Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH FISIKA INTI

RADIOAKTIFITAS

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
JURUSAN FISIKA
2017
RADIOAKTIFITAS
1. Pengertian dan Penemuan Radioaktivitas
Radioaktivitas merupakan suatu fenomena dimana suatu bahan mampu
memancarkan radiasi. Unsur radioaktif merupakan suatu unsur atau bahan yang
mampu memancarkan radiasi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan fisika dan
kimia. Adapun perubahan fisika seperti perubahan tekanan, temperature dan
volume maupun bentuk unsur tersebut sedangkan perubahan kimia seperti
perubahan susunan molekul-molekul atomnya. Adapun ciri-ciri radiasi yaitu:
1) Memiliki daya tembus kuat,
2) Dapat mengionisasi, dan
3) menunjukkan gejala apabila dilewatkan pada medan magnet dan
listrik.

2. Jenis-jenis Sinar Radioaktif


Dari hasil penelitian diperoleh ciri-ciri sinar radioaktif yaitu sebagai
berikut.
1) Daya tembus sangat kuat
2) Dapat mengionisasi gas-gas yang berbeda
3) Kelakuan atau sifat di bawah pengaruh medan magnet dan medan listrik
Sebuah percobaan sederhana dilakukan oleh Curie untuk mengecek
keberadaan tiga jenis sinar radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif seperti
ditunjukkan pada gambar (1).
1) Komponen sinar yang dibelokkan ke kanan adalah bermuatan positif
merupakan partikel ,
2) Komponen sinar yang dibelokkan ke kiri adalah bermuatan negatif merupakan
partikel , dan
3) Komponen sinar yang tidak dibelokkan adalah tidak bermuatan merupakan
partikel .
Plat foto

B (medan magnetik
keluar bidang)
Kotak timbal

. Radium

Gambar 1.1 pancaran radioaktif

RADIOAKTIFITAS 1
Adapun sifat-sifat ketiga sinar radioaktif tersebut adalah sebagai berikut.

2.1. Partikel Alfa ()


Daya tembus lemah yaitu hanya bisa menembus selembar kertas.
Daya ionisasi tinggi.
Mengalami pembelokkan pada medan listrik dan medan magnet.
Rasio muatan per massanya (e/m) dua kali e/m muatan hidrogen.
e/m partikel alfa : 4823 emu/gm
e/m partikel hidrogen : 9650 emu/gm
e/m diperoleh dari hasil ekperimen dengan metode defleksi ion positif oleh
medan magnet dan medan listrik (metode untuk menentukan besar e/m)
Mampu menyebabkan memendarnya/berpijarnya suatu bahan, karena
adanya tumbukan partikel alfa terhadap layar flourensi. Kecepatan partikel
alfa antara 1,4 x 109 cm/sec sampai 2,2 x 109 cm/sec.

2.2. Partikel Betha ()


Daya tembusnya 100 kali lebih kuat dari partikel .
Daya ionisasinya lebih kecil dari partikel .
Mengalami pembelokan oleh medan magnetik dan medan listrik yang mana
besar sudut belok untuk partikel lebih besar dari partikel sebab massa
partikel lebih kecil dari partikel .
Rasio muatan permassanya adalah (e/m) sebanding dengan 1,77 x 107
amu/gm.
Memiliki kemampuan atau daya memendarkan atau memijarkan suatu
bahan yang sangat bagus dan warnanya tergantung dari bahan
flourensasinya.
Partikel memiliki kecepatan sebesar 0,99 c.

2.3. Partikel Gamma ()


Daya tembusnya paling besar yaitu sebesar 100 kali partikel .
Memiliki daya ionisasi sangat lemah.
Tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet sebab
partikel tidak bermuatan.
Sinar merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
gelombang antara 1,7 x 10-10 cm sampai 4,1 x 10-8 cm.
Kecepatan sinar gamma () sama dengan kecepatan cahaya sehingga
energinya paling besar.

RADIOAKTIFITAS 2
papan aluminium timbal


Gambar 1.2 Daya tembus sinar alfa, beta dan gamma pada bahan

Dalam bentuk tabel perbedaan ketiga sinar radioaktif tersebut dapat


disajikan sebagai berikut.

Tabel 1.1. Sifat-sifat sinar , , dan

Dalam
Kelajuan
Diserap medan
Jenis Identik dengan Muatan sampai
oleh magnetik
dengan
dan listrik

Sinar inti Helium 1 selembar dibelokka


+ 2e c
10 kertas n

Sinar Elektron selembar dibelokka


kecepatan 9 aluminium n dengan
-1e c
tinggi 10 setebal 3 kuat
mm

Sinar Radiasi selembar tidak


elektromagnetik timbal dibelokka
0 c
frekuensi tinggi setebal 3 n
cm

3. Peluruhan Radioaktif
Peluruhan radioaktif. adalah suatu proses dimana inti mengemisikan atau
memancarkan partikel dan , sinar dan partikel lainnya atau suatu proses
dimana inti menangkap elektron dari kulit terluarnya disebut peluruhan radioaktif.
Dalam satu gram zat radioaktif terdapat miliaran atom radioaktif. Atom-atom
tersebut akan memancarkan sinar radioaktif (, , atau ) untuk menjadi inti stabil
maupun inti yang baru yang belum stabil.

3.1. Hukum Peluruhan Radioaktif


Laju peluruhan radioaktif dalam suatu bahan radioaktif disebut
aktivitas (dilambangkan dengan huruf A). Aktivitas hanya ditentukan oleh
banyaknya inti yang meluruh per sekon. Jika peluang tiap inti untuk meluruh
disebut tetapan peluruhan (Lambang ), maka aktivitas bahan bergantung pada
RADIOAKTIFITAS 3
banyaknya inti radioaktif alam bahan (N) dan tetapan peluruhan (). Secara
matematis dapat ditulis menjadi:

A N ............................................................................................... 1

Tetapan peluruhan memiliki harga berbeda untuk inti yang berbeda


tetapi konstan terhadap waktu. Aktivitas A didefinisikan sebagai laju peluruhan
sejumlah inti radioaktif terhadap waktu. Makin banyak inti yang meluruh per
satuan waktu, makin besar A. Sehingga dapat dinyatakan bahwa:

.......................................................................................... 2
dN
A
dt
tanda negatif menyatakan bahwa N berkurang terhadap
bertambahnya waktu. Berdasarkan persamaan (1) dan (2) didapatkan:
dN
A N
dt
dN
N
dt
dN
dt 3
N
persamaan (3) dapat diintegralkan secara langsung dalam bentuk
integral tentu dengan batas N dari No N dan t dari 0 t, maka didapatkan:
N t
dN
N N 0 dt
o

ln N NN o
t 0
t

ln N ln N o t 0
N
ln t
No
N
e t 4
No

Sehingga hukum peluruhan radioaktif dapat dirumuskan N N o e t ..(5)

dengan: No = banyak inti radioaktif awal atau saat t = 0

N = banyaknya inti radioaktif setelah selang waktu t

e = bilangan natural = 2, 718......

= tetapan peluruhan (s-1)

Persamaan (5) menyatakan bahwa banyaknya inti induk berkurang secara


eksponensial terhadap waktu, yang mana persamaan tersebut disebut hukum
peluruhan radioaktif.

RADIOAKTIFITAS 4
3.2. Waktu Paro
Waktu paro dari suatu unsur radioaktif adalah selang waktu yang
dibutuhkan agar aktivitas radiasi berkurang setengah dari aktivitas semula,
(dilambangkan t). Hubungan antara konstan peluruhan dan umur paro t1 /
2 dapat ditentukan dengan mudah. Dan untuk waktu-paro akan berlaku, yaitu
apabila t = t1 / 2, dan aktivitas N telah menurun menjadi N0. jadi,

Pada saat t = t maka N = N0 sehingga berdasarkan persamaan (5) diperoleh:


1 N0 t 1
2
e 2
No
N N o e t
1 t 1 2
N e ln 2 1 t 12
e t 2
No
ln 2 t 12
ln 2
t 12

Oleh karena nilai ln 2 = 0,693 maka didapatkan: nilai waktu paro adalah
0,693
t 12

Karena t1 / 2 adalah waktu, maka adalah peluang per satuan waktu
(det-1).
Selain kita dapat menghitung waktu paro dari suatu unsur radioaktif,
dapat juga ditentukan waktu hidup rata-rata (disimbolkan ) suatu unsur
radioaktif. Waktu hidup rata-rata dari suatu unsur radioaktif dapat ditentukan
dengan menjumlahkan waktu hidup total inti dibagi dengan jumlah total inti.
Bila inti dN1 memiliki waktu hidup t1, dN2 memiliki waktu hidup t2, dN3
memiliki waktu hidup t3, demikian seterusnya maka waktu hidup rata-ratanya
adalah:

t1 dN1 t 2 dN 2 t 3 dN 3 .....

dN1 dN 2 dN 3 ..... ..........(6)

Bila persamaan (6) ditulis kembali dalam bentuk integral maka diperoleh:
N0 N0

t dN t dN
0
0
No
No ..(7)
dN
0

dengan N 0 dN 1 dN 2 dN 3 .....

Substitusikan persamaan (5) ke persamaan (7) maka diperoleh:

RADIOAKTIFITAS 5
N0 N0

t dN t Nt
0
0

No No


0
t N o e t dt
1

t e t dt
No 0

1
Sehingga dieroleh ...................................... (8)

Berdasarkan persamaan (8) maka dapat dinyatakan bahwa besarnya
waktu hidup rata-rata suatu unsur radioaktif berbanding terbalik dengan nilai
tetapan peluruhannya.
4. Peluruhan Radioaktif Berurutan
Peluruhan radioaktif berurutan dapat menghasilkan inti anak yang sama
dengan unsur radioaktif alami maupun buatan. Peluruhan radioaktif berurutan
dapat diibaratkan sebagai berikut: suatu inti induk dari unsur radioaktif meluruh
menghasilkan inti anak kemudian inti anak tersebut meluruh lagi menghasilkan
inti cucunya dan begitu seterusnya berlangsung hingga dihasilkan inti anak yang
stabil maupun belum stabil tergantung dari proses peluruhan yang dialaminya.
Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana dengan jumlah atom pada
masing-masing inti selama proses peluruhan berlangsung. Adapun untuk
mencapai solusinya dapat dilakukan melalui perhitungan berikut ini.
Contoh skema peluruhan:

1 2
N1 N2 N3 (stabil)

menyatakan peluang kejadian per satuan waktu.

Atau diagram di atas apat digambar sebagai berikut.

N1
1

N2
2

N3 (stabil)

RADIOAKTIFITAS 6
Berdasarkan persamaan (2) dinyatakan bahwa:
dN dN
dt dN
N dt
Dengan: dN menyatakan jumlah atom yang meluruh dalam waktu yang
dN
sangat singkat (dt) sedangkan merupakan laju peluruhan inti.
dt
Dari diagram yang ditunjukkan pada gambar (2), dapat dibuatkan
persamaan peluruhannya yaitu sebagai berikut.
Untuk peluruhan berurutan:

Jika pada t = 0 N1 = N10 dan N2 = N3 = 0 maka N1 bisa dicari:

dN1
N1
1dt

ln N1 t ln C

Syarat t = 0, N1 =N10:
ln N10 = 0 + ln C
C = N1

Sehingga:

ln N1 t ln N10
ln N1 ln N10 t
N
ln 1 t
N10

N 1 N 10 e 1t
.........................................................................(9)

Jumlah inti induk yang meluruh:



N10 N1 N10 1 e 1t
Jumlah N2 pada saat t adalah sebagai berikut:

dN 2
1 N1 2 N 2
dt
dN 2
2 N 2 1 N1
dt

RADIOAKTIFITAS 7
dN 2
2 N 2 1 N10 e 1t
dt ...........................................................(10)
2 t
Kalikan persamaan (10) dengan e , diperoleh:

dN 2
e 2t 2 N 2 e 2t 1 N10 e 1t .e 2t
dt
atau
d

N 2 e 2t 1 N 10 e 2 1 t
dt ..........................................................(11)

Integralkan persamaan (11), diperoleh:

1
N 2 e 2t N10 e 2 1 t C
2 1 ................................................(12)
2t
Dimana C adalah konstanta integrasi, dengan mengalikan e
menghasilkan persamaan:

1
N 2t N10 e 1t C.e 2t
2 1 ...............................................(13)

Nilai dari konstanta integrasi ditentukan dengan cacatan bahwa, apabila t


= 0 dan N2 = N20 = 0, sehingga diperoleh:

1
C N10
2 1
2 t
Substitusi nilai C ke persamaan (12), dan membagi kedua sisi dengan e ,
diperoleh:

1
N2
2 1

N10 e 1t e 2t
....................................................(14)

Dengan cara yang sama, dengan kondisi N3 = N30 = 0 pada t = 0,


diperoleh:
3
= 2 2

. 14
1
2 = ( 1 2 )
2 1 10
3 1 1
= 2 [ 10 1 2 ]
2 1 2 1 10
RADIOAKTIFITAS 8
3 1 2 12
= 10 1 2
2 1 2 1 10
1 2 12
3 = [ 10 1 2 ]
2 1 2 1 10
1 2 12
3 = [ 10 1 2 ]
2 1 2 1 10
1
= +

1 1 2 1 12
3 = [( 10 1 ) + ( 2 )] +
1 2 1 2 2 1 10
2 1
3 = 10 1 + 10 2 + . . . . (14 )
2 1 2 1

3 = 30 = 0, = 0,
2 1
3 = 10 1 + 2 +
2 1 2 1 10
2 1
3 = 10 0 + 0 +
2 1 2 1 10
2 1
= 3 + 10
2 1 2 1 10
2 1
= 3 + 10
2 1 2 1 10
2 1
=0+ 10
2 1 2 1 10
2 1
= 10
2 1 2 1 10
2 1
= 10 ( )
2 1 2 1
2 1
= 10 ( )
2 1
. 14 ,
2 1
3 = 10 1 + 2 +
2 1 2 1 10
2 1
= 10 1 + 10 2 + 0
2 1 2 1

1
= 10 +10 ( 2 ) 10 ( 1 1 )
2 1 2 1

RADIOAKTIFITAS 9
1 1
= 10 [1 + 2 1 ] . . . . (17 )
2 1 2 1

3 = 30 0, = 0,
3
= 2 2

3 1
= 2 [ ( 1 2 )]
2 1 10
3 1
= 2 [ ( 1 2 )
2 1 10
1
3 = 2 10 (1 1 + 2 2 ) +
2 1
3 = 30
1
30 = 2 (1 1 + 2 2 ) +
2 1 10

1 2
30 = 10 ( )+
2 1 2 1
1 1
3 = 10 (1 + 2 1 )
2 1 2 1

1 2
3 = 10 (1 + 2 1 )
2 1 2 1

1 2
N 3 N10 1 e 2t e 1t
2 1 2 1 ..................................(15)

Karena persamaan (9), (12), dan (15) secara lengkap menguraikan jumlah
atom pada keadaan t. Penyamaan dapat dilakukan untuk keadaan khusus di
mana N1 = N10, dan N20 = N30 = 0, pada t = 0. Persamaannya menjadi:

N 1 N 10 e 1t
...........................................................................(16.a)

1
N2
2 1

N10 e 1t e 2t N 20 e 2t
.........................................(16.b)

1 2

N 3 N 30 N 20 1 e 2t N10 1 e 2t e 1t
2 1 2 1 .......(16c)

1
RADIOAKTIFITAS 0
5. Kesetimbangan Radioaktivitas
8.1. Keseimbangan Transien

Keseimbangan transien tercapai apabila inti induk meluruh dengan


konstanta peluruhan mendekati konstanta peluruhan inti anak. Jika 1 2
maka umur rata-rata inti induk besarnya pada orde yang sama ( 1 2 ).
Kondisi inti anak dapat dilihat dari dua sisi setelah mencapai nilai N2 maksimal
yaitu sebagai berikut.

5.1.1. 1 2

Ketika inti induk memiliki konstanta peluruhan lebih kecil dari


konstanta peluruhan inti anak, dimulai dari persamaan (17) yaitu:

1
N2
2 1

N10 e 1t e 2t .....................................................(17)

Persamaan jumlah inti anak pada keadaan t akan mencapai maksimum.


Untuk mencapai maksimum diferensialkan persamaan (17) dan
samakan dengan nol, persamaan menjadi:

1
dN 2
dt
0
2 1

N10 1e 1tm 2 e 2t
1 2
tm log ......................................................................(18)
2 1 1
t
Jika 1 2 maka 1> 2, hal ini menandakan bahwa e 2 pada persamaan
t
(17) akan mendekati nol lebih cepat dari e 1 dan diabaikan. Maka
diperoleh:

1
N2
2 1
N 10 e 1t .............................................................(19a)

1
N1 ...................................................................(19b)
2 1

N2 1
.= konstan..............................................................(20)
N1 2 1

1
RADIOAKTIFITAS 1
Gambar 5.1 grafik kesetimbangan transien 1 2

Pada grafik diatas menjelaskan N1 dan N2 dengan hubungan antara N


dan Waktu. Kedua grafik tersebut merupaka fungsi eksponensial. Tm
adalah waktu dimana N2 mencapai maksimum. Pada saat setelah
mencapai tm, N1 dan N2 melaju dengan menggunakan konstanta
peluruhan masing- masing.

5.1.2. 2 1
t
Jika 1 2 , maka 1 lebih cepat mencapai nol sehingga e 1 menjadi
hilang. Persamaan (20) menjadi:

1
N2 N10 e 2t .........................................................(21)
2 1

Hal ini berarti bahwa setelah tm, inti atom induk akan habis dan inti atom
anak meluruh dengan tetapan peluruhannya sendiri seperti grafik
dibawah ini

Gambar 5.2 Grafik kesetimbangan transien 2 1

1
RADIOAKTIFITAS 2
Pada grafik diatas sama dengan grafik sebelumnya yaitu fungsi
eksponensial tetapi yang membedakan dengan grafik sebelumnya
adalah, diamana setelah tm, N1 menjadi habis = 0 sehingga setelah tm
yang melaju hanyala inti atom anak yaitu N2 dengan konstanta
peluruhan 2.

5.2. Keseimbangan Permanen atau Sekuler


Dari peluruhan berturut turut dan elemen paruh induk sangat lama
dibandingkan dengan elemen anaknya, 1 << 2. Dalam kasus ini, persamaan
peluruhan dari :

2 = [1 /(2 1 )]10 ( 1 2 ).........................................(22)

berubah menjadi

2 = 1 10 (1 2 ).................................................................(23)
2

Selanjutnya, jika t sangat besar dibandingkan dengan waktu paruh anak,


1
, maka 2 menjadi diabaikan dibandingkan dengan 1, dan persamaannya
2
menjadi

2 = (1 2 )10 ..............................................................(24)

yang menyatakan bahwa jumlah, N2 , dari elemen anak menjadi konstan.


Elemen anak dikatakan dalam "keseimbangan permanen atau sekuler" dengan
elemen induk. Karena paruh elemen induk sangat besar, jumlahnya hampir
konstant , N10 = N1. dan karenanya

2 = (1 2 )1
sehingga kondisi untuk "keseimbangan permanen atau sekuler" adalah

1 1 = 2 2 .......................................................(25)

atau

1 2 = 2 1 = 1 2 ......................................(26)

atau jumlah dua zat yang hadir pada waktu tertentu berbanding terbalik
dengan konstanta peluruhan mereka, atau berbanding lurus dengan waktu
paruh mereka.

Rumus di atas bisa saja dengan mudah diperoleh dengan penerapan


persamaan peluruhan berurutan. Untuk keseimbangan, dN2 /dt = 0, persamaan
kedua dari peluruhan berurutan :

1 1 = 2 2

1
RADIOAKTIFITAS 3
Ini juga menyiratkan bahwa 2 = 0 = 1 1 yang hampir mendekati
tepat, karena 1 sangat kecil, dan karenanya 1 1 0.

Untuk masalah peluruhan berurutan dimana elemen induk memiliki waktu


paruh lebih lama daripada hasilnya, kita dapat menulis kondisi keseimbangan
sekuler sebagai

1 1 = 2 2 = 3 3 = =
atau

1 1 = 2 2 = 3 3 =
Sebagai contoh keseimbangan sekuler, berdasarkan peluruhan Ra
1/2 = 1620 menjadi elemen anak radon Rn 1/2 = 3.82 . Setelah
lama waktu t sebanding dengan waktu paruh Rn, jumlah Rn menjadi konstan.
Ini terbukti dari gambar di bawah ini, di mana jumlah dari koordinat dari
peluruhan dan kurva pertumbuhan menjadi konstan setelah waktu tertentu.
Ketika kondisi tersebut tercapai, anak Rn dikatakan dalam keseimbangan
permanen atau sekuler dengan induknya Ra.

Gambar 5.3 Grafik peluruhan dan pembentukan unsur Radon

Grafik tersebut menjelaskan tentang peluruhan unsure Ra, dimana besar nilai
eksponennya adalah e-t karena itu grafiknya semakin lama akan semakin
menurun. Sedangkan untuk peluruhan anak (N2) akan mencapai

1
RADIOAKTIFITAS 4
kesetimbangan sekuler dengan jumlah N yag sama besar dengan N1 , geafiknya
melengkung keatas karena besar eksponennya adalah positif yaitu et.

5.3. Tidak Terjadi Kesetimbangan


Jika waktu paruh inti anak jauh lebih lama dibandingkan dengan
waktu paruh inti induk, maka aktivitas dari inti anak meningkat hingga
maksimum dan kemudian menurun. Inti induk akhirnya meluruh pergi dan
tidak ada kesetimbangan yang terjadi.

Gambar 5.4. Tidak terjadi kesetimbangan

6. Deret Radioaktif Alam


Deret radioaktif merupakan deret nuklida radioaktif. Pada deret ini setiap
anggotanya terbentuk dari hasil peluruhan nuklida sebelumnya. Deret akan
berakhir dengan nuklida stabil. Suatu unsur radioaktif (isotop radioaktif) selalu
meluruh sehingga terbentuk unsur yang baru. Unsur yang terbentuk masih juga
besifat radioaktif sehingga akan meluruh, demikian terus akan terjadi sehingga
akhirnya akan diperoleh hasil akhir terbentuk inti atom yang stabil/mantap. Dari
hasil inti-inti yang terbentuk yang bersifat radioaktif sampai diperoleh inti atom
yang stabil/mantap, ternyata serangkaian inti-inti atom yang terjadi memiliki
nomor massa yang membentuk suatu deret.
Inti radioaktif tidak selalu meluruh dan menghasilkan inti anak yang stabil.
Seringkali inti anak juga tidak stabil, sehingga terjadi peluruhan berikutnya yang
juga belum tentu stabil. Setelah beberapa kali meluruh, akan terbentuk inti yang
benar-benar stabil. Tahapan-tahapan peluruhan tersebut akan mengikuti suatu
urutan yang disebut deret radioaktif. Peluruhan yang demikian disebut peluruhan
berantai. Dalam proses peluruhan radioaktif, nomor massa A inti induk akan
berubah dengan 4 satuan (peluruhan alfa) atau A tidak berubah (peluruhan beta).

1
RADIOAKTIFITAS 5
Karena itu nomor massa A dari isotop-isotop anggota peluruhan berantai, pasti
meluruh dengan kelipatan 4. Dengan demikian ada empat deret yang mungkin
dengan nomor massa A, yang dapat dinyatakan dengan rumus 4n, 4n + 1, 4n + 2,
4n +3, dengan n adalah bilangan bulat.
Masing-masing deret radioaktif diberi nama dengan inti induknya. Deret
4n diberi nama deret Thorium, deret 4n + 1 diberi nama deret Neptunium, deret
radioaktif 4n + 2 diberi nama deret Uranium dan deret radioaktif 4n + 3 diberi nama
deret Aktinium.
Tabel 6.1. Deret Radioaktif Alam

Deret radioaktif menggambarkan bentuk transformasi dan masing-masing deret


terdiri dari urutan produk nuklida anak yang semuanya dapat diturunkan dari
nuklida induk.
Keempat deret unsur radioaktif tersebut adalah:
6.1. Deret Thorium
Deret Thorium merupakan deret yang diawali unsur 232 90 (inti induk)
208
dan diakhiri unsur 87 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 7
peluruhan dan 5 peluruhan . Deret ini disebut juga deret (4n), karena deret
Thorium memiliki nomor massa yang dinyatakan oleh bilangan 4n, dengan n
adalah bilangan bulat positif.

1
RADIOAKTIFITAS 6
Gambar 6.1. Deret peluruhan Thorium (A = 4n), Peluruhan 83Bi212 dapat
berlangsung melalui pemancaran sinar alfa, kemudian pemancaran beta dalam
urutan terbalik.

6.2. Deret Neptunium


Deret Neptunium merupakan deret yang diawali unsur 237 93 (inti
209
induk) dan diakhiri unsur 83 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 8
peluruhan dan 5 peluruhan . Deret ini disebut juga deret (4n+1).

Gambar 6.2. Deret peluruhan Neptunium (A = 4n + 1), Peluruhan 213


83 dapat
berlangsung melalui pemancaran sinar alfa dan pemancaran beta atau dalam
urutan terbalik.

6.3. Deret Uranium


Deret Uranium merupakan deret yang diawali unsur 238 92 (inti stabil)
206
dan diakhiri unsur 82 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 9
peluruhan dan 7 peluruhan . Deret ini disebut juga deret (4n + 2).

1
RADIOAKTIFITAS 7
Gambar 6.3. Deret peluruhan Uranium (A= 4n + 2), Peluruhan 214
83
dapat berlangsung dengan pemancaran sinar alfa kemudian beta atau dengan
urutan yang terbalik.

6.4. Deret Aktinium


Deret Aktinium merupakan deret yang diawali unsur 235 92 (inti induk)
207
dan diakhiri unsure 82 sebagai unsur yang stabil, dengan melalui 9
peluruhan dan 6 peluruhan . Deret ini disebut juga deret (4n + 3).

Gambar 6.4. Deret peluruhan Aktinium (A= 4n + 3), Peluruhan 211


83 dapat
berlangsung dengan pemancaran sinar alfa kemudian beta atau dengan
urutan yang terbalik.

7. Satuan Radioaktivitas
Seperti yang sudah dibahas, maka lebih penting untuk mengetahui
jumlah atom yang meluruh per detik daripada jumlah absolut atom radioaktif
yang ada dalam sampel yang diberikan. Oleh karena itu, satuan dari
radioaktivitas dalam hal ini ditunjukkan dalam peluruhan per satuan waktu. Ada
dua satuan yang berbeda. Secara historis, satuan lama dari radioaktivitas adalah
curie, yang didefinisikan sebagai jumlah aktivitas radon yang berada dalam
kesetimbangan dengan satu gram radium. Nilai curie dapat dihitung dengan cara

1
RADIOAKTIFITAS 8
yang sederhana. Waktu paruh radium adalah 1620 tahun dan konstanta
peluruhannya adalah
0,693
= 1,62 . 103
= 13,8 . 1012 /detik

Massa radium adalah 226 sma dan ada 6,02. 1023 atom dalam satu gram atom
radium, oleh karena itu, satu gram radium mengandung:

6,02 . 1023
= 2,66 . 1021
2,26 . 102
Oleh karena itu, tingkat peluruhannya adalah

= || = 13,8 . 1012 . 2,66 . 1021 3,7 . 1010 /

Dengan menggunakan nilai yang berbeda dari t radium yang
ditentukan oleh berbagai peneliti, jumlah peluruhan per detik yang diperoleh
bervariasi antara 3,4 . 1010 sampai 3,7 . 1010 . Curie, bagaimanapun, telah
ditetapkan setara dengan 3,7 . 1010 peluruhan per detik. Sub unit dari curie
adalah mili curie dilambangkan dengan mc dan mikro curie, c, yang sesuai
dengan 3,7 . 107 dan 3,7 . 104 peluruhan per detik, secara berturut-turut..
Karena kebingungan dalam definisi curie, The American National Bureau
of Standard telah mengusulkan satuan baru, yang disebut Rutherford (rd), yang
setara dengan 106 peluruhan per detik. Sub unit rd adalah mili Rutherford (mrd)
= 103 peluruhan per detik dan mikro Rutherford (rd) = 1 peluruhan per detik.
8. Penentuan Waktu Paro
Sebagian besar metode yang digunakan untuk menentukan waktu paro
berlaku untuk semua ketiga jenis peluruhan, , , dan . Karena ketiga konstanta
karakteristik , dan t isotop radioaktif terkait satu sama lain, penentuan satu
memberikan ketiganya. Biasanya waktu paruh t ditentukan secara eksperimen,
sementara yang lain dapat dihitung dari hal itu.

8.1. Penentuan Waktu Paruh Pendek.


Untuk isotop radioaktif dengan waktu paruh cukup singkat (menit,
jam, hari, dan bulan) dan karenanya tinggi, waktu paruh dapat ditentukan
dengan memplot aktivitas terhadap waktu di atas kertas semi- logaritmik.
Plot adalah garis lurus dan nilai absolut dari kemiringannya memberikan
konstanta peluruhan, , yaitu

= 0
ln = ln 0
Atau

=
1
RADIOAKTIFITAS 9
Di mana

= ln , ln 0 = ()

| | = =

Untuk penentuan yang lebih akurat dari waktu paruh yang pendek, perlu
untuk membuat kuadrat terkecil yang pas dari data, yaitu dari tingkat
perhitungan terhadap waktu. Jika umur paruh sampel radioaktif adalah
beberapa detik, sulit untuk menggunakan metode ini. Metode lain telah
dikembangkan.

8.2. Penentuan Waktu Paruh Yang Sangat Panjang


Jika kita mengetahui jumlah N, dari atom radioaktif yang ada dalam
zat yang diberikan, maka dengan pengukuran eksperimental jumlah
peluruhan per satuan waktu, dapat ditentukan.

| | =

1
=( )

Metode ini berlaku untuk isotop dengan umur paruh besar seperti 1010 tahun
atau lebih.

Jika dua isotop telah mencapai kesetimbangan sekuler sehingga

1 1 = 2 2
Kemudian mengetahui 1, 1 dan 2 perhitungan 2 dapat dibuat. Sebuah
contoh penggunaan persamaan kesetimbangan sekuler adalah penentuan
waktu paruh uranium dari umur paruh radium yang diketahui.

8.3. Aktivitas Campuran


Dalam investigasi karakteristik peluruhan beberapa radioisotop,
orang menemukan bahwa plot aktivitas terhadap waktu pada kertas semi-
logaritmik bukanlah garis lurus. Perilaku tersebut merupakan indikasi
adanya isotop radioaktif yang berbeda dalam sampel yang diteliti. Untuk
mempermudah, misalkan hanya ada tiga perbedaan yang hadir dalam
aktivitas campuran. Gambar 16 menunjukkan plot aktivitas terhadap waktu
(lingkaran padat) yang bukan merupakan garis lurus.

2
RADIOAKTIFITAS 0
Gambar 8.1 . penentuan umur paruh dari komponen yang berbeda dalam
suatu campuran. Lingkaran hitam menunjukkan jumlah dari aktivitas yang
tidak terkait terhadap waktu berdasarkan penentuan eksperimental.

Umur paruh dari berbagai komponen dalam campuran dapat ditentukan


dengan cara sebagai berikut:
Plot eksperimen menentukan jumlah aktivitas sebagai fungsi waktu pada
kertas semi-logaritmik (lingkaran padat)
Pada harga waktu yang besar (menjelang akhir kurva) ditemukan titik
eksperimental berada di garis lurus. Menggambar garis lurus melewati
titik-titik ini dan memperluasnya ke t = 0. Garis lurus ini merupakan
peluruhan isotop dengan waktu paruh terpanjang. Dari garis lurus ini
waktu paruh dapat ditentukan dengan metode yang digunakan dalam
menentukan umur paruh pendek. Dalam hal ini t = 60 jam.
Kurangkan hasil eksperimen dengan aktivitas yang tertinggi, sampel
aktivitas dari waktu paruh 60 jam diwakili oleh garis lurus di (b) di atas.
Hasil pengurangan tersebut ditunjukkan oleh lingkaran terbuka. Proses
menggambar garis lurus melalui titik-titik ini di akhir dari lengkungan
baru dapat diulangi lagi seperti penjelasan di (b) dan umur paruh
ditentukan seperti sebelumnya, yang dalam hal ini adalah 10 jam.
Pengulangan proses yang dijelaskan dalam (c) untuk mengetahui waktu
paruh dari aktivitas ketiga. Kali ini pengurangan aktivitas yang diwakili
oleh garis lurus sesuai dengan waktu paruh 10 jam dari lingkaran
terbuka. Titik-titik yang dihasilkan diwakili oleh segitiga padat, . Garis
lurus melalui titik-titik ini sesuai dengan waktu paruh 2 jam.

Melalui contoh di atas, terbatas pada campuran tiga aktivitas, maka metode
ini dapat digunakan untuk campuran sejumlah besar isotop radioaktif.
Faktor-faktor berikut memberi batasan tertentu pada penerapan metode di
atas.
Aktivitas yang berbeda harus tidak berhubungan, yaitu, mereka harus
tidak sesuai dengan peluruhan berantai.

2
RADIOAKTIFITAS 1
Umur paruh dari isotop yang berbeda harus berjauhan.
Sampel harus kuat, atau panas, cukup (kuat dalam arti bahwa tingkat
peluruhan tinggi), sehingga jika ada aktivitas hidup yang sangat pendek,
itu akan memberikan kontribusi pada tingkat penghitungan untuk
interval waktu yang cukup untuk membuat penentuan waktu paruh
pendek menjadi cukup akurat.

2
RADIOAKTIFITAS 2
DAFTAR PUSTAKA

Allyn and Bacon. 1966. Fundamental Of Nuclear Physics. Boston.

Muljono.2003.Fisika Modern.Yogyakarta:Andi

Wardhana, Wisnu Arya.1994.Teknik Analisis Radioaktivitas


Lingkungan.Yogyakarta:ANDI OFFSET\

Suardika, Komang. 2011. Makalah Radioaktivitas.Yogyakarta: Undiksha

Beiser, Arthur. 1982. Konsep fisika modern. Jakarta: Erlangga.

2
RADIOAKTIFITAS 3

Anda mungkin juga menyukai