Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi adalah ilmu yang membahas tentang jaringan tubuh manusia melalui
pengamatan di bawah mikroskop menggunakan sayatan tipis dari jaringan. Atau
dapat juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang anatomi jaringan tubuh
manusia dan fungsi fisiologisnya bagi tubuh.Jaringan merupakan sekumpulan sel
uyang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Masing-masing sel akan berkoordinasi
dalam melakukan fungsi jaringan tubuh. Jaringan dalam tubuh manusia dibedakan
menjadi empat bentuk jaringane yaitu jaringan epitel yang berfungsi untuk
melindungi jaringan yang lainnyae jaringan ikat yang berfungsi sebagai penyokonge
jaringan otot untuk menggerakkan badan dan melakukan kontraksie dan jaringan
saraf yang berfungsi untuk menerima sinyal dari luar ke seluruh tubuh ( Bevelander ,
1988).
Sistem rangka merupakan alat gerak pasif pada hewan vertebrata. Pengamatan
sistem rangka dilakukan karena sistem rangka merupakan salah satu bagian yang
penting maka sistem ini perlu untuk diketahui struktur, susunan, maupun letaknya..
Sistem rangka adalah suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari
tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Dari pengertian inilah
dapat disimpulkan bahwa tiap organisme memiliki sistem rangka yang berfungsi
untuk melindungi dan menyokong tubuh suatu organisme. Akan tetapi penyusun
sistem rangka organisme yang berbeda tentunya berbeda pula. Hal ini tergantung
pada letak dan fungsi dari rangka-rangka yang menyusun tubuh suatu organisme
(Champbell dan Mitchell, 2002).
Rangka pada makhluk hidup memiliki peranan diantaranya menyokong tubuh,
memberi bentuk pada bangunan tubuh, sebagai alat gerak pasif, dan yang paling
penting adalah melindungi organ-organ vital lainnya, seperti tengkorak yang
melindungi otak dan ruas-ruas tulang rusuk yang melindungi paru-paru dan
seterusnya (Bevelander, 1998). Tulang (jaringan oseosa) adalah sejenis jaringan ikat
kaku yang menyususn sebagian besar kerangka dewasa. Matriksnya mengandung
unsure anorganik, terutama kalsium fosfat, yang merupakan lebih kurang sua pertiga
berat tulang (Leeson, 1996).
Selama proses evolusi, berkembang suatu protein sruktural dasar yang diubah
menjadi tingkat kekerasan, elastisitas dan kekuatan. Tergantung kepada pengaruh
lingkungan dan keperluan fungsional organisme binatang tersebut. Protein ini adalah
kolagen dan contoh utama diantara berbagai modifikasinya adalah kulit, membran
basalis, tulang rawan. Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras didalam tubuh
manusia dan dibawah tulang rawan dalam kemempuannya untuk menahan sterss.
Sebagai unsur utama kerangka tubuh, ia menyokong sruktur berdaging, melindungi
organ organ vital seperti terdapat didalam tengkorakdan dada dan mengandung
sumsum tulang, dimana sel darah dibentuk. Disamping fungsi-fungsi ini, tulang
membentuk suatu sistem tuas tang melipatgandakan kekuatan yang timbul selama
kontraksi otot rangka, dan mengubahnya menjadi gerakan tubuh (Darmawan, 2006).
Secara garis besar rangka makhluk hidup yang terdiri dari berbagai jenis tulang
telah diketahui memiliki struktur yang kompleks.Tubuh makhluk hidup tersusun atas
jaringan-jaringan dasar.Pada sistem rangka, sistem inilah yang menyokong dari
jaringan-jaringan dasar tubuh tersebut yang sangat vital peranannya bagi tubuh
(Linda, 1988).
Salah satu dari sekian banyaknya jaringan yang menyusun suatu organisme
adalah jaringan otot, jaringan otot merupakan jaringan yang bertanggung jawab
untuk gerakan tubuh. Ia terdiri atas suatu sel otot pipih yang ditandai dengan adanya
sejumlah filamen sitoplasmatik yang kontraktil. Sel otot berasal dari lapisan modern.
Pada mamalia dapat dibedakan menjadi tiga jenis jaringan otot berdasarkan sifat-sifat
morfologik dan fungsional (Arman, 2005).
Sistem integument merupakan sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan rangsangan terhadap lingkungan.Sistem ini
seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mecakup kulit, rambut,
bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat serta produknya (keringat/lendir).Secara ilmiah,
kulit adalah lapisan terluar jaringan yang terdapat pad abagian luar yang menutupi
dan melindungi permukaan tubuh.Kulit merupakan organ yang paling luar
permukaannya yang membungkus seluruh bagian paling luar tubuh sehingga kulit
sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia atau yang ada di lingkungan
(Wisnu, 1979).
Oleh karena banyaknya susunan histologi dari tulang, rangka, otot dan
integumen maka diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Praktikum ini perlu
dilaksanakan karena kurangnya pemahaman praktikan mengenai histologi tulang,
rangka, otot, dan integumen.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar praktikan mampu
mengetahui, memahami, dan mengidentifikasi histologi tulang, rangka, otot dan
integumen dari vertebrata
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tulang merupakan jaringan ikat keras yang membentuk rangka sebagian besar
vertebrata, termasuk manusia. Beberapa fungsi penting yang dimiliki oleh tulang
adalah sebagai penipang dan pemberi bentuk tubuh, sebagai alat gerak pasif, sebagai
pelindung organ-organ vital, sebagai tempat pembentukan sel-sel darah, dan sebagai
cadangan mineral. Tulang atau kerangka adalah penopang tubuhvertebrata. Tanpa
tulang pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk
sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan
yang teratur. Pertumbuhan tulang selengkapnya terbentuk pada umur lebih kurang 30
tahun. Setelah itu ada juga perubahan yang disebut remodelling (Junqueira, 2007).
Tulang dari segi bentuk dapat dibagi menjadi tulang pipa seperti tulang
hastadan tibia, tulang pipih seperti tulang rusuk, tulang dada, dan tulang pendek
seperti tulang-tulang telapak tangan dan pergelangan tangan.Menurut letaknya tulang
dibagi dua yaitu tengkorak (bagian kepala), dan rangka badan.Sebagian besar tulang
tubuh terbentuk melalui osifikasi yaitu proses pertumbuhan kartilago menjadi tulang
keras melalui sel-sel pembentukan tulang yang disebut osteoblas (Yatim, 1990).
Osteoblas merupakan sel-sel tulang yang aktif membelah sedangkan osteosit
adalah sel-sel tulang yang sudah berhenti membelah. Tulang-tulang itu disebut
tulang-tulang dermal atau tulang-tulang membrane. Tulang yang matang berada pada
tahap keseimbangan dinamis, yaitu dihancurkan dan dibentuk kembali oleh sel-sel
tulang. Proses ini memungkinkan tulang tumbuh dan beradaptasi secara structural
terhadap perubahan dalam penggunaan mekanis. Hal tersebut juga memungkinkan
penyembuhan patah tulang. Tulang mulai tumbuh pada bayi yang masiih berada
dalam kandungan dan terus tumbuh hingga seseorang mencapai umur 25 tahun.
Sebagian besar rangka janin dalam kandungan berupa kartilago. Ketika janin
berumur delapan bulan, sebagian besar kartilagonya mulai digantikan oleh tulang
keras dalam proses yang disebut osifikasi (penulangan). Bagian lain dari rangka,
seperti tulang pipih pada ubun-ubun tengkorak, mula-mula merupakan membrane
dan secara bertahap berubah menjadi tulang keras, beberapa tetap berupa kartilago
(Tambayon, 1991).
Jaringan penyusun dan sifat-sifat fisik tulang dibedakan menjadi tulang rawan
(kartilago) dan tulang sejati. Tulang kompak tersusun atas periosteum luar dan
endosteum dalam yang berbatasan dengan sumsum tulang. Periosteum berupa
jaringan ikat padat tidak teratur. Endosteum mempunyai komponen-komponen yang
sama dengan periosteum hanya lebih tipis. Berbatasan denga periosteum terdapat
lamella tulang sirkumferensial luar (lamella periosteum) yang terdiri atas lamella
tulang yang tersusun rawan diganti dengan tulang, kecuali pada dua tempat. Tulang
rawan tetap pada ujung bebas berupa tulang rawan sendi dan berupa lempengan,
yaitu lempeng atau diskus epifiser, diantara pusat penulangan primer dan sekunder.
Bila tidak ada pertumbuhan lagi, diskus epifiser telah diganti oleh tulang. Di
kemudian hari, akibat terjadinya remodeling luas, tulang spongios awal hamper
seuruhnya diganti dengan tulang kompak (Santos, 2007)..
Pada tulang dapat dibedakan menjadi empat jenis sel tulang yaitu sel
osteoprogenitor, osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Sel osteoprogenitor merupakan
populasi sel induk, berkembang dari mesenkim, yang memiliki daya miotik dan
kemampuan untuk berkembang menjadi sel tulang dewasa. Sel ini biasanya
ditemukan pada permukaan tulang di lapisan dalam periosteum, pada endosteum, dan
dalam saluran vaskuler dari tulang kompakta (Tambayon, 1991). Osteoblas
merupakan sel yang berhubungan dengan pembentukkan tulang dan ditemukan pada
permukaan tulang. Osteoblas mengandung enzim fosfatase alkali yang menandakan
bahwa meraka tidak hanya berhuungan dengan pembuatan matriks, tetapi juga
dengan proses kalsifikasinya. Ostosit merupakan sel tulang atau osteoblas yang
terpendam dalam matriks tulang. Osteoklas adalas sel raksasa berinti banyak yang
besar dan jumlah anak intinya sangata bervariasi. Terdapat dekat permukaan tylang,
sering kali dalam lekukan dangkal yang dikenal dengan lakuna howship (Yatim,
1990).
Otot pada bagian-bagiannya dapat dibedakan menjadi empat yaitu: sarkolema,
adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot,
sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril
dan miofilamen berada, miofibril, merupakan serat-serat pada otot, dan miofilamen.
Karakteristik otot yaitu kontrabilitas adalah kemampuan untuk memendek,
ekstensibilitas adalah kemampuan untuk memanjang, elastisitas adalah kemampuan
untuk kembali beukuran semula setelah memendek atau, fleksi adalah
membengkokkan, ekstensi meluruskan, abduksi adalah menjauhi badan, adduksi
mendekati badan, depresi adalah kebawah elevasi bergerak keatas, supinasi kerja
memutar telapak tangan menengadah, pronasi bergerak melengkung (Harminto
2003)
Sistem otot pada vertebrata dikontrol oleh sistem saraf, walaupun beberapa otot
(seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom. Manusia sendiri memiliki
sekitar 650 jenis otot rangka. Otot terbagi menjadi 3, yaitu: 1) Otot Lurik. Otot lurik
atau otot rangka adalah sejenis otot yang menempel pada rangkatubuh dan digunakan
untuk pergerakan. Otot ini mempunyai pigmen mioglobin dan mendominasi tubuh
vertebrata.Otot ini disebut lurik, karena pada otot ini tampak daerah gelap (miosin)
dan terang (aktin) yang berselang seling. Disebut juga otot rangka, karena melekat di
rangka dan juga otot sadar, karena bekerja di bawah kesadaran (volunter).Ciri-cirinya
adalah berbentuk silindris, memanjang dan berinti sel banyak (multinuklei), bergerak
dalam waktu cepat, dan cepat lelah, 2) Otot Polos, yang ditemukan dalam intestinum
dan pembuluh darah bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu
saraf otonom. Otot polos dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong
dengan kedua ujung meruncing,serta mempunyai satu inti, 3) Otot Jantung, yang
ditemukan dalam jantung ini bekerja secara terus-menerus tanpa henti.
Pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf pusat. Otot biceps brachii atau sering
disebut otot biceps (pemberian istilah ini kurang tepat, karena ada otot lain yang
mengandung kata biceps), adalah otot besar berkepala (caput) dua karena berorigo
pada dua tempat yang berbeda. Terletak di sepanjang lengan atas. Dua caput tersebut
adalah Caput longum (panjang),Caput brevis (pendek) Otot ini sangat dikenal di
masyarakat awam. Otot ini terletak di dekat dengan permukaan kulit sehingga mudah
dilihat. Biceps brachii sering dipertunjukkan para binaragawan dan dapat tumbuh
besar bila diberi latihan beban yang intens (Kimball, 1999).
Sistem integumen merupakan penutup pada luar tubuh.Meliputi kulit, tanduk,
kuku, rambut, bulu, cakar, sisik, dan lain sebagainya. Kulit mengandung ujung-ujung
saraf sensorik did ermis dan subkutus. Respons terhadap rangsangan panas
diperankan oleh dermis.Perdaban diperankan oleh dermis dan markel ranuler,
sedangkan tekanan oleh epidermis.Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotic (Abdullah, 2001).
Kulit terdapat kelenjar kulit. Kelenjar kulit ada 3 yaitu glandula sudorifera
(keringat), glandula sebasea (minyak) dan kelenjar seruminus (Miauw, 2008). Kulit
terdiri dari lapisan epidermal dan dermal dan bertumpu di atas jaringan penyambung
subdermal. Epidermis merupakan suatu epitel berlapis gepeng yang pada beberpa
bagian tubuh dimodifikasi dengan penambahan lapisan tebal kutikula. Dermal adalah
lapisan jaringan penyambung padat dimana terdapar berbagai kelenjar kulit dan
folikel rambut (Wisnu, 1979).
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar kulit/ari), dermis
(lapisan dalam/ kulit jangat), dan hipodermis (jaringan ikat di bawah kulit).
Epidermis yang merupakan berada dilapisan terluar terdiri atas stratum korneum,
stratum lusidium, stratum granulosum, dan stratum germinativun. Stratum korneum
tersusun dari sel-sel yang tidak berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum
germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke luar
(Evelyn, 2002).
Dermis pada kulit terdiri atas jaringan ikat longgar pada lapiasan papillare, dan
jaringan ikat pada lapisan retikulare. Lapisan papillare menjorok ke epidermis
membentuk papilla dermis. Pada kuliut terdapat kelenjar minyak, kelenjar keringat.
Kelenjar minyak merupakan kelenjar alveolar bercabang sederhana dan bersifat
holokrin. Bagian sekretorisnya terdiri atas sel-sel indeferen, sel-sel minyak muda dan
sel-sel minyak tus. Bagian eksretorisnya dilapisi oleh epitel berlepis banyak pipih,
kelenjar keringat termasuk kelenjar tubuler bergelung dan bersifat apokrin. Pada
penampang melintang bagian sekretorisnya terdiri atas sel-sel mioepitel yeng
berbentuk pipih dan sel-sel kelenjar yang berbentuk silindris bagian eksretorisnya
terdiri atas epitel berlapis kubus dua (Syaifuddin, 2006)
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Histologi Tulang, Rangka, Otot, dan Integumen ini dilaksanakan pada hari
Selasa, tanggal 14 November 2017 Pukul 08.00 WIB di Laboratorium Teaching II,
Jurusan Biiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, kamera, alat tulis.
Sedangkan bahan yang diperlukan adalah beberapa preparat permanen otot pada
laring, otot lurik, kulit tipis Macaca sp. , kulit tebal Lepus sp. , dan subcutan cavia
sp. , Kulit mus musculus, Otot jantung, Tulang rawan,

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah alat dan bahan
disiapkan, kemudian mikroskop dinyalakan. Preparat permanen otot pada laring, otot
lurik, kulit tipis Macaca sp. , kulit tebal Lepus sp. , dan subcutan cavia sp. , Kulit
mus musculus, Otot jantung, Tulang rawan, Kemudian diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran bertahap, yaitu 5x , 10x, dan 40x. Gambar yang terlihat diamati
kemudian di foto. Hasil pengamatan kemudian di identifikasi bagian-bagiannya dan
di gambar di buku gambar.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 Kulit Tipis Macaca sp.

Sumber : academia.edu

Gambar 1. Preparat Kulit Tipis


Macaca sp.a.Stratum corneum
b.Stratum malpighii dan c.Stratum glamurasum

Pada hasil praktikum didapatkan bagian dari kulit tipis Macaca ini adalah Stratum
corneum, stratum malpighii dan stratum glamurasum. Hal ini sesuai dengan pendapat
Subowo (2006) bahwa kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus
dan planta pedis yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan
kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.Pada dasarnya memiliki susunan yang sama
dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa perbedaan: Epidermis sangat
tipis,terutama stratum spinosum menipis, Stratum granulosum tidak merupakan
lapisan yang kontinyu, Tidak terdapat stratum lucidium, Stratum corneum sangat
tipis., Papila corii tidak teratur susunannya, lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
erdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
4.2 Otot pada Laring

Gambar 2. Preparat laring Sumber :medsci.indiana.edu


a. Tulang rawan hyalin,

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada preparat permanen laring, dapat
ditemukan tulang rawan hialin yang menyusun laring tersebut. Sesuai dengan
Saktiono (1989), laring adalah tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan
trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring. Rawan-rawan yang
menyusun dari pada laring ini sebagian besar adalah rawan hialin dan sebagian kecil
adalah rawan elastin.
Menurut Agarwal (1975), pada laring dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh
tulang rawan. Tulang rawan laring berhubungan satu sama lain dengan trakea dan
hyoid apparatus ligamen. Pada laring otot lurik ini dibagi menjadi 2 yaitu otot lurik
ekstrinsik, yang menggerakan laring selama menelan berlangsung sedangkan otot
lurik intrinsik, yang menggerakan tulang rawan laring secara individu selama
pernafasan dan bersuara.

Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk.
Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat elastis, makin
menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya
semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring
dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan
submukosa.Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago
hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna
merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan (Bellenger, 1993) .
4.3 Kulit Tebal Lepus .sp

a
b
c

Gambar. 3 Kulit Tebal Lepus .sp Sumber :medpics.ucsd.edu


a.Stratum corneum;
b.S.licudum; c.S.Glamurosum
d.S.malpighii; e.Sweat gland

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, histologi pada kulit tebal Lecus sp.
kulit tebal tersusun atas stratum corneum. Stratm licudum, glamurosum, malpighii
dan sweat gland. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soewolo (2003), Lapisan
epidermis kulit tebal terdiri atas stratum germinativum, lapisan ini terdiri dari 2
lapisan, lapisan basal dan stratum spnosium. Lapisan kulit tebal selanjutnya yaitu
stratum granulosum, stratum lusidum dan stratum corneum. Pada lapisan dermis kulit
tebal, terdapat stratum papilar, lapisan ini membentuk penjorokan-penjorokan ke
epidermis yang disebut papilla dermis, dan stratum retikular, sifatnya lebih padat
daripada stratum papillar, elemen seluler lebih sedikit di bandingkan lapisan di
atasnya.
Menurut Subowo (2006), Kulit tebal terdapat pada vola manus dan planta
pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang
menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh aluralur dinamakan sulcus
cutis.Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi
kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah
papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis. Pada tonjolan epidermis antara
dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera untuk
menembus epidermis.
4.4 Otot Lurik

Gambar 4. Otot Lurik a.Miosin Sumber :ouhsc.edu


b.Actin

Gambar diatas merupakan histologi lurik. Pada preparat otot lurik di atas dapat
diamati inti sel otot lurik dan serat-serat pada otot lurik yang mana terdiri dari mison
dan actin. Sel otot lurik terlihat berbentuk memanjang dengan inti yang banyak dan
tersebar. Pada beberapa bagian, tampak seperti serat-serat, tiap serat atau sel otot
berbentuk silindris panjang dan berinti banyak, ujung-ujungnya atau agak meruncing
membulat pada perbatasan otot dan tendon. Tiap otot dibungkus selapis jaringan ikat
padat yang disebut epimisium. Di dalamnya terdapat serat serat otot yang tersusun
dalam berkas dan fasikulus. Masing masing beras dikelilingi suatu selubung tipis
jaringan ikat, yaitu perimisium. Di dalam fasikulus, setiap serat otot di bungkus
jaringan ikat jarang yaitu endomisium. Pada otot lurik terdapat sarkoplasma yang
terisi berkas-berkas filamen silindris, paralel, memanjang. Berkas ini disebut
sekumpulan miofibril dan terlihat bergurat melintang (Yatim, 1990)

4.5 Subkutan cavia sp.

Sumber : academia.edu
Gambar5. Subkutan cavia
a. Serabut elastis
b. Serabut kolagen
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bagian dari subkutan cavia adalah serabut
elastis dan serabut kolagen, hal ini sesuai dengan pendapat Subowo (2006)
mengatakan bahwa subkutan (hypodermis) merupakan jaringan pengikat longgar
sebagai lanjutan dari dermis. Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya
melanjutkan ke dalam dermis. Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak
yang tebal sampai mencapai 3 cm atau lebih,misalnya pada perut. Di dalam subcutis
terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

4.6 . Histologi Kulit Mus musculus

c
Sumber :Stevegallik.org

Gambar 6. Perbandingan Histologi Kulit Tipis


Mus musculus perbesaran 10x10 praktikun
dengan literatur (a) stratum korneum (b) stratum
granulosum (c)stratum malphigi

Pada preparat hanya dapat terlihat bagian epidermis dari kulit Mus musculus.
Epidermis tersebut merupakan bagian terpinggir dari preparat tersebut. Sedangkan
untuk bagian lain seperti kelenjar dan reseptor pada kulit, tidak dapat diamati karena
perbesaran yang terlalu kecil.
Menurut Price (2005), secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu
epidermis (bagian terluar), dermis (sedikit lebih dalam) dan lemak subkutan.
Epidermis terdiri atas lapisan sel penghasil keratin (keratinosit) yaitu stratum basal
(stratum germinativum), stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum,
stratum korneum.
Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur alur halus
yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat. Demikian pula
permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan tonjolan
jaringan pengikat ke arah epidermis. Walaupun batas antara epidermis dengan
jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut
akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit. Ketebalan kulit
tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan
karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah
intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak
mata hanya setebal 0,5 mm. Rata rata tebal kulit adalah 1-2 mm. (Genneser,1994).

4.7. Histologi Otot Jantung

c
d

Sumber: (Kuehnel, 2003)

Gambar 7. histologi jantung hasil praktikum


perbesaran 4x10 (a).Serat parkinje (b)
Endokardium (c) Miokardium
(d) perikardium

Berdasarkan hasil pengamatan pada preparat jantung, dapat diamati adanya


endocardium, vena, myocardium dan epikardium. Jantung terbungkus oleh kantong
perikardium yang terdiri dari 2 lembar yaitu lamina panistalis di sebelah luar dan
lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung. Perikardium adalah kantong
berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung
danpembuluh darah besar.
Kantong atau perikardium melekat pada diafragma, sternum, vertebra dan pleura
yang membungkus paru. Terdiri atas lapisan fibrosa dan serosa. Lapisan fibrosa
tersusun dari serabut kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk
melindungi jantung. Lapisan serosa terdirir atas visceral (epicardium) menutup
permukaan jantung, dan parietal melapisi bagian dalam fibrosa perikardium (Isnaeni,
2006).
Dinding jantung tersusun atas 3 lapisan, yaitu endokardium, myokardium, dan
epikardium. Lapisan endokardium terdiri dari selapis endotel, lapisan subendotel,
jaringan ikat dengan sabut-sabut elastis dan sel sel fibroblast, serta lapisan elastika
muskuler. Lapisan myokardiummerupakan anyaman otot jantung yang tersusun
berlapis-lapis dan berbentuk spiral. Lapisan epikardium merupakan lapisan terluar
dari jantung. Jaringan ikat kendor dengan sel lemak, pembuluh darah dan saraf,
menghubungkan myokard dan pericard (Isnaeni, 2006)
4.8. Histologi Tulang Rawan

b
c

Sumber : Atlas Histologi


Gambar 8. Perbandingan histologi Tulang rawan
hasil praktikum perbesaran 10x10 dan literatur,
(a)matriks, (b) condrocyt, (c)pericondrium,

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada preparat permanen tulang rawan
pada laring, dapat ditemukan tulang rawan hialin yang menyusun laring tersebut.
Sesuai dengan Saktiono (1989), laring adalah tabung ireguler yang menghubungkan
faring dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring. Rawan-
rawan yang menyusun dari pada laring ini sebagian besar adalah rawan hialin dan
sebagian kecil adalah rawan elastin.
Menurut Agarwal (1975), pada laring dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh
tulang rawan. Tulang rawan laring berhubungan satu sama lain dengan trakea dan
hyoid apparatus ligamen. Pada laring otot lurik ini dibagi menjadi 2 yaitu otot lurik
ekstrinsik, yang menggerakan laring selama menelan berlangsung sedangkan otot
lurik intrinsik, yang menggerakan tulang rawan laring secara individu selama
pernafasan dan bersuara.
Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk.
Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat elastis, makin
menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya
semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring
dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan
submukosa.Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago
hialin. Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna
merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan (Bellenger, 1993) .
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Laring tersusun atas tulang rawan hialin
2. Otot lurik terdiri dari misoin dan actin
3. Kulit tipis Macaca sp. terdiri dari stratum corneum, stratum granulosum, dan
stratum malphigii.
4. Kulit tebal Lecus sp. terdiri dari stratum corneum dari stratum corneum,
stratum granulosum, stratum lisidium, stratum malphigii dan sweat gland
5. Subkutan cavia terdiri dari serabut elastis dan serabut kolagen
6. Pada preparat kulit Mus musculus Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3
lapisan, yaitu epidermis, dermis dan lemak subkutan
7. Histologi jantung terdiri dari endocardium, vena, myocardium dan
epycardium.
8. Histologi tulang rawan pada laring tersusun atas tulang rawan hialin

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebaiknya praktikan
harus memahami dan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum melakukan
praktikum dan sebaiknya praktikan harus lebih serius lagi saat melaksanakan
praktikum agar waktu yang digunakan dapat seefisien mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.

Arman. 2005. Buku Ajar Biologi Umum.Makassar: UIN Alaudin. Syarifuddin. 2006.
Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran.

Ballenger, J.J. 1998 Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose,throat, ear, head
and neck.13th ed. Philadelphia,Lea&Febiger.

Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.

Campbell dan Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama.

Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

Harmianto, S. 2003. Histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.


Junqueira,LC. 2007. Histology Dasar: Teks dan Atlas Edisi 10. Jakarta : EGC.
Khaisar, Okto. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air,
Sedimen dan Bioakumulasi Serta Respon Histopatologis Organ Ikan Alu-alu
(Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Kimball, John W. 1999. Biologi Jilid 2 dan 3. Erlangga, Jakarta.


Leeson, C R. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Subowo. 2006. Histology Kulit. Bahan Kuliah Mahasiswa. Bandung: FKG UNPAD.

Syaifuddin, H. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC

Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri


Malang.Yatim ,Wildan. 1990. Histologi Modern. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai