menurut secara bebas melintasi sebagian besar
Tjitrosomo (1987) jika sel dimasukkan membran ialah air (Darmawan dan
kedalam larutan gula, maka arah gerak Baharsyah, 1983).
air ditentukan oleh perbedaan nilai Proses fisika difusi (dengan
potensial larutan dengan nilai air di osmosis sebagai bagian khusus)
dalam sel. Jika potensial larutan lebih mempunyai peranan yang penting pada
tinggi, maka air akan bergerak masuk fisiologi tumbuhan (Loveless, 1987).
ke dalam sel. Bila potensial larutan Osmosis adalah difusi melalui membran
lebih rendah maka air akan keluar dari yang lebih membatasi pergerakan
sel. unsur terlarut daripada molekul pelarut.
Kecepatan difusi zat melalui Membran sel memungkinkan terjadinya
membran sel tidak hanya tergantung osmosis, sel hidup dapat dianggap
pada gradien kosentrasi (perbedaan sebagai sistem osmotik (Gardner,
kosentrasi antara ruang) tetapi juga 1991).
pada besar, muatan dan daya larut Larutan dengan konsentrasi zat
dalam lipid dari pratikel-pratikel terlarut yang lebih tinggi disebut
tersebut. Pada umumnya zat yang larut sebagai hipertonik. Larutan dengan
dalam lipid, yaitu molekul hidrofobik. konsentrasi zat terlarut yang lebih
Dalam keadaan yang sama molekul rendah disebut sebagai hipotonik. Arah
kecil lebih cepat terdifusi melalui osmosis ditentukan hanya ditentukan
membran sel dari pada molekul besar oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut
(Kimball, 2000). total. (Campbell dan Reece, 2002)
Didalam tanaman selalu
terdapat molekul-molekul air yang PELAKSANAAN PRAKTIKUM
selalu bergerak. Pergerakan ini dimulai
dari suatu bagian ke bagian yang lain Waktu dan Tempat
dan tidak menimbulkan efek pada Praktikum ini dilaksanakan pada hari
keadaan setimbang, molekul bergerak Kamis, tanggal 15 September 2016
kearah yang berbeda sehingga pukul 08.00-12.00 WIB di Laboratorium
menimbulkan difusi, atau dengan kata Pendidikan 4, Jurusan Biologi, Fakultas
lain difusi merupakan pergerakan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
molekul sejenis dari daerah konsentrasi Alam, Universitas Andalas
tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi Alat dan bahan
suatu substansi melintasi membran Bahan yang digunakan yaitu daun Rhoe
biologis disebut transpor pasif, karena discolor, larutan glukosa 1M, larutan
glukosa dengan konsentrasi 0,24, 0,22, waktu yang dibutuhkan untuk
0,20, 0,18, 0,16, 0,14, 0,12, 0,10 M, berlangsungnya proses tersebut.
larutan glukosa 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5;
0,6 M, dan umbi Vicus carota serta b. Penentuan Tekanan Osmotik
metilen blue. Alat yang digunakan yaitu Cairan Sel
mikroskop, kaca objek dan cover glass, Disiapkan delapan buah tabung reaksi
pisau silet, 16 buah tabung reaksi, dan masing-masingnya diisi dengan
pinset, aluminium foil dan alat pengebor larutan glukosa kedalam tabung kira-
gabus. kira sepertiga bagian, masing-masing
dengan konsentrasi 0.10 M, 0.12
Cara kerja M, 0.14 M, 0.16 M, 0.18 M, 0.20 M, 022
M, 0.24 M. Diambil sayatan tipis
a. Plasmolisis dan Deplasmolisis epidermis daun Rhoe discolor. Sayatan
Jariangan Epideremis epidermis tadi direndam didalam
Daun Rhoe discolor diiris tipis dibagian masing-masing tabung reaksi dengan
permukaan bawah dengan konsentrasi yang berbeda. Waktu mulai
menggunakan silet yang tajam. Irisan perendaman dihitung. Rendaman
tersebut diletakkan di atas objek glass dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30
dan ditetesi air sebanyak 2-3 tetes. menit, sayatan epidermis dikeluarkan
Kemudian ditutup dengan cover glass. dalam rendaman tadi, dan diamati lagi
Setelah itu diamati di bawah mikroskop. di bawah mikroskop. Perhatikan sel-sel
Diamati sel-sel yang berwarna didekat yang mengalami osmosis. Dicari
tepi irisan yang berpigmen dan tidak konsentrasi sukrosa dimana 50% dari
berpigmen, adanya nukleus, dan jumlah sel epidermis tadi telah
partikel subsel lainnya. setelah itu terplasmolisis. Keadaan demikian
ditambahkan 2-3 tetes larutan glukosa dinamakan Insipien Plasmolisis dimana
1M diantara gelas preparat dan kaca sel memiliki potensial osmotik sama
penutup melalui salah satu sisinya. Air dengan potensial osmotik larutan yang
yang berlebihan di serap kertas tisu digunakan. Dihitung potensial osmotik
ditepi kaca penutup yang berlawanan. sel pada insipien plasmolisis.
Penambahan larutan tersebut terus
dilakukan. Penurunan volume protoplas c. Mengukur Potensial Air Jaringan
diamati dan perhatikan benang-bengan dengan Metode Chardakov
sitoplasmik tidak berpigmen tetap Diisi tabung reaksi dengan larutan
melekat pada dinding sel. Setelah sukrosa yang disediakan sebanyak
selesai diamati, teteskan air kedalam empat buah dengan masing-masing
kaca objek tadi, dan hisaplah larutan konsentrasinya 0.1, 0.2 M, 0.3 M, 0.4
sukrosa tadi dengan tisu. Amati M, 0.5, 0.6 M. Dibuat potongan umbi
peristiwa deplasmolisis, dan dicatat dengan pengebor gabus. Masing-
masing potongan gabus tadi dipotong
lagi sebanyak 10 buah. Sepuluh
potongan umbi dimasukkan kedalam
masing-masing satu tabung reaksi
dimulai dengan tabung reaksi yang
berisi larutan sukrosa dengan
konsentrasi rendah. Setelah semua Gambar 1.1 (P) Gambar 1.2 (D)
tabung dimasukkan umbi, tutup dengan Ket : (P) = Plasmolisis dan (D) = Deplasmolisis
aluminium foil. Rendaman dibiarkan Pada percobaan mengenai peristiwa
selama 80 menit, dan setiap 20 menit plasmolisis dan deplasmolisis diamati
sekali di goyang-goyang. Setelah 80 awalnya sel dari sayatan epidermis
menit, umbi tadi dikeluarkan dari Rhoe discolor belum terplasmolisis.
masing-masing tabung. Dibiarkan Pada saat sayatan epidermis Rhoe
airnya. Air inilah yang akan diberi discolor ditetesi sukrosa 1M, terjadi
tetesan larutan penguji yaitu metilen plasmolisis terhadap sel dibuktikan
blue. Diamati pada konsentrasi berapa dengan ciri-ciri membran sel mengkerut
larutan penguji dalam keadaan dan terlihat batasan antara membran
terapung, melayang, dan tenggelam. sel dengan dinding sel. Hal ini terjadi
karena potensial air pada sel lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi daripada di luar sel, sehingga
a. Plasmolisis dan Deplasmolisis cairan di dalam sel berdifusi ke luar sel.
Jaringan Epidermis Akibatnya, terjadi penurunan volume sel
Dari pratikum yang dilakukan mengenai dan sel dinding sel tampaknya berkerut.
plasmolisis dan deplasmolisis jaringan Berarti pada pengamatan ini, yang
epidermis daun Rhoe discolor, maka di mengalami pengerutan adalah
dapatkan hasil sebagai berikut: protoplasmanya karena air didalam
Tabel 1.1 Perlakuan terhadap sayatan protoplasma keluar akibat proses
epidermis daun Rhoe discolor yang osmosis sehingga cairan protoplasma
ditetesi larutan sukrosa 1M untuk lebih kental.
melihat waktu Plasmolisis dan Menurut Salisbury dan Ross
Deplasmolisis. (1995), Plasmolisis merupakan
peristiwa terlepasnya protoplas dari
Deskripsi Waktu dinding sel disebabkan oleh penyusutan
Perlakuan
pengamatan sel (detik) atau pengurangan volume, karena
(P) (D) cairan di dalam protoplas sudah
Sukrosa menjadi lebih pekat dan karenanya
Sel mengkerut 38 240
1M berpotensial osmotik lebih negatif. Itu
disebabkan karena adanya perbedaan
potensial osmotik. Ketika diberi air
maka tekanan osmotik kembali stabil
dan sel mengalami deplasmolisis.
b. Penentuan Tekanan Osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh
Cairan Sel beberapa faktor antara lain: tekanan,
Berdasarkan pratikum yang telah suhu, adanya partikel-partikel bahan
dilakukan didapatkan hasil yaitu: terlarut yang larut di dalamnya, matrik
Tabel 1.2 Tekanan Osmotik dan sel, larutan dalam vakuola dan tekanan
Persentase Plasmolisis dari berbagai hidrostatik dalam isi sel. Jika
konsentrasi larutan sukrosa. konsentrasi partikel-partikel terlarut
Larutan sukrosa semakin tinggi maka nilai potensial
Persen
Potensial osmotiknya semakin tinggi (Meyer and
Molaritas plasmolisis*
osmotik Anderson, 1952).
(M) (%)
(ATM) Plasmolisis insipien terjadi pada
0.10 - 2,6 17% jaringan yang separuh jumlah selnya
0.12 - 3,2 58%
baru saja mulai mengalami plasmolisis
0.14 - 3,7 60%
(protoplas baru mulai terlepas dari
0.16 - 4,2 66%
0.18 - 4,7 83% dinding sel), berarti tekanan di
0.20 - 5,3 87% dalamnya sama dengan nol. Jika
0.22 - 5,9 89% anggapan itu benar, maka potensial
0.24 - 6,4 96% osmotik larutan penyebab plasmolisis
𝑠𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑠𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
insipien setara dengan potensial
Persentase = × 100% osmotik di dalam sel, sesudah
𝑠𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙
kesetimbangan dengan larutan tercapai
Potensial plasmolisis (bar) 𝜑 = 𝑀. 𝐼. 𝑅. 𝑇 (Salisbury dan Ross, 1995).

Pada percobaan ini didapatkan c. Mengukur Potensial Air Jaringan


potensial osmotik paling tinggi pada dengan Metode Chardakov
konsentrasi 0.24 yaitu 6,4 ATM. Dari pratikum yang dilakukan mengenai
Terjadinya osmosis pada epidermis pengukuran potensial air jaringan
daun Rhoe discolor karena adanya dengan Metode Chardakov didapatkan
perbedaan konsentrasi antara cairan hasil sebagai berikut: Tabel 1.3 Arah
sel dengan larutan sukrosa dimana Pergerakan Larutan Penguji dari
potensial air di dalam sel lebih tinggi pengukuran potensial air jaringan
dibandingkan potensial air yang ada dengan Metoda Chardakov
pada larutan. Akibatnya air akan Konsentrasi Araha pergerakan
mengalir dari potensial yang tinggi ke glukosa (M) larutan uji
potensial yang lebih rendah melalui 0.1 Terapung
membran semipermeabel yang hanya 0.2 Melayang
membiarkan air lewat dan mnghambat 0.3 Melayang
0.4 Tenggelam
lewatnya zat terlarut. Semakin tinggi
0.5 Melayang
konsentrasi, maka semakin tinggi pula
0.6 Melayang
potensial osmotiknya. Hal ini
dikarenakan nilai potensial osmotik
pekat (density meningkat). Bila selama
perendaman air tidak masuk atau tidak
keluar dari jaringan maka kerapatan
kelarutan tidak mengalami perubahan
(Suwirmen, 2011).

Gambar 1.3 Pengujian larutan uji dengan KESIMPULAN DAN SARAN


metilen blue
Kesimpulan
Dalam pengujian dengan larutan 1. Persitiwa plasmolisis terjadi pada
penguji ada tiga kemungkinan yang sayatan Rhoe discolor karena
akan terjadi pada larutan penguji yaitu, adanya perbedaan konsentrasi
terapung, melayang, tenggelam. Dari cairan di dalam sel dan cairan di luar
hasil praktikum arah pergerakan larutan sel. Kemudian terjadi deplasmolisis
penguji pada larutan sukrosa dengan karena sel dapat kembali
konsentrasi 0,1M terapung, larutan mempertahankan konsentrasi cairan
sukrsa 0,4 tenggelam dan larutan selnya.
sukrosa dengan konsentrasi 0,2M, 2. Semakin tinggi konsentrasi suatu
0,3M, 0,5M, 0,6M melayang. Hal ini larutan semakin besar angka
terjadi karena perbedaan konsentrasi persentase plasmolisisnya.
larutan sukrosa dengan larutan metilen 3. Gerakan cairan uji bergantung pada
blue (larutan penguji). Apabila kerapatan cairan uji dan cairan
konsentrasi larutan penguji lebih besar penguji.
dari konsentrasi larutan maka arah
larutan penguji tenggelam begitu juga Saran
sebaliknya apabila konsentrasi larutan
penguji lebih kecil dari monsentrasi Sebelum pratikum hendakanya pratikan
larutan maka arah larutan penguji memahami apa yang akan di
terapung tetapi apabila konsentrasi pratikumkan. Semua anggota kelompok
larutan penguji dengan larutan sama harus bekerja sesuai dengan prosedur.
besar, maka arah larutan penguji Diharapkan seluruh praktikan lebih
melayang. cermat dan teliti dalam percobaan dan
Prinsip metode ini bergantung harus disiplin dalam waktu sehingga
pada adanya perubahan kerapatan waktu yang digunakan menjai lebih
(density) dari larutan penguji. Jika efisien.
dalam periode perendaman air
bergerak keluar dari jaringan maka
terjadi penurunan kerapatan dari larutan
penguji (larutan bertambah encer),
sebaliknya bila air masuk kedalam
jaringan, larutan penguji bertambah
DAFTAR PUSTAKA Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952.
Plant Physiology. D Van
Darmawan dan Baharsyah. 1983. Nostrand Company Inc., New
Dasar-Dasar Fisiologi York.
Tanaman. PT Suryani Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995.
Utama. Semarang. Fisiologi Tumbuhan Jild 1. ITB.
Gardner, F.P., dkk. 1991. Fisiologi Bandung
Tanaman Budidaya. UI Suwirmen. 2011. Kecepatan Transpirasi
Press. Jakarta. dan Permeabilitas Air
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Beberapa Spesies Poho di
Terhadap Pertumbuhan Hutan Pendidikan dan
dan Hasil Tanaman. Penelitian Biologi Universitas
Medan. Fakultas Pertanian Andalas. FMIPA. Universitas
Universitas Sumatera Andals
Utara. Tim Fisiologi Tumbuhan. 2015.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga. Penuntun Praktikum Fisiologi
Jakarta Tumbuhan. UNAND. Padang.
Kimball, J. W. 2000. Biologi jilid II. Tjirisomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani
Erlangga. Jakarta. umum 2. Bandung. Angkasa
Loveless, A.R. 1987. Prinsip-prinsip Williens, M. B. 1989. Fisiologi
Biologi Tumbuhan Untuk Tumbuhan Jilid 2. Bina Aksara.
Daerah Tropik. Gramedia. Jakarta
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai