Anda di halaman 1dari 10

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Nandiyah Abdullah*

Abstrak : Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi
rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Anak
berkebutuhan khusus tentu akan menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan kekhususannya.
Semua masalah tersebut perlu diselesaikan dengan memberikan layanan pendidikan, bimbingan serta latihan
sehingga masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu guru atau orang tua perlu memahami
kebutuhan dan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal sesuai kekhususannya.

PENDAHULUAN Berdasarkan pengertian tersebut anak yang


dikategorikan berkebutuhan dalam aspek fisik
Tidak ada orang yang meminta menjadi cacat.
meliputi kelainan dalam indra penglihatan (tuna-
Namun menjadi penyandang cacatpun bukan berarti
netra) kelainan indra pendengaran (tuna rungu)
tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak individu yang
kelainan kemampuan berbicara (tuna wicara) dan
meskipun menjadi penyandang cacat bisa menjadi
kelainan fungsi anggota tubuh (tuna daksa). Anak
penerang hidup bagi teman-teman berkebutuhan
yang memiliki kebutuhan dalam aspek mental
khusus lainnya.
meliputi anak yang memiliki kemampuan mental lebih
Secara kodrati semua manusia mempunyai
(super normal) yang dikenal sebagai anak berbakat
berbagai macam kebutuhan, tak terkecuali anak
atau anak unggul dan yang memiliki kemampuan
berkebutuhan khusus. Salah satu diantaranya kebutuhan
mental sangat rendah (abnormal) yang dikenal sebagai
pendidikan. Dengan terpenuhi kebutuhan akan
tuna grahita. Anak yang memiliki kelainan dalam
pendidikan anak berkebutuhan khusus diharapkan bisa
aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan
mengurusi dirinya sendiri dan dapat melepaskan
dalam menyesuaikan perilakunya terhadap
ketergantungan dengan orang lain. Tertampungnya anak
lingkungan sekitarnya. Anak yang termasuk dalam
berkebutuhan khusus dalam lembaga pendidikan
kelompok ini dikenal dengan sebutan tunalaras.
semaksimal mungkin berarti sebagian dari kebutuhan
mereka terpenuhi. Diharapkan lewat pendidikan yang
A. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
mereka dapatkan mampu memperluas cakrawala
pandangan hidupnya. Sehingga mampu berfikir secara Menurut klasifikasi dan jenis kelainan, anak
kreatif, inovatif dan produktif. berkebutuhan dikelompokkan ke dalam kelainan fisik,
Istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit kelainan mental, dan kelainan karakteristik sosial.
ditujukan kepada anak yang dianggap mempunyai 1. Kelainan Fisik
kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi
normal umumnya, dalam hal fisik, mental maupun pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat
karakteristik perilaku sosialnya (Efendi,2006). kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada

* Psikologi Fakultas Psikologi UNWIDHA Klaten

Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 1


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan dididik tanpa harus dengan modifikasi atau
tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya program khusus. Anak berkelainan penglihatan
anggota fisik terjadi pada: alat fisik indra, yang kemungkinan dikoreksi dengan
misalnya kelainan pada indra pendengaran penyembuhan pengobatan atau alat optik, tetapi
(tunarungu), kelainan pada indra penglihatan kemampuan untuk mempergunakan fungsi
(tunanetra), kelainan pada fungsi organ bicara penglihatannya secara efektif sangat minim,
(tunawicara); alat motorik tubuh, misalnya sehingga anak tidak mampu mengikuti program
kelainan otot dan tulang (poliomyelitis), kelainan sekolah normal.
pada sistem saraf di otak yang berakibat Anak berkelainan penglihatan dalam
gangguan pada fungsi motorik (cerebral palsy), kelompok yang ke tiga ini adalah anak
kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang berkelainan penglihatan yang sama sekali tidak
tidak sempurna, misalnya lahir tanpa tangan/kaki, mempunyai kemungkinan dikoreksi dengan
amputasi dan lain-lain. Untuk kelinan pada alat penyembuhan pengobatan atau alat optik. Akibat
motorik tubuh ini dikenal dalam kelompol berkelainan penglihatan yang demikian beratnya
tunadaksa. sehingga kebutuhan layanan pendidikan hanya
Pengertian kelainan penglihatan yang dapat dididik melalui saluran lain selain mata.
perlu intervensi khusus yaitu kelainan yang Pada kasus ini orang sering menyebutnya dengan
dialami anak yang memiliki visus sentralis 6/60 tunanetra berat (buta). Terminology tunanetra
lebih kecil dari itu, atau setelah dikoreksi secara berat atau buta berdasarkan rekomendasi dari The
maksimal tidak mungkin mempergunakan White House Conference on Child Health and
fasilitas pendidikan dan pengajaran yang ada dan Education di Amerika (1970), dijelaskan bahwa
umumnya digunakan oleh anak normal/ pramg seseorang dikategorikan buta jika ia tidak dapat
awas (Bratanata,1979). mempergunakan penglihatannya untuk
Berdasarkan gradasi ketajaman kepentingan pendidikannya (Kirk,1970;
penglihatannya, kondisi anak yang berkelainan Patton,1991).
penglihatan dapat dikelompokkan menjadi: 1.). Anak berkelainan indra pendengaran atau
kelompok anak berkelainan penglihatan yang tunarungu secara medis dikatakan, jika dalam
masih memiliki kemungkinan untuk dikoreksi mekanisme pendengaran karena sesuatu dan lain
melalui pengobatan atau alat optik, 2). anak sebab terdapat satu atau lebih organ mengalami
berkelainan penglihatan yang dapat dikoreksi gangguan atau rusak. Akibatnya, organ tersebut
melalui pengobatan atau alat optik. Anak tidak mampu menjalankan fungsinya untuk
berkelainan penglihatan yang masih mempunyai menghantarkan dan mempersepsi rangsang suara
kemungkinan dikoreksi dengan pengobatan atau yang ditangkap untuk diubah menjadi tanggapan
alat optik, biasanya anak dalam kelomopok ini akustik. Secara pedagogis, seorang anak dapat
tidak dapat dikategorikan dalam kasus kelainan dikategorikan berkelainan indra pendengaran
penglihatan dalam pengertian pendidikan luar atau tunarungu, jika dampak dari disfungsinya
biasa (pendidikan khusus), sebab mereka dapat organ-organ yang berfungsi sebagai penghantar

2 Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

dan persepsi pendengaran mengakibatkan ia tidak kemampuan mendengarnya antara 35-69 dB


mampu mengikuti program pendidikan anak menurut ISO. Biasanya penderita dalam kategori
normal sehingga memerlukan layanan lemah pendengaran ini tidak terhalang untuk
pendidikan khusus untuk meniti tugas mengerti atau mencoba memahami bicara orang
perkembangannya. lain dengan menggunakan alat Bantu dengar
Dalam percakapan seharihari kondisi (Moores, 1978).
anak dengan kelainan pendengaran diidentikkan Terminologi kelainan bicara atau
dengan istilah tuli. Hal ini dapat diakui tunawicara adalah ketidakmampuan seseorang
kebenarannya karena tuna pendengaran dapat dalam mengkomunikasikan gagasannya kepada
mengurangi kemampuannya memahami orang lain (pendengar) dengan memanfaatkan
percakapan lewat pemanfaatan fungsi organ bicaranya, dikarenakan celah langit-langit,
pendengarannya. Oleh karena itu, pada penderita bibir sumbing, kerusakan otak, tunarungu, dan
tuna pendengaran berat berarti semakin besar lain-lain (Patton,1991). Akibatnya, pesan yang
intensitas ketidakmampuannya untuk menyimak telihat sederhana ketika disampaikan kepada
pembicaraan yang memanfaatkan ketajaman lawan bicara menjadi tidak sederhana, sulit
pendengarannya, baik dengan bantuan alat Bantu dipahami, dan membingungkan. Kelainan bicara
dengar maupun tanpa bantuan alat bantu ini dapat terjadi pada sisi artikulasi, arus ujaran,
dengar,.one whose hearing disability nada suara dan struktur bahasanya.
precludes successful processing of linguistic Ragam kelainan bicara yang terjadi pada
information through audition, with a bearing usia sekolah berdasarkan jenisnya dapat disimak
aids (Hallahan & Kauffman, 1986). pada Tabel berikut.
Derajat ketunarunguan seseorang biasanya Tabel
diukur dan dinyatakan dalam satuan deci-Bell
Ragam Kelainan Bicara Anak Usia Sekolah
atau disingkat dB. Dilihat dari tingkat gradasinya
secara umum dapat dikategorikan menjadi No. Bentuk Kelainan Persentase
tunarungu dalam arti tuli (deaf) dan tunarungu 1 Articulation (pengucapan) 3,0
dikatakan tuli jika hasil tes pendengaran 2 Stuttering (gagap) 0,8
menunjukkan kehilangan kemampuan 3 Voice (intonasi suara) 0,2
mendengarnya 70 dB atau lebih menurut ISO 4 Cleft-palate speech (kelainan bicara
(International Standard Organization). Biasanya langit-langit pecah) 0,1
penderita dalam kategori tuli ini akan mengalami 5 Cerebral-Palsy speech
kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami (kelainan bicara kerusakan otak) 0,1
pembicaraan orang lain meskipun menggunakan 6 Retarted speech development
bantuan alat atau tanpa alat bantu dengar. (perkembangan bicara) 0,3
Sedangkan definisi lemah pendengaran, 7 Speech problem due impaired hearing
seseorang dikatakan lemah pendengaran jika (kelainan bicara akibat gangguan
hasil tes pendengaran menunjukkan kehilangan pendengaran) 0,5
(Smith,1979)

Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 3


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Kelainan fungsi motorik tubuh atau sifat seperti lumpuh, lemah, tidak adanya
tunadaksa adalah gangguan yang terjadi pada satu koordinasi atau penyimpangan fungsi gerak
atau beberapa atribut tubuh yang menyebabkan disebabkan oleh patologi pusat kontrol gerak di
penderitanya mengalami kesulitan untuk otak. Jenis-jenis cerebral palsy yang dapat kita
mengoptimalkan fungsi tubuhnya secara normal. kenali dalam kehidupan sehari-hari antara lain
Kelainan fungsi motorik tubuh, baik yang diderita spasticity, atbetosis, ataxia, tremor, dan rigidity
sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian, (Patton,1991)
pada dasarnya memiliki problem yang sama
dalam pendidikannya.
2. Kelainan Mental
Berdasarkan jenisnya, kelainan alat
motorik tubuh dibedakan menjadi anak Anak kelainan dalam aspek mental adalah
berkelainan fungsi anggota tubuh ortopedi anak yang memiliki penyimpangan kemampuan
(tunadaksa ortopedi) dan anak berkelainan fungsi berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi
anggota tubuh saraf (tunadaksa neurologis). dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini
Tunadaksa ortopedi ialah anak yang mengalami dapat menyebar ke dua arah, yaitu kelainan
ketunaan, kecacatan, ketidaksempurnaan tertentu mental dalam arti lebih (supernormal) dan
pada motorik tubuhnya, terutama pada bagian kelainan mental dalam arti kurang (subnormal).
tulang-tulang, otot tubuh, dan daerah persendian. Kelainan mental dalam arti lebih atau anak
Beberapa contoh kelainan yang termasuk dalam unggul, menurut tingkatannya dikelompokkan
kategori tunadaksa ortopedi antara lain menjadi: (a) anak mampu belajar dengan cepat
poliomyelitis, tubercolosis tulang, osteomyelitis, (rapid learner), (b) anak berbakat (gifted), dan
arthritis, bemiplegia, muscle dystrophia, kelainan (c) anak genius (extremely gifted). Karakteristik
atau anggota badan yang tidak sempurna, dan anak yang termasuk dalam kategori mampu
lain-lain. Sedangkan tunadaksa neurologist ialah belajar dengan cepat jika hasil kecerdasan
anak yang mengalami kelainan pada fungsi menunjukkan, bahwa indeks kecerdasannya yang
anggota tubuh (kelainan motorik tangan dan atau bersangkutan berada pada rentang 110-120, anak
kaki) disebabkan oleh gangguan pada susunan berbakat jika indeks kecerdsannya berada pada
sarafnya. Salah satu kategori penderita tunadaksa rentang 120-140, dan anak sangat berbakat atau
saraf ini dapat dilihat pada anak penderita genius jika indeks kecerdasannya berada pada
cerebral palsy (CP). rentang di atas 140.

Cerebral palsy adalah bentuk kelainan Secara umum karakteristik anak dengan
yang terjadi pada aspek motorik yang disebabkan kemampuan mental lebih, disamping memiliki
oleh disfungsinya sistem persarafan di otak. potensi kecerdasan yang tinggi dalam prestasi,
Gambaran klinis yang diakibatkan oleh luka pada juga memiliki kemampuan menonjol dalam
otak, di mana salah satu komponennya menjadi bidang tertentu, antara lain (1) kemampuan
penghalang dalam gerak sehingga timbul kondisi inteletual umum, (2) kemampuan akademik
yang tampak semenjak kanak-kanak dengan sifat- khusus, (3) kemampuan berfikir kreatif produktif,

4 Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

(4) kemampuan dalam salah satu bidang fase perkembangannya (Hallahan dan Kauffman
kesenian, (5) kemampuan psikomotorik, dan (6) 1991).
kemampuan psikososial dan kepemimpinan Berdasarkan kapabilitas kemampuan yang
(Tirtonegoro,1984). bisa dirujuk sebagai dasar pengembangan
Anak yang berkelainan mental dalam arti potensi, anak tunagrahita dapat diklasifikasikan
kurang atau tunagrahita, yaitu anak yang menjadi (a) anak tunagrahita memiliki
diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang kemampuan untuk dididik dengan rentang IQ 50-
sedemikian rendahnya (di bawah normal ) 75, (b) anak tunagrahita memiliki kemampuan
sehingga untuk meniti tugas perkembangannya untuk dilatih dengan rentang IQ 25- 50, (c) anak
memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, tunagrahita memiliki kemampuan untuk dirawat
terutama di dalamnya kebutuhan program dengan rentang IQ 25- ke bawah (Hallhan &
pendidikan dan bimbingannya. Kondisi Kaufman,1991).
ketunagrahitaan dalam praktik kehidupan sehari- Dilihat dari distribusinya, anak yang
hari di kalangan awam seringkali disalah menyandang kelainan mental, baik kelainan
persepsikan, terutama bagi keluarga yang mental dalam arti supernormal maupun kelainan
mempunyai anak tunagrahita, yakni berharap mental dalam arti subnormal, komposisinya
dengan memasukkan anak tunagrahita ke dalam dalam distribusi normal dapat disimak pada
lembaga pendidikan, kelak anaknya dapat gambar berikut.
berkembang sebagaimana anak normal lainnya.
Harapan semacam ini wajar saja karena
3. Kelainan Perilaku Sosial
mereka tidak mengetahui karakteristik anak
tunagrahita. Perlu dipahami bahwa kondisi Kelainan perilaku atau tunalaras sosial
tunagrahita tidak dapat disamakan dengan adalah mereka yang mengalami kesulitan untuk
penyakit, atau berhubungan dengan penyakit, menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata-
tetapi keadaan tunagrahita suatu kondisi tertib, norma sosial, dan lain-lain. Manifestasi
sebagaimana yang ada, Mental retarted is not dari mereka yang dikategorikan dalam kelainan
disease but a condition (Kirk,1970). Atas dasar perilaku sosial ini , misalnya kompensasi
itulah tunagrahita dalam gradasi manapun tidak berlebihan, sering bentrok dengan lingkungan,
bisa disembuhkan atau diobati dengan obat pelanggaran hukum/norma maupun kesopanan
apapun. (Amin & Dwidjosumarto, 1979).
The American Assocoation on Mental Mackie (1957) mengemukakan, bahwa
Deficiency (AAMD) memberikan justifikasi anak yang termasuk dalam kategori kelainan
tentang anak tunagrahita dengan merujuk pada perilaku sosial adalah anak yang mempunyai
kecerdasan secara umum di bawah rata-rata. tingkah laku yang tidak sesuai dengan adat
Dengan kecerdasan yang sedemikian rendah kebiasaan yang berlaku di rumah, di sekolah, dan
menyebabkan anak tunagrahita mengalami di masyarakat lingkungannya (dalam Kirk,1970).
kesulitan dalam penyesuaian sosial pada setiap Hal yang lebih penting dari itu adalah akibat

Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 5


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

tindakan atau perbuatan yang dilakukan ETIOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Informasi faktor penyebab terjadinya kelainan
Klasifikasi anak yang termasuk dalam pada seseorang sangat beragam jenisnya, namun
kategori mengalami kelainan perilaku sosial di secara umum dilihat dari masa terjadinya kelainan
antaranya anak psychotic dan neurotic, anak itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi: sebelum
dengan gangguan emosi dan anak nakal kelahiran (prenatal), pada saat kelahiran (neonatal),
(delinquent). Berdasarkan sumber terjadinya dan setelah kelahiran (postnatal).
tindak kelainan perilaku sosial secara Kelainan terjadi sebelum anak lahir, yaitu masa
penggolongan dibedakan menjadi: (1) tunalaras
di mana anak masih berada dalam kandungan
emosi, yaitu penyimpangan perilaku sosial yang
diketahui telah mengalami kelainan atau ketunaan.
ekstrem sebagai bentuk gangguan emosi, (2)
Kelainan yang terjadi pada masa prenatal, berdasarkan
tunalaras sosial, yaitu penyimpangan perilaku periodisasinya dapat terjadi pada periode embrio,
sosial sebagai bentuk kelainan dalam
periode janin muda, dan periode janin aktini
penyesuaian sosial karena bersifat fungsional.
(Arkandha, 1984). Periode embrio dimulai sejak saat
Pengklasifikasian anak berkelainan pembuahan sampai kandungan berumur 3 bulan
sebagaimana yang dijelaskan di atas, jika .karakteristik periode ini yaitu pembiakan sel yang
dikaitkan dengan kepentingan pendidikan pesat dan berakhir pada saat embrio dapat hidup
khususnya di Indonesia maka bentuk kelainan di sendiri dengan memanfatkan bahan-bahan yang ada
atas dapat disederhanakan sebagai berikut. dalam kantong kuning telur (yolk sack).
a. Bagian A adalah sebutan untuk kelompok Kelainan saat anak lahir (neonatal), yakni masa
anak tunanetra. dimana kelainan itu terjadi pada saat anak dilahirkan.
b. Bagian B adalah sebutan untuk kelompok Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan,
anak tunarungu. antara lain anak lahir sebelum waktunya
c. Bagian C adalah sebutan untuk kelompok (prematurity), lahir dengan bantuan alat (tang
anak tunagrahita. verlossing), posisi bayi tidak normal, analgesia dan
anesthesia, kelahiran ganda, asphyxia, atau karena
d. Bagian D adalah sebutan untuk kelompok
kesehatan bayi yang bersangkutan.
anak tunadaksa.
Kelainan yang terjadi setelah anak lahir
e. Bagian E adalah sebutan untuk kelompok
(postnatal), yakni masa di mana kelainan itu terjadi
anak tunalaras.
setelah bayi itu dilahirkan, atau saat anak dalam masa
f. Bagian F adalah sebutan untuk kelompok
perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan setelah
anak dengan kemampuan di atas rata-rata/
anak dilahirkan, antara lain infeksi, luka, bahan kimia,
superior.
malnutrisik deprivation factor dan meningitis, stuip,
g. Bagian G adalah sebutan untuk kelompok dan lain-lain.
anak tunaganda.

6 Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Kelainan atau ketunaan pada aspek fisik, Apabila reaksi-reaksi emosional yang
mental, maupun sosial yang dialami oleh seseorang ditimbulkan akibat hambatan terus menumpuk dan
akan membawa konsekuensi tersendiri bagi intensitasnya semakin meningkat, maka reaksi
penyandangnya, baik secara keseluruhan atau emosional yang muncul justru sangat tidak
sebagian, baik yang bersifat obyektif maupun menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya.
subyektif. Kondisi kelainan yang disandang seseorang Misalnya reaksi emosional yang berupa rendah diri,
ini akan memberikan dampak kurang menguntungkan minder, mudah tersinggung, kurang percaya diri,
pada kondisi psikologis maupun fisiologisnya. Pada frustrasi, menutup diri, dan lain-lain (Tahap IV). Pada
gilirannya kondisi tersebut dapat menjadi hambatan kasus-kasus tertentu, reaksi emosional yang terjadi
yang berarti bagi penyandang kelainan dalam meniti pada tahap tertentu dapat bersifat destruktif.
tugas perkembanngannya. Timbulnya perilaku tersebut barangkali sebagai
Mekanisme hubungan fisik dengan psikis yang mekanisme pertahanan diri akibat ketidak-
berdampak secara langsung atau tidak langsung berdayaannya mengendalikan kepribadiannya.
sebagai konsekuensi pada masing-masing aspeknya,
secara eksplisit dapat disimak mekanisme interaksi
DAMPAK KELAINAN
berikut.
Seseorang yang diketahui mengalami kelainan Kelainan atau ketunaan pada aspek fisik, mental,
atau ketunaan pada salah satu atau lebih fungsi organ maupun sosial yang dialami oleh seseorang akan
tubuh / indranya, maka akan timbul akibat langsung membawa konsekuensi tersendiri bagi penyandangnya,
dari gangguan organ tersebut. Dalam hal ini akan baik secara keseluruhan atau sebagian, baik yang bersifat
berkurang kemampuannya untuk memfungsikan objektif maupun subjektif. Kondisi kelainan yang
secara maksimum organ atau instrument anggota disandang seseorang ini akan memberikan dampak
tubuh yang mengalami kelainan, misalnya hilangnya kurang menguntungkan pada kondisi psikologis maupun
fungsi pendengaran, hilangnya fungsi penglihatan, psikososialnya. Pada gilirannya kondisi tersebut dapat
atau berkurangnya fungsi organ tubuh (Tahap I). menjadi hambatan yang berarti bagi penyandang
kelainan dalam meniti tugas perkembangannya.
Tidak berfungsinya alat sensoris atau motoris
tersebut, berdampak pada penderita untuk melakukan Mekanisme hubungan fisik dengan psikis yang
eksplorasi sehingga ia akan mengalami hambatan berdampak secara langsung atau tidak langsung sebagai
dalam melakukan aktivitas yang mendayagunakan alat konsekuensi pada masing-masing aspeknya, secara
sensoris atau motoris (Tahap II). Hambatan yang eksplisit dapat disimak mekanisme interaksi berikut.
dialami oleh penderita kelainan dalam melakukan Seseorang yang diketahui mengalami kelainan
berbagai aktivitas akan menimbulkan reaksi-reaksi atau ketunaan pada salah satu atau lebih fungsi organ
emosional akibat ketidakberdayaan, dan biasanya tubuh/ indranya, maka akan timbul akibat langsung
dalam tahap masih merupakan reaksi emosional yang dari gangguan organ tersebut. Dalam hal ini akan
sehat saja (Tahap III). berkurang kemampuannya untuk memfungsikan
secara maksimum organ atau instrument anggota
tubuh yang mengalami kelainan, misalnya hilangnya

Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 7


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

fungsi pendengaran, hilangnya fungsi penglihatan, diharapkan anak berkelainan: (1) dapat menerima
atau berkurangnya fungsi organ tubuh (Tahap I). kondisinya, (2) dapat melakukan sosialisasi dengan
Tidak berfungsinya alat sensoris atau motoris baik, (3) mampu berjuang sesuai dengan
tersebut, berdampak pada penderita untuk melakukan kemampuannya, (4) memiliki ketrampilan yang sangat
eksplorasi sehingga ia akan mengalami hambatan dibutuhkan, dan (5) menyadari sebagai warga negara
dalam melakukan aktivitas yang mendayagunakan alat dan anggota masyarakat. Tujuan lainnya agar upaya
sensoris atau motorisnya (Tahap II). Hambatan yang yang dilakukan dalam rangka habilitasi maupun
dialami oleh penderita kelainan dalam melakukan rehabilitasi anak berkelainan dapat memberikan daya
berbagai aktivitas akan menimbulkan reaksi-reaksi guna dan hasil guna yang tepat.
emosional akibat ketidakberdayaannya, dan biasanya Pengembangan prinsip-prinsip pendekatan
dalam tahap masih merupakan reaksi emosional yang secara khusus, yang dapat dijadikan dasar dalam
sehat saja (Tahap III). upaya mendidik anak berkelainan, antara lain sebagai
Apabila reaksi-reaksi emosional yang berikut:
ditimbulkan akibat hambatan terus menumpuk dan 1. Prinsip kasih sayang. Prinsip kasih sayang pada
intensitasnya semakin meningkat, maka reaksi dasarnya adlah menerima mereka sebagaimana
emosional yang muncul justru sangat tidak adanya, upaya yang perlu dilakukan untuk
menguntungkan bagi perkembangan kepribadiannya. mereka: (a) tidak bersikap memanjakan, (b) tidak
Misalnya reaksi emosional yang berupa rendah diri, bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhannya,
minder, mudah tersinggung, kurang percaya diri, dan (c) memberikan tugas yang sesuai dengan
frustrasi, menutup diri, dan lain-lain (Tahap IV). Pada kemampuan anak.
kasus-kasus tertentu, reaksi emosional yang terjadi pada 2. Prinsip layanan individual. Pelayanan individual
tahap tertentu dapat bersifat destruktif. Timbulnya dalam rangka mendidik anak berkelainan perlu
perilaku tersebut barangkali sebagai mekanisme mendapatkan porsi yang lebih besar, oleh karena
pertahanan diri akibat ketidakberdayaannya itu, upaya yang perlu dilakukan untuk mereka
mengendalikan kepribadiannya. selama pendidikannya : (a) jumlah siswa yang
dilayani guru tidak lebih dari 4-6 orang dalam
setia kelasnya, (b) pengaturan kurikulum dan
PRINSIPPENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN
jadwal pelajaran dapat bersifat fleksibel, (c)
KHUSUS
penataan kelas harus dirancang dengan
Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, sedemikian rupa sehingga guru dapat
maupun karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama menjangkau semua siswanya dengan mudah, dan
seperti mendidik anak normal, sebab selain (d) modifikasi alat Bantu pengajaran.
memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga 3. Prinsip kesiapan. Untuk menerima suatu
memerlukan strategi yang khusus. Hal ini semata- pelajaran tertentu diperlukan kesiapan.
mata karena bersandar pada kondisi yang dialami anak Khususnya kesiapan anak untuk mendapatkan
berkelainan. Oleh karena itu, melalui pendekatan dan pelajaran yang akan diajarkan, terutama
strategi khusus dalam mendidik anak berkelainan, pengetahuan prasyarat, baik prasyarat

8 Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

pengetahuan, mental dan fisik yang diperlukan 8. Prinsip penanaman dan penyempurnaan sikap.
untuk menunjang pelajaran berikutnya. Secara fisik dan psikis sikap anak berkelainan
4. Prinsip keperagaan. Alat peraga yang digunakan memang kurang baik sehingga perlu diupayakan
untuk media sebaiknya diupayakan agar mereka mempunyai sikap yang baik serta
menggunakan benda atau situasi aslinya, namun tidak selalu menjadi perhatian orang lain.
anabila hal itu sulit dilakukan, dapat
menggunakan benda tiruan atau minimal
PENUTUP
gambarnya.
5. Prinsip motivasi. Prinsip motivasi ini lebih Dalam undang-undang no 20 tahun 2003
menitikberatkan pada cara mengajar dan tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
pemberian evaluasi yang disesuaikan dengan bahwaPendidikan khusus merupakan pendidikan
kondisi anak berkelainan. Contoh, bagi anak bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
tunanetra, mempelajari orientasi dan mobilitas mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
yang ditekankan pada pengenalan suara binatang phisik, emosional, mental dan sosial.
akan lebih menarik dan mengesankan jika mereka Ketetapan tersebut bagi anak berkebutuhan
diajak ke kebun binatang. khusus sangat berarti karena memberi landasan yang
6. Prinsip belajar dan bekerja kelompok. Arah kuat bahwa mereka memperoleh kesempatan yang
penekanan prinsip belajar dan bekerja kelompok sama seperti anak normal lainnya dalam hal
sebagai anggota masyarakat dapat bergaul pendidikan dan pengajaran.
dengan masyarakat lingkungannya, tanpa harus Karena dengan memanfaatkan sisa potensi
merasa rendah diri atau minder dengan orang yang dimiliki anak perlu didorong untuk
normal. Oleh karena itu, sifat seperti egosentris mengembangkan dirinya sehingga kelak dapat hidup
atau egoistis pada anak tunarungu karena tidak mandiri seperti layaknya orang normal.
menghayati perasaan, agresif, dan destruktif pada Untuk itu guru maupun orang tua perlu
anak tunalaras perlu diminimalkan atau memahami kebutuhan dan potensi anak walaupun
dihilangkan melalui belajar dan bekerja inteligensi mereka tidak berbeda dengan anak normal
kelompok. Melalui kegiatan tersebut diharapkan kecuali anak tuna grahita tetapi karena ketidak
mereka dapat memahami bagaimana cara bergaul lengkapan kemampuan yang dimiliki tentu dalam
dengan orang lain secara baik dan wajar. pembelajaran membutuhkan fasilitas yang berbeda.
7. Prinsip ketrampilan. Pendidikan ketrampilan Agar tidak memberatkan guru maka anak
yang diberikan kepada anak berkelainan, selain berkebutuhan khusus perlu dimasukkan ke sekolah
berfungsi selektif, edukatif, rekreatif dan terapi, khusus atau dalam kelas inklusi. Kelas inklusi akan
juga dapat dijadikan sebagai bekal dalam lebih memberikan makna bagi anak jika hanya
kehidupannya kelak. menampung anak yang mengalami kelainan yang
sejenis saja.

Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013 9


ISSN 0215-9511
Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., 1999, Pendidikan Bagi Anak Smith, D., 2006, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua,
Berkesulitan Belajar, Jakarta, Rineka Cipta. Bandung, Nuansa.

Delphie, B.,2006, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Depdikbud, 1983, Analilsa Pendidikan, Jakarta.
khusus, Bandung, Adi Tama.
Suara Merdeka, Penanaman Alat Bantu Dengar
Efendi,M., 2006, Pengantar Psikopedagogik Anak dikembangkan di Singapura, Selasa, 14 Maret
Berkelainan, Jakarta, Bumi Aksara. 2006

Sumantri, S., 2006, Psikologi Anak Luar biasa, Kompas, Jalan bagi orang berkebutuhan Khusus,
Bandung, Aditama. Kamis,22 Maret 2012

10 Magistra No. 86 Th. XXV Desember 2013


ISSN 0215-9511

Anda mungkin juga menyukai